Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/150 |
|
e-Penulis edisi 150 (6-2-2014)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi 150/Februari/2014 Tema: Flash Fiction (II) e-Penulis -- Flash Fiction (II) Edisi 150/Februari/2014 DAFTAR ISI DARI REDAKSI: BELAJAR MEMULAI DARI YANG KECIL TIP MENULIS: BAGAIMANA MENULIS FLASH FICTION? TOKOH PENULIS: SORI SIREGAR PENA MAYA: REFERENSI SEPUTAR CERPEN STOP PRESS: PUBLIKASI E-DOA: MELENGKAPI PENDOA KRISTEN DARI REDAKSI: BELAJAR MEMULAI DARI YANG KECIL Shalom, Pada edisi sebelumnya, Sahabat e-Penulis sudah berkenalan dengan flash fiction: sebuah tulisan pendek yang dikategorikan sebagai subgenre dari cerita pendek. Sudah ada yang mencoba menulis flash fiction? Sulit atau mudahkah? Jika Sahabat masih memiliki kesulitan dalam menulis flash fiction, Sahabat tidak perlu khawatir karena pada edisi lanjutan ini, redaksi telah menyiapkan tip untuk menulis flash fiction. Untuk menjadi penulis hebat, tentu kita harus belajar dari yang kecil dulu, dan ini bisa dimulai dengan menulis flash fiction karena tulisan jenis ini mengharuskan penulisnya menulis tidak lebih dari 2000 kata saja. Selain itu, juga terdapat pranala referensi bacaan yang mungkin Sahabat butuhkan untuk semakin meningkatkan kreativitas menulis. Sahabat bisa menyimaknya pada kolom Pena Maya. Sementara untuk menambah koleksi tokoh penulis Sahabat, redaksi mengangkat Sori Siregar pada kolom Tokoh Penulis. Tunggu apa lagi? Yuk, kita simak edisi e-Penulis berikut ini. Staf Redaksi e-Penulis, Berlin B. < http://pelitaku.sabda.org > TIP MENULIS: BAGAIMANA MENULIS FLASH FICTION? Ruang yang terbatas untuk bercerita bagi flash fiction menuntut penulis untuk tetap mampu menciptakan alur cerita yang mengalir dan saling terkait dari awal hingga akhir. Beberapa tip sederhana untuk dapat menulis flash fiction lebih mudah, sebagai berikut: Mengawali Proses: Ibarat Jepretan Foto Menulis flash fiction ibaratnya sebuah jepretan foto. Anda bisa melatih menulis flash fiction dari selembar foto. Ambillah sebuah foto di pasar, di lampu merah, di atas bis yang penuh sesak penumpang, foto penjual kaki lima, atau antrean di kasir bank. Cobalah gambarkan dengan kata-kata sendiri yang terjadi di balik selembar foto tersebut. Mudah-mudahan, dengan bantuan tampilan visual tersebut, kata-kata akan mengalir di atas kertas polos Anda. Proses Berlangsung: Berpikir Minimalis Berpikirlah secara minimalis. Ruang flash fiction yang paling sering dipakai umumnya 100 kata. Bayangkan! Apa yang bisa Anda tulis dengan cuma 100 kata? Yang biasa menulis novel mungkin akan stres memikirkan bagaimana cara menulis novel dengan kata yang begitu minim. Tetapi, ternyata Ernest Hemingway, si penulis novel kondang yang pernah meraih Nobel itu, pernah menulis novelnya hanya dalam 6 kata, yaitu: "For Sale; Babys shoes, Never worn," pada tahun 1920. Jadi, apa sih yang tidak mungkin? Flash fiction tidak jauh berbeda dengan cerpen, hanya sifatnya lebih mini. Karena itu, Agus Noor dan kawan-kawan di Twitter menyebutnya fiksi mini. Minimalkan saja semua bahan membuat cerpen untuk mengelola menjadi sebuah flash fiction, di antaranya: 1. Penokohan, dari karakter cukup satu atau dua tokoh yang ditampilkan. 2. Konflik "Seruput kopi", maksudnya sebuah konflik yang bisa dibahas saat itu dan diselesaikan saat itu pula, contohnya suatu kejadian tawar-menawar barang antara pembeli dan penjual yang cukup alot. Mengakhiri Proses: Poles Flash Fiction Agar flash fiction enak untuk dinikmati pembaca, tetapi tidak keluar dari kriterianya, setelah menulis, sebaiknya Anda melakukan beberapa hal berikut: 1. Lakukan pemangkasan seadanya, sebelum disimpan di laci, flash fiction yang telah Anda tulis perlu dipangkas sesuai dengan kebutuhan flash fiction yang ingin Anda tuju, misalnya 55 kata, 100 kata, atau 300 kata. Kemudian, perbaiki ejaan, tanda baca, maupun pengetikan yang keliru sesuai dengan pedoman EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Lalu, simpan. 2. Revisi kembali setelah 2 -- 3 hari kemudian. Mengapa tidak cukup dengan pemangkasan awal ketika tulisan telah selesai dibuat? Setelah 3 hari, biasanya pikiran akan bersih dari kontaminasi alur cerita tersebut sehingga Anda bisa lebih objektif dalam menilai karya Anda sendiri, dan akan mampu menemukan titik- titik kelemahan maupun kesalahan yang tidak terlihat sebelumnya. 3. Penggunaan diksi yang tepat. Penggambaran dalam flash fiction terletak pada kata yang dipergunakan. Flash fiction membuat penulis memahami sepenuhnya arti sebuah kata dan manfaat kata untuk menimbulkan efek tertentu pada cerita. Kata "melihat" dengan "mendelik" akan menjadi sangat memengaruhi kesan yang timbul dalam cerita ketika diletakkan dalam susunan kalimat. Pada saat pemolesan inilah, Anda perlu mempertimbangkan diksi yang dipergunakan dalam flash fiction, apakah sudah cukup tepat, kuat, dan mengena pada indera pembaca atau belum. Tulisan yang bisa ditangkap panca indera akan lebih mampu meninggalkan kesan di otak manusia. 4. "Ending" tak terduga, buatlah sesuatu yang memukau dengan akhir cerita. Ingat, kecepatan bercerita pada flash fiction di atas rata-rata. Jangan tinggalkan kisah dengan akhir yang tidak memiliki penyelesaian. Ingat, kisah dengan "ending" menggantung pun memiliki penyelesaian dari permasalahan yang terjadi. Sebuah akhir cerita berkesan tidak mesti dengan kalimat yang berlimpah. Cukup satu dua kalimat yang tepat. Diambil dan disunting dari: Nama situs: Shvoong Alamat URL: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2185919-tips-menulis-flash-fiction/ Penulis: Mardiana Kappara Tanggal akses: 10 Desember 2013 TOKOH PENULIS: SORI SIREGAR Sori Siregar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 12 November 1939. Nama lengkapnya Sori Sutan Sirovi Siregar. Menikah dengan Jusni Nasution, 24 Desember 1970. Tahun 1959, setelah selesai dari SMA, ia memasuki dunia jurnalistik sebagai wartawan harian Waspada Taruna dan juga duduk sebagai redaksi mingguan Duta Minggu yang terbit di Medan. Ia mengarang dan menulis cerpen sejak 1960 hingga sekarang dan karyanya tersebar di berbagai media, seperti Sastra, Horison, Budaya Jaya, Pustaka dan Budaya, Kompas, Suara Pembaruan, Sarinah, The Jakarta Post, Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Jawa Pos, Republika, dan berbagai media lain. Tahun 1964, dia mengikuti Konferensi Karyawan Pengarang Seluruh Indonesia (KKPI) di Jakarta sebagai peserta. Tahun 1966 -- 1970, ia bekerja di Seksi Bahasa Inggris, RRI Nusantara III, Medan. Tahun 1970, ia menghadiri Konferensi Pengarang Asia ke III di Taipei dan Taiwan sebagai peninjau, menghadiri Kongres PEN International ke-37 di Seoul, Korea Selatan juga sebagai peninjau. Tahun 1970 -- 1971, ia mendapat beasiswa dari The Asia Foundation/Yayasan Asia Kuala Lumpur untuk belajar Creative Writing dan Drama, non-degree program di International Writing Program, The University of Iowa International, Iowa City, Iowa, USA. Tahun 1972 -- 1974, ia bekerja di Radio BBC London (Seksi Indonesia) sebagai broadcaster. Tahun 1973, ia menghadiri Poetry International di London sebagai penonton. Tahun 1974 -- 1979, ia bertugas sebagai broadcaster juga di Radio Talivishen Malaysia Seksi Indonesia, Kuala Lumpur. Tahun 1977, ia menghadiri undangan pertemuan pengarang ASEAN I di Kuala Lumpur. Tahun 1978, ia diundang menghadiri pertemuan Puisi ASEAN di Jakarta sebagai peninjau. Tahun 1979, ia mengikuti pertemuan Sastrawan Nusantara III di Jakarta sebagai peserta. Tahun 1979 -- 1982, ia bertugas di RRI Stasiun Nasional Jakarta. Tahun 1982 -- 1985, ia bertugas lagi sebagai penyiar di radio The Voice of America, Washington DC, USA. Selama berdomisili di Jakarta, ia pernah bertugas di beberapa majalah sebagai redaktur dan redaktur pelaksana: Zaman, Eksekutif, Matra, Sarinah, dan Forum Keadilan. Juga pengisi kolom di beberapa media antara lain: Matra, Tempo, Suasana, dan Forum Keadilan. Karya-karyanya: Dosa atas Manusia (1967) dibahas beberapa sastrawan, Pemburu dan Harimau (1972), Senja (1979) sebagai cerita bersambung yang dimuat pada harian Kompas bulan Juli 1979, Wanita Itu adalah Ibu (1979; novel pemenang hadiah perangsang kreasi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1978), Senjata dan Di Antara Seribu Warna (1980), Susan (1981), Awal Musim Gugur (1981, Reuni (1982), Telepon (1982; pemenang hadiah harapan Sayembara Mengarang Roman DKJ 1979), Penjara (1992), Titik Temu (1996). "Telepon", "Bungalow" dan "Sebuah Memori Kecil" yang ketiga-tiganya dimuat dalam majalah Horison. Kumpulan cerpennya yang terbaru, "Suatu Ketika Dalam Hidup Ini" diterbitkan tahun 2003 oleh Penerbit Progres, Jakarta. Menyusul setelah itu kumpulan cerpen "Kisah Abrukuwah" yang diterbitkan PT. Gramedia Pustaka Utama. Ia juga banyak menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, baik novel, cerita pendek, maupun drama. Sejumlah buku juga diterjemahkan oleh pengarang ini untuk Yayasan Obor dan Pustaka Firdaus. Beberapa cerpen terjemahan dari Jorge Luis Borges, Erskine, Caldwell, John Steinbeck, William Sorayan, Lin Yu Tang, dan lain-lain. Terakhir, ia bertugas di radio Namlapanha, Jl. Utan Kayu, Jakarta, sebagai senior editor. Diambil dan disunting dari: Nama situs: Para Penulis: "Menebar Ilmu Menuai Peradaban" Alamat URL: http://parapenulis-indonesia.blogspot.com/2012/03/sori-siregar-riwayat-dan-karya.html Judul asli artikel: Sori Siregar: Riwayat dan Karya Penulis: Poppy Kadarisma Tanggal akses: 11 Desember 2013 PENA MAYA: REFERENSI SEPUTAR CERPEN Seorang cerpenis dikatakan berhasil bukan hanya melalui hasil karyanya yang baik dan terkenal, melainkan dari sisi internal, apakah ia mau mengembangkan potensi dirinya dalam hal menulis. Banyak cara bisa dilakukan seseorang untuk mengembangkan potensi menulisnya, salah satunya melalui membaca buku dan menambah wawasan penulisan melalui berbagi informasi. Banyak informasi seputar penulisan cerpen yang bisa didapatkan melalui media maya. Untuk mempermudah Anda mendapatkan informasi seputar penulisan cerpen, berikut ini kami berikan referensi yang dapat menolong Anda: Tips Menulis Cerpen < http://pelitaku.sabda.org/tips_menulis_cerpen > Pesan Moral dalam Cerpen < http://pelitaku.sabda.org/pesan_moral_dalam_cerpen > Tokoh yang Menghilang dalam Cerpen < http://pelitaku.sabda.org/tokoh_yang_menghilang_dalam_cerpen > Kumpulan Cerpen Kristen < http://sabdaspace.org/keywords/cerpen_kristen > Kumpulan Cerpen dalam Berbagai Kategori < http://cerpenmu.com/ > Komunitas Puisi dan Cerpen Rohani < https://www.facebook.com/pages/PUISI-ROHANI-CERPEN-ROHANI-KRISTEN/219055214778859 > (Santi T.) STOP PRESS: PUBLIKASI E-DOA: MELENGKAPI PENDOA KRISTEN Apakah Anda seorang pendoa? Anda membutuhkan sumber-sumber bahan untuk melengkapi pelayanan doa Anda? Anda membutuhkan pokok-pokok doa setiap hari? Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > menerbitkan Publikasi e-Doa < http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip/ > untuk memperlengkapi pelayanan doa Anda. Dapatkan berbagai renungan, artikel, kesaksian, dan inspirasi dari tokoh-tokoh pendoa dalam e-Doa. Publikasi e-Doa rindu untuk memperkaya pendoa Kristen Indonesia dalam kehidupan rohani, memberikan memberikan inspirasi, dan penguatan iman. Cara berlangganan mudah dan GRATIS! Kirimkan alamat e-mail Anda ke: < doa(at)sabda.org > atau < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Dengan menjadi pelanggan e-DOA, otomatis Anda telah menjadi pelanggan untuk pokok-pokok doa dari Open Doors, 40 Hari Doa bagi Bangsa-Bangsa, dan Kalender Doa SABDA (KADOS). Bergabunglah sekarang juga! Untuk mendapatkan bahan-bahan yang lebih lengkap, kunjungi situs Doa di: < http://doa.sabda.org > Kontak: penulis(at)sabda.org Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B. Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |