Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/133

e-Penulis edisi 133 (8-5-2013)

Penulis Bayangan/Ghostwriter (I)

__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
                         Edisi 133/Mei/2013
                Tema: Penulis Bayangan/Ghostwriter (I)

e-Penulis -- Penulis Bayangan/Ghostwriter (I)
Edisi 133/Mei/2013

DAFTAR ISI
DARI REDAKSI: GHOSTWRITER, MENULIS DARI BALIK BAYANG-BAYANG
ARTIKEL: SEMUA TENTANG GHOSTWRITER
POJOK BAHASA: BAHASA INDONESIA DI DUNIA SIBER: KOMUNIKASI BERPERANTARAKAN KOMPUTER-INTERNET
STOP PRESS: Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" (Walking With God)

   DARI REDAKSI: GHOSTWRITER, MENULIS DARI BALIK BAYANG-BAYANG

Shalom!

Anda tentu pernah mendengar istilah `ghostwriter` atau `penulis 
bayangan`. Salah satu profesi dalam dunia tulis menulis ini cukup 
mengundang pro dan kontra, terutama dari segi keetisannya. Ada yang 
beranggapan bahwa menjadi atau menggunakan jasa seorang `ghostwriter` 
sama saja dengan menipu banyak orang. Akan tetapi, di lain pihak, ada 
juga orang yang menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh seorang 
`ghostwriter` termasuk sesuatu yang sah-sah saja dalam dunia 
kepenulisan.

Dalam edisi kali ini, e-Penulis ingin mengajak Sahabat sekalian untuk 
mengetahui seluk beluk `ghostwriter` dan hal-hal yang berkaitan 
dengannya. Jangan lupa untuk menyimak Pojok Bahasa yang membahas 
tentang pemakaian Bahasa Indonesia di dunia maya. Kiranya apa yang 
kami sajikan dalam edisi kali ini dapat menjadi berkat. Selamat 
membaca!

Pemimpin Redaksi e-Penulis,
Yudo
< Yudo(at)in-christ.net >
< http://pelitaku.sabda.org >


                ARTIKEL: SEMUA TENTANG GHOSTWRITER

Menurut Wikipedia, `ghostwriter` adalah seorang penulis profesional 
yang dibayar untuk menulis buku, artikel, cerita, laporan, atau konten 
lainnya yang secara resmi dikreditkan kepada orang lain. Selebriti, 
eksekutif, dan para pemimpin politik sering menyewa `ghostwriter` 
untuk merancang atau mengedit autobiografi, artikel majalah, atau 
bahan tertulis lainnya. Dalam musik, `ghostwriter` digunakan dalam 
musik klasik, musik latar film, dan musik populer seperti jenis top 
40, dan hip-hop. Terkadang, seorang `ghostwriter` diakui pula oleh 
penulis maupun penerbit atas tulisannya.

`Ghostwriter` atau penulis bayangan adalah seorang penulis 
profesional. Artinya, dia memang sudah berpengalaman di dunia 
kepenulisan dan bukan seorang penulis pemula. Ada yang spesialis pada 
bidang tertentu dan ada pula yang cenderung generalis. Mereka dibayar 
untuk menuliskan sesuatu dengan langsung menyerahkan hak cipta 
(termasuk hak ekonomi dan hak moral penulisan) kepada si pemesan. 
Dengan demikian, urusan eksploitasi naskah tersebut menjadi produk 
bisnis dan nama pencipta yang dicantumkan sudah menjadi hak si 
pemesan.

Seorang penulis bayangan dibayar dengan tarif tertentu untuk 
menuliskan naskah dan pada umumnya, dia memang tidak disebut-sebut 
sebagai penulis naskah itu atau namanya tidak tercantum di sampul 
buku. Pada beberapa kasus, namanya disebut dengan ungkapan "with ..." 
(contoh: Diana Putri dengan Bambang Trim) ataupun "as told to ...." 
Ada lagi yang namanya disebut dalam halaman ucapan terima kasih 
(acknowledgement), ada yang disebut sebagai kontributor ataupun 
asisten periset.

Pekerjaan yang biasa diberikan kepada seorang penulis bayangan adalah 
menulis naskah, sekaligus terkadang juga menyunting naskah. Untuk 
pekerjaan profesional ini, ia pun harus mampu bekerja layaknya seorang 
jurnalis dan periset. Beberapa naskah memang membutuhkan aktivitas 
wawancara dan riset yang intensif. Terkadang, seorang penulis bayangan 
hanya menerima draft naskah mentah dari seorang penulis, dan tugas 
beratnya adalah mewujudkan draft tersebut menjadi naskah yang 
sempurna.

Penulis bayangan tidak sama dengan `co-writer` ataupun `co-author` 
(penulis pendamping). Penulis pendamping adalah seorang penulis 
profesional yang biasa diajak oleh seseorang untuk menulis buku 
bersama-sama. Misalnya, Jack Canfield mengajak Mark Victor Hansen 
untuk menulis buku "Chicken Soup". Alasannya, Jack Canfield bukan 
seorang penulis, melainkan seorang pembimbing dan penggagas saja. Nama 
penulis pendamping sebagai penulis jelas dicantumkan dan biasanya 
menjadi nama kedua setelah penggagas (author).

Ada beberapa kompetensi penting yang perlu dimiliki seorang penulis 
bayangan:

1. Kemampuan berbahasa yang baik dan benar, termasuk menguasai ejaan.
2. Keterampilan dan kecepatan menulis di atas rata-rata.
3. Kemampuan jurnalistik.
4. Kemampuan berkomunikasi dengan semua kalangan.
5. Kemampuan dan keterampilan editing.
6. Wawasan kepenulisan dan dunia penerbitan.
7. Kemampuan menggunakan teknologi tinggi.

Seorang penulis bayangan dapat bekerja secara pribadi ataupun 
bergabung dengan lembaga jasa alihdaya penerbitan (publishing 
service). Tentu setiap pilihan ada untung dan ruginya. Jikalau memilih 
bekerja sendiri, paling tidak harus disiapkan peralatan berbasis 
teknologi tinggi, seperti laptop untuk mobile, mobile modem untuk 
akses internet, mobile phone (diupayakan smart phone seperti 
communicator), tape recorder atau yang lebih canggih digital recorder, 
kamera digital minimal 8 megapixel, dan tentunya PC di rumah serta 
buku-buku referensi. Namun, bekerja sendiri tentu lebih mengundang 
kepuasan, termasuk dalam soal penghasilan. Adapun bekerja bersama 
lembaga, tentu segala sesuatu seperti peralatan sudah disediakan. 
Namun, dari sisi penghasilan hanya mendapatkan gaji, plus bonus bagi 
hasil.

Tarif

Adakah standar tarif seorang penulis bayangan? Mari kita lihat dulu 
basis penentuan tarif penulisan seperti yang berlaku di dunia 
kepenulisan.

1. Tarif dibayarkan per kata (biasanya untuk tulisan ringan atau 
sedikit halaman, seperti artikel, feature, dan resensi). Tarif per 
kata di luar negeri bisa mencapai  per kata. Wah, mahal sekali! Di 
Indonesia, tarif per kata bisa kita sebutkan Rp 500,00 per kata. Jika 
asumsi dalam satu halaman A4 (1,5 spasi) ada 300 kata, berarti Rp 
150.000,00 per halaman. Tarif ini bisa lebih rendah lagi. Adapun tarif 
untuk editing Rp 25,00 per kata dengan asumsi Rp 7.500,00 per halaman. 
Untuk seorang profesional, jumlah ini termasuk minim.

2. Tarif dibayarkan per halaman biasanya untuk penulisan buku yang 
memang tebal dan memerlukan riset. Lembaga jasa alihdaya (outsource) 
penerbitan di India memberlakukan tarif  --  per halaman atau 
dengan kurs saat ini (rata-rata Rp 9.100,00) bisa mencapai Rp 
109.000,00 per halaman. Untuk Indonesia, tarif per halaman ini 
bervariasi, minimal di Rp 25.000,00 per halaman dengan asumsi Rp 
250.000,00 per sepuluh halaman.

3. Tarif kombinasi, dalam hal ini seorang penulis bayangan mendapatkan 
"advance fee" dengan jumlah tertentu, dan selanjutnya mendapatkan 
bagian royalti antara 2% -- 3% dari total royalti misalnya 10%.

4. Tarif total, yaitu tarif yang ditetapkan langsung per proyek atau 
per buku. Seorang penulis bayangan di Eropa-Amerika dibayar dengan 
jumlah yang tetap per buku antara .000 -- .000. Di Kanada, 
ditetapkan tarif minimum untuk penulis bayangan, yaitu .000 
(sekitar Rp 227.500.000,00) untuk buku dengan tebal 200 -- 300 
halaman. Biaya tetap minimum ini di luar biaya riset yang 
dikategorikan "extra charge". Di Indonesia, masih banyak penerbit yang 
menetapkan tarif untuk naskah dengan ketebalan 80 -- 120 halaman 
sebesar harga banderol Rp 3 -- 5 juta. Bahkan, Depdiknas lewat program 
BSE-nya membanderol harga buku dengan sistem tarif tetap untuk 
penguasaan selama 10 -- 15 tahun sebesar Rp 40 -- 100 juta.

Aturan Kerja

Seorang penulis bayangan harus memahami aturan dan kode etik sebagai 
penulis. Dalam hal ini, seorang penulis bayangan hendaknya mengikat 
perjanjian tertulis dengan klien ataupun paling tidak mendapat surat 
perintah kerja (SPK) resmi dari klien. Dalam hal ini, patut dipahami 
perbedaan antara pekerjaan menulis dan menyunting, dan meriset. Anda 
sebagai penulis bayangan bisa menetapkan tarif khusus untuk tulisan, 
sedangkan meriset menjadi "extra charge" atau ditanggung pembiayaannya 
oleh klien di luar penulisan, seperti akomodasi, transportasi, maupun 
pembelian buku-buku referensi.

Hal utama yang harus dijaga oleh seorang penulis bayangan adalah 
kerahasiaan konten buku ataupun kerahasiaan klien apabila diminta. 
Seorang penulis bayangan tidak boleh sembarangan mengumbar 
pekerjaannya kepada publik secara detail. Hal ini biasanya diungkapkan 
di dalam perjanjian.

Setelah menerima permintaan klien, penulis bayangan perlu membuat 
proposal penulisan buku dengan mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan, 
riset yang akan dilakukan, serta penawaran tarif sesuai dengan basis 
yang diinginkan. Jaminan yang dipertaruhkan adalah jaminan kualitas, 
konten yang akurat, serta ketepatan deadline. Kendala utama penulis 
bayangan biasanya adalah kendala waktu untuk mengejar deadline karena 
terkadang harus menyesuaikan waktu dengan narasumber ataupun klien.

Seorang penulis bayangan juga harus mempertimbangkan apakah dirinya 
sanggup menulis di bidang yang memang bukan bidang keahliannya. Sikap 
profesional perlu ditunjukkan termasuk kejujuran apabila memang tidak 
mampu.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Manistebu
Alamat URL: http://manistebu.wordpress.com/2010/03/20/all-about-ghost-writer/
Judul asli artikel: All About `ghostwriter`
Penulis: Bambang Trim
Tanggal akses: 26 April 2013


      POJOK BAHASA: BAHASA INDONESIA DI DUNIA SIBER: KOMUNIKASI 
                BERPERANTARAKAN KOMPUTER-INTERNET
                    Dirangkum oleh: Berlin B.

Kemajuan dunia siber (cyber), yang ditandai oleh perkembangan pesat 
dunia internet, benar-benar telah menjadi salah satu ciri tatanan baru 
teknologi informasi. Teknologi gabungan internet-komputer-World Wide 
Web ini telah membentuk suatu generasi baru yang lebih dahsyat 
dibandingkan dengan revolusi yang dipicu oleh temuan radio, 
percetakan, mobil, dan televisi.

Perkembangan internet di Indonesia pun menunjukkan pertumbuhan yang 
signifikan, hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah pengguna 
internet dan jumlah domain yang ada di Indonesia. Pertumbuhan ini 
tentu berimbas pada penggunaan dan perkembangan Bahasa Indonesia di 
internet. Hal yang menarik dari fenomena itu adalah bagaimana pengaruh 
bahasa lain, terutama Bahasa Inggris, di internet terhadap Bahasa 
Indonesia. Komunikasi berperantarakan komputer-internet (KBKI) di 
dunia siber itu dapat dikatakan sebagai genre baru dalam 
berkomunikasi.

Seperti bahasa alami lainnya, Bahasa Indonesia juga mengalami berbagai 
"penyesuaian" atau evolusi dalam KBKI. Pengguna internet berbahasa 
Indonesia sebagian besar memahami Bahasa Inggris, dan banyak yang 
menjadi anggota dari berbagai mailing list (milis diskusi lewat pos 
elektronik) berbahasa Inggris. Kebiasaan yang digunakan di dalam 
diskusi di milis berbahasa Inggris diterapkan juga di dalam diskusi 
milis berbahasa Indonesia, seperti penggunaan singkatan berbahasa 
Inggris, seperti BRB = "be right back", BTW = "by the way", FYI = "for 
your information", TIA = "thanks in advance", dan OOT = "out of 
topic". Ini sering kali membuat bingung peselancar baru di dunia siber 
atau yang tidak memahami Bahasa Inggris.

Selain penggunaan istilah-istilah berbahasa Inggris, penggunaan tanda 
baca yang berlebihan dan kata Bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah 
yang mengekspresikan suatu nuansa tertentu juga menjadi hal yang 
paling umum dijumpai di dalam percakapan di dunia siber. Misalnya, 
"Wooow....!!!"; "Cieelee"; "Weleh2"; dan "Lho?". Tata bahasa yang 
benar pun tidak lagi menjadi hal yang diperhatikan di dalam situasi 
diskusi semacam ini.

Pertanyaannya adalah "Apakah pemakaian Bahasa Indonesia yang tidak 
mengikuti aturan tata bahasa dan bercampur dengan segala gaya itu 
dapat mempengaruhi pemakaian dan perkembangan Bahasa Indonesia? Apa 
makna dan manfaatnya bagi perkembangan Bahasa Indonesia?"

Fenomena dalam KBKI ini tidak hanya terjadi dalam Bahasa Indonesia, 
tetapi juga terjadi pada bahasa lain di dunia. Para ahli bahasa 
berpendapat bahwa hal ini dapat merusak bahasa yang bersangkutan, 
apabila nantinya pemakai terbiasa menggunakan bahasa tersebut dan 
menerapkannya pada bahasa lisan atau tulisan formal. Namun, beberapa 
pengamat bahasa menganggap bahwa hal itu merupakan suatu evolusi atau 
bahkan revolusi bahasa, yang terjadi di dalam media baru yang berbeda 
dari bahasa ucapan dan bahasa tulisan.

Komunikasi di dunia siber menggabungkan fitur yang ada dari media 
tulisan dan percakapan yang bersemuka, tetapi menjadi campuran yang 
lebih sederhana dari keduanya. Beberapa analisis sering meninjau 
apakah KBKI lebih seperti bahasa ucapan atau seperti bahasa tulisan. 
Dalam tinjauan yang menyeluruh, David Crystal (2001) memperlihatkan 
bahwa percakapan di internet (dalam pos elektronik, chatting, dan MUD) 
lebih menyerupai bahasa tulisan daripada ucapan, dan menyebutnya 
sebagai "netspeak" yang merupakan variasi bahasa baru.

Komunikasi di dunia siber merupakan bentuk komunikasi dialogis, materi 
yang ditayangkan ke dalam Waring Wera Wanua (World Wide Web) dapat 
dilihat oleh pengguna internet lainnya dan dimungkinkan juga untuk 
memberikan tanggapan. Saat ini, terdapat berbagai teknologi yang 
memungkinkan untuk mengundang interaksi pengguna (misalnya, konversi 
mata uang, kamus daring [online], program terjemahan, dan balikan 
pengguna).

Keberadaan laman (homepage) dan penambahan jumlah domain berbahasa 
Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dapat menjadi 
korpus bagi ahli bahasa. Korpus dari dunia siber media daring (dalam 
jaringan) dapat diperoleh secara mudah melalui bantuan perangkat lunak 
penjelajah terputus (offline browser) yang dapat digunakan untuk 
mengambil semua berita yang ada di dalam suatu situs.

Korpus yang dihasilkan juga cukup representatif karena kata dan 
kalimat yang digunakan di dalamnya merupakan bahasa yang memang 
dipakai saat itu. Perubahan berita yang terus-menerus setiap hari 
menjamin ketersediaan korpus yang aktual sehingga sifat kedinamisan 
bahasa dapat dipantau setiap saat. Untuk meneliti korpus yang 
dihasilkan, diperlukan perangkat lunak khusus, seperti KWIC (Key Word 
in Context) sehingga diperoleh hasil penelitian yang maksimal.

Selain itu, khusus untuk pembelajaran bahasa, kini telah berkembang 
berbagai variasi dari sistem pembelajaran bahasa dengan bantuan 
komputer (Computer-Assisted Language Learning -- CALL) di dunia siber. 
Dengan bantuan sistem CALL, pembelajaran bahasa dapat lebih terfokus 
dan pengajaran tata bahasa lebih implisit, yang memungkinkan murid 
untuk lebih berani membangkitkan ucapan bahasa target dan interaktif, 
serta dapat menciptakan lingkungan lebih alami untuk suatu bahasa 
tertentu melalui bantuan sistem multimedia komputer.

Dirangkum dari:
Nama situs: badanbahasa.kemdikbud.go.id
Alamat URL: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1267
Penulis: Ganjar Harimansyah
Tanggal akses: 1 Mei 2013


STOP PRESS: Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" (Walking With God)

Facebook Grup "Walking With God" dibuat oleh Yayasan Lembaga SABDA 
(YLSA), untuk mengajak setiap orang percaya berjalan bersama Allah 
dengan membaca Firman-Nya setiap hari dan membagikan berkat-Nya kepada 
anggota yang lain.

Melalui grup ini, kami mengajak setiap peserta untuk: 
1. Mengucap syukur atas campur tangan Tuhan dalam hidup kita setiap hari. 
2. Membaca dan merenungkan teks Alkitab sesuai dengan perikop yang sudah 
   disusun. 
3. Memilih salah satu ayat dari teks Alkitab yang dibaca, yang 
   berbicara paling banyak untuk Anda. 
4. Menuliskan pelajaran dari ayat yang dipilih untuk dibagikan kepada 
   anggota lain.

Bergabunglah di Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" (Walking With God).
==> http://www.facebook.com/groups/alkitab.setiap.hari/

Ajak juga teman-teman Anda yang rindu belajar firman Tuhan dengan 
mengundang mereka bergabung di Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" 
(Walking With God).


Kontak: penulis(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B.
Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org