Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/141 |
|
e-Penulis edisi 141 (5-9-2013)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi 141/September/2013 Tema: Karya Omnibus (I) e-Penulis -- Karya Omnibus (I) Edisi 141/September/2013 DAFTAR ISI DARI REDAKSI: MENGHIDUPKAN KEMBALI KARYA YANG TELAH "MATI" ARTIKEL: APA SIH OMNIBUS ITU? POJOK BAHASA: JANGAN BIARKAN BAHASA INDONESIA BAKU TERBENAM OLEH WAKTU STOP PRESS: PUBLIKASI ICW (INDONESIAN CHRISTIAN WEBWATCH) DARI REDAKSI: MENGHIDUPKAN KEMBALI KARYA YANG TELAH "MATI" Karya sastra memang tak `kan lekang oleh waktu. Ada banyak cara untuk "menghidupkan kembali" karya-karya lama kita, yang mungkin sudah tidak diingat orang lagi. Pada satu sisi, ini memberi kesempatan bagi karya tersebut untuk kembali "eksis" di era yang berbeda. Di sisi lain, sang penulis pun akan mendapatkan keuntungan materi dari kemunculan kembali karya-karya lamanya. Salah satu cara untuk membangkitkan kembali karya-karya sastra kita yang "sudah mati" adalah dengan membuat omnibus. Apa itu? Silakan simak sajian kami dalam edisi ini. Kami berharap sajian ini akan memberikan semangat kepada Anda untuk kembali mengumpulkan karya-karya lama Anda. O ya, pada kolom Pojok Bahasa, kami juga mengingatkan kembali tentang pentingnya bahasa baku dalam kehidupan berbahasa kita. Selamat menyimak. Staf Redaksi e-Penulis, Berlin B. < http://pelitaku.sabda.org > ARTIKEL: APA SIH OMNIBUS ITU? Ditulis oleh: Yudo Mungkin banyak dari kita yang akan garuk-garuk kepala, walau tidak gatal, saat ditanya mengenai istilah ini. Ada banyak arti "omnibus" yang dipakai untuk menyebut sebuah karya dalam berbagai bidang. Namun, apa artinya dalam bidang sastra atau kepenulisan? Memang betul, istilah ini jarang kita dengar dalam kesusastraan kita, tetapi sebagai penulis muda, tidak ada salahnya kita mempelajari sesuatu yang berkaitan erat dengan dunia kita. Jadi, mari kita lihat lebih dekat apa yang dimaksud dengan omnibus ini. "Omnibus" berasal dari sebuah kata "omnis", yang dalam bahasa Latin berarti "semua" atau "banyak". Jadi, dalam bidang kesusastraan, omnibus dapat dikatakan sebagai versi besar dari sebuah antologi. Bedanya, jika antologi adalah buku yang merupakan kumpulan karya-karya pendek dari satu atau beberapa penulis, omnibus adalah sebuah kumpulan karya dari satu orang penulis yang sebelumnya pernah diterbitkan secara terpisah. Sifat lain yang membedakan antara antologi dan omnibus adalah ketebalan dari kumpulan tersebut. Sebuah omnibus rata-rata jauh lebih tebal dibandingkan dengan antologi, sekali lagi hal ini dikarenakan karya-karya yang terkumpul di dalam sebuah omnibus adalah karya tulis yang panjang. Karya-karya tersebut bukanlah sebuah artikel atau beberapa lembar esai, karya-karya dalam sebuah omnibus adalah kumpulan buku! Karya-karya yang diterbitkan dalam bentuk omnibus bisa berupa fiksi maupun nonfiksi. Omnibus dari karya-karya ilmiah biasanya terdiri dari karya yang memiliki kesamaan tema seperti membahas tentang filsafat, ilmu pengetahuan maupun penelitian dari berbagai bidang akademik. Pada karya-karya fiksi, omnibus biasanya tersusun dari novel-novel terkenal dari seorang penulis. Penulis- penulis ternama yang karyanya diterbitkan ulang dalam bentuk omnibus antara lain Sir Arthur Conan Doyle, Jules Verne, Edgar Rice Burroughs, Agatha Christie, dan J.R.R Tolkien. Biasanya, novel-novel yang disatukan dalam sebuah omnibus adalah novel-novel bersambung seperti kisah "Tarzan" karya Edgar Rice Burrough, petualangan "Narnia" karya C.S. Lewis, dan trilogi "Lord of The Rings" karya Tolkien. Akan tetapi, ada pula omnibus yang diterbitkan berdasarkan kesamaan tema seperti yang terdapat dalam "Voyages Extraordinaires", kumpulan dari 54 novel karya Jules Verne dengan tema fiksi ilmiah maupun "Skeleton Crew/Different Seasons" omnibus dengan tema horor karya Stephen King. Lalu, mengapa omnibus diterbitkan? Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi penerbitan omnibus. Pertama, penerbitan omnibus dapat menolong pembaca untuk mengenal gaya bahasa atau ide yang sering kali muncul dalam karya-karya seorang penulis. Dalam omnibus nonfiksi, pembaca dapat lebih mudah mengikuti pemikiran seorang ilmuwan dan penelitiannya. Faktor kedua yang melatarbelakangi penerbitan omnibus berkaitan dengan ekonomi dalam dunia penerbitan. Dalam hal ini adalah untuk memperkenalkan kembali karya-karya terbaik dari seorang penulis yang dulu pernah diterbitkan secara terpisah. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kembali karya-karya tersebut kepada generasi yang baru sehingga mengangkat kembali penjualan karya tersebut jika hendak diterbitkan secara terpisah. Karena itu, tidak salah jika dikatakan bahwa penerbitan omnibus adalah salah satu cara seorang penulis atau sebuah penerbit mendongkrak penjualan buku mereka. Nah, kini Anda sudah mengetahui lebih jauh lagi tentang istilah ini. Mungkin Anda akan bertanya, "Apa manfaatnya bagi saya?" Saya akan menjawab, "Ada banyak sekali!" Bagi Anda yang sudah menerbitkan buku, Anda pasti akan mulai lebih memperhatikan benang merah dari karya-karya Anda. Apa tema yang sering muncul dalam karya Anda? Apa yang membedakan keunikan dari karya Anda dalam membahas tema yang sama? Bagaimana Anda akan mulai menyusun novel atau buku-buku Anda agar "pas" untuk diterbitkan sebagai omnibus? Dan, tahukah Anda bahwa resensi dari omnibus dapat meningkatkan rating buku Anda? Bila Anda belum pernah menulis satu karya pun, dengan pengetahuan ini Anda dapat lebih berfokus pada kelebihan-kelebihan tulisan Anda. Jules Verne bukan tidak pernah diremehkan karena imajinasinya yang fantastis, akan tetapi siapa yang bisa menyangkal bahwa beliau pernah menulis 54 novel hasil imajinasinya itu? Ia dikenal bukan hanya karena banyaknya novel yang ditulisnya, tetapi juga karena dalam setiap novelnya itu ia menunjukkan kekhasan dan kekuatannya. Jadi, beranikah Anda bermimpi untuk membuat omnibus? Sumber bacaan: 1. Trim, Bambang. 2013. "Buku yang Bukan Buku". Dalam https://manistebu.wordpress.com/2013/01/21/ 2. Carroll, John H. 2012. "Should You Publish an Omnibus?". Dalam http://ryallon.blogspot.com/2012/08/should-you-publish-omnibus.html 3. _____________. Dalam http://www.thefreedictionary.com/omnibus POJOK BAHASA: JANGAN BIARKAN BAHASA INDONESIA BAKU TERBENAM OLEH WAKTU Dari hasil persentase wawancara yang telah penulis lakukan di lingkungan kampus, penulis menemukan bahwa pengaplikasian bahasa baku masih sangatlah rendah. Rata- rata mahasiswa cenderung menggunakan bahasa nonbaku dan bahasa daerah. Dari beberapa pertanyaan, pengertian bahasa bakulah yang menempati urutan presentase tertinggi, kemungkinan disebabkan karena pengertian bahasa baku sudah sering didengar dari orang-orang di sekitar mereka, misalkan guru mereka saat di sekolah. Memang bukan hal yang mudah untuk menerapkan bahasa baku dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan akademik. Selain itu, Indonesia memiliki ragam suku, dengan dialek yang berbeda-beda. Jadi, wajar jika penerapan bahasa baku masih langka di kalangan masyarakat. Namun, kali ini penulis akan membahas tentang penerapan bahasa baku di kalangan mahasiswa yang masih rendah dan kiat-kiat untuk menerbitkan kembali bahasa baku Indonesia yang perlahan terbenam karena pengaruh globalisasi. Sebelumnya, penulis akan memberikan pengertian singkat dari bahasa baku. Menurut ahli linguistik Einar Haugen, "Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa." Berikut ini penulis mencoba menjelaskan apa saja fungsi dari bahasa Indonesia baku. Yang pertama, bahasa Indonesia baku merupakan pemersatu. Bahasa Indonesia baku adalah pemersatu atau menghubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan membatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat pengungkap kebudayaan nasional yang utama. Kedua, bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat Indonesia. Dengan bahasa Indonesia baku, kita menyatakan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Ketiga, bahasa Indonesia baku merupakan penambah wibawa. Pengguna bahasa Indonesia baku akan membawa wibawa atau "prestise". Penutur bahasa Indonesia baku memiliki fungsi yang berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain, yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Di samping itu, pemakaian bahasa yang mahir, berbahasa Indonesia baku "dengan baik dan benar" akan memperoleh wibawa di mata orang lain. Terakhir, bahasa Indonesia baku juga sebagai kerangka acuan. Bahasa Indonesia baku sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku dapat dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi acuan umum bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra, bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan, undangan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato. Nah, dari sini sudah sangatlah jelas betapa pentingnya penggunaan bahasa Indonesia baku, terutama di kalangan mahasiswa, yang merupakan generasi penerus, pengemban amanat, kebanggaan bangsa, serta menjadi panutan di masyarakat. Tetapi kembali lagi karena masalah suku dan gaya, kebanyakan mahasiswa susah atau bahkan malas untuk berbicara dalam bahasa baku yang sesuai dengan EYD. Alasan mereka adalah susah, aneh, tidak terbiasa, janggal, tidak tahu, dan lain sebagainya. Para mahasiswa cenderung menggunakan kata-kata yang mempunyai sifat yang khas seperti, penggunaan kalimat yang sederhana, singkat, kurang lengkap, dan tidak banyak menggunakan kata penghubung, serta menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin. Bahasa-bahasa inilah yang sering digunakan oleh kalangan mahasiswa kebanyakan karena dianggap modern. Sebenarnya, penerapan bahasa baku tidaklah susah dan serumit yang dipikirkan dalam penggunaannya pada percakapan sehari-hari. Kita hanya perlu untuk membiasakan diri dengan sering membaca koran, artikel-artikel ilmiah, novel- novel sastra, atau juga menonton berita. Di dalam koran, artikel, maupun karya- karya sastra, sudah pasti penulisan yang digunakan sesuai dengan EYD. Jadi, ini sangatlah baik bagi mahasiswa untuk memperbanyak membaca dan juga mendengar berita. Karena selain menambah wawasan, para mahasiswa pun bisa belajar menelaah bahasa-bahasa yang digunakan di dalamnya, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena jika bukan kita, siapa lagi? Oleh karena itu, sebaiknya kita sebagai mahasiswa generasi penerus bangsa, haruslah mulai membiasakan diri dan menghidupkan kembali bahasa Indonesia yang baku dan baik di dalam kehidupan sehari hari, mengingat beberapa fungsi bahasa Indonesia yang adalah bahasa nasional, identitas nasional, dan juga sebagai bahasa kebanggaan bangsa kita. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: http://ekonomi.kompasiana.com Alamat URL: http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2013/07/06/jangan-biarkan-bahasa-baku-indonesia-terbenam-oleh-waktu-571249.html Penulis: Nurhayyu Suprihatin Tanggal akses: 5 September 2013 STOP PRESS: PUBLIKASI ICW (INDONESIAN CHRISTIAN WEBWATCH) Apakah Anda pernah mengalami kebingungan mencari situs Kristen yang sesuai kebutuhan Anda? Anda perlu referensi situs-situs Kristen maupun umum yang dapat dipercaya? GRATIS! Publikasi ICW (Indonesian Christian Webwatch) yang diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >. Publikasi ICW menyajikan berbagai informasi dan ulasan lengkap tentang situs-situs Kristen maupun umum, situs blog, jejaring sosial, forum diskusi online, dan artikel-artikel menarik seputar dunia teknologi. Publikasi ICW dapat menjadi tempat pertama yang dapat Anda tuju untuk mencari referensi situs-situs yang dapat dipercaya dan bermutu sesuai kebutuhan Anda. Pastikan Anda sudah berlangganan Publikasi ICW! Kirimkan email Anda ke < subscribe-i-kan-icw(at)hub.xc.org > atau ke < icw(at)sabda.org >. Untuk informasi selengkapnya silakan kunjungi http://www.sabda.org/publikasi/icw Kontak: penulis(at)sabda.org Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B. Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |