Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/59

e-Leadership edisi 59 (25-11-2009)

Janji Seorang Pemimpin (II)

===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI NOVEMBER 2009===========

                      JANJI SEORANG PEMIMPIN (II)

                     e-Leadership 59 -- 25/11/2009

  DAFTAR ISI
  EDITORIAL
  ARTIKEL: Jika Ya, Katakan Ya
  KUTIPAN
  ARTIKEL KHUSUS: Krisis Ekologi & Kepemimpinan Kristen: Pemimpin yang
                  Tidak Tahu Diri (Menganggap Diri Berhak) dan Rakus
                  Adalah Sumber Masalah Ekologi Dunia
  JELAJAH BUKU: Hak untuk Memimpin
  PERISTIWA

==================================**==================================
EDITORIAL

  Shalom,

  Dalam edisi lalu, kita sudah melihat bersama-sama mengenai beberapa
  alasan mengapa kita harus menepati janji-janji yang sudah kita
  katakan. Nah, kami harap sajian kali ini dapat semakin memantapkan
  kita untuk dapat menepati setiap perkataan dan janji yang kita
  ucapkan. Seorang pemimpin adalah figur dan panutan dari orang-orang
  yang dipimpinnya. Jika seorang pemimpin Kristen tidak dapat
  dipercaya lagi karena perkataannya hanya sebuah kebohongan, tentu
  akibatnya sangat tidak baik bagi generasi kepemimpinan yang akan
  datang.

  Sehubungan dengan Hari Pohon pada 21 November lalu, redaksi telah
  menyiapkan sebuah artikel tentang lingkungan yang ada kaitannya
  dengan kepemimpinan. Biarlah apa yang kami sajikan tidak hanya
  menjadi sebuah teori yang berlalu begitu saja, namun juga dapat
  memicu kita untuk berkomitmen memiliki hidup yang berarti dan dapat
  menjadi berkat bagi banyak orang.

  Selamat menyimak. Tuhan memberkati.

  Staf Redaksi e-Leadership,
  Desi Rianto
  http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/
  http://lead.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/lead/

==================================**==================================
ARTIKEL

                         JIKA YA, KATAKAN YA

  Ayat bacaan: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
  hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal
  dari si jahat." (Matius 5:37)

  Saya kadang-kadang kesal sekaligus geli melihat sifat dari salah
  seorang teman saya. Begitu mudahnya ia berjanji sesuatu, semudah itu
  pula ia melupakannya atau melanggarnya. Berjanji akan datang, tapi
  kemudian tidak datang. Berjanji akan berbuat sesuatu, tapi tidak
  pernah direalisasikan. Saya pernah berterus terang kepadanya, dan
  berkata saya tidak akan mau berharap apa-apa dari janjinya karena
  ia sudah terlalu sering tidak menepatinya, namun tampaknya memang
  sudah sifatnya demikian, sehingga ia belum juga berubah sedikit pun.
  Saya menerima dia apa adanya sebagai teman, termasuk sifatnya itu.
  Jika saya meletakkan standar yang saya inginkan mengenai menepati
  janji, saya akan kecewa dan mungkin sulit untuk berteman dengannya.

  Kita pun terkadang terjebak pada situasi demikian. Karena segan,
  tidak mau membuat orang lain kecewa, atau alasan lain, kita bisa
  melakukan "lips-service" dengan membuat sebuah janji. Soal ditepati
  atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Toh,
  alasan bisa dicari belakangan. Perilaku yang mungkin kita anggap
  manusiawi dan wajar ini sangatlah tidak dianjurkan dalam Alkitab.
  Perilaku ingkar janji ini tidak berbeda jauh dengan berbohong. Yesus
  berkata tegas: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
  hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal
  dari si jahat" (Matius 5:37). Atau dalam bahasa Inggrisnya: "Let
  your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than
  that comes from the evil one."

  Yesus mengatakan hal ini dalam konteks menasihati kita untuk tidak
  bersumpah, yang didasarkan-Nya dari 10 Perintah Allah: "Jangan
  mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu" (Keluaran 20:16).
  Kenyataannya, manusia terkadang begitu beraninya bersumpah demi
  segala sesuatu, bahkan demi Tuhan untuk sesuatu kebohongan. Ini
  jelas-jelas melanggar firman Tuhan. Dan Tuhan pun sangat tidak suka,
  bahkan dikatakan jijik dengan sikap/kebiasaan seperti ini, seperti
  apa yang dikatakan Daud: "Engkau membinasakan orang-orang yang
  berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu"
  (Mazmur 5:7). Dari ayat ini kita melihat bahwa penipu disamakan
  dengan pembunuh. Tidak salah, karena penipu -- orang yang bersaksi
  dusta, orang yang ingkar janji -- bisa membunuh harapan orang,
  kepercayaan orang, bahkan karakter orang lain dengan segala
  kebohongannya. Salomo di kemudian hari mengingatkan lebih lanjut:
  "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang
  menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar" (Amsal 19:5).
  Pada saatnya, orang-orang pembohong tidak akan luput dari hukuman.
  Begitu seseorang berbohong, maka Tuhan pun akan menjadi lawannya.
  (Yehezkiel 13:9).

  Belajarlah sejak dini untuk menepati dan menganggap serius sebuah
  janji. Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi
  saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka
  tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk
  meyakinkan orang lain. Kita harus mampu menjalani kehidupan yang
  bisa mendatangkan kepercayaan orang pada diri kita lewat kesetiaan
  kita akan sebuah janji, dan itu akan jauh lebih "valid" dibanding
  kepercayaan yang bisa diperoleh lewat sumpah. Demikian pula dengan
  nazar, yang merupakan janji kita terhadap Tuhan ketika memohon
  sesuatu. Jangan pernah menunda atau lupa membayar nazar, karena itu
  juga akan menjadi sebuah kebohongan yang sangatlah tidak berkenan di
  hadapan Tuhan. "Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah
  menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang
  bodoh. Tepatilah nazarmu." (Pengkotbah 5:4).

  Seperti yang diajarkan Yesus, hendaklah kita mau menghormati janji
  dan senantiasa menepatinya. Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak,
  katakan tidak. Di luar itu adalah kebohongan yang datang dari iblis.
  Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh. Jangan
  biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apa pun.
  Seperti kata sebuah pepatah bahasa Inggris, "Never make a promise
  you can`t keep", hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar
  tidak membuka peluang bagi iblis untuk mengacak-acak hidup kita.
  Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati akan
  mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita, dan juga sebuah dosa
  menjijikkan di hadapan Tuhan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Renungan Harian Online
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://renungan-harian-online.blogspot.com/2009/05/jika-ya-katakan-ya.html

==================================**==================================
KUTIPAN

                  Never make a promise you can`t keep.

==================================**==================================
ARTIKEL KHUSUS

  KRISIS EKOLOGI & KEPEMIMPINAN KRISTEN: PEMIMPIN YANG TIDAK TAHU DIRI
    (MENGANGGAP DIRI BERHAK) DAN RAKUS ADALAH SUMBER MASALAH EKOLOGI
                                 DUNIA

  Tanggal 5 Juni adalah Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World
  Environment Day (WED). Dalam kolom Opini harian Kompas terbitan
  Kamis, 5 Juni 2008 (halaman 6), Marison Guciano menyuguhkan tulisan
  berjudul "Ecocide!" (pemusnahan massal lingkungan atau ekosistem
  sebagai sumber-sumber kehidupan). Penulis memaparkan terungkapnya
  proses alih fungsi hutan lindung di Bintan oleh anggota DPR dengan
  disetujui pejabat negara yang berwenang yang tentu saja ada uang
  suapnya. Sumber perusakan lingkungan di sini jelas adalah "hati"
  para pimpinan tinggi negara, sebagai penentu "nasib masa depan"
  negara, yang "serakah", "egois", "licik", "mengambil peluang
  penggunaan wewenang yang menguntungkan dirinya". Akibatnya, tentu
  ekosistem lingkungan rusak dan rakyat kecil akan menerima dampak
  kerusakan itu, sehingga mereka menjadi bertambah miskin dan tidak
  bisa hidup layak dan sehat sebagai manusia.

  Kompas, Jumat, 6 Juni 2008, dalam halaman Humaniora-Fenomena (hal.
  14), mengangkat tulisan mengenai lingkungan hidup dengan judul
  "Perlu Kelola Perilaku". Tulisan ini memaparkan bahwa lingkungan
  memiliki kemampuan melumat "limbah" sehingga alam tetap bersih dan
  tercapai keseimbangannya. Namun, karena tekanan manusia, daya alam
  itu melemah, bahkan menghilang. Perlu campur tangan manusia untuk
  mengatasi pencemaran akibat ulah sendiri tersebut. Penanggulangan
  ini harus dimulai dengan membenahi perilaku pemerintah dan warganya.
  Upaya mengubah perilaku atau kebiasaan bukan perkara mudah dan
  cepat. Dalam terbitan yang sama, di rubrik Metropolitan (hal. 26)
  tertulis berita mengenai kualitas air dengan judul "Empat Sungai di
  Bekasi Tercemar", di mana sungai-sungai tersebut tercemar oleh logam
  dan bakteri berbahaya sebagai akibat pembuangan limbah industri yang
  tidak diolah. Ironisnya, air sungai tersebut merupakan bahan baku
  air minum di Bekasi dan Jakarta yang jelas tidak memenuhi syarat air
  minum warga. Perusakan lingkungan di sini jelas disebabkan oleh hati
  manusia yang "tidak memiliki perasaan, tidak peduli, tidak malu
  karena tidak tahu malu dan tidak punya malu yang tidak mau tahu apa
  saja akibat yang akan diterima oleh sesamanya".

  Dalam Kompas, Sabtu, 7 Juni 2008, di halaman Bisnis & Keuangan (hal.
  21), tertuang hal penting yang terkait dengan pertanian yang
  berjudul "Menyelamatkan Waduk, Menolong Kehidupan ...". Paparan ini
  adalah salah satu dari hal yang diulas Kompas, Kamis, 12 Juni 2008
  di halaman 16, dengan judul "Ahim & Zaenal, Raksabumi (penjaga
  hutan) di Neglasari" (kampung yang berbatasan dengan Gunung Simpang
  di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Penulis
  menyatakan bahwa bencana alam yang terjadi di Indonesia bisa
  dikatakan sebagai buah keserakahan manusia yang mengambil hasil
  hutan secara tidak terkendali. Tak heran kalau cagar alam Gunung
  Simpang seluas 15.428 hektar dengan pohon-pohon yang besar sangat
  menggoda sebagian orang untuk memanfaatkannya secara berlebihan.
  Dalam tulisan tersebut, Ahim mengatakan bahwa selama hutan terjaga
  dan tidak dirusak oleh siapa pun, air irigasi akan mengalir
  sepanjang musim (catatan: padi bisa ditanam tiga kali dalam setahun
  yang merupakan produk sawah irigasi di wilayah ini). Air untuk
  kebutuhan rumah tangga juga akan tersedia kapan pun. Listrik akan
  terus menyala, tak pernah putus (catatan: air dari hutan digunakan
  untuk menggerakkan kincir yang memutar dinamo sehingga dihasilkan
  energi listrik). Di sini jelas tertulis bahwa sumber perusakan
  lingkungan hidup adalah "keserakahan atau kerakusan hati manusia".

  Dari paparan sebelumnya menjadi jelas bahwa "hati dari manusia yang
  diciptakan menurut gambar dan rupa Allah" adalah sumber perusak
  lingkungan hidup bumi ciptaan Tuhan ini. Kita akan membahas tema
  "Krisis Ekologi dan Kepemimpinan Kristen" mulai dari Kejadian 1
  mengenai penciptaan alam semesta yang menjadi tempat untuk kebutuhan
  hidup umat manusia.

  PEMBAHASAN

  Kejadian 1:24-30

  1. Alam dan isinya diciptakan dahulu sebelum manusia dengan tujuan
     menyediakan kebutuhan hidup manusia. Berarti, memang Tuhan
     memakai alam dengan segala isinya agar menjadi sumber hidup dan
     kelangsungan hidup manusia sehingga jika merusakkannya, manusia
     akan tahu sendiri akibat yang harus ditanggungnya.

  2. Dalam Kejadian 1:26-29, Tuhan berfirman: "Baiklah Kita menjadikan
     manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas
     ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan
     atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
     bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
     menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan
     diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah
     berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak;
     penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan
     di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
     merayap di bumi." Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan
     kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan
     segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi
     makananmu.

     Dari paparan ayat-ayat tersebut jelas bahwa kita tidak bisa
     menafsir "beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi
     ..." lepas dari konteks maksud Allah menciptakan manusia,
     laki-laki dan perempuan, menurut gambar-Nya. Begitu juga perintah
     "berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
     dan atas segala binatang yang merayap di bumi".

     Maksud Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya adalah agar
     ketika melaksanakan mandat untuk berkembang biak dan menguasai
     ciptaan Tuhan di alam ini, manusia bisa menghadirkan pemerintahan
     Allah di bumi ini. Seluruh alam berasaskan karakter Allah.
     Karakter Allah, antara lain kasih, kesucian, keadilan, kebenaran,
     ketertiban, dan ketegasan semuanya adalah unsur-unsur karakter
     Allah yang dapat dipilah dan dibedakan tetapi tidak dapat
     dipisahkan, karena semua karakter itu ada dalam satu kesatuan.
     Begitu juga dengan pengasihan, berkat, kemurahan, kesabaran,
     pemberian kesempatan, pengampunan, dan anugerah adalah bagian
     dari karakter kasih Allah. Sedangkan murka Allah adalah ungkapan
     ketegasan karakter kesucian, keadilan, kebenaran, dan ketertiban
     Allah.

     Murka sebagai ungkapan ketegasan karakter Allah ini bisa terlihat
     pada diri siapa saja, kapan saja, di mana saja, baik pribadi,
     kelompok keluarga, kelompok umat, atau pun kelompok seluruh umat
     manusia yang telah melakukan kejahatan terhadap sesama, termasuk
     kejahatan pada lingkungan hidup, yang terlihat maupun yang tidak
     terlihat.

     Jika manusia mau memiliki anak, ia harus dapat memelihara anaknya
     tersebut dengan memberi makanan, minuman yang cukup dan
     menyehatkan. Oleh karenanya manusia harus berpikir: kalau anak
     banyak, apakah ia sanggup memberikan kebutuhan hidup dasar yang
     cukup kepada anaknya sebagai manusia ciptaan Tuhan yang
     bermartabat.

     Kalau anak banyak, jelas membutuhkan makanan dan minuman yang
     juga banyak. Pasti makanan dan minuman yang dibutuhkan manusia
     akan diperebutkan dan menjadi pemicu keributan antarsesama umat
     manusia. Siapa yang salah? Lihat saja catatan pertengkaran antara
     gembala Lot dengan gembala Abram. Kelihatan sekali Lot sangat
     menekankan haknya, padahal dia adalah keponakan Abram yang
     dipelihara oleh Abram sejak kecil. Bersamaan dengan itu,
     kelihatan juga hatinya yang rakus atau tamak. Buktinya dia mau
     tinggal di kota Sodom yang perdagangannya memang sangat
     menguntungkan. Peristiwa tersebut terjadi pada saat tanah yang
     menjadi sumber hidup masih luas (Kej. 13:1-18). Apalagi sekarang
     ini. Tentu tidak terbayangkan. Kebutuhan makanan dan minuman,
     termasuk kebutuhan hidup ternak peliharaannya, tentu berasal dari
     tanah yang subur, dan makin hari akan makin dibutuhkan tanah yang
     makin luas. Jumlah orang yang bertambah juga tentu membutuhkan
     tempat tinggal yang lebih banyak dan dengan sendirinya membutuh
     tanah yang lebih luas. Padahal, untuk kebutuhan makanan dan
     minuman yang lebih banyak, tentu membutuhkan lahan untuk menanam
     tumbuh-tumbuhan yang terkait.

     Jadi jelas bahwa, baik manusia untuk beranak cucu atau menguasai
     alam bumi yang menjadi sumber makanan kelangsungan hidup manusia,
     benar-benar harus dikelola dengan menghadirkan pemerintahan Allah
     yang berasaskan karakter-Nya yang sudah dipaparkan sebelumnya.

  Berarti perintah "taklukkan dan kuasai alam dengan ciptaan Tuhan
  lainnya" tentu harus dilakukan dengan tertib, baik mengatur,
  memelihara kelangsungan hidupnya, maupun mengendalikan; bukan semau
  manusia. Juga bukan dengan cara eksploitasi.

  Kalau semua ini dilakukan manusia dengan taat pada maksud Tuhan
  menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, maka tidak akan
  terjadi sebagaimana yang terjadi di seluruh dunia saat ini. Tentu
  sejumlah bencana alam yang terjadi memang adalah dari alam ini
  sendiri, seperti tsunami, gempa, dan gunung meletus. Tetapi lapisan
  ozon rusak, es Kutub Utara mencair, polusi berat di udara, tanah,
  dan air, serdta banjir dan longsor akibat hutan yang gundul adalah
  bencana yang terjadi akibat ulah manusia sendiri.

  Mari sekarang kita membahas sumber pemicu persoalan manusia,termasuk
  perusakan ekosistem alam bumi ciptaan Tuhan ini.

  Kejadian 3:1-24

  Dari kejatuhan manusia mula-mula sudah kelihatan bahwa manusia itu
  menekankan pemakaian haknya dan tamak akan segala hal, termasuk
  kekuasaan. Jadi, pada sikap dan tindakan manusia mula-mula itu sudah
  terlihat jelas bahwa mereka lebih suka mengikuti saran Setan yang
  memanfaatkan nafsu kedagingannya daripada menuruti perintah Tuhan.
  Sudah digambarkan Paulus di Roma 1:29, kita adalah keturunannya
  yang harus sadar akan kelemahan kita sebagai manusia ini. Paulus,
  sebagai seorang rasul, justru telah dengan jujur mengakui di Roma 7:
  18 bahwa "di dalam diri dia sebagai manusia, tidak ada yang baik".
  Kalau kita tidak mau mengakui ini, maka umat manusia dengan alamnya
  akan semakin hancur dan musnah. Jangan lupa, kebinasaan kekal
  menanti manusia yang tidak mau jujur mengakui kelemahannya dan
  mengakui dirinya tidak sanggup untuk mengatasinya. Mari kita mohon
  kemurahan dan pengasihan Allah Bapa melalui Yesus Kristus yang telah
  mengutus Roh Kudus untuk memberi dukungan dan kekuatan kepada
  manusia untuk menghadapi kedagingannya sampai akhir hayatnya.

  Markus 7:21

  Isi yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam Markus 7:21,
  segala pikiran jahat (yang terkait dengan tema, yang di antaranya
  adalah pencurian, keserakahan, kejahatan, kelicikan dan tipu
  muslihat, jelas adalah sumber masalah kehidupan pribadi, kelompok,
  masyarakat dan lingkungan alam bumi. Istilah keserakahan tidak
  terdapat dalam Matius 15:19; kata yang ada adalah pencurian yang
  sumbernya jelas dari keserakahan. Rasul Paulus, dalam Galatia
  5:17-21, menggunakan istilah "keinginan daging" untuk menggantikan
  istilah "hati". Hal-hal yang dikemukakan Rasul Paulus adalah
  "kepentingan diri sendiri", "pesta pora" (berkonotasi pada gaya
  hidup boros dan konsumtif tak terkendali).

  Siapa yang dinyatakan rakus, tamak, dan serakah? Rakus berarti
  merampas/mengambil sesuatu dengan kasar dan paksa yang bukan haknya.
  Kalau kita membaca Matius 23:25, maka yang rakus itu justru adalah
  para rohaniwan dan tokoh agama, yaitu para ahli Taurat dan orang
  Farisi. Wah, ini betul-betul harus menjadi peringatan keras dan
  serius bagi seluruh pimpinan Kristen.

  Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika Tuhan Yesus Kristus dalam
  Lukas 12:15 mengingatkan para murid-Nya agar waspada terhadap
  ketamakan. Orang yang serakah pasti mewujudkannya dengan
  memperdayakan objek yang menjadi sasaran aktualisasi ketamakannya,
  baik pada manusia maupun terhadap alam (1 Tes. 4:6). Orang tamak
  pasti juga kikir untuk berbuat baik dalam ketulusan (1 Kor. 5:10,
  11, 6:10; Mat. 25:31-46).

  Dari paparan Tuhan ini, tersimak bahwa tidak mungkin kita akan bisa
  memberi sesama yang sangat membutuhkan air dan makanan tanpa didapat
  dari air bersih dari alam untuk dikonsumsi secara aman dan sehat.
  Dengan kata lain, khususnya untuk era sekarang, sebelum kita
  menyediakan air layak minum, maka ekosistem lingkungan bumi alam ini
  harus kita pulihkan, jaga, dan pelihara kelangsungan keberadaannya
  dahulu, sehingga dapat menjadi sumber hidup seluruh umat manusia.
  Saya berseru: "Mari para calon pimpinan Kristen, kita sadar, kita
  peka, dan kita wujudkan maksud Tuhan di alam ini!"

  Diambil dan disesuaikan dari:
  Nama situs: perkantas jatim
  Judul asli artikel: Krisis Ekologi & Kepemimpinan Kristen: Pemimpin
                      Yang Tidak Tahu Diri (Menganggap Diri Berhak)
                      dan Rakus Adalah Sumber Masalah Ekologi Dunia --
                      Kajian Kejadian 13:1-18; Matius 24:3-7-14;
                      Markus 13:3-8; Lukas 4:25, 21:7-11
  Penulis: Paulus Trimanto Wibowo, M.Div., MACS, M.Th.
  Alamat URL: http://www.perkantasjatim.org/?g=articles&id=44

==================================**==================================
JELAJAH BUKU

                           HAK UNTUK MEMIMPIN

  Judul asli buku: The Right to Lead
  Penulis: John C. Maxwell
  Penerjemah: Drs. Alvin Saputra
  Penerbit: Interaksara, Batam 2003
  Ukuran: 12,5 x 18 cm
  Tebal: 145 halaman

  Setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. 
  Hanya saja hak itu tidak diraih melalui pemilihan atau penunjukan. 
  Sekalipun memiliki posisi, gelar, atau jabatan, seseorang tidak 
  secara otomatis memenuhi syarat untuk memimpin sesamanya. 

  John C. Maxwell menuliskan secara khusus beberapa kisah 
  menginspirasi untuk Anda melalui buku yang berjudul "Hak untuk 
  Memimpin" ini. Beragam kisah disuguhkan dengan singkat, padat, dan 
  berisi. Di dalam buku ini tertulis tujuh topik utama, yaitu:
  1. Tindakan,
  2. Visi,
  3. Pengorbanan,
  4. Risiko,
  5. Tekad,
  6. Pelayanan, dan
  7. Integritas.

  Dengan membaca artikel-artikel yang menginspirasi dan memotivasi
  dalam buku ini, Anda bisa mendapat kesempatan memperjuangkan secara
  maksimal hak Anda untuk menjadi pemimpin. Buku ini ditulis dengan
  apik dan sistematis, jadi Anda tak akan bosan dan enggan untuk
  membacanya.

  Selain kisah menginspirasi yang hidup, buku ini juga memuat   
  kutipan-kutipan yang memotivasi Anda untuk terus berjuang menjadikan 
  diri pemimpin yang baik, benar, dan bertanggung jawab, yang tidak 
  hanya pandai berjanji namun lebih dari itu memiliki integritas yang 
  tinggi. Semua manusia bisa memberikan janji-janji yang sama, namun 
  hanya pemimpin sejati saja yang akan melakukan tindakan-tindakan 
  berbeda. Banyaknya referensi yang ada di bagian belakang buku ini 
  juga bisa menjadi sumber inspirasi yang makin membuat wawasan Anda 
  semakin berkembang. Selamat berjuang!

  Ditulis oleh: Sri Setyawati

==================================**==================================
PERISTIWA

  25 November ...
  1. 1667 - Gempa bumi mematikan mengguncang Shemakha, Kaukasia,
     menewaskan lebih dari 80.000 orang.
  2. 1940 - Film animasi Woody Woodpecker muncul untuk pertama kali.
  3. 1963 - John F. Kennedy dimakamkan di pemakaman nasional
     Arlington.

  Sumber: http://id.wikipedia.org/

==================================**==================================
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/
Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead/
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/
Network Kepemimpinan: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan/
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati
Kontributor: Desi Rianto
e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Bahan ini dapat dibaca secara on-line di:
http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
Copyright(c) 2009 oleh YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/

==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org