Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/113

e-Leadership edisi 113 (27-2-2012)

Pemimpin yang Menginspirasi (II)

=========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI FEBRUARI 2012=============

              PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI (II)

                  e-Leadership 113 -- 27/02/2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MENJADI PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI (II)
JELAJAH BUKU: KAMU JUGA BISA KENAL!

Shalom,

Banyak contoh figur orang yang dapat menginspirasi dan mengubah
keadaan di sekitarnya. Sebut saja salah satu contoh terkemuka adalah
Martin Luther King, Jr.. Ia dikenal sebagai orang yang sangat gigih
dalam memperjuangkan kesamaan hak kaumnya, kaum Negro. Pemenang Nobel
Perdamaian ini merupakan simbol bagi semua orang yang mencari keadilan
dan nilai-nilai luhur manusia. Bagaimana Martin Luther King, Jr.,
meraih visinya dan menggerakkan berjuta-juta orang? Jawabannya, karena
ia adalah pribadi yang dapat menginspirasi, baik melalui visi dan
mimpinya kepada banyak orang.

Artikel dalam edisi kali ini merupakan kelanjutan dari e-Leadership
edisi 112, yang menguraikan mengenai peranan Pemimpin yang
Menginspirasi. Bagaimana dengan kepemimpinan Anda saat ini, apakah
Anda seorang pemimpin yang mampu menginspirasi banyak orang dan
pengikut Anda? Kiranya sajian yang telah kami siapkan menjadi bagian
dalam perjalanan kepemimpinan Anda semakin ideal. Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Desi Rianto
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >

"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita
untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya." (1 Petrus 2:21)
< http://alkitab.sabda.org/?1Petrus+2:21 >

           ARTIKEL: MENJADI PEMIMPIN YANG MENGINSPIRASI (II)

Catatan Redaksi: Dalam edisi lalu dicatat bahwa kualitas seorang
pemimpin harus memiliki: kejujuran dan kesetiaan. Simaklah lanjutannya
dalam artikel berikut ini.

3. Kemurahan Hati

Para pemimpin harus memuji pekerjaan yang sudah diselesaikan dengan
baik. Kita semua membutuhkan tepukan di pundak secara terus-menerus
dan kata-kata yang memberikan dorongan. Tetapi pujian memunyai efek
yang baik dan yang buruk. "Kui untuk melebur perak dan perapian untuk
melebur emas, dan orang dinilai menurut pujian yang diberikan
kepadanya." (Amsal 27:21)

Pujian adalah alat uji yang terbaik terhadap karakter seseorang. Jika
seseorang dipenuhi oleh keangkuhan, jika mereka hanya mencari
kemegahan dirinya sendiri dan lapar terhadap pengakuan, sebuah pujian
hanya akan memperbesar kelemahannya. Sebaliknya, jika seseorang rendah
hati dan bijaksana, sebuah kata-kata pujian akan dapat dipakai oleh
Tuhan untuk mendorong mereka melakukan pelayanan yang lebih besar lagi
bagi Kristus. Oleh sebab itu, para pemimpin harus mengenal setiap
anggota mereka dan memperlakukan masing-masing sesuai dengan kebutuhan
pribadinya.

Ketika seseorang semakin mengerti tanggung jawab kepemimpinan,
pemimpin yang melatihnya harus mengajarkan untuk berhati-hati terhadap
bahaya pujian dan sanjungan yang berlebihan. Jika para pemimpin muda
melakukan sebuah tugas dengan baik, mereka dapat dibombardir dengan
pujian dari banyak orang. Oleh sebab itu, mereka harus belajar untuk
berjalan dalam batas-batas yang jelas dan menerima kata-kata tersebut
dalam roh kerendahan hati. Tetapi dalam hati mereka harus berhati-hati
untuk tidak membiarkan orang lain menaruh di atas kepala mereka,
bahkan untuk sesaat saja, mahkota yang hanya layak dikenakan oleh
Kristus. Kata-kata yang bermaksud baik tetapi berlebihan, harus
diatasi dalam kuasa Roh Kudus, karena tidak ada seorang pun yang dapat
mengatasinya sendirian.

Saat para pemimpin bekerja untuk mengembangkan kehidupan orang-orang
Kristen yang dipercayakan kepada mereka, mereka harus taat kepada
prinsip-prinsip dasar berikut ini.

a. Mereka harus berhati-hati dalam memberi pujian. Rasa cinta diri
sangat sulit dihilangkan, dan para pemimpin dapat membuat kerusakan
yang besar dalam diri saudara atau saudari mereka, dengan melimpahkan
pujian kepada mereka yang tidak dapat menanggungnya. Menempatkan
saudara atau saudari yang lemah di bawah murka Allah bukanlah suatu
tindakan kasih.

b. Mereka harus mengajar orang lain bagaimana cara menerima pujian
sebagaimana adanya -- sebuah usaha yang tulus untuk memberi semangat,
tetapi mereka harus menyadari bahwa setan dapat menyelinap dan
menebarkan racun, sehingga menimbulkan bahaya bagi para pemimpin.
Pujian akan semakin sukar diatasi ketika para pemimpin telah bekerja
keras dan melakukan yang terbaik.

c. Mereka harus mengajar kepada yang lain bahwa mereka hanyalah alat.
Kristus yang berada dalam diri merekalah yang memberi mereka kekuatan,
dan Kristus yang bekerja melalui merekalah yang menyelesaikan
tugas-tugas itu.

Seperti perak dan emas yang diuji di tempat peleburan, demikian juga
seseorang diuji lewat pujian. Saul dan Daud telah melalui suatu ujian
yang berat mengenai pujian. "...dan perempuan yang menari-nari itu
menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu
musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." (1 Samuel 18:7) Salah seorang dari
mereka gagal dalam ujian itu sementara yang lain bertahan. Dengan
demikian, pujian adalah sesuatu yang dicari-cari oleh pemimpin yang
sombong dan yang akan melukai pemimpin yang lemah. Karakter asli
seorang pemimpin ditunjukkan oleh caranya menangani pujian yang
diberikan kepadanya.

Suatu kali, saya berbicara dengan seorang eksekutif junior dalam
sebuah perusahaan besar. Ia menceritakan kepada saya sebuah kejadian
yang terjadi dalam perusahaannya, yang memengaruhi motivasi dan
semangatnya. Dalam suatu kesempatan, ia bekerja sampai larut malam dan
di kesempatan yang lain ia datang pagi-pagi ke kantor. Beban
pekerjaannya sangat berat dan ia merasa sedikit mengasihani dirinya
sendiri. Suatu pagi menjelang siang, teleponnya berdering. Yang
membuatnya sangat terkejut, yang menelepon itu adalah sang direktur
perusahaan. Ia menelepon eksekutif junior itu untuk mengatakan betapa
ia menghargai kerja keras yang dilakukannya, dan memuji kualitas
pekerjaannya. Suara sang direktur perusahaan menunjukkan ketulusannya,
dan eksekutif junior ini dapat memahami bahwa atasannya itu berkata
dengan sungguh-sungguh. Direktur perusahaan itu menanyakan kabar
keluarga teman saya ini, bertanya keadaan di rumahnya, kesehatannya,
dan lain sebagainya. Setelah sebuah perbincangan yang tidak
tergesa-gesa, direktur itu mengakhiri pembicaraannya. Ketika teman
saya menceritakan pengalamannya tersebut, ia memandang mata saya dan
berkata, "Kau tahu, saya benar-benar menyukai beliau. Ketika engkau
sesekali mendapatkan tepukan di pundak dengan tulus, itu sangat
berarti.",
4. Kerendahan Hati

Dalam setiap usaha mereka, para pemimpin harus ingat bahwa Tuhan
sedang melakukan suatu pelatihan di dalam kehidupan setiap orang. "Kui
adalah untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, tetapi
Tuhanlah yang menguji hati." (Amsal 17:3)

Selama beberapa tahun, saya terlibat secara langsung dalam program
pelatihan musim panas untuk Navigator. Dengan berdoa sungguh-sungguh
kami merencanakan program tersebut, menyeleksi para staf, dan memilih
orang-orang yang akan dilatih. Selama lima sampai sepuluh minggu kami
akan tetap bersama-sama, terlibat dalam proyek pelayanan, pendalaman
Alkitab, sesi-sesi khotbah, diskusi dalam kelompok kecil, dan
pertemuan empat mata dengan setiap peserta pelatihan.

Dalam setiap program, kami memiliki tujuan yang jelas. Suatu program
memiliki tujuan penginjilan, ada pula yang menekankan pendalaman
Alkitab, program yang lain mengusung pelayanan misi sebagai penekanan
utamanya, dan seterusnya. Menjelang akhir sesi, para pemimpin akan
mengumpulkan setiap anggota mereka untuk mengambil waktu perenungan
dan kesaksian untuk mengetahui apa yang telah mereka pelajari.
Merupakan suatu peristiwa yang sangat luar biasa ketika melihat dalam
banyak kasus, keuntungan utama yang mereka terima dalam program
tersebut tidak berkaitan sama sekali dengan penekanan-penekanan
program tersebut. Allah telah berbicara dengan mereka dalam saat teduh
atau pendalaman Alkitab dan mengubah kehidupan mereka. Yang kita
pelajari dari hal ini adalah -- kita harus berusaha sekeras mungkin,
agar orang lain berkembang sambil mengingat bahwa program pelatihan
oleh Allah berjalan beriringan dengan program yang kita buat.

Dalam setiap aspek kehidupan, Allah adalah satu-satunya pribadi yang
berkarya dalam kehidupan untuk melatih banyak orang, dan tugas para
pemimpin adalah membiarkan Tuhan melakukan pekerjaan-Nya. Jika seorang
pemimpin melihat salah satu dari kawanannya sedang melalui pergumulan
berat, ada sebuah kecenderungan untuk ikut campur dan mencoba
menggendong orang itu keluar. Ini adalah suatu kesalahan. Gambaran
dalam Amsal 17:3 adalah mengenai logam yang berada di perapian. Jika
logam itu tidak masuk ke dalam perapian, kotoran-kotoran akan tetap
berada di dalamnya. Pemolesan di bagian luar tidak akan memecahkan
masalahnya. Yang paling dibutuhkan adalah api, solusi yang lembut
tidak akan cukup. Kejahatan yang menyusup ke dalam hati manusia harus
dibawa ke permukaan dan disingkirkan. Para pemimpin harus berdoa bagi
orang-orang yang mereka pimpin, menyerahkan diri mereka ke dalam
kebaikan, kasih, dan kebijaksanaan Allah, kemudian para pemimpin
tersebut harus membiarkan Allah melakukan pekerjaan-Nya.

Prioritas Seorang Pemimpin

Ada dua prinsip tambahan yang akan sangat membantu dalam mengembangkan
calon-calon pemimpin.

1. Pilihlah dengan bijak.

Kunci utama dalam mengembangkan calon-calon pemimpin adalah seleksi
yang cermat dalam memilih orang yang tepat. Menghabiskan waktu dalam
mempersiapkan seseorang untuk mengemban tanggung jawab kepemimpinan,
untuk kemudian mengetahui bahwa Anda telah salah memilih orang adalah
sebuah tragedi ganda. Anda hanya memunyai satu kesempatan hidup untuk
diinvestasikan, dan merupakan sebuah kesia-siaan ketika Anda
memberikannya kepada orang yang salah. Untuk pergi kepada orang itu
dan mengakui kesalahan Anda, lalu membantu mengarahkan kembali
perjalanan hidupnya adalah tindakan yang bisa jadi memperparah. Karena
hati orang tersebut telah ditetapkan dalam posisi kepemimpinan, ia
dapat dengan mudah terguncang dalam hal kepercayaan diri, keyakinan
terhadap kepemimpinan Anda, dan keyakinan kepada Allah. Untuk pulih
dari luka batin semacam itu akan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Jadi, pilihlah seseorang secara dengan cermat dan dalam doa. Ingatlah
bahwa Yesus menghabiskan waktu untuk berdoa sebelum memilih kedua
belas rasul (Lukas 6:12-13).

Sembari Anda memilih seorang untuk dilatih, ingatlah bahwa beberapa
orang merespons petunjuk, teguran, dan perbaikan sementara beberapa
orang tidak. "Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau
jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya,
berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak,
ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah."
(Amsal 9:8-9) Beberapa orang siap untuk diberi bantuan, sementara
yang lain tidak. Tetapi yang lebih dalam dari itu adalah -- beberapa
orang memiliki kapasitas untuk dilatih menjadi seorang pemimpin dan
yang lainnya tidak.

2. Investasikan waktu Anda.

Kunci kedua, setelah Anda memilih dengan cermat seseorang yang Anda
percaya Allah ingin kembangkan menjadi seorang pemimpin, adalah
menghabiskan waktu pribadi Anda dengannya. "Besi menajamkan besi,
orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17) Ini adalah gambaran yang
sangat jelas bagi orang-orang yang dibesarkan dalam wilayah pertanian.
Saya masih dapat membayangkan ayah saya sedang mengasah mata cangkul,
sabit, pisau untuk memanen jagung, dan sekop dengan batu asahnya.
Dengan semua itu, saya bisa melihat suatu kontak pribadi intensif yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin dalam pekerjaan
mereka.

Beberapa tahun yang lalu, saya mendapat kehormatan untuk mendapat
pelajaran dari salah seorang pemimpin Kristen yang paling produktif di
Amerika Serikat. Suatu hari ketika kami sedang berkendara dengan
mobil, saya mulai mengkritik sekelompok orang Kristen dan proyek yang
sedang mereka kerjakan. Saya mendengar seseorang mengatakan hal itu
dan mengulangi saja perkataannya. Dick duduk diam untuk beberapa saat,
lalu berpaling kepada saya dan mulai menanyakan beberapa pertanyaan
yang agak menyudutkan saya. "Berapa banyak yang benar-benar kamu
ketahui? Apakah informasi itu kamu dengar langsung atau lewat orang
lain? Apakah kamu memiliki semua faktanya? Misalnya, apakah kamu
menyadari hal ini? Atau ini?"

Saya duduk dengan gelisah dan saya yakin wajah saya berubah menjadi
merah karena malu. Ketika saya berusaha untuk menutupinya, ia memaksa
saya untuk jujur. Setelah saya mempermalukan diri sendiri, ia
meluangkan beberapa menit untuk memberitahu saya mengenai apa yang
sebenarnya terjadi. Kemudian ia membuka Kitab Suci dan menceritakan
apa yang Alkitab katakan mengenai kelakuan saya tadi. Saya merasa
menyesal, tetapi menjadi lebih bijak dan saya juga mendapat pelajaran
berharga. Allah memakai kejadian itu dan juga beberapa kejadian lain
di musim panas itu, untuk mengasah beberapa sisi kehidupan saya yang
masih kasar.

Mungkin Anda berkata, "Saya bukanlah seseorang yang tajam. Dapatkah
Allah memakai saya untuk menajamkan orang lain?" Tentu saja! Tetapi
pertama-tama Ia harus menajamkan Anda. Salah satu cara Allah untuk
menajamkan Anda adalah dengan memakai orang lain. Bergurulah kepada
orang-orang yang dipakai oleh Allah. Anda akan belajar lebih banyak
dengan mempelajari orang-orang daripada mempelajari buku-buku.
Belajarlah untuk mengajukan pertanyaan. Ajaklah orang-orang itu makan
malam di rumah Anda, makan siang di luar, bermain golf atau tenis.
Habiskan waktu dengan orang-orang tersebut dan belajarlah dari mereka.
Belajarlah dengan cara memerhatikan mereka. Roh Allah akan memakai
orang lain untuk menempa dan menguatkan Anda, serta membuat Anda
menjadi alat pengasah di tangan-Nya.

Allah memberi para pemimpin sebuah tanggung jawab untuk mengembangkan
orang-orang yang dipercayakan kepada mereka. Tanpa terkecuali, setiap
orang dalam tanggung jawab pemimpin membutuhkan pengembangan dan
pelatihan lebih lanjut. Setiap orang telah diberi karunia oleh Allah,
sehingga Roh Allah dapat memakai mereka untuk memperkaya dan
memperdalam kehidupan orang lain dalam tugas mereka untuk membangun
tubuh Kristus. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Judul asli buku: Be a Motivational Leader
Judul asli bab: Be an Inspiring Leader
Penulis: LeRoy Eims
Penerbit: Chariot Victor Publishing, Colorado, 1996
Halaman: 44 -- 48

                               KUTIPAN

"Semua orang tahu bahwa adalah jauh lebih sulit mengubah perkataan
menjadi perbuatan daripada perbuatan menjadi perkataan." (Maxim Gorky)

                   JELAJAH BUKU: KAMU JUGA BISA KENAL!

Judul buku: Kamu Juga Bisa Kenal!
Penulis: Robby I. Chandra
Penerbit: Young Leaders Indonesia, Jakarta 2009
Ukuran: 14 x 21 cm
Tebal: 196 halaman

Kepemimpinan adalah suatu pengaruh. Dalam dunia kepemimpinan, seorang
pemimpin yang berhasil harus dapat memberikan suatu dampak atau
pengaruh bagi orang di sekitarnya atau orang-orang yang dipimpinnya,
baik pengaruh negatif atau positif. Buku kedua dari serial perjalanan
kepemimpinan yang ditulis oleh Robby I. Chandra ini, mengajak setiap
pemimpin untuk mengenal wilayah diri sendiri.

Dalam buku yang berjudul "Kamu Juga Bisa Kenal", terdapat pembahasan
yang menarik tentang seorang pemimpin yang memiliki dedikasi dan
integritas yang tinggi dalam wilayah kepemimpinannya. Buku ini dibagi
dalam 5 bab/pasal, dan setiap babnya dibagi dalam beberapa poin,
kemudian dijelaskan secara terperinci, sehingga pembaca akan lebih
mudah memahami maksud dan tujuan dari penulis. Buku ini tidak hanya
menjabarkan berbagai teori tentang dampak yang dihasilkan seorang
pemimpin, tetapi juga banyak terdapat inspirasi dari tokoh-tokoh
Alkitab atau tokoh-tokoh Kristen, di mana dalam kehidupannya telah
memberikan dampak yang luar biasa dalam wilayah kepemimpinannya. Buku
ini sangat menginspirasi bagi orang-orang seperti Anda, yang memiliki
panggilan kuat untuk menjadi seorang pemimpin-pemimpin Kristen.
Siapkan diri Anda untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar
sebagai seorang pemimpin, dalam mencapai keberhasilan dalam tugas
kepemimpinan Anda.

Diulas oleh: Yonathan Sigit

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2012 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org