Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/144 |
|
e-Penulis edisi 144 (17-10-2013)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi 144/Oktober/2013 Tema: Buku Teks Pelajaran (II) e-Penulis -- Menulis Buku Ajar(II) Edisi 144/Oktober/2013 DAFTAR ISI DARI REDAKSI: GURU + BAHAN AJAR = KEMAJUAN PENDIDIKAN TIP MENULIS: KEBERADAAN BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN TOKOH PENULIS: FRANK C. LAUBACH PENA MAYA: PANDUANGURU.COM DARI REDAKSI: GURU + BAHAN AJAR = KEMAJUAN PENDIDIKAN Shalom, Pemilihan judul di atas agaknya tidak berlebihan mengingat begitu besarnya peranan guru dan materi pelajaran bagi peningkatan hasil belajar para murid. Judul tersebut juga menyatakan bahwa guru tanpa bahan ajar yang memadai akan kesulitan dalam memperlengkapi anak didiknya, dan sebaliknya, bahan ajar yang mutakhir sekalipun juga tidak dapat banyak berguna tanpa adanya guru yang rela merendahkan diri untuk terus belajar demi murid-muridnya. Dalam edisi e-Penulis kali ini, kami mengajak pembaca sekalian untuk menyimak tip yang kami harapkan dapat bermanfaat bagi Anda dalam merancang buku ajar. Dan, jangan lupa simak juga profil seorang guru yang berjuang demi pemberantasan buta huruf di kolom Tokoh Penulis. Kiranya apa yang kami sajikan dalam edisi kali ini dapat menjadi berkat dan bermanfaat bagi pembaca sekalian. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati! Pemimpin Redaksi e-Penulis, Yudo < yudo(at)in-christ.net > < http://pelitaku.sabda.org > TIP MENULIS: KEBERADAAN BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN Bahan ajar memiliki posisi yang sangat penting dalam pembelajaran, yaitu sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Di sisi lain, bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Oleh karena itu, penyusunan bahan ajar hendaklah berpedoman pada standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi lulusan (SKL). Bahan ajar yang disusun tanpa berpedoman pada SK, KD, dan SKL, tentu tidak akan memberikan banyak manfaat kepada peserta didik. Bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik. Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan ajar. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi. Ia berurusan dengan informasi yang konsisten (taat asas). Peserta yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar. Peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajarnya berulang-ulang. Dengan demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan bahan ajar. Jadi, keberadaan bahan ajar sekurang-kurangnya menempati tiga posisi penting. Ketiga posisi itu adalah sebagai representasi sajian guru, sebagai sarana pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, standar kompetensi lulusan, dan sebagai pengoptimalan pelayanan terhadap peserta didik. Pengertian dan Jenis Bahan Ajar Bahan ajar adalah materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2003). Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ada beberapa jenis materi pelajaran. Jenis-jenis itu adalah fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai. Materi pembelajaran yang termasuk fakta misalnya nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. Materi pembelajaran yang termasuk konsep misalnya pengertian, definisi, ciri khusus, komponen, dan sebagainya. Materi pembelajaran yang termasuk prinsip umpamanya dalil, rumus, adigium, postulat, teorema, atau hubungan antarkonsep yang menggambarkan "jika ..., maka ...", seperti "Jika logam dipanasi, maka akan memuai", dan sebagainya. Materi pembelajaran yang berupa prosedur adalah langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan tugas. Termasuk ke dalamnya cara- cara yang digunakan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu. Sikap atau nilai merupakan materi pembelajaran afektif seperti kejujuran, kasih sayang, tolong- menolong, semangat, minat belajar, dan sebagainya. Prinsip dan Prosedur Penyusunan Bahan Ajar Ada tiga prinsip yang diperlukan dalam penyusunan bahan ajar. Ketiga prinsip itu adalah relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Relevansi artinya keterkaitan atau berhubungan erat. Konsistensi maksudnya ketaatasasan atau keajegan – tetap. Kecukupan maksudnya secara kuantitatif materi tersebut memadai untuk dipelajari. Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya adalah materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan oleh guru adalah menghafalkan fakta, maka materi yang harus disajikan adalah berupa fakta-fakta. Sebaliknya, jika kompetensi dasar menuntut kemampuan dalam melakukan sesuatu, maka materi pelajarannya adalah prosedur atau cara melakukan sesuatu. Begitulah seterusnya. Prinsip konsistensi adalah ketaatasasan dalam penyusunan bahan ajar. Misalnya, kompetensi dasar meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga macam konsep, materi yang disajikan juga tiga macam. Umpamanya kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa adalah menyusun paragraf deduktif, materinya sekurang-kurangnya pengertian paragraf deduktif, cara menyusun paragraf deduktif, dan cara merevisi paragraf deduktif. Artinya, apa yang diminta itulah yang diberikan. Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup memadai untuk mencapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika materi terlalu sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai kompetensi dasar dengan memanfaatkan materi itu. Kalau materi terlalu banyak akan banyak menyita waktu untuk mempelajarinya. Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam penyusunan bahan ajar. Prosedur itu meliputi: (1) memahami standar isi dan standar kompetensi lulusan, silabus, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran; (2) mengidentifikasi jenis materi pembelajaran berdasarkan pemahaman terhadap poin (1); (3) melakukan pemetaan materi; (4) menetapkan bentuk penyajian; (5) menyusun struktur (kerangka) penyajian; (6) membaca buku sumber; (7) mengedraf (memburam) bahan ajar; (8) merevisi (menyunting) bahan ajar; (9) mengujicobakan bahan ajar; dan (10) merevisi dan menulis akhir (finalisasi). Memahami standar isi (Permen 22/2006) berarti memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini telah dilakukan guru ketika menyusun silabus, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Memahami standar kompetensi lulusan (Permen 23/2006) juga telah dilakukan ketika menyusun silabus. Walaupun demikian, ketika penyusunan bahan ajar dilakukan, dokumen-dokumen tersebut perlu dihadirkan dan dibaca kembali. Hal itu akan membantu penyusun bahan ajar dalam mengaplikasikan prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Selain itu, penyusunan bahan ajar akan terpandu ke arah yang jelas sehingga bahan ajar yang dihasilkan benar-benar berfungsi. Mengidentifikasi jenis materi dilakukan agar penyusun bahan ajar mengenal tepat jenis-jenis materi yang akan disajikan. Hasil identifikasi itu kemudian dipetakan dan diorganisasikan sesuai dengan pendekatan yang dipilih (prosedural atau hierarkis). Pemetaan materi dilakukan berdasarkan SK, KD, dan SKL. Tentu saja, di dalamnya terdapat indikator pencapaian yang telah dirumuskan pada saat menyusun silabus. Jika saat menyusun silabus telah terpeta dengan baik, pemetaan tidak diperlukan lagi. Penyusun bahan ajar tinggal berpedoman pada silabus. Akan tetapi, jika belum terpetakan dengan baik, perlu pemetaan ulang setelah penyusunan silabus. Langkah berikutnya yaitu menetapkan bentuk penyajian. Bentuk penyajian dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk tersebut adalah seperti buku teks, modul, diktat, lembar informasi, atau bahan ajar sederhana. Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari berbagai sisi. Di antaranya, dapat dilihat dari sisik kekompleksan struktur dan pekerjaannya. Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan yang lain. Begitu pula halnya modul jika dibandingkan dengan yang lain. Yang paling kurang kompleksitasnya adalah bahan ajar sederhana. Sesuai dengan namanya "sederhana", tentu wujudnya juga sederhana. Jika bentuk penyajian sudah ditetapkan, penyusun bahan ajar menyusun struktur atau kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi dengan materi yang telah ditetapkan. Kegiatan ini sudah termasuk mengedraf (membahasakan, membuat ilustrasi, gambar) bahan ajar. Draf itu kemudian direvisi. Hasil revisi diujicobakan, kemudian direvisi lagi, dan selanjutnya ditulis akhir (finalisasi). Selanjutnya, guru telah dapat menggunakan bahan ajar tersebut untuk membelajarkan siswanya. Diringkas dari: Nama Situs: Wordpress Alamat URL: http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/131/ Judul asli artikel: Teknik Penyusunan Bahan Ajar Penulis: Zulkarnaini Tanggal akses: 16 Oktober 2013 TOKOH PENULIS: FRANK C. LAUBACH Frank Charles Laubach lahir di Benton, Pennsylvania, pada 2 September 1884. Ia bersekolah di Bloomsburg State College (1901), Perkiomen Prep School (1905), Princeton University (BA, 1909), dan Union Theological Seminary (1913). Ia menikah dengan Effa Seely pada 15 Mei 1912, dan meraih gelar MA (1912) dan Ph.D (1915) di Columbia University. Pada tahun 1915, Dr. Laubach dan istrinya berangkat ke Filipina sebagai misionaris utusan jemaat bersama American Board of Commissioners for Foreign Missions. Ia melayani sebagai pendeta di Cagayan, sekaligus mengajar di Union Theological Seminary di Manila. Pada tahun 1930, ia memulai proyek pemberantasan buta huruf di pulau Mindanao, pada saat itulah ia juga mulai mengembangkan alfabet bagi bahasa suku Maranao (saat itu, suku tersebut belum pernah merekam bahasa mereka dalam tulisan --red.). Proyek ini adalah cikal bakal dari program Each One Teach One (EOTO) yang mendorong para orang dewasa dari suku Maranao (yang saat itu diajar oleh para sukarelawan) saling mengajar di antara mereka sendiri. Dari tahun 1930 sampai 1970, Dr. Laubach mengadakan perjalanan ke lebih dari 100 negara untuk mengentaskan buta huruf dalam 312 bahasa lokal. Beliau dan tim yang melayani bersamanya bekerja sama dengan lembaga-lembaga misi, kalangan swasta, pemerintah, USAID (U.S. Agency for International Development), lembaga Peace Corps, dan UNESCO. Pada tahun 1935, Dr. Laubach membentuk World Literacy Comitee, dan pada tahun 1941 ia menjadi salah satu pendiri dari Comitee on World Literacy and Christian Literature, saat itu dikenal sebagai "Lit-Lit" (di kemudian hari dikenal sebagai Intermedia) yang berdiri di bawah National Council of Churches. Beliau melayani bersama organisasi ini sampai masa pensiunnya pada 1954, pada usia 80 tahun. Pada tahun 1951, untuk memfasilitasi kerja sama antara lembaga pemerintah dan lembaga sekuler, Dr. Laubach mendirikan World Literacy, Inc. (sekarang dikenal dengan nama World Education). Pada tahun 1955, setahun setelah pensiun, beliau mendirikan Laubach Literacy, Inc., sebuah organisasi nonprofit yang bermarkas di Syracuse, New york. Anak laki-lakinya, Robert, menjabat sebagai ketua organisasi ini setelah Dr. Laubach meninggal pada 11 Juni 1970. Istrinya, Effa Seely, meninggal 3 tahun kemudian pada 29 Maret 1973, pada usia 85 tahun. Keduanya dimakamkan di pemakaman keluarga di Benton, Pennsylvania. Dr. Laubach adalah seorang penulis yang produktif. Karya-karyanya meliputi banyak bidang, tentang Filipna, doa dan kehidupan rohani, tantangan terhadap melek huruf internasional, sampai kepada bantuan teknis dalam mengajar, serta materi-materi untuk mengajar orang-orang dewasa dalam membaca. Beliau juga menjadi pendorong dibukanya fakultas keaksaraan dan jurnalistik di Hartford School of Missions, Syracuse University, Asbury College, Baylor University, University of California, dan lebih dari 20 pusat pembelajaran semacam itu di seluruh Amerika Serikat. Laubach telah mendapat pengakuan atas upayanya ini, beberapa di antaranya adalah gelar kehormatan dari universitas-universitas seperti Princeton University, Columbia University, Syracuse University, dan Temple University dan juga dari sekolah-sekolah tinggi seperti Lafayette, Wooster, Muskingam, Marietta, Findlay dan Baldwin-Wallace. Majalah Time juga menyebut beliau sebagai pencetus dari gerakan pemberantasan buta huruf dunia. Norman Vincent Peale, dalam bukunya yang berjudul "Look" menyebut Laubach sebagai salah satu dari 5 orang terbesar, sedangkan majalah Newsweek menulis artikel yang menyebut dirinya sebagai "salah satu tokoh besar dalam dunia misi." Lowell Thomas menjulukinya sebagai "guru yang paling terkemuka pada zaman kita." Pada peringatan kelahirannya yang ke- 100, United States Postal Services memberi penghormatan kepada beliau dengan menerbitkan perangko bergambar dirinya, mengikuti seri perangko "Great Americans". Kehidupan beliau direkam dalam 4 buku yang ditulis oleh berbagai penulis seperti "Apostle to the Illiterates" oleh David E. Mason; "Each One Teach One" oleh Marjorie Medary; "Champion of Silent Billion" oleh Helen M. Roberts; dan "Frank C. Laubach, Teacher of Millions" oleh David E. Mason. Sampai hari ini, karya- karya Dr. Laubach menjadi bahan ajar bagi anak-anak Sekolah Minggu di berbagai denominasi, dan artikel mengenai dirinya juga muncul di berbagai majalah rohani maupun sekuler. (t/Yudo) Diterjemahkan dan disunting dari: Nama situs: Syracuse University Library Alamat URL: http://library.syr.edu/digital/guides/l/laubach_coll.htm Judul asli artikel: Biographical History of Frank C. Laubach Penulis: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 16 Oktober 2013 PENA MAYA: PANDUANGURU.COM Situs PanduanGuru.com didirikan untuk menjadi wadah informasi yang dibutuhkan oleh para guru maupun mereka yang ingin mengabdi menjadi seorang guru. Di situs ini, pengunjung disuguhi berbagai artikel mengenai dunia pendidikan, mulai dari bagaimana menjadi guru yang baik, bagaimana menyusun materi ajar, sampai kepada informasi mengenai lowongan mengajar. Yang menarik, artikel-artikel yang terdapat pada situs ini dikategorikan berdasarkan jenjang pendidikan yang diampu oleh sang guru, mulai dari tingkat SD hingga SMA. Jadi, tunggu apa lagi? Mari kunjungi situs ini dan perdalam pengetahuan Anda! (Yudo) ==> http://panduanguru.com/ Kontak: penulis(at)sabda.org Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B. Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |