Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/63

e-Leadership edisi 63 (27-1-2010)

Pelajaran Kepemimpinan dari Yesus (II)

===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JANUARI 2010============

                 PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI YESUS (II)

                     e-Leadership 63 -- 27/01/2010

  DAFTAR ISI
  EDITORIAL
  ARTIKEL: Siapa yang Terakhir Akan Menjadi yang Terdahulu
  KUTIPAN
  JELAJAH BUKU: Hikayat Yesus
  PERISTIWA

==================================**==================================
EDITORIAL

  Shalom,

  Jika Anda ingin diperhatikan, janganlah mengejar perhatian.
  Kira-kira seperti itulah kesimpulan dari artikel mengenai pelajaran
  kepemimpinan dari Yesus yang sudah kami siapkan di bawah ini.

  Dengan Markus 9:33-35 sebagai dasar, penulis menjelaskan maksud
  Yesus bahwa jalan terbaik untuk berhasil sebagai seorang pemimpin
  adalah bersikap rendah hati dan berusaha menghargai orang lain.

  Sekali lagi saya katakan, apa yang sudah kami sajikan ini hanya
  sedikit dari banyak pelajaran kepemimpinan yang Yesus ajarkan. Meski
  demikian, kami harap semua itu dapat memperlengkapi Anda dan
  terlebih lagi memicu Anda untuk menggali lebih banyak lagi pelajaran
  kepemimpinan yang telah Yesus ajarkan.

  Selamat menyimak. Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Leadership,
  Dian Pradana
  http://lead.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/lead

==================================**==================================
ARTIKEL

            SIAPA YANG TERAKHIR AKAN MENJADI YANG TERDAHULU

  "Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: Apa yang kamu perbincangkan
  tadi di tengah jalan?" Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan
  tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.
  Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya
  kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
  hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari
  semuanya." (Markus 9:33-35)

  Yesus melakukan pendekatan yang mengejutkan dan mengagumkan
  berkaitan dengan tema mencapai kemahsyuran dan kemuliaan.
  Kenyataannya, Ia menganjurkan hanya satu jalan yang pasti untuk
  menjadi orang yang berhasil, yaitu dengan mencari yang sebaliknya.
  Ia mengajarkan bahwa jika Anda ingin menjadi yang terkemuka, maka
  tempatkanlah diri Anda di posisi yang terakhir. Ia menyampaikan
  bahwa kita sebaiknya menjadi yang paling terakhir dan menjadi
  pelayan dari semua orang. Hal ini sangat sulit kita laksanakan.
  Banyak hal telah kita pelajari tentang sifat manusia yang mengatakan
  bahwa membangun rasa kebanggaan dan nilai diri kita sendiri itu
  sangat penting. Semangat kebajikan dalam berprestasi di bidang
  olahraga, akademik, pekerjaan, dan lainnya merupakan bagian yang
  menyehatkan jiwa kita. Cara paling tepat untuk mengatakan "saya
  nomor satu!" telah menjadi impian jutaan orang di seluruh dunia.

  Yesus mengatakan tidak perlu menjadi yang terdahulu, melainkan
  jadilah yang terakhir. Meskipun begitu, apa yang sebenarnya ingin
  disampaikan-Nya? Saya rasa, bukan maksud Yesus kita harus menderita
  untuk sekadar menjadi biasa-biasa saja, atau kita tidak perlu
  bekerja keras mengembangkan dan menerapkan semua bakat kita.
  Keberhasilan kita dalam menggunakan kemampuan -- dengan berbagai
  cara yang konstruktif -- merupakan suatu tema umum yang dapat
  ditemukan dalam semua bagian Injil. Namun, Yesus menyampaikan suatu
  pesan yang jelas, bahwa sebaiknya kita tidak mengumbar rasa
  superioritas kita, sampai kita terlalu mengutamakan kepentingan diri
  kita sendiri. Yesus tampaknya juga ingin mengatakan kepada semua
  orang yang memfokuskan tujuan akhirnya untuk menjadi yang terbesar,
  hal itu merupakan sebuah kesalahan. Bersikaplah rendah hati dan
  jangan congkak; jadilah pelayan dan berusahalah memberikan
  kesempatan kepada orang lain untuk menjadi yang utama. Inilah jalan
  menuju kebesaran seperti yang diajarkan oleh Yesus, walaupun sering
  kali tersamar dan sukar untuk dilihat. Pastilah Yesus sangat
  memerhatikan kebesaran dari sisi spiritualitas, dalam kaitannya
  dengan Kerajaan Allah, dan tidak sekadar kata-kata. Namun demikian,
  filosofi yang dianjurkan-Nya yaitu: kerendahan hati, melayani, dan
  pengampunan dapat membawa kita ke dalam bentuk penghormatan dan
  cinta pihak lain yang dianggap sebagai tanda nyata sebuah
  "kebesaran".

  Lebih lanjut Yesus menyampaikan berbagai pesan-Nya kepada para
  pengikut-Nya:

     "Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan
     bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka
     Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di
     tengah-tengah mereka, lalu berkata: Aku berkata kepadamu,
     sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak
     kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
     Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak
     kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (Matius
     18:1-4)

  Gagasan menjadi seperti seorang anak kecil tampaknya akan
  memengaruhi para pembaca melalui berbagai cara. Pelajaran penting
  dari kutipan yaitu adalah gagasan untuk menjadi "rendah hati seperti
  seorang anak kecil". Selanjutnya, hal ini berarti menolak godaan
  untuk menjadi seorang yang dipenuhi perasaan yang berlebihan tentang
  betapa pentingnya diri Anda. Tentunya, adanya manfaat positif
  lainnya dari kita untuk bersikap seperti seorang anak kecil yang
  ceria, tidak ada beban, dan selalu ingin tahu, yaitu meningkatkan
  kesehatan, kreativitas, kemampuan belajar, dan lainnya. Yesus
  bermaksud untuk menetralisasi kecenderungan sifat orang dewasa yang
  sudah mengeras, seperti suka mengejek, tertutup, dan egois dalam
  situasi dunia yang semakin rumit dan penuh tekanan ini.

  Pada kesempatan lain, Yesus menyampaikan ajaran-Nya lebih lanjut
  manakala Ia menghadiri suatu perjamuan malam formal di rumah
  seseorang berstatus cukup penting. Tampaknya, kali ini Ia menegaskan
  bahwa menjadi terkenal merupakan suatu hal penting yang sama sekali
  tidak buruk, tetapi haruslah berlandaskan pada dasar yang kokoh dari
  kerendahan hati.

     "Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki
     tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada
     mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan,
     janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu
     telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya
     orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan
     berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu
     engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling
     rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat
     yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata
     kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian
     engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.
     Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan
     barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 14:7-
     11)

  Pada umumnya, kita menghargai seseorang yang tidak terlalu
  menekankan prestasi dan status mereka. Hal ini menjadi lebih
  bermakna jika orang tersebut justru memiliki kekuasaan atau
  kemampuan untuk dituruti oleh banyak orang. Kita semua menginginkan
  keberhasilan dan menjadi seseorang yang memiliki kemasyhuran dan
  kekuatan. Jika orang yang sukses tersebut memamerkan status mereka,
  kita mungkin saja merasa ada yang kurang pantas atau bahkan marah
  terhadap perilaku yang berlebihan itu. Sebaliknya, jika mereka
  menunjukkan sikap rendah hati dan menghargai orang lain, kita dapat
  mengakui harkat dan status mereka. Memang agak sulit untuk
  menjelaskan mengenai hal ini jika tidak pernah mengalaminya sendiri.
  Cerita Yesus mengenai perjamuan makan memberikan kepada kita suatu
  gambaran yang gamblang dan membuat kita mampu untuk membayangkan
  secara langsung hubungan yang kuat antara kerendahan hati dengan
  keagungan. Saya kurang memahami semua gagasan ini manakala saya
  mencermatinya. Namun, kemudian saya teringat kepada Donald Petersen,
  CEO Perusahaan Mobil Ford. Ia menjadi seorang CEO yang jauh dari
  penampilan yang "wah" dibanding banyak pimpinan perusahaan lainnya,
  seperti Henry Ford II dan Lee Iacocca. Sangatlah sulit bagi banyak
  orang untuk mengingat namanya, dan sudah sering ada surat kabar yang
  salah mengeja namanya. Sebagai seorang pemimpin, ia menganjurkan
  pemberdayaan, kerja sama tim, kepercayaan, kerja sama operasional,
  dan pengakuan terhadap peran setiap karyawannya. Ia mengaku dengan
  terbuka bahwa ia menikmatinya karena tidak seterkenal pemimpin
  perusahaan lainnya. "Kami tidak memerlukan para bintang.... Menjadi
  bagian dari tim akan menciptakan kondisi yang lebih produktif. Saya
  merasa lebih nyaman ketika jauh dari pusat perhatian."

  Berikut ini contoh dari sikap kepemimpinan yang dibawa Petersen ke
  dalam perusahaan Ford, seperti yang dikisahkan Jack Telnack,
  pimpinan bagian perancangan Ford ketika Petersen menjadi CEO.

  Setelah mengamati sebuah rancangan, Petersen bertanya kepada Telnack
  apakah mobil yang digambarnya itu merupakan mobil yang akan
  dikemudikannya. Telnack mencoba mencerna pertanyaan itu dan kemudian
  menjawabnya dengan jujur: "Sudah tentu tidak. Saya tidak mau mobil
  itu diparkir di rumah saya." Kemudian Petersen meminta kepadanya
  untuk merancang sebuah mobil yang dapat dibanggakannya. Hasilnya
  sebuah mobil yang luar biasa hebatnya dengan menampilkan sudut yang
  lengkung (seperti halnya Taurus). Setelah bertahun-tahun mengalami
  kepemimpinan yang otokratik, peluang Telnack untuk menampilkan
  kreasinya akhirnya diperoleh di Ford, dan ia menanggapinya dengan
  membuat salah satu rancangan yang paling berhasil dalam sejarah
  otomotif.

  Pemimpin yang rendah hati ini sudah tentu menjadi komponen utama
  dari peralihan Ford pada awal pertengahan tahun 1980-an. Ia selalu
  menghindar untuk menjadi pusat perhatian dan memilih untuk tidak
  menonjolkan diri, yaitu dengan memberikan kesempatan itu kepada
  orang lain ketimbang dirinya. Dengan sikap rendah hati itu, ia
  mendapatkan penghargaan sebagai pemimpin perusahaan terbaik dan
  pemimpin paling efektif di Amerika untuk tahun 1988 berdasarkan
  pilihan Fortune 500/CNN Moneyline yang diadakan di kalangan CEO,
  bahkan menyingkirkan peringkat kedua yang merupakan seorang profil
  terkenal dari Chrysler, Lee Iacocca.

  Secara keseluruhan, Yesus menunjukkan hal yang menakjubkan dan
  bertolak belakang. Keagungan justru datang karena menghindarinya,
  bukan karena mencarinya. Atau lebih akuratnya, bibit keagungan
  berasal dari sikap rendah hati dan melayani. Tidak perlu mencari
  sanjungan. Lebih baik, sanjungan mencari Anda dengan caranya
  tersendiri dan waktu yang tepat. Tidak perlu terlalu memikirkannya.
  Laksanakanlah tugas Anda dengan mengutamakan hal yang konstruktif
  dan berfokus pada penghargaan dan pengakuan atas kontribusi pihak
  lain daripada diri Anda sendiri. Jika Anda melakukan hal ini secara
  tulus, maka usaha Anda sering kali akan mendapat pengakuan, selama
  Anda tidak mencari dan mengharapkannya.

  Kebenaran akan hal ini saya temukan secara pribadi selama bekerja
  bertahun-tahun bersama para mahasiswa. Semakin tinggi saya
  menghargai dan mengutamakan para mahasiswa saya, semakin tinggi pula
  penghargaan yang saya terima dari motivasi dan antusiasme mereka.
  Ketika saya mendorong mereka untuk meraih dan menerapkan keinginan
  mereka serta menghargai bakat mereka yang unik, sering kali mereka
  meminta saya mengadakan berbagai proyek yang sangat produktif;
  mereka sering kali tampak bekerja terlalu keras dalam proyek-proyek
  tersebut. Sempat beberapa kali saya meminta para mahasiswa untuk
  sedikit mengurangi semangat kerja keras mereka pada proyek kami, dan
  akibatnya mereka kurang menghargai saya.

  Ringkasnya, cobalah temukan kualitas yang mirip dengan seorang anak
  kecil seperti sikap keingintahuan dan selalu ingin bermain, serta
  mengombinasikan kerendahan hati dengan optimisme alamiah yang dapat
  Anda capai untuk segala hal yang Anda lakukan. Sementara itu,
  latihlah diri Anda untuk memerhatikan kontribusi yang unik dan
  menarik dari setiap tindakan yang dilakukan orang lain serta hargai
  dan dorong usaha mereka. Tampaknya hal ini menunjukkan bahwa Yesus
  menginginkan kita untuk belajar.

  Salah satu kutipan favorit saya dari Nathaniel Hawthorne merupakan
  penutup yang terbaik. Kutipan ini berkaitan dengan kegembiraan,
  tetapi dapat juga dikatakan berfokus kepada keagungan.

  "Kegembiraan sama halnya seperti seekor kupu-kupu; ketika dikejar,
  ia akan lepas dari genggaman kita, tetapi jika Anda duduk tenang,
  bisa saja ia menghampiri Anda."

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: The Leadership Wisdom of Jesus
  Penulis: Charles C. Manz
  Penerjemah: Rere Johanes
  Penerbit: PT. Bhuana Ilmu Populer
  Halaman: 15 -- 21

==================================**==================================
KUTIPAN

  Jalan terbaik untuk berhasil sebagai seorang pemimpin adalah dengan
        bersikap rendah hati dan berusaha menghargai orang lain.

==================================**==================================
JELAJAH BUKU

  Judul Buku: Hikayat Yesus
  Penulis: Dr. Peter Wongso
  Penerbit: Departemen Literatur SAAT, Malang 1998
  Ukuran: 14,5 x 21 cm
  Tebal: 361 halaman

  Tak diragukan lagi bahwa Yesus Kristus memang satu-satunya tokoh
  pemimpin yang paling hebat seantero jagad. Sekalipun masa hidup
  Yesus di dunia hanya kurang lebih 35 tahun, namun Ia mampu
  memberikan dampak yang luar biasa bagi umat yang berada di bawah
  pimpinan-Nya. Kepemimpinan-Nya terbukti menjadi tolok ukur
  keberhasilan pemimpin-pemimpin besar, baik di kalangan Kristen
  maupun non-Kristen.

  Oleh karena kenyataan itulah, penulis buku "Hikayat Yesus" -- Dr.
  Peter Wongso, menulis sebuah buku yang secara khusus menggali
  kehidupan Yesus seperti yang ditulis dalam kitab Injil yang
  dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama. Namun, dalam buku
  "Hikayat Yesus" ini Anda tidak hanya dapat belajar tentang pribadi
  Yesus sebagai Anak Allah, tapi juga kepribadian Yesus sebagai
  manusia seutuhnya. Selama hidup di dunia, Yesus melakukan banyak
  pekerjaan dan pelayanan. Sebagai seorang Guru, Yesus menjadi panutan
  bagi para murid. Buku ini hanya terdiri dari tiga bagian besar yang
  terbagi ke dalam beberapa subbab kecil. Melalui buku ini Anda dapat
  menemukan banyak bukti tentang pelayanan, mukjizat, dan kepemimpinan
  yang Yesus lakukan hingga Dia disalib dan naik ke surga. Meskipun
  begitu, Anda harus menyediakan Alkitab untuk menyelidiki isi buku
  ini lebih dalam. Mengapa harus demikian? Karena buku ini hanya
  mencantumkan garis besar kehidupan Yesus di dalam Injil. Oleh karena
  itu, untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap Anda harus
  membuka Alkitab sebagai sumber jawaban yang benar.

  Ditulis oleh: Sri Setyawati

==================================**==================================
PERISTIWA

  27 Januari ...
  1. 1756 - Wolfgang Amadeus Mozart, komposer Austria, dilahirkan.
  2. 1926 - John Logie Baird mendemonstrasikan siaran televisi
     pertama.
  3. 2008 - Soeharto, Presiden Indonesia ke-2, meninggal dunia.

  Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/27_Januari

==================================**==================================
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/
Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN

Copyright(c) e-Leadership 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org