Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/107

e-Leadership edisi 107 (28-11-2011)

Kriteria Pemimpin yang Berpotensi (II)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI NOVEMBER 2011============

                KRITERIA PEMIMPIN YANG BERPOTENSI (II)

                  e-Leadership 107 -- 28/11/2011

DAFTAR ISI
ARTIKEL: SIFAT-SIFAT PRIBADI DALAM KEPEMIMPINAN (II)
JELAJAH BUKU: MENGEMBANGKAN KEPEMIMPINAN DI SEKELILING ANDA

Shalom,

Dalam e-Leadership Edisi 107 ini, redaksi menyajikan lanjutan artikel
dari e-Leadership edisi sebelumnya -- 106, mengenai "Sifat-Sifat
Pribadi dalam Kepemimpinan". Dalam artikel yang lalu, diuraikan
sifat-sifat pribadi yang perlu dimiliki seorang pemimpin Kristen,
yaitu keinginan untuk berprestasi, menerima otoritas, disiplin diri,
kreativitas, dan delegasi. Kali ini, kita akan menyimak sifat-sifat
lain yang perlu dimiliki pemimpin, yaitu ketegasan, kegigihan,
kehidupan yang seimbang, serta iman dan doa sebagai personalitas jati
diri pemimpin Kristen. Selamat menyimak, kiranya menjadi berkat bagi
Anda semua. Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Desi Rianto
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >

"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita
untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya." (1 Petrus 2:21)
< http://alkitab.sabda.org/?1Petrus+2:21 >

        ARTIKEL: SIFAT-SIFAT PRIBADI DALAM KEPEMIMPINAN (II)

Ketegasan

Orang yang berdalih dan bimbang, yang tidak dapat membuat keputusan,
bukanlah pemimpin yang baik. Untuk memimpin orang lain, pemimpin harus
tahu apa keinginannya dan cara meraihnya. Jika membuat keputusan
adalah hal yang sulit baginya, bawahannya akan kurang memercayainya
dan mulai mempertanyakan kemampuannya. Keadaan ini mengacaukan tujuan
dan kebijakan tetap sebuah organisasi.

Ketika pemimpin yakin dengan kehendak Allah dan bertindak dalam jalur
yang benar, dia dapat langsung membuat keputusan, terlepas apa pun
kondisinya. Para pemimpin besar dalam Alkitab, jarang menunda membuat
keputusan dan tidak merasa bimbang setelah keputusan itu dibuat.

Pemimpin yang sahih, akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang
dibutuhkan, serta menerima dan menghormati pendapat orang lain. Akan
tetapi, ada waktunya dia perlu bertindak dengan tegas, walaupun ada
berbagai pendapat yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa dia memegang
kendali, karena dia memunyai keyakinan yang kuat tentang panggilannya
dan kepastian tentang arahnya.

Dari sekian banyaknya tugas di masa depan, manakah yang membutuhkan
prioritas? Masalahnya adalah siapa yang memutuskan -- kita sendiri
atau tekanan-tekanannya? Jika keputusan itu diambil dari tekanan yang
ada, maka tugas-tugas yang penting diperkirakan akan dikorbankan.
Tidak ada waktu untuk mengerjakan tugas yang paling banyak memakan
waktu, yaitu mengubah keputusan menjadi aksi.

Seseorang perlu membuat tugas baru menjadi tugasnya sendiri.
Melemparkan tugas itu tidak akan membantu kepemimpinan yang
berkualitas. Pemimpin perlu menentukan prioritas dengan objektif.
Ingatlah, tekanan selalu lebih memilih masa lalu daripada saat ini
atau masa depan. Tekanan-tekanan juga melihat apa yang terjadi dalam
organisasi, bukannya di luarnya.

Kita harus ingat bahwa menetapkan prioritas tidaklah sulit. Tugas yang
lebih sulit, saya sebut sebagai "posterioritas" -- menentukan tugas
apa yang tidak perlu dikerjakan dan setia pada keputusan itu.
Ingatlah, apa yang kita tunda sering kali kita abaikan atau kerjakan
saat waktunya tidak tepat. Tentu saja, menentukan posterioritas selalu
sulit, karena hal ini terkait dengan prioritas orang lain. Jadi, yang
dibutuhkan di sini adalah keberanian untuk membuat keputusan.

Kegigihan

Teguh akan keyakinannya adalah kualitas yang penting untuk
keberhasilan kepemimpinan. Setiap kisah sukses orang miskin menjadi
orang sukses, memiliki elemen usaha individu di baliknya. Orang-orang
ini tidak pernah membiarkan kekalahan menghantui mereka, walaupun
mereka berhadapan dengan ujian-ujian sulit dan rintangan-rintangan
yang besar.

Ketekunan perlu berimbang dengan kesabaran yang tinggi, karena rencana
yang disukai biasanya membutuhkan banyak waktu untuk diimplementasikan
dan digenapi.

Pemimpin memerlukan keberanian untuk berdiri teguh di atas
keyakinannya dan gigih. Pria dan wanita dengan kualitas kepemimpinan
yang alkitabiah adalah individu-individu yang menunjukkan keberanian.

Seseorang pernah membuat perbedaan antara keberanian dan kegigihan:
"Keberanian adalah hasrat memulai dan kegigihan adalah hasrat untuk
meneruskannya." Alasan utama orang kurang memiliki keberanian adalah
takut gagal. Sikap ini dipelihara oleh perasaan yang tidak aman.
Barangkali saat kanak-kanak, mereka sering ditertawakan atau
diremehkan saat gagal. Kejadian ini menghancurkan dorongan dan
keinginan untuk mencoba lagi. Trauma-trauma seperti ini memunyai
pengaruh besar dalam kehidupan dewasanya dan menghancurkan keberanian
yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang sukses. Keberanian adalah
kemampuan untuk bertahan lima menit lebih lama.

Kualitas seperti ini memampukan pemimpin menghadapi bahaya atau
kesulitan dengan keteguhan. Hal ini membantu mereka menghadapi
tugas-tugas yang tidak menyenangkan dan bahkan fakta atau kondisi
yang menghancurkan. Mereka bisa membuat keputusan-keputusan tegas,
bahkan saat mereka tahu bahwa keputusan-keputusan itu tidak disukai.

Salah satu pemimpin terhebat pada abad ke-20 adalah Sir Winston
Churchill, yang tidak pernah menjauhkan diri untuk menyatakan
kebenaran kepada pengikut-pengikutnya, bahkan jika kebenaran itu
sangat menyedihkan. Seseorang berkata kepadanya, "Saya ragu, jika ada
orang lain dalam sejarah yang pernah melontarkan pernyataan-pernyataan
yang suram [seperti Churchill], namun tetap memberikan kepada para
pengikutnya kekuatan dan sukacita -- bahkan kegembiraan." Tentunya,
hal ini disebabkan oleh keberanian dan kegigihannya dalam
kepemimpinan, yang memberikan kemenangan bagi Inggris di tengah-tengah
krisis yang sedang terjadi di negaranya pada waktu itu.

Kehidupan yang Seimbang

Tema tentang kehidupan yang seimbang dapat ditulis tersendiri menjadi
satu buku. Seorang pemimpin perlu memunyai kegemaran dan ketertarikan
dalam kehidupannya di luar pekerjaannya, agar dia berhasil. Dia tidak
hanya perlu melengkapi keluarganya secara materi, tetapi dia perlu
meluangkan waktu bersama mereka. Apakah pekerjaan Anda telah mengambil
sebagian besar waktu Anda, mencuri beberapa saat untuk investasi
dengan hidup bersama orang-orang yang Anda kasihi? Seorang pemimpin
yang berhasil adalah seseorang yang memprioritaskan keluarganya.

Saya mengenal seseorang yang memunyai pemimpin, yang hampir setiap
saat berkata "Dave, apakah kamu sudah menghabiskan waktumu dengan
keluargamu? Bagaimana kabar keluargamu?" Orang itu memunyai perspektif
yang bagus, seiring dengan hal itu dia memunyai staf yang bahagia.
Manusia bisa menjadi pecandu kerja, dengan mencurahkan dirinya secara
berlebihan dalam segi finansial, dengan membuat rencana-rencana yang
tidak realistis, atau hanya dengan gagal mengenali kekurangan
kepribadiannya. Terkadang, dia memakai pekerjaan sebagai mekanisme
pelarian diri. Oleh karena itu, dia perlu mendorong dirinya sendiri
keluar dari apa yang seharusnya menjadi prioritasnya.

Sedihnya, kita menyayangkan pecandu obat-obatan dan minum-minuman
keras, tetapi terkadang kita mempromosikan dan mengagumi pecandu
kerja. Kita memberinya status dan menerima penilaiannya terhadap
dirinya sendiri. Sementara itu, keluarganya mungkin mendapatkan waktu
dan perhatian yang sangat sedikit darinya, sehingga mereka tidak
terlalu mengenalnya.

Bekerja secara berlebihan bukanlah penyakit. Hal ini adalah gejala
dari masalah yang lebih mendalam -- masalah ketegangan,
ketidakcukupan, kebutuhan untuk mencapai yang mungkin adalah implikasi
neurotik. Sayangnya, bagi pecandu kerja, dia tidak memunyai rumah;
rumahnya hanyalah cabang kantornya. Dia tidak bisa mengambil liburan,
tidak bisa santai, tidak menyukai akhir minggu, menunggu hari Senin,
dan selalu membuat bebannya bertambah berat dengan membawa lebih
banyak pekerjaan untuknya. Orang seperti itu biasanya membela diri
ketika diminta akrab dengan orang lain.

Kita pernah mendengar para pemimpin perusahaan atau bisnis yang telah
memenuhi segala kebutuhan istri-istri mereka secara material, tetapi
tidak memberikannya kepada diri mereka sendiri. Dan kemudian datanglah
perceraian, karena sang suami hanya tertarik dengan pekerjaannya. Akan
tetapi, hal itu jarang menjadi rintangan baginya. Dia beralasan "Saya
selalu bisa mendapatkan istri lagi, tetapi di mana saya bisa
mendapatkan pekerjaan seperti ini?" Tragedi-tragedi seperti itu
terdapat di mana-mana.

Orang seperti ini tidak bisa bertahan sukses, karena cepat atau
lambat, kehidupan menjenuhkan baginya. Masalahnya adalah prioritas
yang merupakan persoalan tentang nilai-nilai dasar. Ingatlah bahwa
pekerjaan, pelayanan, atau posisi tidak boleh menjauhkan Anda dari
keluarga Anda. Jika Anda mengecewakan mereka, Anda mengecewakan
tanggung jawab terbesar Anda -- dan hidup Anda adalah sebuah
kegagalan.

Iman dan Doa

Untuk pemimpin Kristen, iman dan doa adalah napas yang penting karena
kedua hal ini menjangkau Allah sendiri. Doa membersihkan. Doa
memberikan jaminan dan penguatan, agar pemimpin terus maju. Hal ini
adalah seni yang tidak diajarkan dalam filsafat; hal ini dipelajari
dan dikembangkan hanya dengan melakukannya. Tuhan Yesus dan Rasul
Paulus adalah teladan dalam kegiatan-kegiatan rohani ini. Kehebatan
pemimpin dalam Alkitab, ditandai oleh ketekunan mereka dalam doa.
Paulus menasihati kita dalam Efesus 6:18 untuk memberi diri kita
seutuhnya kepada doa.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan dan memengaruhi orang
lain. Pemimpin Kristen perlu mengetahui alat paling efektif untuk
melakukan hal ini. Terkadang orang menjadi penghambat tajam untuk
perkembangan, dan hanya Allah yang dapat mengubah atau menghapus
masalah itu. Oleh karena itu, pemimpin perlu bersandar pada Allah
dalam doa. Untuk menggerakkan orang, pemimpin perlu hidup benar di
hadapan Allah. Doa yang benar adalah hasil dari hubungan yang benar
dengan Dia. (t/Uly)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: The Making of a Christian Leader
Judul asli artikel: Personal Traits in Leadership
Penulis: Ted W. Engstorm
Penerbit: Zondervan Publishing House, Michigan, 1981
Halaman: 115 -- 120

                              KUTIPAN

"Sebagian besar kepemimpinan adalah menemukan keseimbangan antara dua
kegiatan yang sering bertentangan, yaitu menegaskan wewenang dan
menanggapi orang lain." (Belle Linda Halpen dan Kathy Lubar)

                JELAJAH BUKU: MENGEMBANGKAN KEPEMIMPINAN
                         DI SEKELILING ANDA

Judul buku: Mengembangkan Kepemimpinan di Sekeliling Anda
Judul asli buku: Developing The Leaders Around You
Penulis: John C. Maxwell
Penerjemah: Anton Adiwiyoto
Editor: Dr. Lyndon Saputra
Penerbit: Profesional Books, Jakarta 1997
Ukuran: 11 x 18 cm
Tebal: 352

Seorang pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang dapat melakukan
regenerasi pemimpin. Jika seorang pemimpin tidak mampu melakukan
regenerasi pemimpin lain, maka bisa dikatakan kepemimpinannya belumlah
maksimal, meskipun dia memiliki jabatan seorang pemimpin tertinggi di
sebuah perusahaan, lembaga, atau instansi lainnya. Keberhasilan
seorang pemimpin bisa didefinisikan sebagai penggunaan maksimum
kemampuan orang-orang yang ada di bawahnya, karena seorang pemimpin
besar memunyai kemampuan untuk menanamkan pada diri anak buahnya
keyakinan dalam diri mereka sendiri. Pemimpin harus mengenal anak
buahnya cukup baik, untuk mengidentifikasi tujuan yang bisa dicapai,
pertumbuhan, dan perkembangan anak buah adalah panggilan tertinggi
seorang kepemimpinan. Pemimpin yang baik adalah pendengar yang baik.
Seorang pemimpin yang menghasilkan pemimpin, berarti dia seorang yang
dapat melipatgandakan pengaruhnya. Karena sukses yang sesungguhnya
hanya datang setelah setiap generasi terus mengembangkan generasi
berikutnya.

Mengembangkan kepemimpinan adalah cara Tuhan untuk menghasilkan
pertumbuhan yang berlipat ganda pada akhir zaman. Demikian yang
terekspos dalam buku yang berjudul "Mengembangkan Kepemimpinan di
Sekeliling Anda", yang ditulis oleh John C. Maxwell. Hal yang mendasar
dari buku ini adalah bahwa kita tidak dapat melakukan pekerjaan dalam
kepemimpinan seorang diri. Kalau kita benar-benar ingin menjadi
seorang pemimpin, kita harus mengembangkan pemimpin lainnya di
sekeliling kita. Kita harus membentuk sebuah tim, dan kita harus
menemukan sebuah cara untuk membuat wawasan kita dilihat,
dilaksanakan, dan diberi sumbangan oleh orang lain. Pemimpin melihat
gambaran besarnya, tetapi seorang pemimpin sangat membutuhkan pemimpin
lainnya untuk membantunya membuat gambaran itu menjadi kenyataan.

Buku ini memuat 10 bab, yang membahas tentang bagaimana caranya
seorang pemimpin dapat memproduksi dan mengembangkan pemimpin-pemimpin
yang lain. Buku ini secara brilian merumuskan bagaimana upaya seorang
pemimpin yang berintegritas tinggi, memiliki komitmen dan pemikiran
bagaimana caranya dapat melahirkan pemimpin-pemimpin baru untuk
regenerasi. Ada beberapa cara atau metode yang dijabarkan di dalam
buku ini setiap bab. Dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti, penulis menyampaikan pemikiran secara mendalam dan penuh
dengan motivasi. Bila Anda seorang pemimpin, maka buku ini sangat
berguna bagi Anda, karena tidak semua orang memiliki panggilan hati
untuk menjadi seorang pemimpin.

Diulas oleh: Yonathan Sigit

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2011 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org