Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/167

e-Leadership edisi 167 (16-9-2014)

Kepemimpinan di Gereja (I)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI SEPTEMBER 2014===========
                      Kepemimpinan di Gereja

e-Leadership -- Kepemimpinan di Gereja
Edisi 167, 23 September 2014

Shalom,

Gembala adalah seorang pemimpin di gereja. Peran gembala sangat 
penting dalam membawa dan mengajar jemaat untuk mengenal Tuhan lebih 
mendalam. Keberhasilan gembala bukanlah terletak pada hasil yang 
tampak, melainkan pada kesetiaannya untuk hidup dalam kebenaran firman 
Tuhan. Bagaimana seharusnya dalam memimpin? Apa saja tugas dan 
tanggung jawab seorang pemimpin gereja? Ingin tahu jawabannya? Silakan 
menyimak sajian yang kami siapkan untuk Anda dalam edisi ini. Kiranya 
Tuhan mengaruniakan kepada kita ketekunan dan kekuatan untuk setia 
menjalani panggilan menjadi gembala, untuk membawa jemaat semakin 
serupa dengan Yesus Kristus. Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Ryan
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >


Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan 
menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, 
induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati. (Yesaya 40:11) 
< http://alkitab.mobi/tb/Yes/40/11/ >


                  ARTIKEL: PANGGILAN PEMIMPIN

Nas: 1 Petrus 5:1-4
http://alkitab.mobi/tb/passage/1+pet+5%3A1-4

Surat ini ditulis oleh Rasul Petrus kepada orang-orang Kristen yang 
tersebar di daerah Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan 
Bitinia. Orang-orang Kristen kala itu sedang mengalami penganiayaan 
yang sangat berat dari pihak kekaisaran Romawi. Banyak di antara 
mereka yang mati mengenaskan karena pembantaian yang dilakukan Kaisar 
Romawi. Itulah sebabnya, Petrus memberi nasihat kepada pembacanya 
bahwa mereka adalah orang-orang pilihan Allah yang telah ditebus 
dengan harga yang mahal. Mereka adalah umat Allah yang memiliki 
tingkah laku dan tanggung jawab yang baru, sekalipun menghadapi 
berbagai macam penderitaan.

Dalam surat ini, setelah menyampaikan identitas pengirim dan penerima 
serta salam sebagaimana lazimnya surat pada masa itu (1 Petrus 1:1-2), 
pertama-tama Petrus menunjukkan status baru bagi umat pilihan yang 
telah menerima anugerah Allah (1 Petrus 1-2:10). Selanjutnya, Petrus 
memberikan paparan mengenai tingkah laku yang baru bagi orang yang 
sudah menjadi milik Tuhan (1 Petrus 2:11-3:7). Penderitaan sebagai 
risiko bagi orang yang sudah ditebus, sering diperlakukan tidak adil 
oleh dunia (1 Petrus 3:84:12), dan diakhiri dengan tanggung jawab baru 
sebagai umat pilihan Allah (1 Petrus 5:1-11), penutup (1 Petrus 5:12-
14).

Nas yang kita selidiki merupakan bagian dari tanggung jawab seorang 
milik Tuhan, khususnya orang yang dipanggil untuk menjadi pemimpin 
umat dalam sebuah sidang jemaat atau gereja lokal. Hal ini penting 
karena aniaya yang terjadi di mana-mana membuat anggota jemaat sangat 
membutuhkan pertolongan seorang pemimpin. Sebaliknya, orang-orang yang 
seharusnya menjadi pemimpin jemaat pun merasa berat untuk melakukan 
tugas panggilannya mengingat hebatnya penganiayaan saat itu. Dalam 
suasana seperti itu, Petrus mengingatkan para pemimpin jemaat akan 
panggilan mereka. Petrus menulis, "Aku menasihatkan para penatua di 
antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, 
yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan 
kelak." (1 Petrus 5:1)

Tampak jelas bahwa nasihat Petrus ini dialamatkan kepada para pemimpin 
jemaat. Istilah yang dipakai Petrus, yang diterjemahkan dengan 
"penatua" berasal dari kata Yunani "presbuteros". Selain presbuteros, 
Petrus juga menggunakan istilah "episkopos" yang biasanya 
diterjemahkan sebagai "penilik jemaat". Sekalipun kata ini digunakan 
dalam ayat dua, tetapi tidak tampak dalam Alkitab bahasa Indonesia. 
Istilah lainnya adalah "poimen" yang diterjemahkan dengan 
"gembalakan", juga terdapat dalam ayat dua. Tiga istilah berbeda yang 
dipakai oleh Petrus tidak dimaksudkan untuk menunjukkan adanya tiga 
macam kepemimpinan dalam struktur gereja pada waktu itu, melainkan 
lebih menekankan pada fungsi pemimpin gereja. Pemimpin gereja, apa pun 
istilahnya, baik presbyteros maupun episkopos, harus melakukan tugas 
poimen atau penggembalaan. Pelayanan firman atau pelayanan sosial yang 
dikerjakan oleh gereja haruslah berfungsi untuk menggembalakan jemaat. 
Pendeknya, jemaat terlayani dengan baik, dalam hal kebutuhan rohani 
dan jasmani.

Teman Penatua

Sebagai dasar untuk menasihati para pemimpin jemaat, Petrus tidak 
mengenalkan dirinya sebagai rasul. Padahal, dengan memperkenalkan diri 
sebagai rasul, atau setidaknya salah satu dari kedua belas murid Yesus 
yang paling dekat, ia memiliki wibawa dan otoritas untuk memberi 
perintah kepada para pemimpin jemaat. Dalam perjalanan sejarah 
berdirinya gereja, Petrus adalah seorang perintis gereja mula-mula. 
Dalam kepemimpinan gereja saat itu, ia disebut sebagai soko guru. 
Petrus memiliki kedudukan yang tinggi dalam hierarki kepemimpinan 
gereja mula-mula. Namun, ia tidak menggunakan kedudukannya itu untuk 
memerintah para penatua gereja. Sebaliknya, ia memperkenalkan diri 
sebagai teman penatua.

Dari kebenaran ini, kita dapat belajar bahwa kepemimpinan di gereja 
sebenarnya tidak ada majikan dan bawahan, tidak ada bos dan jongos, 
tetapi kawan sekerja dalam pekerjaan Tuhan. Apa pun sistem gereja yang 
kita anut, seharusnya menghindari gaya pelayanan antara majikan dan 
bawahan. Di gereja-gereja, masih sering didapati cara kerja yang 
demikian. Di satu sisi, ada pendeta sebagai gembala sidang yang 
terlalu berkuasa atas pengurus dan jemaatnya sehingga ia bagai raja di 
tengah-tengah komunitasnya. Semua jemaat dan pengurus memiliki 
kewajiban untuk memberikan kehormatan dan upeti bagi sang raja supaya 
hidupnya tenteram dan diberkati. Namun, di sisi lain, ada pengurus 
jemaat yang terlalu berkuasa sehingga mereka mempekerjakan seorang 
pendeta menurut arah dan kebijakan mereka. Seorang pendeta menjadi 
seperti karyawan yang bekerja menurut aturan dan bertanggung jawab 
penuh kepada pengurus. Apabila melalaikan tugas, apa lagi melanggar 
aturan, dengan mudah pengurus menjatuhkan sanksi, yang dapat berupa 
hukuman tidak boleh melayani atau dikurangi honorariumnya. Dapat 
dibayangkan, seorang pendeta di sebuah gereja lokal diperlakukan 
seperti seekor kuda yang dikendalikan oleh kusirnya untuk membawa ke 
mana kereta itu pergi. Cara kerja demikian tidaklah sesuai Alkitab. 
Petrus memberikan contoh bekerja dalam pelayanan adalah "kerja sama" 
sebagai kawan seperjuangan. Itulah yang menjadi alasan Petrus lebih 
suka memperkenalkan diri sebagai kawan penatua daripada sebagai rasul.

Saksi Penderitaan Kristus

Tuhan Yesus melayani di bumi disertai oleh kedua belas murid-Nya. 
Salah satunya adalah Petrus. Banyak hal menakjubkan dilakukan Tuhan 
Yesus selama pelayanan tersebut. Yesus mengajar banyak orang. Mereka 
terkesima dengan ajaran-Nya yang penuh kuasa. Dia membuat mukjizat-
mukjizat ajaib yang mencengangkan dunia. Dia dimuliakan di gunung 
disertai Elia dan Musa. Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem dan disambut 
seperti Raja yang berkuasa, yang datang di tengah-tengah masyarakat-
Nya. Dia mengalahkan maut dengan bangkit dari antara orang mati dan 
naik ke surga disaksikan oleh lima ratus orang sekaligus pada siang 
hari.

Petrus adalah saksi dari semua itu. Namun, Petrus tidak pernah 
memperkenalkan diri sebagai saksi mukjizat Yesus, saksi kemuliaan 
Yesus, atau saksi kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga. Sebaliknya, 
ia memperkenalkan diri sebagai saksi penderitaan Kristus. Apa yang ada 
di benak Petrus ketika ia mengatakan sebagai saksi penderitaan 
Kristus? Petrus pasti ingat cara ia menyaksikan seluruh drama 
penderitaan Yesus ketika dihakimi di rumah imam besar, tempat Petrus 
dipenuhi dengan rasa takut yang luar biasa. Ketakutan itulah yang 
menjadikannya tidak berani mengaku sebagai pengikut Yesus ketika 
ditanya seseorang waktu itu. Ia menyangkal Yesus tiga kali sebelum 
ayam berkokok. Ia gagal menyertai Yesus dalam penderitaan-Nya. Namun, 
tatapan mata Yesus, kunjungan Yesus di tepi danau Galilea, dan Roh 
Kudus yang hadir dan diam dalam hatinya, mengampuni, melayakkan, dan 
memakai Petrus menjadi saksi-Nya. Petrus menjadi penjala manusia 
sekaligus gembala domba-domba Allah hanya karena kekuatan anugerah 
Allah.

Petrus menasihatkan kita untuk mau menggembalakan domba-domba Tuhan, 
sekalipun mungkin kita pernah gagal dalam mengikut Tuhan, karena bagi 
Petrus, menjadi gembala sidang pun hanya karena kasih setia Tuhan. 
Tanpa kasih setia-Nya, kita tidak akan sanggup hidup mengikut Tuhan, 
apalagi menggembalakan jemaat.

Penerima Kemuliaan

Petrus adalah salah satu dari tiga murid Yesus yang diizinkan melihat 
kemuliaan Yesus di gunung (Baca Markus 9:1-4).

Kemuliaan yang disaksikan oleh Petrus, Yakobus, dan Yohanes begitu 
mengesankan mereka. Apalagi dalam kemuliaan itu hadir Elia dan Musa 
yang merupakan dua tokoh yang sangat fenomenal di mata mereka. Hidup 
dan pelayanan mereka sama-sama diikuti oleh mukjizat Tuhan, sekalipun 
di tengah-tengah tantangan dan kesulitan. Mereka juga mengakhiri 
hidupnya dengan mulia. Elia mengakhiri hidupnya dengan dijemput oleh 
kereta berapi yang datang dari surga, sedangkan Musa mati dan Tuhan 
sendiri yang menguburkannya (Ulangan 34:6), bahkan dalam Yudas 1:9 
secara tersirat dituliskan bahwa jasad Musa ada dalam pengawalan 
penghulu malaikat bernama Mikhael.

Petrus juga menyaksikan penderitaan dan kematian mengerikan yang 
dialami Tuhan Yesus. Petrus merupakan saksi kebangkitan dan kenaikan 
Yesus ke surga yang begitu mulia. Dari dua kebenaran yang ia saksikan 
itu, Petrus memiliki keyakinan bahwa dalam pelayanan yang kita lakukan 
dengan setia kepada Tuhan, sekalipun sulit dan penuh tantangan bahkan 
penderitaan, Tuhan akan memuliakan kita. Penderitaan yang kita alami 
sekarang tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak 
pada waktu Tuhan Yesus datang yang kedua kali.

Kalau kita mengerti bahwa Tuhan merindukan kita untuk terlibat dalam 
pelayanan penggembalaan umat-Nya, seperti yang dialami Petrus, kita 
bisa memenuhi panggilan pelayanan itu dengan kemenangan. Petrus 
menyatakan diri sebagai teman penatua. Ia saksi penderitaan Kristus 
dan pernah gagal sebagai murid Yesus, tetapi ia berhasil menjalani 
panggilannya menjadi penjala manusia dan penggembala domba-domba 
Allah. Petrus yang pernah mengalami ketakutan bisa meraih sukses 
karena pertolongan Tuhan. Ia yakin akan mendapat kemuliaan pada masa 
depan. Kita tidak perlu begitu tercekam oleh rasa takut sehingga 
mengabaikan panggilan kita. Penderitaan yang mungkin akan kita hadapi 
adalah hal yang biasa. Tuhan bisa membuka jalan keluar bagi pintu-
pintu yang tertutup di hadapan kita. Penderitaan yang kita hadapi akan 
menyiapkan kita untuk menerima kemuliaan pada masa mendatang. 
Terimalah panggilan-Nya dengan hati terbuka dan sukacita, maka Tuhan 
akan memampukan kita untuk menjalaninya. Lihatlah dengan kacamata iman 
Anda, bahwa kemuliaan Tuhan juga disediakan bagi kita.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Rahasia Di Balik Gembala dan Domba
Judul bab: Panggilan Pemimpin
Penulis: Noor Anggraito
Penerbit: Penerbit ANDI, Yogyakarta 2012
Halaman: 309 -- 314


                             KUTIPAN

"... setiap pemberian yang baik dari Allah bagi kita bisa berbalik 
menjadi sebuah kail untuk menarik kita justru menjauh dari-Nya." (Kyle 
Idleman)


             INSPIRASI: BERIKAN EVALUASI YANG JUJUR

Evaluasi atau penilaian dapat dibagi menjadi dua. Pertama, jika Anda 
mengamati atau mempelajari seseorang dalam kapasitas tertentu, di 
dalam atau di luar kelompok, menyampaikan kebenaran dengan penuh kasih 
akan menjadi sumbangsih yang nyata bagi pertumbuhan rohani orang 
tersebut. Memberikan penilaian yang jujur atas perkembangannya 
merupakan salah satu cara untuk menunjukkan kenyataan yang kemungkinan 
bagi orang itu tidak jelas.

Kedua, jika seseorang menjadikan Anda sebagai pemberi rekomendasi 
untuk melamar pekerjaan atau kontrak apa pun, sangatlah penting untuk 
memberikan penilaian yang jujur, tanpa melebihkan kemampuannya atau 
menutupi kekurangannya. Kita hidup di tengah masyarakat yang memiliki 
wilayah abu-abu tentang kejujuran.

Oleh sebab itu, adalah penting bagi kita selaku pemimpin Kristen untuk 
menyatakan sesuatu secara jujur. Saya sering memanggil orang yang saya 
beri rekomendasi untuk menyampaikan apa yang saya tulis atau katakan 
dalam surat rekomendasi untuk melamar suatu pekerjaan. Dengan begitu, 
mereka mendapat kesempatan untuk memberikan umpan balik kepada saya 
untuk memutuskan akan menjadikan saya pemberi rekomendasi lagi atau 
tidak di kesempatan yang lain.

Diambil dari:
Judul asli buku: 101 Great Ideas: To Create a Caring Group
Judul buku terjemahan: 101 Ide Jitu Membangun Kekompakan dalam Kelompok Kecil
Penulis: Tom Corrigan
Penerjemah: Yolanda Pantou
Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009
Halaman: 9 -- 10


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI KELAS ONLINE NATAL NOVEMBER/DESEMBER 2014!

Natal adalah hari kelahiran Yesus Kristus, Anak Allah, di sebuah 
palungan, di kota Betlehem. Berkaitan dengan momentum itu, Pendidikan 
Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA) < http://pesta.org/ > yang 
diselenggarakan oleh Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org/ > kembali 
membuka pendaftaran untuk mengikuti kelas online Natal 
November/Desember 2014.

Dalam kelas diskusi ini, peserta akan diajak untuk saling berdiskusi 
tentang topik-topik penting seputar Natal. Apabila Bapak/Ibu memiliki 
kerinduan dalam mengikuti kelas diskusi ini, silakan mendaftarkan diri 
ke < kusuma(at)in-christ.net >. Diskusi Natal akan dimulai pada tgl. 
3 November -- 10 Desember 2014.

Mari menyambut Natal bersama kelas Natal PESTA!


Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Ryan, Berlin B., dan S. Setyawati
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Arsip: sabda.org/publikasi/e-leadership/
BCA Ps. Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org