Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/5

e-Leadership edisi 5 (17-5-2006)

Pemimpin yang Melayani


                             Edisi Mei 2006
<><*><>========================================================<><*><>
               <><   Milis Publikasi e-LEADERSHIP   ><>
                                <><*><>
                       Topik: Pemimpin yang Melayani
<><*><>========================================================<><*><>

  MENU SAJI

  EDITORIAL         : Sikap yang Mau Melayani
  ARTIKEL           : Pelayan yang Melayani atau Pemimpin yang
                      Melayani
  TIPS KEPEMIMPINAN : Tips Bagi Pemimpin yang Melayani
  INSPIRASI         : Ambillah Handuk Itu
  JELAJAH           : We Build People
  DARI HATI KE HATI : Kata-kata Bijak untuk Pemimpin yang Sibuk
  INFO              : Pembukaan Kelas Guru Sekolah Minggu (GSM)

===============================><>*<><================================
<><  EDITORIAL

                    -*- SIKAP YANG MAU MELAYANI -*-

   Topik edisi e-Leadership kali ini sangat menarik, karena istilah
   "Pemimpin yang Melayani" ternyata tidak lagi dipakai hanya sebagai
   terminologi Kristen saja, karena orang-orang sekuler pun telah
   mengadopsinya menjadi istilah umum di dunia kepemimpinan. Apanya
   yang menarik dari konsep "pemimpin yang melayani" sehingga diterima
   dengan tangan terbuka, bahkan diterapkan dengan lebih agresif oleh
   dunia bisnis sekuler?

   Nah, simaklah baik-baik sajian kami bulan ini dan silakan
   merenungkannya untuk menjawab pertanyaan di atas. Selamat melayani.

   Redaksi e-Leadership,
   Yulia

       "Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar
    di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan
                pemimpin sebagai pelayan." (Lukas 22:26)
           < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Lukas+22:26 >

===============================><>*<><================================

        SAYA TIDAK TAHU APA TAKDIR ANDA, TAPI SAYA TAHU SATU HAL:
                MEREKA YANG AKAN BENAR-BENAR BAHAGIA
        ADALAH MEREKA YANG TELAH BERUPAYA MENCARI DAN MENEMUKAN
                       BAGAIMANA CARANYA MELAYANI
                          (Albert Schwarzkopf)

===============================><>*<><================================
<>< ARTIKEL

      -*- PELAYAN YANG MEMIMPIN ATAU PEMIMPIN YANG MELAYANI? -*-

 True greatness, true leadership, is achieved not by reducing men to
   one`s service but in giving oneself in selfless service to them.
                          (Oswald Sanders)

  Banyak orang menganggap dirinya sebagai seorang pemimpin Kristen,
  baik di kantor, organisasi, kampus, rumah, atau gereja, meskipun
  konsep dan aksi kepemimpinan mereka sangat berbeda dengan konsep dan
  aksi kepemimpinan yang pernah diajarkan dan didemonstrasikan oleh
  Yesus Kristus. Aneh memang, tapi nyata.

  Konsep kepemimpinan umum biasanya dikaitkan dengan konsep kuasa
  (power). Karena pemimpin diidentikkan dengan kuasa, muncul opini
  umum yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang
  memiliki kuasa. Kuasa itu sendiri sering kali didefinisikan sebagai
  kapasitas untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa sumber kuasa yang
  populer termasuk posisi, uang, fisik, senjata, kepakaran, dan
  informasi.

  Konsep Yesus tentang kuasa jelas berbeda. Namun yang penting diingat
  terlebih dulu adalah bahwa Yesus tidak meniadakan kuasa. Ia sendiri
  mengatakan bahwa Ia memiliki kuasa. Yang Yesus lakukan adalah
  membongkar dan memperbaiki pengertian kuasa dan aplikasinya oleh
  pemimpin. Ajaran Yesus sama sekali tidak berfokus pada kuasa seorang
  pemimpin, namun kerendahan hati seorang pelayan. Kristus memandang
  kerajaan-Nya sebagai suatu komunitas individu yang melayani satu
  sama lain (Galatia 5:13).

  Pemimpin adalah Hamba
  ---------------------
  Dalam Alkitab versi King James, kata "pemimpin" muncul hanya enam
  kali, yaitu tiga kali dalam bentuk tunggal dan tiga kali dalam
  bentuk plural. Namun tidak berarti konsep kepemimpinan atau figur
  pemimpin tidak penting dalam Alkitab. Yang sangat menarik, konsep
  pemimpin dalam Alkitab muncul dengan terminologi yang berbeda-beda.
  Yang paling sering dipakai adalah "pelayan" atau "hamba". Allah
  tidak menyebut, "Musa, pemimpin-Ku" tetapi "Musa, hamba-Ku".

  Alkitab memakai kata Yunani `doulos` dan `diakonos` yang
  diterjemahkan sebagai hamba. Meskipun kedua kata tersebut sulit
  dibedakan dalam penggunaannya, David Bennett dalam bukunya
  "Leadership Images from the New Testament" menulis bahwa `doulos`
  mengacu kepada seseorang yang berada di bawah otoritas orang lain,
  sedangkan `diakonos` lebih menekankan kerendahan hati untuk melayani
  orang lain.

  Kata Yunani ketiga yang sering dipakai Alkitab untuk hamba adalah
  `huperetes`, yang menunjuk secara literal kepada orang-orang yang
  mendayung di level bagian bawah dari kapal perang Yunani kuno yang
  memiliki tiga tingkat. Thayer`s Hebrew Dictionary mengartikannya
  sebagai `bawahan` (underlings, sub-ordinate).

  Setelah mempelajari tiga terminologi di atas, kesimpulan yang dapat
  ditarik adalah bahwa konsep pemimpin di dalam Alkitab adalah hamba.
  Lebih konkret lagi, hamba yang dengan rela hati mengambil tempat
  yang terendah, dan bertahan dalam berbagai kesulitan dan penderitaan
  karena pelayanannya terhadap orang lain.

  Betapa kontras dengan konsep kepemimpinan sekuler!

  Mencermati Pemimpin-Pelayan
  ---------------------------
  Jadi pemimpin Kristen adalah seorang pemimpin-pelayan. Namun
  pemimpin-pelayan sering kali dianggap sebagai sebuah kontradiksi
  dalam terminologi (oxymoron). Bagaimana mungkin kita dapat menjadi
  pemimpin dan pelayan pada saat bersamaan?

  Untuk mengerti kedalaman dan menghargai keindahan konsep pemimpin-
  pelayan, kita perlu melihat minimal dua acuan firman Tuhan berikut
  ini.

  Pertama, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia
  menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya"
  (Markus 9:30-37).

  Dalam konteks Markus 9 di atas, murid-murid Yesus meributkan tentang
  siapa yang terhebat di antara mereka. Dan mereka meributkan itu
  persis setelah Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya bahwa Ia
  hendak menuju ke jalan salib. Sungguh ironis! Namun betapa persis!
  Persis menggambarkan kita manusia yang berambisi terhadap kuasa, dan
  berani menyebut diri pemimpin Kristen. Ketika Yesus mengkonfrontasi
  mereka, saya bayangkan betapa malu mereka.

  Yesus lalu mengajarkan kepemimpinan yang sejati. Bagi yang ingin di
  depan haruslah menjadi yang paling belakang. Yang ingin menjadi
  pemimpin, harus menjadi hamba. Untuk menjelaskan ini, Ia lalu
  merangkul seorang anak kecil sebagai model. Seorang anak kecil tidak
  memiliki pengaruh sama sekali, tidak memiliki kuasa. Namun Yesus
  berkata, siapa yang menyambut sesamanya yang tidak berarti, ia
  menyambut Tuhan.

  Kebesaran seorang pemimpin Kristen tidak terletak pada berapa orang
  yang menjadi pengikutnya, tetapi berapa banyak orang yang
  dilayaninya. Kebesaran seorang pemimpin Kristen terletak justru pada
  komitmennya kepada mereka yang tersisih, kecil, marjinal, dan sering
  terlupakan.

  Yesus membalikkan seratus delapan puluh derajat konsep kepemimpinan
  yang dimiliki kebanyakan orang, termasuk para murid-Nya. Alkitab
  menulis bahwa tak seorang pun yang kuasanya melebihi Dia (Yohanes
  13:3). Keempat Injil mencatat segala perbuatan ajaib yang pernah
  dilakukan-Nya. Namun Yesus tidak pernah sekalipun menggunakan kuasa-
  Nya untuk kepentingan pribadi. Ia menganggap kuasa-Nya sebagai
  sesuatu yang dipakai untuk melayani orang lain.

  Kedua, "Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah
  ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka
  di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (Markus
  10:43,44).

  Belum lama kejadian di Markus pasal 9 berlalu, murid-murid Yesus
  kembali menanyakan kemungkinan mereka memperoleh posisi saat suksesi
  kepemimpinan terjadi. Dan ini terjadi setelah Yesus memberitahukan
  tentang penderitaan jalan salib yang akan Ia lalui untuk ketiga
  kalinya! Tragis bukan?

  Kita pasti pernah mendengar kutipan terkenal dari Lord Acton yang
  berkata bahwa "Power tends to corrupt and absolute power corrupts
  absolutely." Yang mungkin jarang kita dengar adalah kebalikan dari
  kutipan di atas. Powerlessness juga punya tendensi untuk korup,
  sebagaimana pernyataan Edgar Friedenberg: "All weakness tends to
  corrupt and impotence corrupts absolutely."

  Niccolo Machiavelli dalam karyanya yang terkenal "The Prince",
  menulis bahwa manusia senantiasa memiliki ambisi terhadap kuasa, dan
  setelah memiliki kuasa cenderung menyalahgunakan kuasa tersebut.
  Keinginan tersebut mengkorupsi diri manusia.

  Untuk kesekian kalinya, Yesus menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah
  pelayanan. Kata "ingin" dan "hendaklah" dalam ayat 43 dan 44 di atas
  berasal dari kata "want" dan "must" dalam bahasa Inggris. Jadi yang
  lebih tepat adalah "ingin" dan "harus". Yesus mengajukan syarat yang
  konkret. Ingin menjadi besar, harus menjadi pelayan. Ingin menjadi
  terkemuka, harus menjadi hamba.

  Kita cenderung berat sebelah, condong kepada sisi "ingin" dan
  melupakan sisi "harus". Kita cenderung ingin jadi besar namun tidak
  mau menjadi pelayan bagi sesama. Kita memilih untuk menjadi yang
  terkemuka, namun tidak pernah rela menjadi hamba bagi orang lain.

  Yesus lalu berkata tentang diri-Nya: "Karena Anak Manusia juga
  datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan
  nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (10:45). Inilah yang
  disebut Oswald Sanders sebagai "The Master`s Master Principle".
  Prinsip ini tidak dimengerti oleh Yohanes dan Yakobus yang
  menginginkan mahkota namun menghindari salib, yang mengejar
  kemuliaan tapi menjauhkan penderitaan, yang berambisi menjadi tuan
  dan menolak disebut hamba.

  Seorang dosen seminari teologi pernah mengingatkan saya bahwa Yesus
  tidak mengajarkan konsep pemimpin-pelayan. Terminologi tersebut
  tidak pernah muncul di Alkitab. Yang ia ajarkan adalah konsep
  pelayan, dan setiap orang Kristen seharusnya menjadi pelayan. Namun
  tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin.

  Ini masukan yang sangat berharga dan saya setuju dengan sepenuh
  hati. Tetapi kepadanya saya mengungkapkan bahwa memang benar tidak
  semua orang dipanggil menjadi pemimpin, namun mereka yang terpanggil
  menjadi pemimpin haruslah menjadi pemimpin-pelayan. Dosen ini
  mengangguk setuju.

  Namun yang penting untuk digarisbawahi adalah bahwa dalam konsep
  pemimpin-pelayan, yang menjadi tekanan bukanlah aspek "pemimpin",
  namun aspek "pelayan". Pemimpin-pelayan bukan pemimpin yang
  melayani, namun pelayan yang memimpin. Ia bukan seorang pemimpin
  yang lalu merelakan diri untuk melayani orang lain. Namun ia
  pertama-tama adalah seorang pelayan, seorang hamba Allah yang lalu
  terpanggil untuk memimpin.

  Setelah cukup lama merenungkan ajaran Yesus di atas, ada beberapa
  kristalisasi pemikiran yang mengemuka:

  Memimpin adalah melayani,
  namun melayani belum tentu memimpin.
  Yang tidak mau melayani,
  tidak boleh dan tidak berhak memimpin.
  Pemimpin adalah pelayan,
  namun pelayan belum tentu pemimpin.
  Yang tidak rela menjadi pelayan,
  tidak layak menjadi pemimpin.

  Kepemimpinan ala Yesus Kristus sangat sulit dan sangat tidak
  natural. Namun konsep tersebut senantiasa menantang saya yang terus-
  menerus diserbu oleh dahsyatnya godaan kuasa. Entah bagaimana dengan
  Anda, namun saya melihat diri saya persis seperti Yohanes dan
  Yakobus serta para murid lainnya yang selalu ingin menjadi yang
  terutama, yang terkemuka, yang terdepan, yang terhebat, dan berbagai
  predikat superlatif lainnya.

  Kiranya Allah menolong Anda dan saya untuk melepaskan diri dari
  jerat kuasa, dan dalam anugerah-Nya dimampukan untuk menjadi
  pemimpin sejati dengan melayani sesama.

  Sumber diedit dari:
  Judul Buku   : Kepemimpinan Kristen
  Judul Artikel: Pelayan yang Memimpin atau Pemimpin yang Melayani
  Penulis      : Sendjaya
  Penerbit     : Kairos Books, Yogyakarta, 2004
  Halaman      : 80 - 90

===============================><>*<><================================
<>< TIPS KEPEMIMPINAN

               -*- TIPS BAGI PEMIMPIN YANG MELAYANI -*-

  Untuk meningkatkan kepelayanan Anda, lakukanlah hal-hal berikut.

  1. Lakukanlah yang kecil-kecil.
     Kapankah terakhir kalinya Anda melakukan hal-hal kecil bagi orang
     lain? Mulailah dengan yang paling dekat dengan Anda: pasangan
     Anda, anak-anak Anda, orang tua Anda. Carilah cara-cara untuk
     melakukan hal-hal kecil hari ini yang memerlihatkan bahwa Anda
     peduli.

  2. Belajarlah berjalan perlahan-lahan melalui orang banyak.
     Salah satu pelajaran terbesar yang saya dapatkan ketika menjadi
     pemimpin yang masih muda adalah dari ayah saya. Saya menyebutnya
     berjalan perlahan-lahan melalui orang banyak. Jika lain kali Anda
     menghadiri suatu acara dengan sejumlah klien, rekan sekerja, atau
     karyawan, tentukanlah sasaran Anda untuk menjalin hubungan dengan
     sesama dengan berjalan berkeliling serta berbicara kepada orang-
     orang.

  3. Fokuskanlah diri Anda pada setiap orang yang Anda jumpai.
     Tanyakanlah namanya jika Anda belum kenal. Masukkan dalam agenda
     Anda waktu khusus untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan
     setiap orang. Kemudian, setelah pulang, rencanakanlah untuk
     melakukan sesuatu yang baik bagi setengah lusin orang itu.

  4. Bertindaklah.
     Jika sikap kepelayanan tidak ada dalam hidup Anda, cara terbaik
     untuk mengubahnya adalah dengan mulai melayani. Mulailah melayani
     dengan tubuh Anda sehingga hati Anda akhirnya menyusul. Layanilah
     orang lain selama enam bulan di gereja Anda, di perwakilan
     komunitas, atau di sebuah organisasi sukarela. Jika sikap Anda
     masih juga belum baik setelah itu, ulangilah. Teruslah lakukan
     hingga hati Anda berubah.

  Sumber diedit dari:
  Judul Buku   : 21 Kualitas Kepemimpinan Sejati
  Penulis      : John C. Maxwell
  Penerbit     : Interaksara, Batam, 2001
  Halaman      : 194 - 195

===============================><>*<><================================
<>< INSPIRASI

                      -*- AMBILLAH HANDUK ITU -*-

  Yesus melaksanakan dua simbol kegiatan bagi para pengikut-Nya pada
  malam Ia dikhianati. Ini merupakan kesempatan terakhir untuk
  meyakinkan kelompok para pimpinan-Nya untuk mengerti misi-Nya. Ini
  kesempatan terakhir untuk melihat dapatkah mereka menyelesaikan
  misi-Nya setelah Dia tinggalkan. Pada malam Ia dikhianati, Yesus
  mengambil roti dan anggur dari makanan Paskah dan memperlihatkan
  diri-Nya sebagai pengorbanan terakhir untuk membasuh dosa-dosa
  dunia. Ia juga mengambil handuk dari seorang murid-Nya, baskom
  cucian, kemudian membasuh kaki murid-murid-Nya. Banyak orang Kristen
  mengenal kekuatan dan arti dari perbuatan pertama Yesus, tetapi
  apakah pesan yang terkandung dalam perbuatan-Nya yang kedua?

  Lukas mengatakan pada kita bahwa setelah perjamuan Paskah, para
  pengikut Yesus mulai mendiskusikan siapakah yang terbesar di antara
  mereka (Luk. 22:24). Ini merupakan sebuah topik umum di antara para
  pengikut-Nya. Tetapi saya pikir kita harus mencermati kelengahan
  mereka. Bagaimanapun, mereka itu adalah manusia biasa! Manusia
  tampaknya selalu berdiskusi mengenai siapa yang menangkap ikan
  terbesar atau siapa yang mendapat transaksi terbesar. Pendeta
  dikatakan memiliki nama buruk dengan mengatakan pelayanan
  persekutuan mereka dihadiri sedikitnya 10 persen lebih banyak dari
  yang benar-benar hadir pada sebuah acara. Kita menghargai kelakuan
  ini, ketika kita memberi pekerjaan terpenting kepada mereka yang
  memiliki cerita-cerita terbesar.

  Saya berpendapat bahwa para murid itu sekadar saling membagi cerita
  dengan cara yang sederhana mengenai bagaimana Tuhan telah bekerja
  melalui mereka. Meskipun demikian, mereka lupa bahwa Tuhanlah dan
  bukan mereka yang melakukan pekerjaan itu! Minggu terakhir di
  Yerusalem dilalui dengan kesulitan, tetapi mereka telah melihat
  bagaimana Yesus menyerang para pemimpin agama. Yesus juga membuat
  langkah besar dalam memenangkan manusia. Para pencari kerajaan
  berpikir bahwa lambang kemenangan adalah kebaikan. Sehingga mereka
  mulai mendiskusikan siapa yang akan duduk di sisi Yesus, ketika Dia
  masuk dalam Kerajaan-Nya. Yesus mengejutkan para pengikut-Nya ketika
  Ia meninggalkan meja-Nya (sementara mereka berdebat siapa yang akan
  duduk di sebelah-Nya) dan pindah ke tempat di mana para hamba sedang
  bekerja. Ia mengikat handuk di sekitar pinggang-Nya, mengisi air
  pada baskom dan mulai mencuci debu kaki para teman-Nya.

  Prinsip kelima kita dari pelayanan kepemimpinan adalah berdasarkan
  pada pembasuhan kaki para murid yang dilakukan oleh Jesus: [Para
  pemimpin-pelayan mengambil handuk kehambaan Yesus untuk memenuhi
  kebutuhan orang lain.]

  Dari kejadian ini, kita mengetahui bahwa handuk Yesus adalah simbol
  fisik dari pemimpin-pelayan. Perbuatan-Nya untuk memenuhi kebutuhan
  fisik dan rohani para pengikut-Nya memperlihatkan kepada kita apa
  yang dilakukan para pemimpin kepelayanan.

  Membasuh kaki bukanlah pekerjaan Yesus, Dia adalah seorang guru dan
  pemimpin agama yang dikagumi. Tidak akan ada seorang pun mengkritik
  seorang pemimpin yang mendelegasikan pekerjaan kasar kepada anggota
  kelompok. Kita pikir, para pemimpin melaksanakan tugas besar. Anda
  membayar orang lain untuk melakukan tugas kecil. Sekali lagi kita
  menghadapi paradoks dari pelayanan kepemimpinan. Jika Anda diberikan
  tugas melayani visi dan misi kelompok itu, dan Anda bertanggung
  jawab untuk menyelesaikan misi itu, mengapa Anda "meninggalkan tugas
  itu" untuk melakukan hal yang tidak penting yaitu membasuh kaki?
  Yesus sebagai pemimpin membingungkan cara berpikir kita ketika Ia
  menjadi hamba. Mengapa Raja dari segala raja mau mengenakan handuk
  untuk membasuh kaki orang lain?

  Meskipun demikian, ketika kita mempelajari bagaimana Yesus mengambil
  handuk kepelayanan, kita mencatat dua hal, pertama: Ia
  mendemonstrasikan bahwa para pemimpin kepelayanan memenuhi
  kepentingan kelompok dalam rangka melaksanakan misi itu. Para
  pengikut Yesus berkaki kotor dan tidak ada seorang pun yang mau
  membasuh kaki mereka. Kelompok itu mempunyai kebutuhan dan tidak ada
  seorang pun mau meninggalkan tempatnya untuk melakukan hal tersebut.
  Mereka terlalu sibuk saling membandingkan diri mereka sendiri dengan
  yang lainnya.

  Cara berpikir seperti ini berdampak kepada bagaimana keluarga dan
  organisasi berfungsi. "Itu bukan tugas saya", adalah sikap yang
  mencegah terjadinya tolong menolong dan kerja sama kelompok. Dalam
  suatu keluarga, sikap seperti ini biasanya memperbudak seorang dari
  anggota keluarga itu untuk mencuci baju dan membersihkan rumah atau
  mengarah kepada perawatan semua anak. Dalam dunia usaha, sikap
  seperti itu akan membunuh rasa kerjasama. Pernahkah Anda mempunyai
  seorang staf yang membuat pernyataan sangat jelas tentang apa yang
  menjadi tugas dia dan apa yang bukan tugas dia? Apakah orang ini
  menolak untuk melakukan sesuatu pekerjaan lain selain daripada apa
  yang ada dalam deskripsi kerjanya? Ketika kata "ini bukan pekerjaan
  saya" ada di dalam benak seorang staf maka kerja sama tim pun
  menjadi goyah. Batas-batas tugas pekerjaan ditandai dan
  dipertahankan. Pertempuran terjadi atas siapa yang mengerjakan apa
  dan siapa yang mengerjakan lebih dari yang lain. Tetapi Yesus
  memperlihatkan kepada kita bahwa pemimpin dengan handuk bersedia
  untuk memenuhi kebutuhan apa saja tanpa memikirkan pekerjaan siapa
  itu.

  Pelajaran kedua yang diberikan Yesus ketika Ia membasuh kaki murid-
  murid-Nya adalah bahwa kaki kotor bukanlah kebutuhan yang
  sebenarnya. Diskusi para murid-Nya mengenai keagungan mengungkapkan
  kebutuhan mereka yang sebenarnya -- untuk mengetahui siapa Yesus dan
  mengapa Ia telah datang. Perilaku mereka yang terus menerus
  memperlihatkan mentalitas untuk posisi di meja utama menunjukkan
  bahwa mereka belum benar-benar mengerti mengapa Yesus telah datang.
  Ia telah datang untuk melayani. Setiap pengikut-Nya pun akan menjadi
  hamba. Pada malam terakhir dengan para murid-Nya, Yesus sekali lagi
  menegaskan kembali kerajaan macam apa yang mereka ikuti -- dan apa
  yang perlu mereka lakukan untuk mengikuti jejak-Nya.

  PARA PEMIMPIN menghidupkan visi dengan membuat semua tindakan dan
  perilaku mereka konsisten dengannya dan dengan menciptakan rasa
  penting dan mendesak, serta gairah untuk pencapaiannya. BURT NANUS,
  Visionary Leadership

  DALAM MEMBASUH kaki para murid-Nya, Kristus memberikan contoh
  tentang cinta kasih, karena inilah ciri alami cinta kasih -- untuk
  melayani dan saling membantu satu sama lain. MARTIN LUTHER, Book of
  Jesus

  KETIKA Yesus mengikat handuk pada pinggang-Nya, menuangkan air ke
  dalam sebuah baskom tembaga, dan membasuh kaki para murid-Nya, maka
  Revolusi Kamis Putih dimulai, dan ide baru tentang keagungan dalam
  Kerajaan Tuhan pun muncul. BRENNAN MANNING, Signature of Jesus

  KARENA SALIB adalah tanda berserah, maka handuk adalah tanda
  pelayanan RICHARD J. FOSTER, Celebration of Discipline

  Bahan ini diedit dari sumber:
  Judul Buku   : Jesus on Leadership
  Judul Artikel: Ambillah Handuk itu
  Penulis      : C. Gene Wilkes
  Penerbit     : PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2005
  Halaman      : 180 - 183

===============================><>*<><================================
<>< JELAJAH

                       -*- WE BUILD PEOPLE -*-
                   http://www.webuildpeople.ag.org

  "We Build People" adalah sebuah filosofi penggerak (bukan program).
  Situs ini didesain untuk menolong para pendeta, tim leadership, dan
  jemaat lokalnya dalam merespon panggilan Kristus dalam hal disiplin.

  Meskipun secara garis besar hampir sama, namun ada beberapa hal yang
  membedakan antara konsep kepemimpinan umum dan kepemimpinan dalam
  sebuah pelayanan (kepemimpinan Kristen), baik di gereja, yayasan,
  maupun organisasi Kristen lainnya. Situs ini adalah salah satu dari
  sekian situs yang menyajikan berbagai materi yang dapat menolong
  Anda mengembangkan kemampuan memimpin dalam pelayanan Anda.

  [Kiriman dari: Kristian]

===============================><>*<><================================
<>< DARI HATI KE HATI

                          PEMIMPIN YANG SIBUK

  >Kepada Sdr. Hotma L. Tobing,
  >Saya tertarik untuk memberi kata-kata bijak bagi Anda yang terlalu
  >sibuk:
  >,1. Anda bukan seorang pemimpin besar kalau semua pekerjaan harus
  >Anda tangani sendiri.
  >,2. Anda bukan seorang pemimpin besar kalau Anda mengabaikan orang-
  >orang terdekat yang mengasihi Anda.
  >,3. Anda bukan seorang pemimpin besar kalau Anda merasa bersalah
  >ketika Anda berhenti melakukan pekerjaan untuk bersantai.
  >Mudah-mudahan menolong.
  >Kusuma(at)xxxxxx

  [[Kolom DARI HATI KE HATI ini kami sediakan bagi Anda (para
    pemimpin) yang ingin berbagi masalah kepemimpinan atau juga bagi
    Anda yang ingin berbagi berkat dengan menolong rekan pemimpin lain
    yang sedang mencari solusi bagi masalah-masalahnya. Silakan kirim
    surat Anda ke: < staf-leadership(at)sabda.org > ]]

===============================><>*<><================================
<>< INFO

          -*- PEMBUKAAN KELAS GURU SEKOLAH MINGGU (GSM) -*-

  Kabar gembira bagi Anda yang terlibat dalam pelayanan di sekolah
  Minggu (SM)! PESTA membuka Kursus Kelas Online bagi para guru SM
  yang ingin membekali diri agar dapat mempimpin dan melayani anak-
  anak dengan lebih mantap. Kursus ini merupakan kursus-kursus dasar
  tentang pelayanan Sekolah Minggu, yang akan mempelajari tentang visi
  da misi SM, kriteria guru dan juga hal-hal penting yang seputar
  metode mengajar dan administrasi SM. Bagi mereka yang tertarik,
  silakan cepat-cepat mendaftar karena Anda harus segera mempelajari
  bahan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, sehingga Anda
  bisa mengikuti kelas diskusi GSM yang akan dimulai 1 Juni 2006.

  Sebarkan informasi ini kepada teman-teman Anda yang melayani di
  sekolah Minggu. Untuk mulai mendaftar, silakan kirim surat atau isi
  formulir di bawah ini dan kirimkan ke:

  ==> Staf PESTA < kusuma(at)in-christ.net >

____________________________potong di sini____________________________

              FORMULIR PENDAFTARAN KURSUS GURU SEKOLAH MINGGU
              ===============================================

Isilah data pribadi berikut ini dengan lengkap:
-----------------------------------------------

Nama                    :
E-mail                  :
Alamat lengkap          :
Kota                    :
Provinsi                :
Negara                  :
Kode pos                :
Tempat, tanggal lahir   :
Status menikah          :
Pekerjaan               :
Pendidikan akhir        :
Talenta/keterampilan    :
Keanggotaan gereja      :
Jabatan pelayanan       :
Komputer yang dipakai   : [ ] rumah atau [ ] kantor

DATA PELAYANAN (harus diisi lengkap)
------------------------------------

1.  Kapan untuk pertama kalinya Anda terlibat dalam pelayanan sekolah
    Minggu?

2.  Mengapa Anda tertarik untuk melayani di sekolah Minggu?

3.  Apakah sampai sekarang Anda masih melayani di sekolah Minggu?
    Jadi, berapa lama Anda sudah menjadi guru sekolah Minggu?

4.  Tugas-tugas apa yang Anda kerjakan dalam pelayanan sekolah Minggu?

5.  Berapa jumlah seluruh murid sekolah Minggu di gereja Anda?

6.  Berapa jumlah murid di kelas sekolah Minggu yang Anda pegang?

7.  Berapa jumlah guru yang bersama-sama melayani dalam kelas sekolah
    Minggu Anda?

8.  Berapa jumlah seluruh guru sekolah Minggu dalam gereja Anda?

9.  Berapa jumlah jemaat dewasa di gereja Anda?

10. Apakah Anda pernah mendapat pelatihan (training) khusus tentang
    bagaimana melayani sekolah Minggu? Kalau pernah berapa kali?

____________________________potong di sini____________________________

<><*><>========================================================<><*><>
Berlangganan       : < subscribe-i-kan-leadership(at)xc.org >
Berhenti           : < unsubscribe-i-kan-leadership(at)xc.org >
Kontak e-Leadership: < staf-leadership(at)sabda.org >
Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead    : http://www.sabda.org/lead/
----------------------------------------------------------------------
       Redaksi e-Leadership: Yulia, Kristian, Raka, Endah, Puji
    e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
           Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs:
             http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
<><*><>========================================================<><*><>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org