Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/126

e-Penulis edisi 126 (17-1-2013)

Pelestarian Budaya Lewat Sastra Daerah (II)

__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
                        Edisi 126/Januari/2013
           Tema: Pelestarian Budaya Lewat Sastra Daerah (II)


DAFTAR ISI
DARI REDAKSI : MARI SELAMATKAN WARISAN BUDAYA KITA!
TIP MENULIS  : TIGA AKSI SEDERHANA UNTUK MENYELAMATKAN WARISAN BUDAYA 
               DAERAH
TOKOH PENULIS: BIOGRAFI SINGKAT CHARLES DICKENS
PENA MAYA    : HORISON ONLINE
STOP PRESS   : BERGABUNGLAH DALAM KELAS PASKAH DARI YLSA!

DARI REDAKSI: MARI SELAMATKAN WARISAN BUDAYA KITA!

Shalom!

Seruan untuk menjaga warisan budaya Nusantara seakan tak habis-
habisnya dikumandangkan. Tidak hanya melalui tindakan langsung, 
seperti mengadakan pagelaran budaya atau ikut terlibat dalam 
konservasi budaya, aksi untuk menyelamatkan warisan budaya ini juga 
dapat dilakukan dengan cara-cara yang sederhana. Seperti apa caranya? 
Silakan simak Tip Menulis yang kami hadirkan dalam edisi ini. Kiranya 
sajian kami dalam edisi ini dapat mendorong Sahabat e-Penulis untuk 
ikut serta dalam upaya pelestarian budaya daerah. Selamat membaca. 
Tuhan Yesus memberkati!

Pemimpin Redaksi e-Penulis,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://pelitaku.sabda.org >


             TIP MENULIS: TIGA AKSI SEDERHANA UNTUK 
              MENYELAMATKAN WARISAN BUDAYA DAERAH
                        Ditulis oleh: Yudo

Indonesia merupakan bangsa yang terdiri atas banyak suku, bahasa, dan 
budaya. Kita, sebagai penulis muda, harus menyadari bahwa kita wajib 
melestarikan warisan itu melalui karya-karya kita. Lalu, apa yang 
dapat kita lakukan untuk dapat melestarikan budaya kita? Di bawah ini 
ada beberapa ide tentang beberapa aksi sederhana yang bisa kita 
lakukan sebagai sumbangsih kita terhadap upaya pelestarian bahasa dan 
budaya negeri ini.

1. Mengumpulkan informasi tentang budaya maupun bahasa daerah.

Jika kita mau membuka mata dan mau mencari, kita pasti akan menemukan 
bahwa tidak sedikit sumber informasi mengenai budaya dan bahasa daerah 
yang tersedia di sekitar kita. Informasi-informasi tersebut dapat 
berasal dari buku, majalah, video, atau internet. Kita juga bisa 
mendapat informasi tentang budaya dan bahasa daerah dari pagelaran 
atau festival budaya yang diadakan di daerah kita.

Selain untuk mengenal budaya dan bahasa daerah, hal ini juga dapat 
memupuk rasa cinta terhadap warisan budaya kita. Bentuk informasi yang 
bisa dikumpulkan bisa bermacam-macam, kliping dan catatan adalah hal 
yang utama, berikutnya adalah rekaman video atau foto-foto (baik yang 
merupakan dokumentasi pribadi ataupun mengunduhnya dari internet).

2. Mengangkat budaya dan bahasa daerah dalam tulisan kita.

Kumpulan informasi yang kita kumpulkan dapat kita olah menjadi 
bermacam-macam tulisan. Tak hanya untuk menulis artikel yang membahas 
seputar budaya dan bahasa daerah, kita juga bisa memakainya untuk 
menulis cerpen, puisi, bahkan novel.

Agar unik, kita bisa menyisipkan istilah atau ungkapan-ungkapan bahasa 
daerah ke dalam karya kita. Hal ini dimaksudkan agar pembaca yang 
asing dengan bahasa daerah kita, tetap dapat mengikuti alur tulisan 
sembari mengenal bahasa daerah kita.

3. Menulis dalam bahasa daerah atau menerjemahkan tulisan dari bahasa 
   lain ke dalam bahasa daerah.

Ini akan sangat menantang, namun bukan tidak mungkin dilakukan. Saat 
ini, sekalipun tulisan dalam bahasa daerah masih sangat jarang, tetapi 
sudah ada banyak kamus bahasa daerah yang bisa menolong kita. Jika 
belum tersedia, inilah kesempatan bagi kita untuk menyusunnya.

Selain menulis sendiri, kita juga bisa menerjemahkan tulisan dari 
bahasa lain ke dalam bahasa daerah. Pernah mendengar tentang bapak 
Sunta Atmaja? Beliau adalah seorang guru Bahasa Sunda yang 
menerjemahkan "Adventures of Huckleberry Fin" karya Mark Twain ke 
dalam bahasa Sunda! Saya sendiri memang belum pernah membaca hasil 
terjemahan beliau, tetapi kabar mengenai dedikasi beliau itu benar-
benar menjadi inspirasi untuk kita semua, yang ingin berkontribusi 
dalam upaya pelestarian budaya dan bahasa daerah.

Demikianlah tiga aksi sederhana yang dapat kita lakukan untuk 
melestarikan warisan budaya kita. Kiranya ide-ide ini memberi 
inspirasi bagi kita semua untuk ikut ambil bagian dalam menjaga harta 
warisan dari nenek moyang kita. Selamat mempraktikkan ide-ide 
sederhana ini dan tetaplah berkarya!

Bahan bacaan:
1. ___________. 2012. "Blog dengan Bahasa Daerah? Why Not?" Dalam 
   http://www.ladidacafe.in/2011/12/blog-dengan-bahasa-daerah-why-not.html
2. Berta, Ani. 2011. "Melestarikan Budaya Daerah Memperkuat Persatuan 
   Bangsa". Dalam http://media.kompasiana.com/new-media/2011/10/28/melestarikan-budaya-daerah-memperkuat-persatuan-bangsa/
3. Putra, Yulianus. 2012. "Mari Melestarikan Bahasa Daerah". Dalam 
   http://yulianus-putra.blogspot.com/2012/01/mari-melestarikan-bahasa-daerah.html


       TOKOH PENULIS: BIOGRAFI SINGKAT CHARLES DICKENS

Charles Dickens (Charles John Huffam Dickens) lahir di Landport, 
Portsmouth, pada 7 Februari 1812. Charles adalah anak kedua dari 
delapan bersaudara yang lahir dari pasangan John Dickens (1786-1851), 
seorang juru tulis di Kantor Keuangan Angkatan Laut, dan istrinya, 
Elizabeth Dickens (1789-1863). Pada tahun 1814, keluarga Dickens 
pindah ke London dan dua tahun kemudian ke Chatam, Kent, tempat 
Dickens menghabiskan masa kecilnya. Karena kesulitan keuangan, mereka 
kembali pindah ke London pada tahun 1822. Di sana, mereka tinggal di 
Camden Town, sebuah pemukiman masyarakat miskin.

Masa yang paling menentukan dalam hidup Dickens adalah ketika ia 
berusia 12 tahun. Ayahnya, yang mengalami kesulitan dalam mengatur 
keuangan keluarga dan terjerat banyak utang, dijebloskan ke penjara 
Marshalsea pada tahun 1824. Karena itu, Dickens terpaksa mengundurkan 
diri dari sekolah dan bekerja di sebuah pabrik penyemiran sepatu demi 
membantu keluarganya. Pengalaman ini membawa dampak psikologis dan 
sosiologis yang dalam. Pengalaman yang memperkenalkannya kepada 
kemiskinan itu menjadikannya seorang yang paling vokal dan paling 
berpengaruh di antara kaum pekerja pada zamannya.

Setelah beberapa bulan, ayahnya dibebaskan dari penjara dan Charles 
diizinkan kembali bersekolah. Pada usia 15 tahun, ia menyelesaikan 
pendidikannya dan bekerja sebagai pembantu di sebuah kantor pengacara, 
sementara pada malam harinya ia belajar stenografi. Mulai tahun 1830, 
Charles bekerja sebagai seorang reporter yang meliput berita di 
gedung-gedung pengadilan dan kemudian di gedung parlemen.

Pada tahun 1833, Charles mulai mengirimkan cerita-cerita pendek dan 
essai secara periodik. "A Dinner at Popular Walk" adalah karya 
pertamanya yang diterbitkan dan muncul di majalah "Monthly Magazine" 
pada bulan Desember 1833. Pada tahun 1834, masih sebagai reporter 
surat kabar, ia mulai memakai nama pena yang nantinya menjadi terkenal 
"Boz". Buku pertama Charles berjudul "Sketches", merupakan kumpulan 
cerita yang ditulisnya dengan menggunakan nama pena Boz dan 
diterbitkan pada tahun 1836. Pada tahun yang sama, ia menikahi 
Catherine Hogarth, putri seorang editor surat kabar "Evening 
Chronicle". Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai 10 orang anak.

Meskipun profesi utamanya adalah sebagai seorang novelis, Charles 
masih tetap melanjutkan pekerjaan jurnalistiknya sampai akhir 
hayatnya, di antaranya adalah menyunting surat kabar Daily News, 
Household Words, dan All the Year Around. Hubungannya dengan berbagai 
redaksi majalah dan surat kabar memberinya kesempatan untuk mulai 
menerbitkan karya fiksinya di awal karirnya.

"The Posthumous Papers of the Pickwick Club" diterbitkan secara 
berkala mulai April 1836 sampai November 1837. "Pickwick" menjadi 
salah satu karya populernya yang terkenal pada masa itu, dan tetap 
terkenal setelah diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1837. 
Setelah sukses dengan "Pickwick", Charles akhirnya menjadi novelis 
purnawaktu, menghasilkan karya yang lebih kompleks dalam jangka waktu 
yang menakjubkan: "Oliver Twist" (1837-38), "Nicholas Nickleby" (1838-
39), "The Old Curiosity Shop", dan "Barnaby Rudge" sebagai bagian dari 
serial "Master Humphrey`s Clock" (1840-41). Semua karya itu 
diterbitkan dalam format bulanan sebelum akhirnya dibukukan.

Pada tahun 1842, Dickens beserta istrinya melakukan perjalanan ke 
Amerika Serikat dan Kanada, perjalanan ini turut melahirkan karya 
kontroversialnya yang berjudul "American Notes" (1842), yang menjadi 
dasar bagi beberapa episode "Martin Chuzzlewit". Setelah itu, 5 seri 
buku bertema Natal pun menyusul: "Christmas Carol" (1843), "The 
Chimes" (1844), "The Cricket on the Hearth" (1845), "The Battle of 
Life" (1846), dan "The Haunted Man" (1848). Setelah tinggal beberapa 
lama di Italia (pada tahun 1844) dan Swiss (1846), Dickens kembali 
mengulang kesuksesannya dengan "Dombey and Son" (1848), "David 
Copperfield" (1849-50), "Bleak House" (1852-53), "Hard Times" (1854), 
"Little Dorrit" (1857), "A Tale of Two Cities" (1859), dan "The Great 
Expectations" (1861).

Pada tahun 1856, berkat kepopulerannya, Dickens berhasil membeli "Gad 
Hill`s Place", sebuah rumah besar yang ia kagumi sejak kecil. Pada 
tahun 1858, Dickens mulai membacakan buku untuk umum, sesuatu yang 
akhirnya menjadi populer. Secara keseluruhan, Dickens telah melakukan 
hal ini sebanyak 400 kali. Pada tahun yang sama, setelah menghadapi 
masa-masa sulit yang panjang, Dickens bercerai dengan istrinya. Pada 
tahun itu pula, Dickens memulai sebuah hubungan dengan seorang aktris 
muda bernama Ellen Ternan. Hubungan keduanya tidak terlalu jelas, 
tetapi hubungan itu memberi pengaruh yang cukup besar terhadap 
kehidupan profesional maupun pribadi Dickens.

Dalam tahun-tahun kehidupannya, kesehatan Dickens melemah dan menjadi 
semakin parah karena ia tetap melakukan pembacaan buku dalam jumlah 
yang banyak. Pada tahun 1869, ketika ia sedang membacakan buku, ia 
pingsan dan menunjukkan gejala stroke ringan. Setelah kejadian itu, 
Dickens menyendiri di Gad`s Hill dan mulai mengerjakan "Edwin Drood", 
sebuah karya yang tak pernah diselesaikannya.

Charles Dickens meninggal di kediamannya pada tanggal 9 Juni 1870 
setelah mengalami stroke. Bertentangan dengan keinginannya untuk 
dimakamkan di Katedral Rochester, ia dimakamkan di "Poet`s Corner", di 
Westminster Abbey. Pada batu nisannya tertulis: "Ia adalah seorang 
yang bersimpati pada orang-orang yang miskin, menderita, dan 
tertindas; ketika ia meninggal, Inggris dan dunia kehilangan salah 
seorang penulis terbesarnya." (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Charles Dickens Online
Alamat URL: http://www.dickens-online.info/charles-dickens-biography.htm
Penulis: tidak dicantumkan
Tanggal akses: 15 Januari 2013


                   PENA MAYA: HORISON ONLINE

Para penikmat sastra Indonesia pasti tak asing dengan Majalah Horison. 
Majalah yang terbit pertama kali pada bulan Juli tahun 1966 ini, 
sampai sekarang masih melayani masyarakat Indonesia dengan karya-karya 
sastra yang bermutu. Menurut penjelasan di situs Horison Online, isi 
yang terdapat dalam situs ini memang berbeda dengan Majalah Horison 
(versi cetak), tetapi hal itu tentu tidak membuat Horison Online 
menjadi tak layak dikunjungi para penikmat sastra. Di situs ini, 
pengunjung dapat membaca 8 kategori tulisan, mulai dari editorial 
sampai resensi buku. Sayangnya, situs ini tidak di-update (terakhir 
kali tahun 2013), namun demikian masih banyak pengunjung baru yang 
meninggalkan komentar mereka pada kotak komentar, yang tersedia di 
bawah karya-karya yang termuat di dalamnya. Jadi, tunggu apa lagi? 
Silakan meluncur ke alamat situs Horison Online di bawah ini. (Y)

==> http://horisononline.or.id/


      STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM KELAS PASKAH DARI YLSA!

Apakah Anda ingin mengerti lebih dalam tentang makna Paskah?

Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > melalui program Pendidikan 
Elektronik Studi Teologi Awam (PESTA) kembali membuka Kelas Diskusi 
PASKAH 2013. Dalam kelas diskusi ini, akan dibahas topik-topik diskusi 
seputar kematian dan kebangkitan Kristus. Pastinya setiap peserta akan 
lebih diperkaya lagi tentang makna Paskah yang sejati melalui kelas 
ini.

Diskusi akan dilangsungkan melalui milis diskusi (email) dan berjalan 
selama 1 bulan (21 Februari -- 25 Maret 2013). Anda dapat mengikuti 
kelas diskusi ini tanpa dipungut biaya apa pun (GRATIS)! Pendaftaran 
dibuka mulai 15 Januari -- 15 Februari 2013.

Segeralah mendaftarkan diri ke Admin PESTA di < kusuma(at)in-
christ.net >. Kami tunggu!


Kontak: penulis(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B.
Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org