Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/15

e-Penulis edisi 15 (26-1-2006)

Menulis Biografi

<>--------------------------------oo--------------------------------<>
                            < e-Penulis >
                       (Menulis untuk Melayani)
                        Edisi 015/Januari/2006
<>------------------------------------------------------------------<>
                          MENULIS BIOGRAFI
<>------------------------------------------------------------------<>
  = DAFTAR ISI =
    * Dari Redaksi: Tahun Baru dan Sejarah Hidup Kita
    * Artikel     : Penulis Biografi dan "Kejelasan Makna"
    * Tips        : Bagaimana Menulis Biografi
    * Biografi    : Soe Hok Gie; Tragedi Sang Idealis
    * Asah Pena   : Fakta-fakta Menarik dan Unik tentang C.S. Lewis
    * Surat Anda  : Ralat Pojok Bahasa e-Penulis Edisi 13

<>------------------------------------------------------------------<>
= DARI REDAKSI =

  Salam kasih,

  Momen tahun baru yang telah kita lewati tentu saja bukan sekedar
  penanda berlalunya masa 365 hari dalam hidup kita. Awal tahun baru
  merupakan masa yang banyak dimanfaatkan orang sebagai masa refleksi
  dan intropeksi diri. Namun proses intropeksi itu tak akan cukup jika
  kita melihat ke sejarah hidup diri sendiri saja. Melihat dari
  pengalaman dan sejarah hidup orang lain, baik yang sekarang telah
  menggapai kesuksesan maupun yang menukik gagal, adalah cara lain
  bagi kita untuk banyak belajar.

  Di dalam dunia penulisan kita mengenal adanya tulisan biografi atau
  memoar yang berisi kisah hidup seseorang yang mewakili pesan-pesan
  tertentu yang ingin disampaikan penulisnya. Nah, kejelasan pesan
  atau makna dalam sebuah biografi itulah yang menjadi tema Artikel
  e-Penulis kali ini. Selain itu Tips singkat tentang bagaimana
  menulis biografi diharapkan dapat menjadi semacam panduan bagi Anda
  sebelum menuliskannya.

  Tak lupa kami mengumumkan bahwa mulai edisi tahun 2006 ini,
  e-Penulis menghadirkan kolom baru bernama "Asah Pena". Dalam kolom
  yang rencananya akan muncul bergantian dengan kolom "Pojok Kata"
  (dulu bernama Pojok Bahasa) ini, akan disajikan berbagai fakta dan
  kisah inspiratif tentang para penulis-penulis dunia yang diharapkan
  dapat semakin menumbuhkan motivasi kita dalam melayani dan
  membagikan kasih Tuhan lewat tulisan.

  Selamat menulis!

  Redaksi e-Penulis,
  (Ary)

<>------------------------------------------------------------------<>
= ARTIKEL =

                 Penulis Biografi dan "Kejelasan Makna"
                 ======================================

  Marjorie Rawlings, penulis buku "The Yearling", pernah berkata,
  "Jika seorang penulis biografi tak memiliki interpretasi yang jelas
  untuk diberikan kepada pembaca, yang dapat membuat bukunya tersebut
  menjadi karya yang kreatif, menarik dan dapat berdiri dengan
  nilainya sendiri, saya hanya akan dibuat kesal saat membaca
  informasi-informasi tak penting mengenai hidup dan pikiran seorang
  tokoh. Hal itu seperti cacing yang menggerogoti sebuah bangkai
  saja."

  Kutipan ini menjadi dasar pijakan saya ketika menulis buku pertama
  saya "Tomie dePaola, Seni dan Kisahnya" dan muncul lagi dalam
  pikiran ketika saya mengerjakan "Virginia Lee Burton: Sebuah
  Kehidupan dalam Seni". Saat saya sedang berada di antara wawancara,
  penelitian, dan tulisan, kata-kata Rawling memberikan fokus pada
  misi saya: untuk menemukan esensi kemanusiaan dalam setiap subyek
  tokoh saya dan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari sekedar
  kumpulan fakta dan karya seseorang. Untuk memperlihatkan "makna yang
  jelas" seperti yang dimaksud oleh Rawling tadi, saya akan mencari
  catatan-catatan hidup menarik, menelusuri kejadian-kejadian yang
  membawa perubahan hidup, mengumpulkan berbagai informasi yang jarang
  diketahui dan melakukan penelitian untuk memahami jiwa tiap subyek
  saya.

  Ada 4 langkah pendekatan yang selalu saya lakukan dalam menulis:
  penelitian latar belakang, wawancara dan napak tilas ke tempat
  kejadian, mengunjungi sumber-sumber yang bersejarah, dan melakukan
  kajian lebih dalam dengan karya-karya sang artis.

  Penelitian Latar Belakang
  -------------------------
  Untuk buku dePaola, lebih banyak lagi artikel terbaru, data diri dan
  esai-esai biografi mengenai dirinya sangat membantu saya dalam
  mengumpulkan pendapat dari para pustakawan, pengajar, kritikus dan
  masyarakat umum. Sebagai seorang penulis kontemporer, karyanya
  memerlukan analisa secara mendalam; di sini kritik selalu terlibat
  di dalamnya. Membuat tulisan yang seimbang di antara berbagai
  tanggapan tersebut adalah tantangan tersendiri bagi saya.

  "Sebaliknya, karya saya tentang Virginia Lee Burton lebih lengkap
  lagi. 8 buku yang pernah ia tulis, telah menyatakan dirinya sendiri
  bertahun-tahun lalu; bukunya yang terakhir, "Life Story" diterbitkan
  oleh Houghton Mifflin pada tahun 1962, sebelum ia meninggal pada
  tahun 1968. Situasi ini memberikan tantangan tersendiri. Karena
  dengan berlalunya waktu, karyanya akan lebih terbuka bagi lebih
  banyak interpretasi, sementara kritik yang membangun juga lebih
  banyak."

  Wawancara
  ---------
  Saya mengunjungi studio Tomie dePaola beberapa kali, dimana ia
  membukakan file-file, buku-buku, karya-karya seni dan foto-foto
  keluarganya pada saya. Yang lebih penting lagi, ia menyediakan waktu
  untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Meski saya juga menemui
  editor dan teman-temannya, komentar yang ia buat untuk karyanya
  sendiri adalah yang paling menarik. Untuk biografi Alm. Virginia Lee
  Burton, saya harus bergantung pada pengamatan pihak kedua. Walau
  pembicaraan dengan anak-anak, editor, kawan lama dan rekan-rekannya
  memang membantu, saya tahu bahwa apa yang mereka sampaikan mungkin
  sedikit banyak telah terkikis oleh waktu.

  Sumber-sumber Bersejarah
  ------------------------
  Banyak waktu berharga yang saya dapat saat berada di studio Tomie
  dePaola untuk mempelajari bukunya serta tulisan-tulisannya. Tomie
  dengan bersemangat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
  dengan teknik, pilihan media dan acuan artistik. Tulisan-tulisan dan
  lukisan Virginia Burton tersebar di berbagai universitas dan
  perpustakaan di banyak kota seluruh negara. Di sana saya sempat
  takjub dengan lukisan asli karyanya, namun saya hanya dapat
  berspekulasi mengenai berbagai perubahan, tanda serta berbagai versi
  lukisannya yang pernah saya temukan.

  Kajian Mendalam
  ---------------
  Dalam kedua kasus ini, waktu yang saya lalui bersama buku-buku si
  artis sangatlah memuaskan diri saya. Misalnya, saya mendapati bahwa
  mengurutkan buku-buku sang artis secara kronologis dapat membawa
  pemahaman baru mengenai perkembangan kepribadiannya sebagai artis.
  Pemahaman baru juga muncul ketika saya mempelajari buku-buku itu
  berdasar tema, inovasi artistik dan tekniknya.

  Akhirnya, bahan yang saya perlukan sudah ada di tangan dan saya
  sudah bisa mulai menulis. Karena ingin mengindari "info-info tak
  penting" mengenai kehidupan dan pikiran si artis, saya berusaha
  menampilkan sebuah kesatuan gambaran yang informatif dan membawa
  pencerahan. Saat menunjukkan karya-karya sang artis sesuai dengan
  konteks kehidupannya, dalam hati saya selalu terngiang sebuah
  kalimat bahwa menulis biografi adalah untuk menciptakan sebuah
  "makna yang jelas" bagi pembaca. (t/ary)

  Bahan diterjemahkan dari:
  Situs   : http://www.cbcbooks.org/cbcmagazine/perspectives/writing_biography.html
  Penulis : Barbara Elleman

<>------------------------------------------------------------------<>
= TIPS =

                      Bagaimana Menulis Biografi
                      ==========================

  Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah
  riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris
  kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.

  Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang
  fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya sementara
  biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi
  penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya
  dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

  Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
  seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti
  dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang,
  serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi
  biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal
  atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa
  akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa
  tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh
  sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup.
  Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu
  tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu
  (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian").
  Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau
  pencapaian tertentu.

  Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan
  utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian,
  atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa
  biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan
  peranan subyek biografi itu.

  Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara
  lain:
  - Pilih seseorang yang menarik perhatian Anda.
  - Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut.
  - Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.
  - Pikirkan, apa lagi yang perlu Anda ketahui mengenai orang itu,
    bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak Anda tuliskan.

  Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan
  misalnya:
  1. Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik?
  2. Dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain?
  3. Kata sifat apa yang mungkin akan sering Anda gunakan untuk
     menggambarkan orang ini?
  4. Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan
     sifat tersebut?
  5. Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu?
  6. Apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut? Apakah ia
     mengatasinya dengan mengambil resiko? Atau dengan keberuntungan?
  7. Apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang
     ini tidak pernah hidup? Bagaimana bisa dan mengapa?
  8. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari
     perpustakaan atau internet untuk membantu Anda menjawab
     pertanyaan-pertanyaan di atas serta supaya cerita Anda lebih
     menarik. (t/ary)

  Bahan diterjemahkan dari:
  Situs    : http://www.infoplease.com/homework/wsbiography.html

<>------------------------------------------------------------------<>
= BIOGRAFI =

  Berikut adalah contoh biografi singkat mengenai sekelumit aspek
  dalam hidup salah seorang pelaku sejarah Indonesia.

                  Soe Hok Gie: Tragedi Sang Idealis
                  =================================

  Soe Hok Gie telah meninggalkan bangsa ini empat puluh tahun silam.
  Tepatnya pada 15 Desember 1969. Namanya masih terus dikenang hingga
  sekarang. Bahkan pernah menjadi sumber inspirasi gerakan mahasiswa
  dasawarsa 70-80-an. Pamornya hampir tenggelam pada dasawarsa ini,
  namun sebuah film tentangnya karya Riri Riza dengan judul GIE
  mengangkat kembali namanya di pentas politik dan budaya bangsa ini.
  Soe Hok Gie memang tidak pernah mati, setidaknya hingga saat ini.

  Lahir dari sebuah keluarga Tionghoa perantauan yang bersahaja, Soe Hok
  Gie tumbuh menjadi manusia patriotis dan idealis serta punya jiwa
  pemberontak. Tidak seperti kebanyakan etnis Tionghoa di negeri ini yang
  berkelimpahan materi dan karenanya menjadi materialis, Soe Hok Gie
  jauh dari kesan seperti itu. Dia lebih mirip seorang filsuf
  penganjur kebajikan. Cita-citanya sangat mulia: keadilan dan
  idealisme di seluruh negeri Indonesia. Karena cita-citanya itu, ia
  sering bergesekan dengan kelompok-keompok kepentingan di negeri ini
  yang sangat marak di zaman Orde Lama. Bahkan dengan sang Proklamator
  Indonesia, Bung Karno, dia bersikap sangat keras menentang
  kebijakannya yang dianggap jauh dari keadilan. Soekarno dianggapnya
  sebagai tokoh golongan tua yang korup dan borjuis serta tidak
  mempedulikan nasib rakyat Indonesia. Kritik-kritik tajamnya terhadap
  pemerintahan Soekarno banyak tersebar di media massa pada masa itu.
  Tulisan-tulisannya jujur, kritis dan terkadang menyerang pihak
  tertentu tanpa tedeng aling-aling. Namun di balik itu, dia seorang
  yang humanis yang rendah hati. Bahkan penyayang binatang. Gaya
  hidupnya sebagai mahasiswa fakultas sastra Universitas Indonesia
  tahun 60-an sangat merakyat. Tidak pernah mengendarai motor atau
  menyopir mobil sendiri. Kuliah kadang-kadang hanya memakai sandal
  dan baju yang dipakainya jauh dari kesan modis. Hobinya adalah
  mendaki gunung dan menonton film, hobi rakyat kebanyakan.

  Kematiannya di penghujung dasawarsa 60-an tepatnya Desember 1969
  mengejutkan banyak pihak. Dia terlalu muda untuk mati. Usianya baru
  27 tahun. Segudang cita-cita dan idealismenya terbang bersama
  hidupnya. Indonesia berduka karena kehilangan seorang intelektual
  pejuang demokrasi yang pernah menghidupkan semangat perjuangan
  menentang tirani Orde Lama. Dia mati dalam keadaan gelisah melihat
  banyaknya penyimpangan dalam kehidupan bernegara di bawah rezim Orde
  Baru yang baru saja berkuasa. Teman-teman seperjuangannya yang
  tergabung dalam Angkatan 66 banyak menjadi pengkhianat Ampera dan
  menjadi oportunis di pemerintahan Orde Baru Soeharto. Soe Hok Gie
  gelisah karena praktik kehidupan bernegara menyimpang jauh dari
  cita-cita perjuangan para demonstran Angkatan 1966. Militer telah
  mengkhianati perjuangan para mahasiswa Angkatan 1966.

  Orde Baru berkuasa di Indonesia selama 32 tahun dan selama itu pula
  rakyat Indonesia hidup dalam penindasan rezim totaliter Orde Baru.
  Soe Hok Gie telah pergi dan cita-citanya belum terwujud hingga saat
  ini. Teman-teman seperjuangannya di Angkatan 1966 banyak yang
  menjadi menteri atau pengusaha sukses yang banyak menikmati
  fasilitas dari pemerintahan Soeharto. Cita-cita dan idealisme Soe
  Hok Gie menjadi tragedi Angkatan 1966 karena tidak pernah terwujud
  dan dikhianati oleh teman-teman seperjuangannya sendiri.

  Bahan diambil dari:
  Milis   : #sastra-pembebasan# < sastra-pembebasan<at>yahoogroups.com >
  Penulis : Tutus Handoyo

<>------------------------------------------------------------------<>
= ASAH PENA =

  Meriahnya sambutan terhadap film "Chronicles of Narnia; the Lion,
  the Witch and the Wardrobe" telah semakin membuat nama C.S. Lewis
  (1898-1963) sebagai penulis kisah tersebut semakin banyak
  dibicarakan. Di kalangan penulis Kristen, C.S. Lewis barangkali bisa
  dibilang sebagai penulis Kristen paling terkenal di zaman modern
  ini, namun barangkali tak banyak orang yang mengetahui beberapa sisi
  unik dari hidup seorang C.S. Lewis. Berikut beberapa di antaranya.

            Fakta-fakta Menarik dan Unik tentang C.S. Lewis
            ===============================================

  Jago menulis berbagai genre
  ---------------------------
  Clive Staples (juga biasa dipanggil Jack) Lewis barangkali adalah
  pengarang yang paling tenar, karyanya paling banyak dibaca dan
  paling sering disebut di dunia literatur Kristen modern ini.
  Sepanjang tahun 1931-1962 ia telah menuliskan 34 buku, belum
  termasuk yang diterbitkan setelah kematiannya. Bakat menulisnya juga
  bisa disimak dalam berbagai genre tulisan seperti puisi (Dymer),
  novel mitos (The Pilgrim`s Regress), teologi populer (Mere
  Christianity), filsafat (The Abolition of Man), fiksi luar angkasa
  (The Ransom Trilogy), dongeng anak-anak (The Chronicles of Narnia),
  legenda yang diceritakan kembali (Till We Have Faces), kritik sastra
  (The Discarded Image), surat (Letters to Malcolm) dan otobiografi
  (Surprised by Joy). Walau menulis dalam bermacam genre, pesan dan
  pokok pikiran Lewis selalu konsisten ada di setiap tulisannnya.

  Komunitas
  ---------
  Sepanjang pertengahan tahun 1930-an sampai akhir 1940-an, setiap
  hari Selasa dan Kamis, Lewis selalu mengadakan pertemuan dengan
  sesama rekan penulisnya untuk minum bir dan mengobrol sambil
  mengkritisi tulisan masing-masing. Pertemuan yang dinamai "The
  Inklinks" itu melibatkan penulis-penulis seperti J.R.R. Tolkien,
  Charles Williams, dan saudara Lewis sendiri, Warnie. Dalam diarinya
  Warnie pernah menulis "Kami bukan orang-orang yang selalu saling
  memuji satu sama lain. Membacakan karya di depan kelompok The
  Inklinks membutuhkan keberanian tersendiri." Karya-karya yang turut
  ditempa oleh kritik dari para sahabat di Inklinks antara lain adalah
  The Screwtape Letters, Narnia, dan The Hobbit. "Namun selama
  keberadaan Lewis," seperti yang dikatakan Tolkien pada Clyde Kilby
  pada tahun 1965, "Saya rasa saya belum sempat menyelesaikan atau
  memperlihatkan The Lord of The Rings kepadanya."

  Pikiran untuk hal-hal yang lebih tinggi
  ---------------------------------------
  Owen Barfield, salah satu teman dekat Lewis, dimana ia
  mempersembahkan buku "The Allegory of Love" kepadanya adalah juga
  pengacaranya. Suatu saat Lewis menyuruh Barfield untuk mendirikan
  sebuah badan amal ("The Agape Fund") yang didanai oleh hasil
  penjualan bukunya. Diperkirakan 90 persen dari pendapatan Lewis
  disalurkan kepada badan amal itu. Kemurahan hatinya ini bertentangan
  dengan pendapat George Sayer yang mengatakan bahwa Lewis mewarisi
  sifat ayahnya yang `takut bangkrut`, dan bahwa ayah dan anak itu
  `paling enggan menginvestasikan uangnya.` Tukang kebun Lewis yaitu
  Fred Paxford (yang menjadi inspirasi karakter Puddlegum dalam buku
  The Silver Chair), mendapati bahwa dalam wasiatnya, Lewis hanya
  mewariskan uang senilai 100 pounds. "Hmm, memang sepertinya jumlah
  itu tak akan mampu membawa saya kemana-mana ya?" komentar Paxford.
  "Tuan Jack", lanjutnya "Dia memang tak pernah banyak memikirkan
  tentang uang. Pikirannya selalu untuk hal-hal yang lebih tinggi
  lagi."

  Jarang bicara blak-blakan
  -------------------------
  Lewis menulis buku "Surprised by Joy" (1955) untuk menerangkan
  sebagian dari pengaruh masa kecilnya terhadap tulisan dan
  pertobatannya. Dokter pribadi sekaligus rekannya dalam komunitas
  Inklink, Robert E. Havard mengatakan bahwa buku itu seharusnya
  diberi judul "Yang tak terucapkan dari Jack" karena sebelumnya Lewis
  sangat jarang menceritakan tentang kisah hidupnya.

  Panggil saya si "Pantat babi kecil"
  ----------------------------------
  Lewis sering memberi nama julukan. Dia dan saudaranya Warnie selalu
  memanggil satu sama lain "Smallpigiebotham atau SPB" (si pantat babi
  kecil) dan "Archpigiebotham atau APB" (si pantat babi lancip) karena
  mengingat pengasuh mereka yang sering memukul "pantat babi" mereka
  waktu kecil. Bahkan setelah kematian Lewis, Warnie masih memanggil
  dia dengan sebutan "SPB-ku terkasih." Mereka juga menjuluki Albert,
  ayah mereka dengan sebutan "Pudaitabird" karena aksen Irlandianya
  ketika menyebut kentang (potato). Tolkien disebut "Tollers," Ny.
  Moore disebut "Minto," dan dokter Lewis, Robert E. Havard biasa ia
  panggil "Humprey" namun kadang juga "The Useless Quack atau U.Q
  (pembual tak berguna)." Lewis juga menjuluki rekannya A.C. Harwood
  "The Lord of the Walks (Dewa Pejalan)" karena gaya berjalannya.

  Novelis yang berkembang
  -----------------------
  Sebagai anak yang tumbuh di Belfast, Irlandia, ketika hari hujan
  Lewis dan Warnie menghabiskan banyak waktunya di dalam rumah untuk
  mengarang-ngarang cerita. "Jacks" atau "Jack", sebagaimana ia
  menyebut dirinya sendiri sejak usia 3 tahun, menggambar untuk
  membuat ilustrasi cerita tentang hewan-hewan yang bisa bicara, yang
  idenya banyak diambil dari cerita-cerita karya Beatrix Potter,
  Kenneth Graham dan kisah-kisah kepahlawanan para ksatria. Cerita-
  ceritanya kelak menjadi bagian dari imajinasi yang lebih luas dari
  saudaranya tentang dunia "Boxen." Dialog-dialog antar karakter
  cerita mereka biasanya memuat pembicaraan orang dewasa yang sering
  mereka dengar -- biasanya tentang politik. Lewis pernah menulis
  mengenai perbandingan kisah-kisah masa kanak-kanaknya tersebut
  dengan cerita Narnia: "Kisah `Animal Land` tidak ada hubungannya
  dengan Narnia selain kesamaan adanya hewan yang bertingkah seperti
  manusia. Kisah Animal Land, dengan segala kelebihan kekurangannya,
  tidak banyak memberikan rasa ketakjuban." Walau demikian, dia juga
  berkomentar bahwa "Dengan menciptakan dan mengarang Animal Land,
  saya sedang melatih diri untuk menjadi novelis."

  Menggambar Narnia
  -----------------
  Lewis sebenarnya ingin menggambar sendiri ilustrasi dalam buku
  Narnia, namun ia kemudian memutuskan bahwa sepertinya ia tak punya
  cukup kemampuan dan waktu untuk melakukannya. Karenanya, ia memilih
  seorang seniman muda, Pauline Baynes, yang juga telah menggambar
  ilustrasi untuk kisah "Farmer Giles of Ham" karangan J.R.R. Tolkien
  pada tahun 1948. Lewis tak pernah benar-benar puas dengan cara
  Baynes menggambar anak-anak dan binatang, walaupun ia tetap memuji
  bagian yang memang layak dipuji. "Dia tak bisa menggambar singa,"
  katanya pada George Sayer, "namun dia sangatlah baik, cantik dan
  sensitif sehingga saya tak tega mengatakan hal ini kepadanya."
  Ketika "The Last Battle" memenangkan penghargaan Carnegie untuk
  kategori buku anak-anak terbaik di tahun 1956, Baynes menulis surat
  pada Lewis untuk menyelamatinya. Dan Lewis menjawab, "Bukankah ini
  penghargaan untuk kita berdua?"

  Lewis dan gedung bioskop
  ------------------------
  Pada tahun 1933, Lewis menulis surat untuk temannya Arthur Greeves:
  "Kau akan terkejut kalau mendengar bahwa aku mau pergi ke bioskop
  lagi! Jangan takut, ini tak akan menjadi satu kebiasaan." Di luar
  keberatannya dengan bioskop, ia memang kadang-kadang masih pergi ke
  sana. Film King Kong menimbulkan beragam reaksi: "Saya rasa sebagian
  dari film itu (terutama ketika para penduduk asli memberi sambutan
  setelah ia merusak jembatan) sangatlah menakjubkan," komentarnya
  pada kawannya yang menulis cerita itu, "namun bagian ketika di New
  York itu tidak saya sukai."

  Apologetis dan evangelis
  ------------------------
  Pada tahun 1955, C.S. Lewis diundang untuk bertemu Billy Graham,
  yang memimpin sebuah misi yang disponsori oleh Cambridge Inter-
  Collegiate Christian Union. Graham mengenang pertemuan itu dengan
  mengatakan: "Saya merasa bahwa dia bukan hanya sosok yang pintar dan
  ceria namun juga lembut dan penuh syukur; dia terlihat sangat
  tertarik dengan pertemuan (misi) kami. `Anda tahu,` katanya saat
  kami akan berpisah, `Anda mungkin banyak dikritik, namun saya belum
  pernah melihat ada di antara kritikus itu yang benar-benar mengenal
  Anda secara pribadi`."

  Penggemar bertemu penggemar
  ---------------------------
  Ketika Lewis mengirimkan naskah "The Allegory of Love" ke penerbit
  Oxford`s Clarendon Press, naskah itu diberikan kepada Charles
  Williams untuk dianalisa. Waktu itu Lewis dan Williams masih belum
  mengenal satu sama lain, namun Lewis baru saja membaca novel
  Williams "The Place of the Lion." Williams sedang menuliskan surat
  pada Lewis ketika ia menerima surat dari Lewis yang memuji novelnya.
  Surat Williams pada Lewis sendiri mengatakan bahwa Allegory of Love
  "praktis adalah satu-satunya karya sejak masa Dante yang mampu
  menunjukkan pemahaman yang menyeluruh tentang makna tak biasa dari
  cinta dan agama."

  Melintasi perbedaan
  -------------------
  Banyak orang yang membaca buku pertama Lewis setelah bertobat "The
  Pilgrim`s Regress", mengira bahwa ia adalah seorang Katolik, apalagi
  kenyataannya edisi kedua buku ini diterbitkan oleh sebuah penerbit
  Katolik. Lewis juga menyatakan pada tahun 1940 bahwa ",2 orang (Dom
  Bede Griffiths dan George Sayer) karena pengaruh saya juga bertobat
  menjadi Katolik!" Popularitas dan pengaruh yang ia miliki di antara
  orang Katolik juga tetap muncul hingga kini. Paus Yohanes Paulus II
  pernah mengatakan bahwa "The Four Loves" adalah salah satu buku
  favoritnya.

  Penyair dari Oxford
  -------------------
  Sampai usia 30-an, Lewis berkeinginan menjadi penyair. Berlawanan
  dengan munculnya arus penyair-penyair modernis seperti T.S. Elliot,
  Lewis memilih menulis puisi-puisinya dengan gaya campuran.
  Tulisannya dalam "Till We Have Faces" yang menceritakan ulang
  legenda Cupid dan Psyche dimulai dengan gaya penulisan puisi sebelum
  lama kelamaan berubah membawa kesan sebagai novel.

  Bukan sebuah perumpamaan namun "sebuah misal"
  ---------------------------------------------
  Tolkien tidak begitu menyukai sebagian kisah Narnia karena ia merasa
  bahwa makna kekristenannya terlalu jelas, namun Lewis bersikeras
  bahwa ia tidak sedang menulis perumpamaan dalam arti kata yang kaku.
  Dalam suratnya, Lewis menjelaskan bahwa Aslan tidak dimaksudkan
  untuk "mewakili" karakter Yesus dalam arti sederhana: "Mari kita
  bayangkan seandainya ada dunia seperti Narnia, bahwa Anak Allah,
  yang menjadi manusia di dunia, kemudian menjadi singa di sana,
  bayangkan apa yang akan terjadi kemudian." (t/ary)

  Bahan diterjemahkan dari sumber:
  Situs   : http://www.christianitytoday.com/ch/2005/004/2.02.html
  Penulis : Robert Trexler dan Jennifer Trafton

<>------------------------------------------------------------------<>
= SURAT ANDA =

  Dari: P.C. Wattimena < pcw (at) ...>
  >Salam Sejahtera,
  >e-Penulis edisi 13 (23-11-2005)
  >POJOK BAHASA
  >                  EYD DAN SUSAHNYA BERBAHASA INDONESIA
  >
  >Dalam kolom di atas terdapat penulisan "bagaimana pun"
  >-----
  >Tanggapan:
  >"bagaimana pun" seharusnya ditulis "bagaimanapun".
  >(Sumber: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
  >Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan Kamus Besar Bahasa
  >Indonesia).
  >
  >Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
  >Misalnya: apa pun; ini pun; itu pun; adik pun; bapak pun; seorang
  >pun; kami pun; dia pun; engkau pun; mereka pun; saya pun;
  >siapa pun; iblis pun; pulang pun; satu kali pun; kecuali yang
  >lazim dianggap padu, misalnya: adapun, andaipun, ataupun,
  >bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
  >sekalipun, sungguhpun, dan walaupun, yang harus ditulis serangkai.
  >
  >Maaf kalau kami sendiri yang keliru.
  >
  >Wassalam,
  >P.C. Wattimena

  Redaksi:
  Yth. Sdr. P.C. Wattimena,
  Anda benar. Terima kasih banyak atas koreksi yang Anda berikan.
  Semoga di lain waktu kami bisa lebih teliti, konsisten dan selektif
  dalam mengedit. Kami tunggu kritik dan saran lainnya untuk
  perkembangan pelayanan publikasi e-Penulis dan kemajuan pelayanan
  literatur Kristen Indonesia pada umumnya.

  [Dengan dimuatnya surat di atas, maka kiranya dapat dipakai sebagai
  ralat untuk Kolom Pojok Bahasa di Publikasi e-Penulis Edisi 13
  (23-11-2005).]

<>------------------------------------------------------------------<>
Staf Redaksi   : Ary, Hardhono, Puji, dan Endah
Berlangganan   : Kirim email ke <subscribe-i-kan-penulis(at)xc.org>
Berhenti       : Kirim email ke <unsubscribe-i-kan-penulis(at)xc.org>
Kirim bahan    : Kirim email ke <staf-penulis(at)sabda.org>
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs CWC      : http://www.ylsa.org/cwc/
<>------------------------------------------------------------------<>
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
                     Copyright(c) e-Penulis 2006
                  YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
<><-------------------------------oo-------------------------------><>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org