Menulis Esai Kristiani (I)
|
e-Penulis -- Edisi 183, 3 November 2016
|
DARI REDAKSI
Melihat Kesempatan Baik dalam Sebuah Esai
Dunia penulisan yang makin hari makin berpeluang emas untuk menjadi media penyampai Kabar Baik harus selalu menjadi perhatian bagi setiap orang percaya, terlebih lagi bagi para penulis Kristen. Berbagai jenis tulisan yang sudah banyak dipublikasikan di berbagai media, baik berupa artikel, renungan, puisi, tip, esai, dll., kiranya menjadi fokus bagi para penulis Kristen untuk mulai memikirkan keefektifannya terkait dengan minat baca masyarakat pada masa ini. Tidak dimungkiri bahwa minat baca masyarakat saat ini tak hanya bergantung pada minat suka baca yang sudah tertanam sejak dini, tetapi juga bergantung pada jenis bacaan dan cara penyampaian konten yang singkat, padat, jelas, dan berguna.
Edisi e-Penulis kali ini akan lebih fokus menyoroti jenis tulisan esai, salah satu jenis tulisan yang memiliki keunikan dalam beberapa hal, mulai dari bentuk, jumlah kata, maupun cara penyampaiannya. Keunikan ini justru menjadi kekuatan bagi sebuah esai dalam menyampaikan kontennya kepada pembaca. Lalu, bagaimana penulis Kristen harus menyikapi jenis tulisan semacam ini? Mari membaca sajian e-Penulis ini dengan saksama. Kiranya hikmat dari Tuhan dikaruniakan bagi setiap kita untuk bisa peka dan melihat kesempatan-kesempatan baik dalam dunia penulisan supaya kita bisa memanfaatkannya dengan bijaksana bagi pemberitaan Kabar Baik. Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.
|
ARTIKEL
Menulis Esai Kristiani
Ditulis oleh: Santi T.
Esai secara Umum
Esai mulai dikenal dalam dunia penulisan pada tahun 1500-an ketika Montaigne, filsuf Perancis, menulis sebuah buku "Essais", yang berarti "attempts" atau usaha. Buku tersebut mencantumkan beberapa anekdot dan observasinya mengenai esai. Pada tahun 1600-an, Sir Francis Bacon juga melakukan hal yang sama, bersama dengan Montagne di Inggris. Ia menulis sebuah buku berjudul "Essay", yang kemudian menjadi patokan untuk esai-esai sesudahnya dalam hal bentuk, panjang, ritme, dan kejelasan. Penulisan esai yang dipelopori Montaigne dan Bacon telah memengaruhi bidang pendidikan di Amerika dan Eropa hingga saat ini. Terbukti dengan dijadikannya esai sebagai salah satu bagian pokok institusi pendidikan -- para siswa diwajibkan mengikuti pelatihan penulisan esai terstruktur untuk mengembangkan kemahiran menulis mereka.
Keberadaan esai hingga saat ini masih banyak diminati oleh para penulis dan pembaca. Tidak dimungkiri bahwa saat ini banyak orang lebih menyukai segala sesuatu yang cepat dan bermanfaat, termasuk dalam hal mengonsumsi informasi. Dalam dunia penulisan, tentu saja fenomena ini akan sangat mendongkrak jenis tulisan yang relatif pendek dan memang cocok untuk dinikmati dalam sekali duduk. Salah satunya adalah esai. Secara umum, esai disebut sebagai suatu usaha untuk melahirkan pandangan mengenai suatu topik dengan bentuk yang pendek/singkat dengan cara penuturan yang sebaik-baiknya (A. Widyamartaya dan V. Sudiati). Memang tidak ada aturan baku yang menyebutkan berapa jumlah kata dalam sebuah esai, tetapi patokannya adalah sebuah esai harus bisa selesai dibaca dalam sekali duduk.
Patokan semacam itu memang tidak terlalu jelas, tetapi penulis bisa memakai standar ini saat ia menulis esai. Terkait dengan jumlah kata ini, beberapa buku komposisi memberi batasan yang lebih jelas. Sebuah karangan dikategorikan sebagai esai bila memiliki jumlah kata antara 500 sampai 1500 kata. Bila diketik dalam bentuk dokumen (Microsoft Word), panjang sebuah esai berkisar antara tiga sampai tujuh halaman (dengan ukuran kertas A4) dengan font berukuran 12 dan berspasi ganda. Jika sebuah esai memiliki lebih dari 1500 kata, esai tersebut akan dikategorikan sebagai "extended essay" (esai yang diperpanjang). Adapun jenis-jenis esai juga beragam, mulai dari esai deskriptif, esai ekspositori, esai tajuk, esai cukilan watak, esai kritik, hingga esai persuasif.
Struktur penulisan esai juga harus diperhatikan. Struktur ini terbagi dalam tiga bagian yang berwujud paragraf. Bagian pertama berupa paragraf pendahuluan, yang berisi pengantar mengenai topik yang akan ditulis. Hal terpenting dalam paragraf pendahuluan adalah kalimat tesis, yang berfungsi sebagai gagasan pengontrol untuk bagian kedua. Bagian kedua adalah paragraf isi, yang berisi tentang pembahasan lebih lanjut dari gagasan yang ingin disampaikan penulis. Jumlah paragraf pada bagian ini tergantung dari jumlah gagasan utama yang ingin disampaikan dalam esai. Bagian ketiga adalah penutup, yang berisi ringkasan dari gagasan yang telah disampaikan di paragraf isi. Ciri yang paling membedakan esai dengan jenis karangan lain adalah gaya penulisan esai. Dalam hal ini, pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penulisan merupakan unsur penting dalam menulis esai.
Keunikan Esai bagi Penulis Kristen
Mempelajari ciri-ciri esai dan merealisasikannya dalam dunia penulisan Kristen, esai memang sangat cocok sebagai media penyampai prinsip-prinsip hidup kekristenan. Penulis esai Kristen atau esais Kristen bisa memaksimalkan esai sebagai media untuk menuangkan topik-topik tertentu dalam Alkitab dan gagasan penulis mengenai topik tersebut. Keunikan esai, yang salah satunya berupa karangan pendek, bisa menjadi tantangan bagi para penulis Kristen untuk mengupas dengan tajam topik-topik dalam Alkitab untuk disajikan kepada para pembaca. Diharapkan, pembaca akan mendapatkan informasi berharga mengenai prinsip-prinsip hidup Kristen yang alkitabiah melalui sebuah esai kristiani yang berbobot. Sebuah esai kristiani yang berbobot memiliki pengaruh yang besar yang mampu menarik pembaca untuk membaca esai-esai kristiani dengan topik-topik kekristenan yang lain. Tentunya, hal ini sangat kita harapkan, sebab proses ketertarikan dan keingintahuan seseorang akan firman Tuhan menjadi langkah yang sangat baik bagi mereka untuk semakin mengenal Allah.
Dalam penyajiannya, penulis esai kristiani harus kreatif dalam memaparkan gagasannya supaya pembaca bisa menangkap kontennya dengan benar, apalagi konten esai yang biblikal. Dalam hal ini, penulis esai bisa menggunakan gaya bahasa tertentu sesuai kebutuhan supaya pembaca bisa menyerap informasi dengan lebih cepat dan mudah. Sama seperti Kristus yang ketika mengajar banyak orang, menggunakan perumpamaan, kita pun bisa mengungkapkan kebenaran firman Tuhan dengan cara penyampaian yang kreatif -- memparafrasekan, menggunakan gaya penulisan yang unik, maupun memanfaatkan gaya bahasa tertentu. Hal terpenting bagi esais Kristen adalah memiliki disiplin rohani yang baik, sebab kualitas esai akan sangat bergantung dari hal ini. Pengetahuan tentang Alkitab saja belum tentu bisa memberikan kontribusi yang cukup untuk kualitas sebuah esai. Ketika penulis telah mengalami firman Tuhan itu dan menuangkannya menjadi bagian dalam esainya, itulah salah satu hal berharga yang bisa ditangkap pembaca.
Penyajian Esai Kristen di Media
Pernahkah Anda membayangkan bagaimana jika sebuah esai kristiani terpublikasi di media massa? Apalagi pada zaman digital ini, bagaimana dampaknya bagi masyarakat luas? Salah seorang tokoh reformator, John Calvin, sudah menulis banyak esai seputar keagamaan yang membawa pengaruh besar bagi kehidupan orang-orang percaya. Esai-esai yang ia tulis telah menjadi patokan bagi gereja-gereja pembaruan di Eropa. Esais Kristen Indonesia, Mula Harahap, juga sangat gencar menulis esai-esai dari topik umum hingga religius yang mewarnai dunia penulisan esai di Indonesia. Salah satu esainya yang berjudul "Menyembah Tuhan, Menyembah Berhala, Iman dan Kebudayaan" cukup mengkritisi kondisi keagamaan dan kebudayaan di Indonesia. Tak hanya menulis esai, ia pun memotivasi para penulis, termasuk para penulis Kristen, untuk gemar menulis esai-esai pribadi -- esai yang memuat pengalaman pribadi penulisnya. Selain beliau, masih banyak lagi esais Kristen Indonesia seperti Dr. T.B. Simatupang, Eka Darmaputera, Franz Magnis-Suseno, Andar Ismail, Sindhunata, Arswendo A., Yonky Karman, dll..
Melihat potensi sebuah esai bisa memberi pengaruh yang besar bagi para pembacanya, kita sebagai penulis Kristen harus peka akan kesempatan ini. Setiap orang percaya, sebagai makhluk yang telah diselamatkan oleh Allah melalui Kristus, memiliki panggilan yang sama, yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal-Nya (Matius 28:19-20). Dalam hal ini, setiap penulis Kristen pun turut terlibat dalam melakukan Amanat Agung ini. Sebagai orang percaya, kita memiliki tanggung jawab untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, dan kita juga berkewajiban untuk memberitakan Kabar Baik tentang-Nya. Oleh sebab itu, penulis Kristen harus terus mengalami pertumbuhan rohani seturut dengan firman Tuhan dan membagikannya melalui talenta yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita.
Banyak media yang bisa kita gunakan untuk memublikasikan esai-esai kristiani. Dari media konvensional sampai media modern saat ini, esai-esai kristiani memiliki peluang besar untuk dinikmati berbagi kalangan masyarakat. Inilah tantangan bagi para esais Kristen untuk semakin kreatif dalam menulis esai kristiani supaya firman Tuhan bisa disampaikan kepada para pembaca secara singkat, padat, jelas, tanpa mengurangi esensi kebenaran firman Tuhan.
Sebagai kesimpulan, esai kristiani merupakan buah perenungan, pembelajaran, dan pengalaman akan firman Tuhan yang ditulis secara ringkas dan dapat dipublikasikan dengan cara yang efektif pada zaman ini, serta berpotensi besar untuk bisa dibaca banyak orang. Topik apa pun dalam Alkitab dapat ditulis dalam bentuk esai. Oleh karena itu, esai kristiani dapat menjadi salah satu jenis tulisan yang dapat dijadikan alat uji untuk mengukur kedalaman pengertian seseorang akan firman Tuhan. Esais Kristen yang memiliki hubungan intim bersama Allah, rajin menggali kebenaran firman Tuhan, dan melakukan kebenaran-Nya, akan dapat menyampaikan tulisannya secara baik, menarik, dan berkuasa.
|
POJOK BAHASA
"Atau" Bukan Sinonim dari "Ataupun"
Perhatikan judul artikel yang ditayangkan di situs daring sebuah grup media nasional. "Andiren: Kenal ataupun Nggak, Penilaian tentang Mike Sama Rata". Selintas tak ada yang aneh. Akan tetapi, kalau ditelusuri lebih lanjut, ternyata ada kesalahan di judul tersebut.
Banyak yang memahami "ataupun" sama saja dengan "atau". Karena itu, banyak tulisan yang memasang "ataupun" dalam makna "atau". Seperti dalam judul tadi. Seakan-akan "ataupun" sama dengan "atau". Padahal kedua kata sambung itu memiliki makna yang berbeda. Junaiyah H. Matanggui dalam bukunya "Kamus Sinonim", terbitan Grasindo, 2009, menguraikan hal itu.
Menurut Junaiyah, "atau" dipakai untuk menandai pilihan di antara beberapa yang tersedia. Atau, menghubungkan dua klausa atau lebih pilihan. Contoh: "Engkau yang pergi atau saya". Sedangkan, "ataupun" dipakai untuk menandai kesertaan, yang semakna dengan "dan". Kata itu dapat dipakai untuk menjajarkan rincian atau menjumlahkan. Contoh: "Saya ataupun keluarga saya akan berdarmawisata ke Gunung Anak Krakatau". Jadi, "atau" dan "ataupun" tidak sama makna.
Diterjemahkan dari: |
Judul majalah |
: |
Intisari, September 2016 |
Judul asli artikel |
: |
"Atau" Tidak Sinonim dengan "Ataupun" |
Penulis |
: |
Yds |
Halaman |
: |
175 |
|
RESENSI BUKU
Generasi Inspirasi
|
Judul buku |
: |
Generasi Inspirasi |
Judul asli |
: |
-- |
Penulis/Penyusun |
: |
Karel Koro |
Penerjemah |
: |
Doni Jaya |
Editor |
: |
Adhisty Anindya Jati |
Penerbit |
: |
ANDI, Yogyakarta 2012 |
Ukuran buku |
: |
23 x 15 cm |
Tebal |
: |
111 halaman |
ISBN |
: |
-- |
Buku online |
: |
-- |
Download |
: |
-- |
Sebuah generasi harus terus mengalami perkembangan yang semakin baik dari waktu ke waktu. Inilah yang menjadi salah satu kerinduan seorang penulis sekaligus gembala sidang, Karel Koro, dalam bukunya yang berjudul "Generasi Inspirasi". Generasi inspirasi merupakan sebuah generasi yang memiliki sembilan kerangka pikir membangun aset bagi masa depan bangsa Indonesia. Kesembilan aset ini meliputi idealis, nasionalis, strategis, produktif, inovatif, responsif, adaptif, sejahtera, dan beriman, yang dijelaskan dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami.
Salah satu keunikan dari buku ini adalah penjelasan untuk setiap aset yang selalu diawali dengan pemaparan pengalaman pribadi penulis, baik itu dalam konteks belajar mengajar, perjalanan ke luar negeri, pendidikan, maupun informasi terkini. Salah satu contohnya, penjelasan tentang aset iman, penulis mengawalinya dengan menyatakan bahwa hampir setiap orang selalu membuat resolusi pada akhir tahun dan meresponsnya dengan cara berbeda-beda, termasuk mengemasnya sebagai nazar dan didoakan pada ibadah akhir tahun. Hal ini menjadi bukti bahwa sebenarnya manusia tidak terlepas dari sisi religi. Bahkan, penulis pun menyatakan bahwa ketika ia dan istrinya bekerja sebagai guru, ia hanya memiliki kerinduan untuk mengabdikan dirinya sebagai orang yang bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa dan mencerdaskan kehidupan generasi ini. Sebab, inilah salah satu panggilan Tuhan dan hidupnya yang harus ia kerjakan di dunia pendidikan.
Penulis sangat terbeban akan hadirnya generasi-generasi yang inspiratif. Penulis memaparkan kesembilan kerangka pikir di atas dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak ribet, tentunya akan sangat menarik bagi Anda untuk membacanya sampai selesai. Bacalah buku ini untuk menambah wawasan Anda, bahkan buku ini bisa menjadi bahan sharing yang bermanfaat bagi kelompok generasi muda di tempat Anda.
Peresensi: Santi T.
|
|
SUMBER BAHAN TERBAIK KIDUNG.CO
|
Kabar gembira! Mulai saat ini, Anda akan mendapatkan informasi seputar bahan-bahan kidung dengan lebih mudah, cepat, dan berkualitas. Bagaimana caranya?
Kunjungilah situs Kidung.co dan temukanlah bahan-bahan terbaik dari berbagai sumber, baik berupa artikel, ilustrasi khotbah, lagu terpopuler sepanjang masa, dan kumpulan himne (KJ, NKB, PKJ, KPRI, PPK, Nyanyian Pujian, dan Kidung Pasamuan Kristen Anyar (bahasa Jawa)). Selain itu, Kidung.co juga mempermudah Anda untuk menemukan komunitas Kristen yang berfokus pada musik dan puji-pujian. Jangan lewatkan kesempatan berharga ini, dapatkan bahan-bahan terbaik yang Anda inginkan melalui situs kidung.co.
Tunggu apa lagi, kunjungilah kidung.co sekarang juga!!
|
|