Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/105

e-Leadership edisi 105 (24-10-2011)

Teladan Kepemimpinan Kristen (II)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI OKTOBER 2011=============

                  TELADAN KEPEMIMPINAN KRISTEN (II)

                  e-Leadership 105 -- 24/10/2011

DAFTAR ISI
ARTIKEL: SIKAP PRAKTIS PEMIMPIN KRISTEN (II)
JELAJAH BUKU: KEPEMIMPINAN YANG BERANI
STOP PRESS: IKUTI KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK)
        JANUARI/FEBRUARI 2012 -- PESTA

Shalom,

Kesadaran seorang pemimpin Kristen bahwa hanya Yesuslah Pribadi
Pemimpin yang benar, dapat membuat pemimpin Kristen berhasil
menghadapi tekanan dan kesulitan. Edisi kali ini akan mengupas lebih
dalam lagi bagaimana sikap pemimpin dalam menghadapi kesulitan dan
tekanan, sesuai dengan sudut pandang Alkitab. Selain dengan memandang
positif kesulitan yang ada, menghindari ketegangan, dan mengontrol
amarah (artikel dalam edisi e-Leadership edisi 104), masih ada
beberapa sikap lagi yang harus dimiliki oleh pemimpin Kristen, yang
bisa Anda temukan dalam Artikel "Sikap Praktis Kepemimpinan (II)".
Redaksi juga memberikan informasi mengenai buku Kristen "Kepemimpinan
yang Berani" dalam kolom Jelajah Buku. Tak ketinggalan pula, redaksi
memberi kesempatan bagi setiap Anda untuk mengenal apa itu
"International Day Of Prayer For The Persecuted Church" (IDOP) dan
bagaimana Anda bisa terlibat di dalamnya. Selamat menyimak, Tuhan
Yesus memberkati.

Redaksi tamu e-Leadership,
Santi Titik Lestari
< http://lead.sabda.org >

"Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang
hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu." (Filipi 3:17)
< http://alkitab.sabda.org/?Filipi+3:17 >

             ARTIKEL: SIKAP PRAKTIS PEMIMPIN KRISTEN (II)

Catatan Redaksi: "Seorang pemimpin Kristen dituntut tidak hanya bisa
memandang positif setiap kesulitan yang ada, menghindari ketegangan,
mengontrol amarah, namun setiap pemimpin juga diharapkan memiliki
kesabaran, mengasihi tiap-tiap orang yang dipimpin, mengusahakan
persahabatan, dan dapat meneladani Yesus Kristus."

D. Memelihara Kesabaran.

Anda tentu ingat buah-buah Roh yang terdapat dalam Galatia 5:22-23.
Salah satu buah Roh Kudus yang sangat menentukan dalam hidup seorang
pemimpin ialah "kesabaran". Tuhan menuntut kepada kita kesabaran (2
Petrus 1:5-17 -- Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh
berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan dan kepada
kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri. Kepada
penguasaan diri ketekunan dan kepada ketekunan kesalehan. Dan
kesalehan kasih akan mewujudkan kasih persaudaraan dan kasih akan
semua orang). Rentetan sifat-sifat yang diminta oleh Tuhan di sini,
hanya mungkin dapat terjadi atas dasar kesabaran yang dimungkinkan
oleh penguasaan diri. Di antara semua sifat-sifat baik sebagai hasil
karya Roh Kudus dalam kehidupan manusia, kesabaran merupakan buah
sulung. Itulah sebabnya kesabaran adalah ratu segala kebajikan.

Pemimpin yang tidak sabar dan tidak sanggup menguasai diri, akan
menemui banyak kesulitan dalam kepemimpinannya. Untuk mencapai
kesabaran, kita membutuhkan proses pembentukan Tuhan yang tidak
singkat. Dari segi latar belakang suku dan ras, banyak orang berkata
bahwa orang dari suku tertentu dengan sendirinya bisa sabar, sedangkan
orang yang tinggal di tengah-tengah komunitas suku yang berkarakter
keras, pasti tidak akan bisa sabar. Namun, pendapat ini ternyata
keliru, sebab kesabaran yang dituntut oleh firman Tuhan melalui Rasul
Paulus dan Petrus ialah kesabaran buah Roh Kudus, bukan tabiat daging
yang menyabarkan. Dengan demikian, kesabaran dari Roh Kudus adalah hak
segala suku/ras, entah Jawa, Ambon, Timor, Batak, Manado -- semua
dapat mengalami dan menerima sifat sabar itu sebagai karya Roh Kudus
dalam hidupnya. Saya yakin bahwa para pemimpin Kristen sudah mengalami
buah sulung ini seperti saya juga mengalaminya.

Sebagai seorang Timor yang berasal dari kepulauan Rote [sebuah pulau
di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Rote merupakan wilayah
paling selatan Indonesia, Red], saya menyadari bahwa sifat dan latar
belakang saya adalah seorang yang pemarah dan tidak sabar -- marah dan
tidak sabar biasanya adalah sahabat akrab. Sebelum Tuhan mengurus
sifat-sifat pribadi saya, kesabaran itu tidak ada pada saya. Puji
Tuhan, karena Tuhan Yesus telah menyalibkan dan memotong sifat tidak
sabar saya, dan menggantikannya dengan kesabaran sebagai buah Roh
Kudus. Ketidaksabaran kita oleh karena perkembangan masa lalu, latar
belakang pembentukan ketika masih kecil, dapat menjadikan kesulitan di
dalam kepemimpinan kita. Oleh sebab itu, kita membutuhkan pekerjaan
Roh Kudus yang nyata, dalam menyelesaikan dan mengurus latar belakang
ketidaksabaran kita berdasarkan hal-hal di atas.

Saya mengenal beberapa pemimpin gereja yang belum mengalami pertobatan
dan kelahiran baru oleh Roh Kudus. Dahulu mereka orang-orang yang
keras kepala, sedikit-sedikit cepat naik darah, tetapi setelah Roh
Kudus memperbarui, mereka menjadi pemimpin yang tenang, senang
mendengar orang lain berbicara, juga menampung pendapat orang lain
sebelum membuat kesimpulan. Oleh karena itu, kesabaran merupakan hal
yang paling utama. Syarat mutlak agar dapat memelihara kesabaran
adalah, Anda harus masuk dalam penyangkalan diri yang terus-menerus
dan memohon Roh Kudus untuk bekerja. Kesabaran adalah buah Roh Kudus,
menuntut penyangkalan diri oleh karya salib Yesus Kristus bagi
tiap-tiap orang, terlebih para pemimpin.

E. Mengasihi Tiap Orang yang Dipimpin.

Kasih merupakan istilah yang populer. Kasih itu melebihi iman dan
pengharapan. Kasih adalah penyusun persahabatan. Kasih selalu menjadi
kunci untuk mengalahkan segala sifat yang lain. Tuhan Yesus mengasihi
murid-murid-Nya dengan kasih yang kekal. Tuhan berkata kepada Yeremia,
"Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal. Sebab itu Aku
melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu." (Yeremia 31:3) Kasih yang kekal
adalah kasih yang tidak berkesudahan. Kasih itulah yang dituntut dari
setiap pemimpin yang dapat dirasakan oleh orang-orang yang dipimpin.
Nasihat Paulus dalam 1 Korintus 13 sangat penting, supaya kita tidak
hanya berbicara banyak tentang kasih, tentang perbuatan, dan tentang
iman, melainkan hiduplah dengan kasih. 1 Korintus 13 memberikan
kesimpulan utama yaitu: "Iman itu berkesudahan, pengharapan itu
berakhir, tapi kasih itu kekal selamanya".

F. Mengusahakan Persahabatan.

Di dalam Alkitab, kita bertemu dengan para pemimpin yang menjalankan
pengaruh, wibawa, dan pengajarannya berdasarkan kasih, kesetiaan, dan
pengenalan akan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin di dalam
Alkitab ialah pemimpin yang membuat dirinya menjadi sahabat bagi orang
yang dipimpinnya. Memang hal ini tidak gampang, tetapi bagaimanapun
juga, seorang pemimpin yang dapat marah, ia juga harus dapat menjadi
sahabat erat dengan orang yang dipimpin. Dengan demikian, kita bertemu
lagi dengan "seni" kepemimpinan rohani, bahwa pada saat yang tepat,
boleh marah demi kemuliaan Tuhan, tetapi pada saat yang sama, ia
menjadi sahabat karib dalam mengatasi kesulitan orang-orang yang
dipimpinnya. Seorang pemimpin betul-betul dapat menguasai, bukan oleh
karena kekuasaan yang dia terima dari teman-teman yang dipimpin atau
dari Tuhan, melainkan oleh karena di dalam menjalankan
kepemimpinannya, ia membuat teman-teman sekerjanya menjadi sahabat.
Persahabatan itu lebih penting daripada kekuasaan.

Dalam 2 Samuel 23:15-16, kita bertemu dengan kepemimpinan Daud yang
tahu menempatkan diri sebagai pemimpin sekaligus sebagai sahabat.
Rasul Paulus seorang teolog yang sangat tegas dan jelas dalam
pendirian teologinya, juga berhasil menempatkan dirinya sebagai
sahabat bagi banyak orang. Ingatlah surat-suratnya kepada Timotius. Ia
menjadikan Timotius sahabatnya. Begitu juga hubungannya dengan
Epafroditus, ia sangat menghargainya.

Tiap kali bicara tentang pemimpin yang sungguh-sungguh, para pemimpin
juga sahabat bagi orang-orang yang dipimpinnya, kita dapat menyadari
bahwa pentingnya kemampuan untuk menciptakan seni kepemimpinan. Tidak
mudah dari orang yang bisa marah demi kemuliaan Tuhan, menjadi orang
yang sabar, dan dari kesabaran itu menciptakan jembatan untuk
persahabatan.

Dalam suratnya kepada Filemon, Paulus membuat satu pernyataan yang
sangat dalam mengenai Onesimus, yaitu supaya Onesimus, budak yang
melarikan diri itu, diterima kembali bukan lagi sebagai budak,
melainkan sebagai sahabat bagi Filemon. Kepemimpinan rohani,
senantiasa menuntut kita untuk menjadi orang yang bersahabat dengan
sebanyak mungkin orang. Pemimpin yang cerdas, tegas, dan pintar, tanpa
persahabatan, kesabaran, kasih, dan tidak dapat mengambil hati
orang-orang yang dipimpinnya, bukan pemimpin yang bermoral tinggi.

Oleh anugerah Allah, Anda mampu menjadikan setiap orang yang Anda
pimpin menjadi sahabat. Berdoa dan berusahalah! Jadilah pemimpin oleh
karena menguasai hati manusia, dan bukan oleh karena kedudukan dan
posisi sebagai pemimpin. Itulah tuntutan sebagai seorang pemimpin
dalam pekerjaan Tuhan. Perlu diketahui bahwa menguasai karena jabatan,
jenjang dalam kedudukan, kategori, kecerdasan, dan kepintaran, tidak
menjamin kelangsungan kepemimpinan seorang rohaniwan. Melainkan,
kepemimpinan dapat berlangsung apabila seorang pemimpin mampu
menciptakan persahabatan, mampu memperkaya orang yang dipimpin dengan
perkara-perkara rohani, penglihatan rohani, wibawa rohani, dan karya
rohani.

G. Meneladani Yesus Kristus.

Pribadi pemimpin yang benar ialah Yesus Kristus. Dialah satu-satunya
lambang pemimpin yang sanggup memperkaya orang-orang yang dipimpin.
Yohanes berkata, "Lihatlah anak domba Allah yang mengangkut dosa isi
dunia." Artinya mengorbankan segala sesuatu demi Anda dan dunia.
Selanjutnya Yohanes berkata, "Membuka tali kasut-Nya pun, aku tidak
sanggup." Apa yang keluar dari Yesus kepada Yohanes adalah kepribadian
yang penuh dengan berbagai kekayaan. Bukan materi, bukan uang,
melainkan "kepribadian" yang memancarkan kemuliaan Tuhan. Kasih Tuhan,
pengorbanan, iman, dan segala sesuatu yang dibutuhkan sebagai lambang
dari pada kepribadian yang sempurna dari seorang pemimpin.

Tokoh pemimpin yang paling memperkaya orang lain, termasuk memperkaya
pemimpin dunia ialah "Yesus Kristus". Semua sifat dan sikap yang
sempurna dan kita perlukan, hanya ada dalam pribadi Yesus Kristus.
Oleh sebab itu, kualifikasi seorang pemimpin rohani yang terutama
adalah tergantung kepada kepribadian, kerohanian, mental, dan
sifat-sifat sosial yang meneladani pemimpin yang Agung, Yesus
Kristus, disertai dengan wibawa intelektual, pengetahuan, dan
kebijaksanaan-Nya.

Pemimpin rohani tidak seperti pemimpin-pemimpin dunia. Tidak seperti
Presiden Charles de Gaulle, pemimpin yang mengisolasikan diri dalam
suatu kekuatan, memerintah berdasarkan suatu kekuatan, dan terisolir
dari dunia sekitarnya. Pemimpin rohani tidak mengisolasikan diri,
melainkan ia harus berada di tengah-tengah orang yang dipimpin.
Sewaktu-waktu, pemimpin harus ada di depan dan pada kesempatan lain
ada di belakang, dan sering berada di tengah para sahabatnya. Raja
Daud dan Rasul Paulus telah memberikan contoh kepemimpinan rohani yang
benar, seperti Yesus Kristus memperkaya para murid-Nya.

Meneladani kepemimpinan Yesus Kristus, berarti memanifestasikan
kehadiran-Nya di bumi, untuk memperbarui hidup dan memberikan hidup
yang kekal kepada manusia. Dia sendirilah yang memberi hidup yang
berkelimpahan bagi sahabat-sahabat dan orang yang percaya kepada-Nya.
Dengan demikian, maka para pemimpin Kristen pun harus meneladani-Nya.
Jadilah pemimpin yang dapat memberikan keteladanan yang baik.

Diambil dari:
Judul buku: Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah
Judul artikel: Beberapa Sikap Praktis yang Perlu
Penulis: Dr. P. Octavianus
Penerbit: Gandum Mas, Malang 1986
Halaman: 219 -- 225

                                 KUTIPAN

"Karisma adalah hasil dari kepemimpinan yang efektif, bukan
sebaliknya." (Warren Bennis)

                 JELAJAH BUKU: KEPEMIMPINAN YANG BERANI

Judul buku: Kepemimpinan yang Berani
Judul asli buku: Courageous Leadership
Penulis: Bill Hybels
Penerjemah: Anne Natanael, S.E.
Editor: Dr. Lyndon Saputra
Penerbit: Gospel Press, Batam 2004
Ukuran buku: 16 x 24 cm
Tebal: 305 halaman
Sumber: Pub. e-Buku 80/2011

Apakah Anda percaya bahwa gereja merupakan harapan dunia yang sedang
membutuhkan pemimpin-pemimpin berkualitas? Jika ya, maka Anda
sependapat dengan Bill Hybles, yang menggemakan bahwa masa depan
gereja terletak di tangan para pemimpinnya. Hybles percaya bahwa semua
orang bisa menjadi pemimpin yang memaksimalkan fungsi gereja untuk
dunia. Pemimpin seperti apakah yang dia maksud?

Berdasarkan pengalamannya selama hampir 30 tahun memimpin gerejanya di
Willow Creek, Bill Hybels menulis buku yang berjudul "Kepemimpinan
yang Berani". Bab pertama menekankan pentingnya peran dan potensi
gereja bagi dunia, sekalipun judul babnya "Risiko-Risiko
Kepemimpinan". Dua bab selanjutnya, Hybels memaparkan kekuatan visi
dan mengubahnya menjadi tindakan-tindakan. Melalui penjelasannya
tersebut, seorang pemimpin tidak hanya membutuhkan visi, tetapi juga
rencana bertahap untuk mewujudkan visi menjadi realitas. Pengalaman
Hybels di Willow Creek Community Church menjadi contoh nyata dari
penjelasannya. Selain itu, buku ini juga menjelaskan bagaimana
membangun tim impian, bekerja dalam tim, dan termasuk penjelasan
tentang pentingnya tujuan tim yang spesifik. Elemen-elemen
kepemimpinan lain yang dibahas dalam buku ini adalah bagaimana
mengelola sumber daya, mengembangkan pemimpin-pemimpin yang sedang
bangkit, menemukan dan mengembangkan gaya kepemimpinan, indera keenam
seorang pemimpin, seni memimpin diri, doa pemimpin, hingga menjalin
relasi dengan Allah dan mempertahankan tujuan.

Buku ini sangat menarik, karena penulisnya mengajak kita masuk ke
dalam sebuah pengalaman nyata kepemimpinan dan menerapkan
gagasan-gagasan kepemimpinan secara praktis. Gereja memang tengah
membutuhkan pemimpin-pemimpin yang mampu menggerakkan orang-orang
percaya untuk meneruskan visi Allah. Apakah Anda rindu menggunakan
karunia-karunia spiritual Anda untuk memimpin? Apakah Anda mau
dibentuk dan bersedia menjadi pemimpin efektif dalam gereja Anda? Jika
demikian, Anda sebaiknya membaca buku ini.

Peresensi: Truly Almendo P.

Diambil dari:
Nama situs: Gudang Buku Kristen On-line (GUBUK)
Alamat URL: http://gubuk.sabda.org/kepemimpinan_yang_berani
Tanggal akses: 15 Agustus 2011

            STOP PRESS: IKUTI KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
                (DIK) JANUARI/FEBRUARI 2012 -- PESTA

Yayasan Lembaga SABDA melalui Pendidikan Elektronik Studi Teologi Awam
(PESTA) < http://www.pesta.org >, kembali membuka kelas Dasar-Dasar
Iman Kristen (DIK) untuk periode Januari/Februari 2012. Bagi Anda yang
ingin mempelajari pokok-pokok penting dasar iman Kristen, seperti
Penciptaan, Manusia, Dosa, Keselamatan, dan Hidup Baru dalam Kristus,
segeralah bergabung dalam kelas DIK ini. Saat ini, Anda sudah dapat
mendaftarkan diri untuk menjadi peserta baru dalam kelas DIK
Januari/Februari 2012. Batas pengumpulan tugas tertulis sebagai
persyaratan untuk dapat mengikuti kelas diskusi adalah tanggal 19
Desember 2011.

Segera daftarkan diri Anda ke < kusuma(at)in-christ.net >. Bagi Anda
yang ingin membaca dan mempelajari pelajaran-pelajaran DIK, silakan
berkunjung ke: < http://pesta.sabda.org/dik_sil >.

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2011 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org