Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/95

e-Leadership edisi 95 (25-5-2011)

Pendelegasian dalam Kepemimpinan (II)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI APRIL 2011=============

                PENDELEGASIAN DALAM KEPEMIMPINAN (II)

                  e-Leadership 95 -- 25/05/2011

DAFTAR ISI
ARTIKEL: SENI PENDELEGASIAN
JELAJAH BUKU: MANAJEMEN: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PEMIMPIN
              KRISTEN

Shalom,

Setiap pemimpin perlu mengembangkan keahlian untuk mendelegasikan
tugas kepada para pengikutnya. Hal tersebut dapat menolong pemimpin
untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih besar lagi demi kemajuan
organisasinya. Selain itu, jika pemimpin sulit mendelegasikan
tugasnya, maka kreativitas dan kemampuan pengikutnya pun tidak akan
berkembang. Kali ini, redaksi mengajak Anda untuk melihat pentingnya
seni pendelegasian bagi seorang pemimpin. Kiranya dapat menolong untuk
meningkatkan potensi kepemimpinan dalam diri Anda. Selamat membaca.

Tuhan memberkati.

Pimpinan Redaksi e-Leadership,
Desi Rianto
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >

Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi
orang yang bijak memperhatikan langkahnya. (Amsal 14:15)
< http://alkitab.sabda.org/?Amsal+14:15 >

                      ARTIKEL: SENI PENDELEGASIAN

Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan
mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin
seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan
pemimpin sepuluh orang. (Keluaran 18:25)

Salah satu definisi kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengenali
kemampuan-kemampuan dan keterbatasan-keterbatasan orang lain, serta
kecakapan untuk menempatkan setiap orang dalam pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan terbaiknya. Seseorang yang berhasil menyelesaikan
pekerjaan dengan mendayagunakan orang lain, telah menerapkan contoh
tertinggi kepemimpinan. Dwight L. Moody pernah berkata, dia lebih
memilih menugaskan seribu orang untuk melakukan pekerjaan, daripada
melakukan pekerjaan seribu orang. Memilih orang-orang yang dapat
dipercaya untuk diserahi wewenang dan mereka sungguh-sungguh melakukan
pendelegasian itu, merupakan kemampuan pemimpin sejati. Direktur
Jenderal China Inland Mission, Dixon E. Hoste, berkata: "Kecakapan
untuk memahami talenta bermacam-macam karyawan, lalu menolong mereka
sejalan dengan kepribadian dan pekerjaan masing-masing, merupakan
kualitas utama untuk diawasi dalam sebuah tugas." Kecakapan ini akan
menyelamatkan pemimpin dari frustrasi.

Pendelegasian tanggung jawab bersamaan dengan wewenang yang sepadan,
memungkinkan pelaksanaan tanggung jawab itu tidak selalu disenangi
oleh seseorang yang senang melakukan keinginannya sendiri. Dia senang
melimpahkan tanggung jawab, tetapi enggan melepaskan kendali kekuasaan
dari tangannya. Hal ini tidak adil bagi bawahannya, dan tidak mungkin
menunjukkan kepuasan dan keefektifan. Sikap seperti itu cenderung
ditafsirkan sebagai kurangnya kepercayaan diri, dan hal ini tidak
menghasilkan kerja sama yang baik. Hal itu menghalangi seseorang untuk
belajar menjadi seorang pemimpin. Mungkin dia tidak bisa mengerjakan
tugas sebaik atasannya, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa ini
bukanlah persoalan yang penting. Orang yang lebih muda, yang mendapat
kesempatan, mungkin bisa melakukannya lebih baik karena dia lebih
mampu merasakan irama kehidupan di zamannya. Tetapi dalam banyak
kasus, bagaimana dia memperoleh pengalaman, jika tidak ada tanggung
jawab maupun wewenang yang dilimpahkan kepadanya?

Apabila seseorang dalam tampuk kepemimpinan gagal melakukan
pendelegasian, dia akan terjerat dalam kubangan detail sekunder. Hal
ini bukan hanya terlalu membebani dirinya, tetapi juga membelokkannya
dari tanggung jawab utamanya. Dia juga gagal mengeluarkan potensi
kepemimpinan para bawahannya. Berkeras kepala melakukan segala
sesuatunya seorang diri dengan alasan hasilnya akan lebih baik, bukan
hanya merupakan suatu kebijakan berwawasan sempit, tetapi mungkin juga
menjadi bukti kesombongan yang tidak berdasar. Pemimpin yang sangat
teliti dalam mengamati prioritas, akan mengalami peningkatan
keefektifan yang tak terukur.

Sekali pendelegasian telah berlaku, pemimpin seharusnya menunjukkan
keyakinan penuh terhadap rekan sejawatnya. Dr. A.B. Simpson, pendiri
Christian and Missionary Alliance berkata, "Dia memercayai mereka yang
berwenang dalam lembaga-lembaga berbeda dan membiarkan mereka bebas
menerapkan talenta mereka". Jika mereka tidak berhasil, maka dia
merasa itu adalah cerminan dari kepemimpinannya sendiri, karena dialah
yang memilih mereka untuk menempati posisi tersebut. Para bawahan
seharusnya benar-benar yakin tentang dukungan pemimpin mereka dalam
setiap tugas yang mereka terima, apa pun hasilnya, sejauh mereka telah
bertindak sesuai acuan. Ini menunjukkan tanggung jawab telah
didefinisikan dan disetujui secara tertulis, sehingga tidak ada
kesalahpahaman yang mungkin terjadi. Banyak situasi tidak
membahagiakan muncul karena kegagalan melakukan hal ini.

Ketika menuliskan pengalamannya bekerja sama dengan Dr. John R. Mott,
Paul Super mengatakan: "Salah satu kekuatan terbesar saya dalam
sepuluh tahun ini di Polandia adalah beliau mendukung saya. Kebanggaan
terbesar saya adalah kepercayaan beliau kepada saya. Jelas, salah satu
motivasi terbesar saya adalah membalas dukungan beliau selayaknya dan
memenuhi harapan beliau terhadap saya."

Ilustrasi Alkitab yang menonjol tentang prinsip pendelegasian yang
bertanggung jawab adalah nasihat Yitro kepada menantunya, Musa, yang
tertulis dalam Keluaran 18:1-27.

Israel, sekelompok budak yang belum terorganisasi, baru saja keluar
dari Mesir. Pada saat itu, suatu semangat kebangsaan yang baru muncul
dan mereka menjadi suatu bangsa yang terorganisasi. Perkembangan ini
memberikan beban pemerintahan yang amat berat kepada Musa, sehingga
memunculkan nasihat bijak Yitro. Dari pagi hingga malam dia melihat
Musa mendengarkan dan menjadi hakim atas persoalan-persoalan yang
muncul dari kondisi baru ini. Musa dibebani oleh peran legislatif dan
yudisial, dan setiap keputusannya diterima oleh umat sebagai perkataan
Tuhan.

Yitro melihat Musa tidak dapat memikul tekanan ini selamanya dan
mengajukan dua alasan kuat untuk mendelegasikan beberapa tanggung
jawabnya. Pertama, "Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik
bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat
bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja."
(Keluaran 18:18) Penggunaan kekuatan fisik dan saraf ada batasnya, dan
jika dilampaui akan berbahaya. Kedua, metode yang sedang berlangsung
terlalu lambat dan umat mulai tidak puas karena mereka tidak menerima
perhatian yang mereka inginkan. Pembagian tanggung jawab akan
mempercepat keputusan hukum dan umat akan pergi dengan puas (Keluaran
18:23).

Yitro lalu mengusulkan dua rangkaian tindakan. Musa tetap bertindak
sebagai wakil Allah, mengajarkan prinsip-prinsip rohani, dan
melaksanakan fungsi legislatifnya. Dialah yang akan membawa
perkara-perkara yang sulit ke hadapan Allah (Keluaran 18:16, 19-20).
Dia harus mendelegasikan fungsi yudisial yang saat itu dia jalankan
kepada pemimpin-pemimpin hukum yang cakap, yang dapat meringankan
bebannya yang amat berat. Ini adalah nasihat bijaksana karena jika
Musa wafat akibat dari tekanan jabatannya, dia tidak akan meninggalkan
seorang pun yang berpengalaman dan terlatih dalam menjalankan
wewenangnya dan memikul tanggung jawabnya. Kegagalan mengantisipasi
hal ini telah merusak banyak karya Tuhan yang sedang dijanjikan-Nya.

Musa memperoleh beberapa manfaat dengan mengikuti nasihat Yitro. Dia
mampu memusatkan pikiran kepada beberapa aspek dan tanggung jawab yang
lebih tinggi dalam jabatannya. Talenta-talenta yang tidak diduga dan
tersembunyi dalam diri para bawahannya akhirnya ditemukan. Orang-orang
berbakat ini, yang mungkin pernah mengecamnya ketika dia berkuasa atas
semuanya, kini bertumbuh lewat beban jabatan mereka dan menjadi rekan
setianya. Dia juga membuat antisipasi kepemimpinan yang efektif bagi
bangsanya setelah kematiannya.

Yitro menguatkan menantunya dengan menyatakan suatu prinsip rohani
yang relevan sepanjang zaman. "Jika engkau berbuat demikian dan Allah
memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya,
dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan senang ke tempatnya"
(Keluaran 18:23). Dia menyerahkan nasihatnya kepada bimbingan
tertinggi Allah. Pada prinsipnya, Allah yang bertanggung jawab penuh
untuk memampukan umat-Nya dalam menyelesaikan setiap tugas yang telah
Dia berikan. Ada beberapa tugas sukarela yang dapat dikerjakan oleh
orang lain lebih baik daripada yang dapat kita lakukan, kita sebaiknya
menyerahkan tugas-tugas itu. Bahkan jika mereka melakukan lebih buruk
daripada kita, kita sebaiknya tetap menyerahkan tugas-tugas itu. Tak
diragukan lagi, Musa mungkin telah melakukan tugas lebih baik daripada
tujuh puluh orang yang dipilihnya, tetapi jika ia tetap berkeras
kepala melakukan tugas-tugas itu, mungkin dia akan segera menjadi
tinggal kenangan.

Standar yang disarankan Yitro dalam pemilihan asisten Musa membuktikan
pengetahuan rohani sebenarnya. Mereka haruslah orang-orang yang cakap
karena tugas-tugas mereka terperinci, orang-orang yang saleh yang
takut akan Allah dan menghormati orang-orang sebangsanya, orang-orang
yang dapat dipercaya yang membenci keserakahan dan tidak mempan
disuap.

Beberapa pelajaran bagi para pemimpin melalui peristiwa ini antara
lain: Mengemban tugas lebih banyak dari yang dapat kita selesaikan
merupakan suatu kesalahan. Tidak ada gunanya melakukan lebih banyak
pekerjaan daripada bagian kita yang sewajarnya. Baik bagi kita untuk
mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasan kita. Yitro-Yitro
(penasihat-penasihat) kita seringkali melihat lebih tajam, lebih jelas
daripada kita, mengenai cara kepemimpinan yang sedang kita jalankan,
dan adalah bijaksana menaati teguran mereka. Jika kita melanggar hukum
alam, apalagi dalam pelayanan kepada Allah, kita tidak dibebaskan dari
hukumannya. Lebih mudah untuk mengemban tanggung jawab di bawah
tekanan manusia daripada menurut bimbingan Allah. Untuk kegiatan di
luar kebiasaan tertentu, Allah tidak menerima tanggung jawab apa pun.

Salah satu penilaian penting kepemimpinan penginjilan adalah kesediaan
untuk mendelegasikan tanggung jawab kepada calon pemimpin lokal. Calon
pemimpin lokal ini harus memiliki kematangan rohani. Pelimpahan
tanggung jawab ini menjawab pentingnya menemukan, melatih, dan
menggunakan talenta-talenta tersembunyi dari para pelayan lokal. Dalam
tahapan-tahapan yang lebih awal, pengawasan yang bijaksana diperlukan,
tetapi pertolongan untuk campur tangan sebaiknya hanya dilakukan jika
kebutuhan itu menjadi sangat penting. Perasaan diawasi menghancurkan
kepercayaan diri.

Ketika Dr. W.E. Sangster ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal Home
Mission Department di Gereja Methodist di Inggris, dia merancang
pembagian kerja di antara semua anggota departemennya, lalu
menyerahkan tanggung jawab kepada masing-masing yang tetap dalam
pantauannya. Dengan memercayai rekannya secara penuh, dia
mendelegasikan kekuasaannya dan tidak pernah menyesalinya. Tentang
dia, ada yang mengatakan: "Barangkali capaian terbesar dalam
kepemimpinannya adalah mengetahui pentingnya pendelegasian dan
pemilihan para asisten dengan cermat. Dia selalu menjadi ahli dalam
bidang itu."

Ketika menulis tentang pemimpin suatu perkumpulan penginjil yang
besar, seorang anggota stafnya berkomentar: "Dia memiliki talenta
kepemimpinan yang luar biasa, dengan tidak pernah mencampuri pekerjaan
para bawahannya. Setiap orang dibiarkan melakukan pekerjaan
masing-masing." Anggota yang lain menulis, "Dia mengetahui apa yang
dapat dilakukan oleh orang-orang, melihat mereka melakukannya,
membiarkan mereka melakukan yang terbaik ketika diberi kesempatan, dan
hanya menyelidiki ketika muncul kesalahan." (t/Dicky)

Diterjemahkan dari:
Judul asli buku: Spiritual Leadership
Judul asli artikel: The Art of Delegation
Penulis: J. Oswald Sanders
Penerbit: Positive Action For Christ, Inc, Rocky Mount, 1983
Halaman: 127 -- 131

                             KUTIPAN

Pendelegasian tugas dapat berjalan jika orang yang mendelegasikan
tugas juga menjalankannya. (Robert Half)

      JELAJAH BUKU: MANAJEMEN: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
                  MANUSIA PEMIMPIN KRISTEN

Judul buku: Manajemen Pasti: Pengembangan Sumber Daya Manusia
            Pemimpin Kristen
Penulis: Dr. Yakob Tomatala
Penerbit: YT Leadership Foundation, Jakarta 2001
Ukuran: 14 cm x 21 cm
Tebal: 101 Halaman

Pemimpin yang baik dan sukses adalah pemimpin yang selalu di depan
lebih dua langkah dari orang lain. Ia "berkaki empat" -- lebih giat
dalam upaya dari siapa pun, dan ia "bertangan empat", -- ia bekerja
lebih baik serta lebih keras dari siapa pun di sekitarnya.

Begitu juga dalam buku yang berjudul "Manajemen Pasti". Dalam buku
ini, ada lima bab yang dijabarkan oleh penulis secara lugas dalam
memaparkan gagasannya, yang disingkat "PASTI", yaitu Pastikanlah Bahwa
Anda Mengenal Diri Sendiri Dengan Baik, Ancangan Dasar Bagi Manajemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen, Strategi Manajemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen, Tetapkanlah Arah
Perkembangan Diri yang Bersinambung, dan yang terakhir Identifikasi
Profil Kepemimpinan Diri Anda.

Buku ini merumuskan bagaimana upaya memanajemen diri agar menjadi
pemimpin yang kompeten. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai
gambar visual pengembangan diri, diagram indikator untuk membantu
lebih mengerti tentang siklus konflik atau isu-isu yang ada, format
indikator dalam berbagai bentuk yang berguna membantu dalam
menganalisis data, dan kisah-kisah yang dapat membangkitkan semangat
hidup. Di setiap akhir bab dalam buku ini, disertakan rangkuman
singkat yang menjelaskan mengenai pembelajaran apa yang kita dapatkan
dan langkah-langkah konkret untuk merealisasikan pandangan yang sudah
diutarakan. Segera dapatkan buku ini dan selamat berjuang
mengembangkan potensi dalam diri Anda, sehingga Anda dapat bersaing
dan menjadi seorang pemimpin yang kompeten.

Diulas oleh: Yonathan Sigit

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2011 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org