Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/18

e-Leadership edisi 18 (14-6-2007)

Karakter Pemimpin - Integritas Diri

                           Edisi Juni 2007
==================================**==================================
                     Milis Publikasi e-LEADERSHIP
                                 ****
              Topik: Karakter Pemimpin - Integritas Diri
==================================**==================================

  MENU SAJI

  EDITORIAL         : Integritas: Kualitas Mutlak Seorang Pemimpin
  ARTIKEL (1)       : Memimpin dengan Integritas
  ARTIKEL (2)       : Kaitan Integritas dan Kepemimpinan
  TIPS              : Mengukur Integritas
  INSPIRASI         : Tidak Takut Membuat Kesalahan
  STOP PRESS        : GetLife Inspiration Seminar

==================================**==================================
EDITORIAL

         -*- INTEGRITAS: KUALITAS MUTLAK SEORANG PEMIMPIN -*-

  Dalam dunia kerja dan pelayanan yang penuh tantangan, figur pemimpin
  yang bisa bertahan dalam situasi sulit sangat dibutuhkan. Ada satu
  kualitas yang mutlak dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu
  integritas. Integritas menjadi dasar dari kesuksesan. Sulit bagi
  seorang pemimpin untuk mencapai puncak organisasi bila ia
  mengompromikan integritasnya dengan mengkhianati suatu kepercayaan.

  Edisi kali ini menyajikan artikel yang mengupas integritas sebagai
  kualitas pemimpin, yang ironisnya justru paling langka pada masa
  sekarang ini. Integritas seorang pemimpin akan mendatangkan
  kepercayaan, penghormatan, dan penghargaan dari orang lain. Sesuai
  dengan topik kami pada edisi lalu, integritas adalah kualitas utama
  yang dituntut dari seorang pemimpin yang berkredibilitas. Kiranya
  sajian kami ini dapat membantu meningkatkan integritas Anda.

  Selamat belajar!

  Pimpinan Redaksi e-Leadership,
  Lanny Kusumawati

              Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya,
         tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.
                             (Amsal 10:9)
           < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Amsal+10:9 >

==================================**==================================

             KETIKA PERKATAAN DAN PERBUATAN ANDA COCOK,
               ORANG TAHU MEREKA BISA MEMERCAYAI ANDA.
                          (John C. Maxwell)

==================================**==================================
ARTIKEL (1)

                -*- MEMIMPIN DENGAN INTEGRITAS -*-

  Integritas adalah modal utama seorang pemimpin, yang sekaligus
  menjadi modal yang paling jarang dimiliki oleh seorang pemimpin.
  Inilah tragedi terbesar dalam kepemimpinan. Penelitian yang
  dilakukan oleh James Kousez dan Barry Posner mendukung persepsi
  bahwa integritas adalah modal utama seorang pemimpin. Riset mereka
  yang melibatkan ribuan kaum profesional dari empat benua selama
  hampir dua puluh tahun menunjukkan bahwa integritas adalah kualitas
  paling vital yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

  Sayangnya, integritas juga merupakan kualitas yang paling langka,
  bahkan hampir punah. Skandal Pendeta Jesse Jackson memperkuat premis
  ini. Pada 18 Januari 2001, Pendeta Jesse Jackson mengaku di depan
  publik bahwa ia memiliki anak di luar nikah berusia dua puluh bulan.
  Pengakuan ini menggegerkan publik. Siapa yang tak kaget mendengar
  seorang barometer spiritual masyarakat Amerika ternyata berselingkuh
  sejak tahun 1998? Skandal ini lebih dahsyat daripada skandal Bill
  Clinton dan Monica Lewinsky. Mengapa? Karena Jesse Jackson adalah
  seorang tokoh spiritual yang selain menjadi pendeta, juga memainkan
  peran penting sebagai seorang politikus dan pejuang hak asasi
  manusia. Bahkan, saat sedang terlibat dalam perselingkuhan, dia
  tetap menjadi konselor Clinton dalam kasus Monica Lewinsky.

  Tebersit sebuah kefrustrasian yang membelit dunia. Polemik klasik
  tentang integritas mulai tampil ke permukaan. Dunia seolah
  kebingungan mencari siapakah yang bisa menjadi teladan publik.
  Bahkan anak-anak Allah yang seharusnya menjadi garam dan terang
  dunia pun telah berulang kali gagal. Dunia membutuhkan orang-orang
  yang mampu berkata seperti Paulus, "Ikutlah aku, sama seperti aku
  mengikut Kristus" (1Korintus 11:1).

  Mencermati Integritas
  ---------------------
  Integritas dimengerti sebagai "completeness, wholeness, unified, dan
  entirety", semuanya merujuk pada keutuhan. Keutuhan yang dimaksud
  adalah keutuhan dari seluruh aspek kehidupan, terutama antara
  perkataan dan perbuatan.

  Yakobus mendefinisikan integritas sebagai "sempurna dan utuh dan tak
  kekurangan suatu apa pun" (Yakobus 1:4). Iman dan perbuatan adalah
  satu. Bahkan dari perbuatannya, orang lain dapat melihat imannya
  (Yakobus 2:8).

  Integritas tidaklah sama dengan citra diri (image). "Image" adalah
  persepsi orang mengenai diri kita, sedangkan integritas adalah siapa
  diri kita sesungguhnya. Bila kita memusatkan seluruh daya upaya,
  pikiran, dan waktu untuk memperlihatkan sebuah "image" palsu kepada
  orang lain, kita berisiko kehilangan integritas.

  Konsistensi antara perkataan dan perbuatan, sama seperti istilah TI
  yang disebut WYSIWYG (what you see is what you get). Jika orang lain
  mendapati inkonsistensi dalam perkataan dan perbuatan kita, mereka
  melihat kita sebagai orang yang munafik.

  Integrasi Etika dan Moralitas
  -----------------------------
  Sering kali, istilah etika, moralitas, dan integritas digunakan
  secara bergantian untuk menunjukkan maksud yang sama. Padahal
  ketiganya memiliki perbedaan. Etika adalah standar tentang mana yang
  baik dan jahat, benar dan salah. Sedangkan moralitas adalah tindakan
  aktual tentang hal yang baik dan jahat, benar dan salah. Secara
  sederhana, etika adalah teoretikanya, sedang moralitas adalah
  praktikanya. Integritas adalah integrasi antara etika dan moralitas.
  Semakin keduanya terintegrasi, semakin tinggi integritas yang ada.

  Sebagai ilustrasi, ada dua orang pemimpin, A dan B. Pemimpin A
  menganggap bahwa memanipulasi orang itu sah-sah saja, maka ia
  mengeksploitasi rekan sekerja atau sepelayanannya. Pemimpin B sering
  mengungkapkan bahwa memanipulasi orang lain adalah perbuatan yang
  tercela. Tapi pada kenyataannya, dengan mudah ia mengeksploitasi
  orang-orang di sekitarnya untuk memenuhi ambisi pribadinya.

  Kita mengecam bahwa pemimpin A itu tidak etis dan tidak bermoral.
  Namun setidaknya, pemimpin A tersebut memiliki integritas karena
  teori dan praktiknya sama. Pemimpin B jelas tidak berintegritas.
  Tipe pemimpin A, seperti Hitler dan Stalin, tetap saja memiliki
  banyak pengikut setia. Itu karena mereka konsisten dan tidak bermuka
  dua, meskipun secara etis mereka amburadul.

  Dalam Alkitab, Yesus dengan tegas mengecam orang Farisi dengan
  menyebut mereka "munafik" (disebutkan sebanyak enam kali dalam
  Matius 23:13, 15, 23, 25, 27, 29), dan kecaman-Nya diawali dengan
  frasa "Celakalah kamu!" Orang Farisi adalah orang yang etika dan
  moralitasnya memiliki kesenjangan yang amat lebar. Yesus juga dengan
  tegas mengatakan agar supaya kita waspada terhadap pemimpin yang
  berkarisma besar (Matius 7:15).

  Satu hal yang perlu dicatat, Anda bisa memiliki integritas tanpa
  menjadi pemimpin, namun Anda tak akan pernah menjadi pemimpin jika
  tidak berintegritas. Apalagi seorang pemimpin Kristen.

  Saat Orang Lain Tidak Tahu
  --------------------------
  Sesungguhnya, saat di mana kita merasa bahwa orang lain tidak akan
  mengetahui pikiran, perasaan, dan perbuatan kita adalah saat di mana
  level integritas kita diuji. Yusuf digoda oleh istri Potifar selama
  berhari-hari. Kalaupun ia bersetubuh dengan istri Potifar, tak akan
  ada yang mengetahuinya karena Potifar sedang pergi dan para pelayan
  sudah diatur untuk berada jauh dari rumah. Namun bagaimanapun juga,
  jawaban Yusuf yang tegas menunjukkan tingkat integritasnya yang
  tinggi. Itulah yang dinamakan "integrity in action" (perwujudan
  integritas).

  Lain halnya dengan kisah Daud. Daud berusaha menyembunyikan
  perzinahannya dengan Batsyeba dengan cara-cara rendah, yaitu
  membunuh Uria, suami Batsyeba. Namun, Tuhan mengutus Nabi Natan
  untuk membongkar dosa Daud. Dengan tegas dan lantang, Nabi Natan
  menyingkapkan kebenaran di depan hidung Daud.

  Sering kali, faktor yang menentukan integritas kita adalah peluang
  tindakan itu diketahui oleh orang lain. Seharusnya kita sadar bahwa
  Tuhan itu maha tahu. Ia melihat segala perbuatan kita. Siapa pun
  yang berusaha menutupi dosanya, Allah pasti akan membukakannya
  (Amsal 10:9).

  Hidup Transparan
  ----------------
  Orang yang berintegritas tidak memiliki sesuatu yang ditutup-tutupi
  atau disembunyikan. Semakin luas pengaruh seseorang, semakin besar
  transparansi dan akuntabilitas yang ia tunjukkan. Samuel, dalam
  pidatonya di depan bangsa Israel, mengatakan bahwa dia akan
  mengembalikan segala sesuatu yang dia miliki, jika ada orang yang
  menganggap bahwa dia telah mengambil atau menikmati sesuatu secara
  tidak adil. Ini adalah transparansi dan keterbukaan yang luar biasa.
  Akan tetapi, yang lebih luar biasa adalah tidak ada seorang pun dari
  jutaan orang yang beranggapan bahwa dirinya telah dicurangi oleh
  Samuel. Begitu juga dengan Daniel. Ketika orang-orang berusaha untuk
  mencari-cari kesalahannya, mereka mendapati kehidupan Daniel tanpa
  cacat cela di mata manusia.

  Menipu Orang Lain, Diri Sendiri, dan Allah
  ------------------------------------------
  Warren Wiersbe mengatakan bahwa orang yang tidak berintegritas
  sesungguhnya sedang mengalami dekadensi moral dan spiritual. Orang
  itu diliputi kegelapan, tapi tidak menyadarinya karena menganggap
  kegelapan itu adalah terang.

  Pada zaman ini, kita hidup dalam era kosmetik dan penuh topeng. Kita
  berpura-pura khusyuk berdoa, pura-pura produktif bekerja, pura-pura
  aktif melayani, pura-pura peduli kepada orang lain. Inilah tahap
  pertama, yaitu menipu orang lain (munafik). Yohanes dengan jelas
  mengatakan, "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan
  dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan
  kita tidak melakukan kebenaran" (1Yohanes 1:6).

  Tahap kedua lebih parah. Kita tidak hanya menipu orang lain, tapi
  juga diri sendiri (1Yohanes 1:8). Kita menganggap diri sendiri
  benar. Saat kita jatuh dalam "self-deception" (kecurangan diri),
  kita tidak lagi sadar bahwa kita melakukan dosa. Orang yang seperti
  ini perlahan-lahan akan menjadi paranoid -- selalu merasa khawatir
  akan ketahuan. Lama-kelamaan, dia tak lagi berbeda dengan orang
  gila karena tidak tahu apakah dia hidup dalam delusi atau realita.
  "Image" palsu yang dia jaga dan perlihatkan kepada orang-orang telah
  menjadi menu kesehariannya.

  Puncaknya, kita menipu Allah dan membuat Allah sebagai penipu. "Jika
  kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat
  Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita"
  (1Yohanes 1:10). Kita membaca dan mendengar firman Tuhan, namun
  tidak merasa bahwa firman itu sedang menegur dosa kita. Mengapa?
  Karena kebobrokan moral telah mengubah terang menjadi gelap. Kita
  tak lagi dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

  Namun bila kita tidak termasuk kategori di atas, jangan merasa diri
  lebih superior dibanding orang lain. Yesus dengan tegas mengutuk
  orang Farisi yang merasa diri lebih baik daripada pemungut cukai.
  Bila Anda teguh berdiri sebagai seorang pemimpin, jagalah agar Anda
  tidak jatuh.

  Jalan menuju integritas begitu sulit dan berliku. Serangkaian
  kebobrokan moral di atas seharusnya menyebabkan kita semakin melekat
  pada Tuhan, semakin menjaga hati, dan meminta-Nya untuk menguji hati
  kita. Ingatlah, dunia tetap menanti orang-orang yang bisa menjadi
  teladan, yang berani berkata, "Ikutlah aku, sama seperti aku
  mengikut Kristus!"

  Sumber diringkas dari:
  Judul buku: Kepemimpinan Kristen
  Judul bab : Karakter Kepemimpinan Kristen
  Penulis   : Sendjaya
  Penerbit  : Kairos, Yogyakarta 2004
  Halaman   : 62 -- 70

==================================**==================================
ARTIKEL (2)

              -*- KAITAN INTEGRITAS DAN KEPEMIMPINAN -*-

  Kepemimpinan adalah perihal memotivasi orang untuk menjalankan dan
  mencapai misi organisasi. Dalam usaha mencapai tujuan ini,
  persatuan, kepercayaan, dan harga diri akan berkembang. Seorang
  pemimpin yang baik membantu berkembangnya kualitas-kualitas ini,
  namun kegagalan membangun integritas akan meracuni semua kesatuan
  yang ada, menghancurkan kepercayaan antarsesama, dan mematahkan
  persatuan organisasi. Jika ada beragam kualitas kepemimpinan,
  integritas hanyalah sebuah pertanyaan sederhana yang bisa dijawab
  dengan ya atau tidak -- Anda memiliki integritas atau tidak. Untuk
  alasan tersebut, seorang pemimpin haruslah menunjukkan standar
  integritas yang tertinggi.

  Karakteristik Integritas
  ------------------------
  Berdasarkan pengalaman, saya menemukan bahwa pemimpin yang
  berintegritas menunjukkan sikap tulus dan konsisten, memiliki
  keteguhan hati dan karakter, dan merupakan seorang yang mampu
  bertahan sampai akhir.

  - Ketulusan
    Ketulusan adalah perilaku tanpa kepura-puraan dan kesan yang
    palsu. Pemimpin yang berintegritas bersikap tulus -- tindakan
    mereka sesuai dengan perkataannya. Sebuah ilustrasi tentang
    Jenderal Wilbur Creech membantu menjelaskan poin ini. Saat
    menjabat sebagai Komandan Tactical Air Command pada awal tahun
    1980-an, dia selalu mengadakan lawatan dan bertemu dengan para
    bawahannya di tempat mereka tinggal dan bekerja. Suatu ketika,
    Jenderal Creech sedang melakukan inspeksi ke gudang persediaan,
    ketika didapatinya seorang sersan duduk di sebuah kursi yang penuh
    tambalan selotip elektrik dan diganjal dengan satu batu bata.

    Saat sang jenderal menanyakan mengapa ia tidak memakai kursi yang
    lebih baik keadaannya, sersan tersebut menjawab bahwa tidak ada
    kursi baru yang tersedia bagi petugas gudang. Jenderal Creech
    berjanji akan mengurus masalah tersebut. Sebagai tindak lanjut
    inspeksi tersebut, Jenderal Creech memerintahkan ajudannya untuk
    terbang kembali ke Langley (markas angkatan udara, Virginia) dan
    menyerahkan kursi tua itu kepada petugas logistik. Kursi itu
    diakui sebagai milik sang jenderal sampai petugas logistik
    tersebut mengatasi permasalahan di gudang dan mengembalikan kursi
    itu ke petugas gudang.

    Jenderal Creech selalu menyesuaikan perkataannya dengan
    tindakannya. Itulah yang membuatnya menjadi seorang pemimpin yang
    hebat dan memiliki integritas. Semakin sejalan perilaku seorang
    pemimpin dengan perkataannya, semakin setia para pengikut, baik
    dalam mengikuti sang pemimpin ataupun mengikuti organisasi.

  - Konsistensi
    Satu perbuatan nyata yang mencerminkan integritas akan
    meninggalkan kesan, namun perilaku seorang pemimpin haruslah
    konsisten jika ia ingin berhasil membentuk suatu organisasi. Pada
    kenyataannya, integritas bersifat imperatif karena secuil
    pelanggaran saja terhadap integritas akan dapat meninggalkan cacat
    permanen. Para pemimpin haruslah konsisten dalam menjalankan
    standar kedisiplinan. Seorang pemimpin yang mendiskriminasi,
    dengan menggunakan tingkat jabatan atau hubungan pertemanan untuk
    menentukan responnya terhadap pelanggaran kedisiplinan, memiliki
    masalah integritas yang serius. Tak ada yang dapat menghancurkan
    moral seefektif menghukum seorang staf junior seberat-beratnya
    karena melakukan pelanggaran serius, namun membiarkan seorang staf
    senior yang melakukan kesalahan serupa, lalu pensiun tanpa
    menanggung hukuman. Pemimpin semestinya mempraktikkan apa yang
    mereka ajarkan, dan menetapkan standar dengan adil. Kesemuanya ini
    dibutuhan untuk terwujudnya disiplin, moral, dan pencapaian misi.

  - Keteguhan hati
    Untuk menjadi seorang pemimpin, Anda harus memiliki lebih dari
    sekadar citra diri (image) yang berintegritas -- Anda harus
    memiliki keteguhan hati. Presiden Abraham Lincoln pernah
    menceritakan kisah tentang seorang petani. Di samping rumah petani
    tersebut, tumbuh sebatang pohon tinggi yang sangat indah. Suatu
    pagi, dia melihat seekor tupai berlari memanjat ke atas pohon dan
    menghilang ke dalam sebuah lubang. Karena penasaran, petani itu
    melihat ke dalam lubang dan mendapati bahwa pohon yang ia kagumi
    itu berlubang di dalamnya, dan bisa rubuh menimpa rumahnya saat
    badai hebat menerjang.

    Seperti pohon tersebut, pemimpin yang dari luar terlihat memiliki
    keteguhan hati, namun ternyata di dalamnya kekurangan integritas,
    tidak akan kuat untuk bertahan dalam masa-masa sulit. Pemimpin
    yang integritasnya lemah tidak bisa membangun organisasi yang
    mampu bertahan dalam situasi yang penuh tantangan.

  - Menjadi Seorang yang Mampu Bertahan Sampai Akhir
    Yang terakhir, pemimpin dapat menunjukkan integritasnya dengan
    melaksanakan tugas sebaik mungkin, terlepas dari seberapa penting
    tugas itu atau siapa yang akan mendapat pujian. Pendeta Ben Perez
    menggunakan analogi tentang tim yang meskipun pasti akan kalah,
    tapi terus bertahan dalam sebuah permainan, untuk menggambarkan
    kebulatan tekad para profesional yang berintegritas. Mungkin tak
    ada organisasi yang memperlihatkan kesetiaan terhadap pekerjaan
    yang terbesar selain Pursuit Squadron ke-17 di Filipina pada awal
    Perang Dunia II. Kendati menghadapi serangan hebat dari armada
    udara Jepang, para pilot Pursuit Squadron tetap menjalankan misi
    pengintaian bersenjata setiap hari, dan terkadang juga melakukan
    penyerangan terhadap kapal-kapal musuh. Meski nyaris menjadi misi
    bunuh diri, para tentara dari Pursuit Squadron berkali-kali
    melakukan serangan mendadak sampai Bataan jatuh pada bulan Mei
    1942. Pursuit Squadron ke-17 merupakan suatu tim yang dipimpin
    oleh orang-orang berintegritas yang mampu bertahan dalam
    perjalanan panjang menuju kejayaan. Itulah teladan dari kesetiaan
    terhadap pekerjaan, suatu integritas yang harus dimiliki setiap
    pemimpin.

  Membangun Integritas
  --------------------
  Saya yakin bahwa Anda membangun gaya hidup yang berintegritas secara
  bertahap. Tindakan seseorang yang selalu menunjukkan integritas akan
  menjadi kebiasaan yang menunjukkan integritas, dan kebiasaan seorang
  individu akan menjadi cara hidupnya. Mungkin ini sederhana, namun
  saya tidak pernah menemukan cara yang lebih efektif untuk
  mengembangkan integritas diri, selain menerapkannya dalam setiap hal
  yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari -- meskipun hanya
  perkara kecil atau yang tidak berpengaruh. Dan karena organisasi
  cenderung hanya menerima kepribadian kepemimpinan mereka, integritas
  harus dibangun dari jajaran atas. Perilaku tak jujur ibarat sel
  kanker yang menggerogoti serat moral organisasi, terutama jika
  perilaku itu ditolerir oleh sang pemimpin, baik secara tersurat
  maupun tersirat. Pelanggaran terhadap integritas dapat terjadi
  karena berbagai alasan, seperti rasa takut gagal, malu, arogansi,
  atau hanya kemalasan belaka. Pemimpin yang baik mengakui kesalahan
  dan bertanggungjawab terhadap tindakannya. Mungkin contoh yang
  paling dikenal adalah Jenderal Robert E. Lee dari Gettysburg. Ketika
  tentaranya mengalami kekalahan hebat setelah Pickett`s Charge*, Lee
  berkata kepada mereka, "Semua ini salahku. Akulah yang telah kalah
  dalam pertempuran ...."

  Mendengar kata-kata itu, para tentara Lee meneriakkan bahwa
  merekalah yang menyebabkan ia gagal dan memohon agar Lee mengizinkan
  mereka melakukan serangan balik. Tatkala pemimpin memperlihatkan
  karakter dan integritas dan mengakui kesalahannya, hal-hal yang
  mengagumkan terjadi -- orang-orang akan memercayai mereka dan mau
  mengikuti mereka ke mana saja. (t/Lanny)

  * Pickett`s Charge adalah penyerangan yang dilakukan para infanteri
    di bawah perintah Jenderal Robert E. Lee. Lawannya adalah Mayor
    Jenderal George G. Meade. Pertempuran itu terjadi di Cemetery
    Ridge, pada 3 Juli 1983 -- hari terakhir Pertempuran Gettysburg.

  Sumber diterjemahkan dengan penyesuaian dari:
  Nama situs: The Intellectual and Leadership Center of the Air Force
  Judul asli: The Leadership-Integrity Link
  Penulis   : Gen Ronald R. Fogleman
  Alamat URL: http://www.au.af.mil/au/awc/awcgate/au-24/fogleman.pdf

==================================**==================================
TIPS

                     -*- MENGUKUR INTEGRITAS -*-

  Pertanyaan-pertanyaan berikut akan membantu Anda dalam mengukur
  integritas Anda. Janganlah terlalu cepat menjawab setiap pertanyaan
  yang ada. Jika pengembangan karakter merupakan bidang kebutuhan yang
  serius dalam kehidupan Anda, mungkin kecenderungan Anda adalah
  membaca pertanyaan-pertanyaan itu sambil lalu, memberikan
  jawaban-jawaban yang menggambarkan bagaimana yang Anda angankan
  mengenai siapa Anda sesungguhnya. Luangkan waktu untuk merenungkan
  masing-masing pertanyaan itu dan mempertimbangkannya dengan jujur
  sebelum menjawab. Lalu upayakanlah bidang-bidang di mana Anda paling
  susah.

   1. Seberapa baikkah saya memperlakukan sesama, andaikata saya tidak
      mendapatkan apa-apa?
   2. Apakah saya transparan terhadap sesama?
   3. Apakah saya mengganti peran sesuai dengan lawan bicara saya?
   4. Apakah saya ketika di bawah sorotan dan ketika sendirian
      adalah orang yang sama?
   5. Apakah saya segera mengakui kesalahan saya tanpa ditekan?
   6. Apakah saya mendahulukan sesama daripada agenda pribadi saya?
   7. Apakah saya mempunyai standar yang tetap untuk
      keputusan-keputusan moral, atau apakah keadaan yang menentukan
      pilihan-pilihan saya?
   8. Apakah saya mengambil keputusan-keputusan sulit, seandainya pun
      itu mengandung pengorbanan pribadi?
   9. Ketika ada sesuatu yang ingin saya bicarakan tentang sesama
      saya, apakah saya bicara langsung kepada yang bersangkutan, atau
      membicarakan tentang yang bersangkutan?
  10. Apakah saya pertanggungjawabkan setidaknya kepada satu orang
      apa yang saya pikirkan, katakan, dan perbuat?

  Sumber diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku: Relationship 101
  Judul bab : Pertumbuhan Hubungan
  Penulis   : John C. Maxwell
  Penerjemah: Drs. Arvin Saputra
  Penerbit  : Interaksara, Batam Centre 2004
  Halaman   : 87 -- 88

==================================**==================================
INSPIRASI

                -*- TIDAK TAKUT MEMBUAT KESALAHAN -*-

  Beberapa waktu yang lalu, film "Gladiator" diputar di
  bioskop-bioskop. Kisahnya menceritakan seorang jenderal besar Romawi
  bernama Maximus yang melayani sang kaisar, Marcus Aurelius. Di
  hari-hari terakhir sang kaisar, ia melawan suku barbar di sebelah
  utara Kekaisaran Romawi. Tetapi Maximus dikhianati oleh putra sang
  kaisar, Commodus, seorang politikus manja yang pengecut, yang tampil
  belakangan. Akibat pengkhianatan itu, Kaisar Aurelius tewas,
  putranya yang jahat menjadi kaisar menggantikannya, dan Maximus
  terluput dari kematian, tetapi dijual menjadi budak dan terpaksa
  hidup sebagai gladiator. Walaupun kisahnya fiktif, film ini sungguh
  menawan, menggambarkan keberanian dan tekad. Tetapi kurang menawan
  bila dibandingkan dengan kisah Commodus yang sebenarnya.

  Memang benar bahwa Commodus adalah putra Marcus Aurelius dan pewaris
  tahtanya. Tetapi tidak seperti kisah fiktif dalam film tersebut, ia
  mendampingi ayahnya dalam pertempuran. Ketika ayahnya meninggal
  karena penyakit, Commodus menjadi kaisar di usia sembilan belas
  tahun. Ia segera berdamai dengan musuh-musuh kekaisarannya di
  perbatasan dan kembali ke Roma.

  Kaisar baru ini memasuki ibukotanya sebagai pahlawan, dan kemudian
  ia mencoba memposisikan diri sebagai orang pilihan rakyatnya. Di
  luar dugaan kelas-kelas yang memerintah, Commodus segera membuktikan
  keberanian dan ketrampilannya dengan beraksi di Coloseum. Ia
  membunuh singa, badak, dan gajah. Sebagai pemanah yang terampil, ia
  menjatuhkan berbagai hewan lainnya dengan sekali panah. Suatu
  ketika, ia membunuh seratus macan tutul dengan menggunakan seratus
  lembing. Dikatakan bahwa simpati rakyat terhadap Commodus sungguh
  luar biasa.

  Commodus, tidak seperti di film, adalah seorang pahlawan yang
  terampil. Menghadapi binatang-binatang buas akhirnya tidaklah cukup
  untuk mengujinya. Pada waktunya, ia memasuki arena dengan
  senjata-senjata perang dan menghadapi gladiator-gladiator terbaik di
  Roma. Ia mengalahkan mereka semua. Ia sungguh pria yang berani.

  Walaupun begitu, karakter Commodus adalah perkara lain. Ia
  menghabiskan sebagian besar waktunya dengan berusaha mengesankan
  rakyatnya dan menyatakan kemuliaannya. Ia membayangkan diri menjadi
  pendiri "Roma" yang baru, bahkan sampai mengganti nama kekaisarannya
  sesuai dengan namanya sendiri. Ia juga membayangkan dirinya sebagai
  Hercules zaman modern. Ia sering mengenakan kulit hewan dan membawa
  pentungan, seperti tokoh mitos. Ia juga mengubah kalender
  Romawi -- mengubah nama setiap bulannya menurut gelar-gelar yang ia
  berikan kepada dirinya sendiri.

  Pada waktunya, suku barbar di sebelah utara terus mengepung
  perbatasan Romawi, sementara Commodus hidup di ibukota dan
  menyibukkan diri dengan mengutip pajak kepada orang-orang kaya,
  mendistribusikan uangnya kepada orang miskin, menghukum mati
  senator-senator dan banyak lawan politiknya, serta mencipta kembali
  dirinya.

  Kesabaran Senat dan rakyat habis ketika Commodus menyatakan bahwa ia
  mau menerima kehormatan sebagai konsul -- jabatan tertinggi dan
  terhormat di seluruh Roma -- sambil berpakaian sebagai gladiator.
  Malam sebelum ia dikukuhkan sebagai konsul, orang-orang terdekatnya
  meracuninya lalu mencekiknya sampai mati. Usianya baru 31 tahun.

  Commodus tampaknya memiliki segalanya -- posisi, keterampilan,
  keberanian, kekuasaan, dan kekayaan. Ia memiliki segalanya, kecuali
  karakter berintegritas. Dan itulah yang justru tidak boleh tidak
  dimiliki oleh seorang pemimpin.

  Sumber diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku: The Right to Lead
  Judul bab : Integritas
  Penulis   : John C. Maxwell
  Penerjemah: Arvin Saputra
  Penerbit  : Interaksara, Batam Centre 2003
  Halaman   : 123 -- 126

==================================**==================================
STOP PRESS

                -*- SPIRITUALITAS DI DUNIA BISNIS -*-

  Pernahkah terpikir:
  - apa yang dimaksud "Spiritualitas di Dunia Bisnis?"
  - apakah tren ini telah melanda Indonesia?
  - apa dampaknya bagi bisnis Anda?
  - bagaimana Anda harus mengantisipasinya?

  Ikuti GetLife Inspiration Seminar yang membahas "Spiritualitas di
  Dunia Bisnis" dengan para INSPIRATOR:

  1. Hari Darmawan
     (founder & honorary chairman PT. Matahari Putra Prima Tbk.)
  2. Paulus Bambang W.S.
     (director United Tractors Tbk. & penggagas jaringan
     BLife!Changers)
  3. Ronny Lukito
     (Chairman B&B Incorporations: Eiger, Exsport, Bodypack,
     Northwand, dan Neosack)
  4. Susanto Wibowo
     (President Director YOGYA Group)

  WHEN?
  Sabtu, 26 Mei 2007, 13.00 WIB

  WHERE?
  BALAReA Room, Menara BTC Lt. P1
  Jl. Dr. Djunjunan 143-149, Bandung

  DAFTARKAN diri Anda di:
  - Sdr. Ernesth (0812.212.1228/022-9129.2843)
  - Seluruh jaringan Toko Buku VISI di BSM, IP, BTC, Molis, Sunda
  - Radio Maestro, Jl. Kacapiring 12, Bandung

  UNDANGAN:
  - Umum = Rp 50.000,- (ditukarkan dengan 3 majalah GetLife)
  - Mahasiswa = Rp 25.000,- (idem)


-*- GETLIFE AND UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA INSPIRATION SEMINAR -*-
    -------------------------------------------------------------
                  KHUSUS MAHASISWA (TEMPAT TERBATAS)

  - Pekerjaan seperti apa yang harus dijalani?
  - Trik-trik seperti apa yang harus diketahui untuk menjual diri saat
    menghadapi interview kerja?
  - Apa yang biasanya diharapkan oleh perusahaan?

  Jika ingin tahu INSIGHT tentang hal ini, ikutilah GetLife &
  Universitas Kristen Maranatha Inspiration Seminar yang berjudul:
  "PREPARING FOR A BETTER LIFE"
  - Hari     : Sabtu, 26 Mei 2007
  - Waktu    : 09.00 WIB
  - Tempat   : GAP Lt. 8 Universitas Kristen Maranatha
  - Pembicara: Paulus Bambang (Director United Tractors, Tbk)

  Undangan: Rp 15.000,- (ditukar 1 majalah GetLife), yang dapat
  diperoleh di:
  - Sdr. Ernesth (0812.212.1228/(022) 9129.2843)
  - Kantor MSDC Universitas Kristen Maranatha (GAP Lt. 2)
    (022) 9188.8871

==================================**==================================
Berlangganan       : subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti           : unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Kontak e-Leadership: staf-leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead    : http://lead.sabda.org/
----------------------------------------------------------------------
              Redaksi e-Leadership: Lanny Kusumawati
    e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
           Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs:
             http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
                      Copyright(c) 2007 oleh YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org