Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/7

e-Leadership edisi 7 (10-7-2006)

Pemimpin yang Memberi Dampak


                           Edisi Juli 2006
==================================**==================================
                     Milis Publikasi e-LEADERSHIP
                                 ****
                 Topik: Pemimpin yang Memberi Dampak
==================================**==================================

  MENU SAJI

  EDITORIAL         : Siap Memberi Dampak
  ARTIKEL (1)       : Bagaimana Caranya Memberikan Dampak
  ARTIKEL (2)       : Yosua dan Hukum Pengaruh
  INSPIRASI         : Makna Memberi Dampak
  JELAJAH           : Free Management Library

==================================**==================================
EDITORIAL

                     -*- SIAP MEMBERI DAMPAK -*-

  Salam kasih,

  Tuhan mengetahui kekuatan pengaruh yang dikaruniakan-Nya kepada
  manusia, yang diciptakan sesuai dengan peta dan teladan-Nya. Allah
  juga menanggapi dengan serius cara kita menerapkan pengaruh
  tersebut kepada orang lain, terutama ketika kita memiliki kedudukan
  sebagai seorang pemimpin Kristen. Jika kita disebut sebagai garam
  dan terang dunia maka kita harus bisa memberikan pengaruh positif,
  yaitu memberikan rasa dan juga memberikan terang kepada orang-orang
  yang ada di sekeliling kita. Bagaimana cara kita mengembangkan
  potensi pengaruh yang kita miliki tersebut dan menggunakannya untuk
  kemuliaan nama Tuhan?

  Simaklah edisi kali ini dan bersiaplah untuk terus memberikan dampak
  yang positif di mana pun Anda berada.

  Staf redaksi,
  Kristian

    "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan
    apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan
 diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas
        gunung tidak mungkin tersembunyi." (Matius 5:13-14 TB)
            < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Matius+5:13-14 >

==================================**==================================

       HANYA PARA PEMIMPIN YANG BERSIKAP TEGAR DI MASA KRISIS,
             PERUBAHAN PUN AKAN MENGIKUTINYA DENGAN SETIA
                             (Jim Kouzes)

==================================**==================================
ARTIKEL (1)

            -*-  BAGAIMANA CARANYA MEMBERIKAN DAMPAK  -*-

  Selama enam belas tahun Raja Ahas bergelimang dalam kejahatan, Ia
  membuat patung-patung tuangan untuk para berhala dan membakar anak-
  anak dalam api seperti perbuatan bangsa yang keji. Ia menutup pintu
  bait Allah dan mendirikan mezbah berhala di setiap pojok kota
  Yerusalem. Setelah enam belas tahun tersebut, dia meninggal dan
  sesuai adat ketika itu puteranyalah yang menggantikannya, yaitu
  Hizkia. Usianya 25 tahun saat diberi kekuasaan untuk mengambil alih
  pemerintahan ayahnya.

  Hizkia telah melihat akibat dari dosa-dosa serta korupsi ayahnya dan
  ia membenci hal tersebut. Ia bertekad untuk mengubah segalanya dan
  membawa bangsanya kembali kepada Allah. Jika kita merenungkan
  warisan kondisi kacau dari pemerintahan ayahnya, mungkin kita
  menduga takkan banyak yang dapat diperbuatnya. Namun, kita keliru.
  Dalam waktu singkat situasinya berubah total. Hizkia membuat dampak
  yang mengagumkan demi Allah.

  Dari hidup Hizkia, kita akan melihat bahwa ada beberapa prinsip
  dasar yang menjadi ciri khasnya dalam membuat perubahan itu terjadi,
  di antaranya dijelaskan berikut ini.

  Kesungguhan Hati

  Prinsip pertama dalam membuat dampak demi Allah adalah kesungguhan
  hati. "Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanannya
  terhadap rumah Allah, dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah
  Allah, ia mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya dengan segenap
  hati, sehingga segala usahanya berhasil" (2 Tawarikh 31:21).

  Nasihat serupa dari Rasul Paulus, "Apapun juga yang kamu perbuat,
  perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
  manusia" (Kolose 3:23). Salomo juga mengatakan, "Segala sesuatu yang
  dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,
  karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam
  dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi" (Pengkhotbah 9:10).

  Dari ayat-ayat di atas kita dapat melihat bahwa Allah menginginkan
  manusia yang antusias serta bersemangat. Namun, di zaman kita ini
  seringkali kita tidak menemukan kesungguhan hati. Hampir setiap hari
  kita mendengar, "Santailah", "Jangan bekerja terlalu keras", atau
  "Jangan keterlaluan mengerjakannya". Yang berbahaya adalah bahwa
  kurangnya kesungguhan hati ini dapat juga menjangkiti pemimpin
  Kristiani. Jika demikian, karyanya akan biasa-biasa saja bahkan
  gagal.

  Seorang pemimpin harus merenungkan fakta berikut ini. Ia bukan saja
  sedang membangun untuk masa sekarang melainkan juga untuk masa
  depan. Jika hatinya suam-suam kuku, bagaimana masa depannya nanti?
  Bagaimana orang-orang yang dilatihnya nanti? Akankah hati mereka
  berkobar-kobar dengan semangat bagi Allah? Jika hatinya hanya suam-
  suam kuku, jawabannya adalah tidak. Karena hanya apilah yang akan
  mengobarkan api.

  Kesungguhan hati serta semangat adalah luapan dari kasih yang
  membakar dalam hati seorang pemimpin. Dari sana ia menyebar ke hati
  serta hidup orang lain yang turut merasakan kobarannya. Ada orang
  yang menganggap bahwa seorang pemimpin harus "dingin" agar tidak
  membuat pengikutnya takut. Bukan begitu. Jika seorang pemimpin
  memainkan permainan manusia, yang lain akan turut bermain. Hukum
  yang terutama masih berlaku, "Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan
  Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
  hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan
  dengan segenap kekuatanmu" (Markus 12:29-30).

  Pikiran yang Tidak Bercabang

  Hal kedua yang perlu kita amati dalam kehidupan Hizkia adalah
  pikirannya yang tidak bercabang. Ia berkonsentrasi pada tugas
  utamanya.

  "Pada tahun pertama pemerintahannya, dalam bulan pertama, ia membuka
  pintu-pintu rumah Tuhan dan memperbaikinya. Ia mendatangkan para
  imam dan orang-orang Lewi, dan mengumpulkan mereka di halaman
  sebelah timur. Katanya kepada mereka: `Dengarlah, hai orang-orang
  Lewi! Sekarang kuduskanlah dirimu dan kuduskanlah rumah Tuhan, Allah
  nenek moyangmu! Keluarkanlah kecemaran dari tempat kudus!`" (2
  Tawarikh 29:3-5).

  Pikirannya tidak bercabang, entah oleh kesulitan-kesulitan yang luar
  biasa, olokan, ataupun penentangan.

  Dari Alkitab kita dapat melihat hal-hal yang menjadi alasan untuk
  tidak memiliki pikiran yang bercabang.

  - Alasan pertama ialah sebagaimana dikatakan Petrus, "Tetapi hari
    Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap
    dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus
    dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan
    hilang lenyap" (2Petrus 3:10). Segalanya di dunia ini sifatnya
    hanya sementara dan sedang dalam peralihan. Hanya dua hal yang
    melampaui dunia ini dan yang akan kekal selamanya: firman Allah
    serta jiwa manusia. Jika seorang pemimpin mencurahkan dirinya
    kepada dua hal ini, ia akan memiliki nilai-nilai yang kekal. Hal-
    hal duniawi memang berusaha merebut perhatiannya, namun matanya
    tertuju pada hal-hal yang kekal.

  - Alasan kedua ialah sebagaimana tedapat dalam Surat Yakobus,
    "Sedang kamu tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti
    hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan
    lalu lenyap" (Yakobus 4:14). Hidup ini terlalu singkat untuk
    disia-siakan. Jika seseorang melihat kebenaran ini, ia akan
    terbantu untuk tetap di jalur yang benar, terlepas dari upaya
    dunia yang tiada henti membombardirnya supaya perhatiannya
    terlepas dari Yesus.

  - Alasan ketiga dinyatakan oleh Rasul Paulus, "Karena itu, saudara-
    saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
    giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam
    persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia" (1Korintus
    15:58). Jika kita mengikuti jalan yang lurus serta sempit, dengan
    mata tertuju pada Yesus, kita memiliki kepastian bahwa perbuatan
    kita tidak sia-sia. Alangkah gembiranya sang pemimpin yang
    mengetahui bahwa sementara sekian banyak orang menyia-nyiakan
    hidupnya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak berharga,
    pelayanannya bagi Kristus akan diperhitungkan untuk kekekalan.

  Semangat Juang

  Selain pendekatannya yang segenap hati serta dengan pikiran yang
  tidak bercabang, Hizkia juga memperlihatkan semangat juang yang luar
  biasa. Terlepas dari kesulitan-kesulitan yang luar biasa yang
  dihadapinya, ia terus maju dengan antusias serta penuh iman. Utusan-
  utusannya diejek oleh sementara orang. "Ketika pesuruh-pesuruh cepat
  itu pergi dari kota ke kota, melintasi tanah Efraim dan Manasye
  sampai ke Zebulon, mereka ditertawakan dan diolok-olok" (2 Tawarikh
  30:10). Apakah hal itu menghambatnya? Sama sekali tidak.
  "Demikianlah perbuatan Hizkia di seluruh Yehuda. Ia melakukan apa
  yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di hadapan Tuhan,
  Allahnya" (2 Tawarikh 31:20).

  Berikut semangat dasar yang kita lihat dalam hidup para pemimpin
  pilihan Allah dalam Alkitab.

  - Kesaksian Paulus adalah begini. "Lima kali aku disesah orang
    Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku
    didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami
    karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.
    Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya
    penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak
    orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun,
    bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara
    palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku
    tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa,
    kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak
    hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua
    jemaat-jemaat" (2 Korintus 11:24-28).

    Bagaimanakah sikap Paulus dalam melalui segala kesulitannya itu?
    "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada
    Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia" (Filipi 1:29).

  - Nehemia terus menerus menghadapi penentangan dari musuhnya.
    "Ketika Sanbalat dan Tobia serta orang Arab dan orang Amon dan
    orang Asdod mendengar, bahwa pekerjaan perbaikan tembok Yerusalem
    maju dan bahwa lobang-lobang tembok mulai tertutup, maka sangat
    marahlah mereka. Mereka semua mengadakan persepakatan bersama
    untuk memerangi Yerusalem dan mengadakan kekacauan di sana"
    (Nehemia 4:6-8).

    Semangat juangnya tampak dari jawabannya. "Tetapi kami berdoa
    kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang
    dan malam karena sikap mereka" (Nehemia 4:9).

    Lagi-lagi para musuhnya menyerang agar Nehemia gagal mencapai
    tujuannya, dan setiap kali ia menang.

  Inilah yang menjadikan hamba-hamba Kristus di zaman Perjanjian Baru
  begitu menonjol. Mereka memiliki semangat juang seperti prajurit-
  prajurit Allah yang setia. Mereka seperti "dua orang yang telah
  mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus" (Kisah
  Para Rasul 15:26). Apakah ini mencirikan kepemimpinan Kristiani di
  zaman sekarang? Dalam beberapa kasus, ya, namun terlalu sering kita
  memandang daya intelektual serta prestasi pendidikan seseorang
  sebagai puncak dari segala kebaikannya.

  Di awal hidupnya sebagai umat Kristiani, apa yang akan diderita
  Rasul Paulus diperlihatkan. "Tetapi firman Tuhan kepadanya
  [Ananias]: `Pergilah, sebab orang ini [Paulus] adalah alat pilihan
  bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta
  raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan
  kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh
  karena nama-Ku`" (Kisah Para Rasul 9:15-16). Ia diperlihatkan hadiah
  yang akan disediakan baginya, namun diperlihatkan juga harga yang
  harus dibayarnya. Ia tahu harga menjadi murid Yesus.

  Belakangan ia mengatakan, "Tetapi aku sekali-kali tidak mau
  bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya
  dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia .... Selanjutnya
  janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada
  tanda-tanda milik Yesus" (Galatia 6:14,17). Jika ingin melawan
  musuh-musuhnya, sang rasul memperlihatkan tanda-tanda di
  punggungnya.

  Umat Kristiani di zaman dulu menghadapi bahaya, cambukan, serta
  singa. Mereka benar-benar pahlawan dalam arti yang sebenarnya.
  Sedangkan kita menghadapi tombol tekan, televisi, serta karet busa.
  Semoga Allah memberi kita daya tahan serta iman yang sama seperti
  yang dimiliki oleh orang-orang pilihan Allah.

  Jadi, ketiga hal inilah yang penting dalam memberikan dampak sebagai
  seorang pemimpin. Kita harus memiliki kesungguhan hati, pikiran yang
  tidak bercabang, serta semangat juang yang tinggi. Program-program
  bisa saja berjalan tanpa ketiga hal ini, namun pemimpin yang
  hidupnya ingin digunakan oleh Allah untuk menghasilkan buah yang
  kekal harus memastikan dirinya memiliki ketiganya.

  Sumber diringkas dari:
  Judul buku   : Jadilah Pemimpin Sejati
                 (Be The Leader You Were Meant to Be)
  Judul bab    : Bagaimana Caranya Memberikan Dampak
  Penulis      : Leroy Eims
  Penerbit     : Gospel Press, Batam Centre 2001
  Halaman      : 113 - 137

==================================**==================================
ARTIKEL (2)

                   -*- YOSUA DAN HUKUM PENGARUH -*-

  Pemikiran soal kepemimpinan untuk Anda:
  Dampak seorang pemimpin meningkat, ketika pengaruhnya meningkat.

  Baca: Bilangan 13:1-33, 14:1-38, 27:12-23; Yosua 1:1-18

  Ketika Yosua dan Kaleb berdiri di hadapan bangsa Israel dan berusaha
  memimpin mereka ke tanah perjanjian, saya rasa mereka berdua sama
  sekali tidak tahu apa taruhannya. Yang pasti mereka memiliki visi
  Allah bagi umat-Nya untuk memasuki tanah perjanjian. Ketika bangsa
  Israel itu menolak seruan mereka, mereka berkata, "Negeri yang kami
  lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika Tuhan
  berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu
  dan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah
  susu dan madunya" (Bilangan 14:7-8).

  Mereka juga menyadari kuasa Allah untuk mengalahkan musuh-musuh
  mereka. Baik Yosua maupun Kaleb hadir ketika Allah menutup Laut
  Merah sehingga pasukan Firaun tenggelam. Namun, apakah mereka
  sungguh paham bahwa kemampuan mereka (atau mungkin lebih tepatnya,
  ketidakmampuan mereka) untuk memimpin bangsa Israel ketika itu akan
  menentukan apakah seluruh generasi itu akan menikmati tanah yang
  berlimpah susu dan madu itu, yang dijanjikan kepada nenek moyang
  mereka - atau mati di padang gurun?

  Ketaatan kepada Allah itu penting. Karena Yosua dan Kaleb taat,
  hanya mereka berdualah di antara populasi orang dewasa Yahudi, yang
  masuk ke tanah perjanjian. Namun bagi pemimpin sejati, ketaatan saja
  tidaklah cukup. Kalau mereka tidak dapat mengajak orang lain dalam
  perjalanan mereka, mereka gagal melaksanakan misi yang diberikan
  Allah itu.

  Sifat Kepemimpinan

  1. Kepemimpinan adalah Pengaruh
     Yosua menghadapi sifat kepemimpinan sejati ketika ia gagal
     memengaruhi bangsa Israel itu untuk melaksanakan apa yang
     seharusnya mereka laksanakan sendiri. Posisinya sebagai pemimpin
     suku tidaklah membantunya dalam memengaruhi orang lain.

  2. Pemimpin Sejati Tidak Memiliki Pengaruh di Setiap Bidang
     Menurut Bilangan 13:2, mereka yang terpilih untuk mengintai tanah
     perjanjian itu "semuanya pemimpin-pemimpin". Itu artinya Yosua
     adalah pemimpin dan memiliki pengaruh. Namun, jelaslah bahwa
     pengaruhnya tidak lebih kepada sukunya saja.

  3. Pengaruh Kita Bisa Positif Bisa Negatif
     Kitab Suci tidak menjelaskan suasana hati bangsa Israel sementara
     mereka menantikan kembalinya para pengintai dari tanah perjanjian
     itu, namun pasti mereka menanti-nanti. Saya percaya kalau saja
     semua pengintai itu memberikan laporan yang baik, bangsa Israel
     pasti akan menaati Allah dan segera berangkat menuju tanah
     perjanjian itu. Namun, pengaruh itu ibarat pedang bermata dua.
     Bisa positif, bisa juga negatif. Kesepuluh pemimpin suku yang
     tidak setia menggunakan pengaruh mereka untuk membuat bangsa
     Israel bingung dan akibatnya adalah bencana, bukan saja bagi para
     pemimpin itu sendiri, melainkan juga bagi para pengikut mereka.

  4. Pemimpin yang Setia Menggunakan Pengaruhnya untuk Memberikan
     Nilai Tambah
     Orang yang memberikan pengaruh, yang memimpin demi kepentingannya
     sendiri, akan memanipulasi orang lain demi keuntungan mereka
     sendiri. Itulah yang diperbuat kesepuluh pengintai itu. Mereka
     takut dan mereka menggunakan pengaruh mereka untuk menciptakan
     ketakutan di antara bangsa Israel. Mereka berbohong kepada bangsa
     itu, mengatakan bahwa negeri itu "memakan penduduknya".
     Sebaliknya, Yosua dan Kaleb ingin memotivasi bangsa Israel untuk
     melakukan apa yang benar demi kepentingan semua orang. Itulah
     yang harusnya selalu menjadi agenda pemimpin sejati.

  5. Pengaruh Selalu Disertai dengan Tanggung Jawab
     Mungkin kesepuluh pemimpin suku yang tidak setia itu tidak mau
     mengakibatkan timbulnya pemberontakan. Namun, justru itulah yang
     terjadi. Setelah laporan mereka yang negatif mengenai tanah
     perjanjian itu, bangsa Israel bermaksud menggulingkan Musa dan
     Harun serta kembali ke perbudakan di Mesir. Akibatnya, kesepuluh
     pemimpin suku yang tidak setia itu meninggal karena wabah
     penyakit dan semua pengikut mereka meninggal di padang gurun.

  Memengaruhi Orang Lain adalah Suatu Pilihan

  Banyak orang yang tidak efektif sebagai pemimpin, menyerah dan tidak
  pernah mencoba memimpin lagi. Untungnya bagi bangsa Israel, Yosua
  bukanlah tipe orang seperti itu. Ia ingin menjadi pemimpin yang
  lebih baik dan kelak ia akan mendapatkan kesempatan kedua.
  Sementara itu, ia terus setia terhadap Allah dan belajar sebanyak
  mungkin dari Musa, yang menjadi pembimbingnya.

  Renungan:
  Apakah yang Anda lakukan sekarang ini untuk meningkatkan pengaruh
  Anda?

  Sumber diedit dari:
  Judul buku    : 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-Hari Pemimpin
                  Sejati
                  (The 21 Most Powerful Minutes In a Leader`s Day)
  Judul bab     : Yosua dan Hukum Pengaruh
  Penulis       : John C. Maxwell
  Penerbit      : Interaksara, Batam Centre 2002
  Halaman       : 35 - 37

==================================**==================================
INSPIRASI

                     -*- MAKNA MEMBERI DAMPAK -*-

  Seorang kakek tua mendudukkan cucu lelakinya di atas keledai milik
  keluarga dan memulai perjalanan jauh menuju kota. Ketika mereka
  bepergian melewati jalan yang sering dilintasi, orang-orang yang
  berpapasan berkata, "Lihatlah bocah egois dan manja yang sedang
  menunggangi keledai sementara kakek tua itu berjalan."

  Karena tidak ingin orang-orang mengkritik cucunya, kakek tua itu
  bertukar tempat dengan cucunya.

  Tak lama orang-orang mulai berkata, "Lihatlah kakek malas yang
  membuat bocah itu berjalan."

  Karena tidak ingin disebut malas, sang kakek turun dari keledai dan
  berjalan di sisinya.

  Para pengamat kemudian mulai berkata, "Lihatlah dua orang bodoh yang
  berjalan sementara mereka sebenarnya dapat menunggangi keledai itu."

  Karena kritikan itu, sang kakek bersama cucunya menunggangi keledai.

  Ketika mereka melanjutkan perjalanan, orang berikut yang
  memperhatikan mereka berkomentar, "Lihatlah betapa brutalnya mereka
  pada keledai itu. Mereka akan mematahkan tulangnya."

  Sebagai tanggapan, mereka turun dari keledai. Mereka menggendong
  keledai itu di pundak mereka, menggendongnya sepanjang sisa
  perjalanan menuju kota, dan tiba di sana dengan kondisi berantakan,
  kelelahan, dan masih mendapat kritik dari orang-orang yang
  berpapasan.

  Inti dari dongeng ini adalah bahwa apabila Anda mencoba menyenangkan
  setiap orang, Anda juga akan segera merasa bahwa Anda memiliki
  seekor keledai di punggung Anda. Untungnya, menjadi seorang yang
  menyenangkan orang lain bukanlah tujuan utama dari kepemimpinan.

  Arti kepemimpinan itu jauh melampaui dari sekedar usaha membuat
  setiap orang bahagia. Tetapi, seorang pemimpin belajar bagaimana
  memengaruhi orang lain untuk mendapatkan hasil-hasil yang positif.
  Ketika pengaruh Anda meningkat, kepemimpinan Anda juga akan
  meningkat.

  Sebuah iklan yang terkenal untuk E.F. Hutton berkata bahwa ketika
  perusahaan mereka berbicara, orang-orang mendengarkan. Itu berarti
  bahwa ketika seorang pemimpin sejati berbicara, orang-orang
  mencatatnya.

  Kawan saya, John Maxwell, berkata bahwa kepemimpinan adalah segala
  hal tentang pengaruh. Nyatanya, Maxwell berkata, "Kepemimpinan
  adalah pengaruh, tidak lebih dan tidak kurang."

  Itu berlawanan dengan apa yang terjadi dengan kakek dan cucu ini.

  Allah memanggil kita untuk menjadi pemberi pengaruh.

  Allah sangat menganggap serius cara kita menerapkan pengaruh kita
  terhadap orang lain. Kredibilitas kita (siapa kita dalam hubungan
  dengan seseorang) ditambah komunikasi kita (apa yang kita katakan)
  sama dengan pengaruh kita. Pengaruh berasal dari siapa diri Anda dan
  bagaimana Anda mengomunikasikannya.

  Menurut pernyataan-pernyataan berikut dari Alkitab, setiap orang
  memiliki pengaruh. Kita masing-masing memiliki hak istimewa untuk
  menggunakan pengaruh untuk kebaikan, untuk kemuliaan Allah.

  - "Kamu adalah terang dunia .... Demikianlah hendaknya terangmu
    bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang
    baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat. 5:14,16).

  - "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah
    kejahatan dengan kebaikan!" (Rom. 12:21).

  - "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar,
    pergunakanlah waktu yang ada" (Kol. 4:5).

  Bila saya adalah seorang pengelola yang baik dari apa yang telah
  Allah berikan pada saya, saya harus tahu bagaimana caranya
  mendapatkan pengaruh dan menggunakan pengaruh itu untuk meluaskan
  kerajaan Allah. Saya ingin memengaruhi orang-orang karena inilah
  pilihan dan panggilan Allah bagi saya.

  Hal kepemimpinan menjadi inti motivasi saya. Kepemimpinan menanyakan
  apakah saya termotivasi oleh ego sendiri atau oleh Roh Kudus.

  Manipulasi adalah memengaruhi orang-orang untuk kepentingan pribadi,
  menurut buku James Hunter, "The Servant", tapi teladan kepemimpinan
  Yesus adalah memengaruhi orang-orang untuk kepentingan satu sama
  lain - untuk kebaikan mereka sendiri dan juga orang lain. Seringkali
  Anda harus membuat suatu pilihan tentang bagaimana Anda menggunakan
  pengaruh Anda.

  Sumber diedit dari:
  Judul buku     : Kepemimpinan yang Efektif
                   (On Purpose Leadership)
  Judul bab      : Mempengaruhi Para Pemberi Pengaruh
  Penulis        : Dale Galloway dan Wareen Bird
  Penerbit       : Harvest Publication House, Jakarta 2003
  Halaman        : 53 - 55

==================================**==================================
JELAJAH

                   -*- FREE MANAGEMENT LIBRARY -*-
                    http://www.managementhelp.org/

  Situs berbahasa Inggris ini bisa menjadi sumber bahan manajemen yang
  lengkap bagi organisasi profit maupun nonprofit. Mencakup 72 topik
  yang cukup populer di bidang manajemen seperti Human Resources,
  Crisis Management, Risk Management, Sales, Social Entrepreneurship,
  Staffing, Strategic Planning, Supervision, dll. Seluruh bahan
  tersebut siap untuk diakses. Oleh karena itu, segeralah arahkan
  penjelajah (browser) Anda untuk mengakses bahan-bahan tersebut.

  [Kiriman dari: Novi]

==================================**==================================
Berlangganan       : < subscribe-i-kan-leadership(at)xc.org >
Berhenti           : < unsubscribe-i-kan-leadership(at)xc.org >
Kontak e-Leadership: < staf-leadership(at)sabda.org >
Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead    : http://www.sabda.org/lead/
----------------------------------------------------------------------
       Redaksi e-Leadership: Yulia, Kristian, Raka, Endah, Puji
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
           Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs:
             http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org