Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/19 |
|
e-Leadership edisi 19 (12-7-2007)
|
|
Edisi Juli 2007 ==================================**================================== Milis Publikasi e-LEADERSHIP **** Topik: Karakter Pemimpin - Komitmen ==================================**================================== MENU SAJI EDITORIAL : Dampak Sebuah Komitmen ARTIKEL (1) : Demi Apa Anda Rela Mati? ARTIKEL (2) : Komitmen yang Sepenuh Hati INSPIRASI : Contoh Komitmen Dari Paulus JELAJAH : Leader Values STOP PRESS : - Memperkenalkan Pimred Baru - Harvest Festival 2007: Maximum Impact ==================================**================================== EDITORIAL Tentu kita semua tidak asing dengan kata "komitmen". Komitmen berarti perjanjian untuk melakukan sesuatu, baik dengan diri sendiri, orang lain, suatu organisasi, maupun dengan Tuhan. Namun, jika komitmen yang sudah Anda buat tidak dipegang teguh dan ditepati, tentu akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Selain reputasi Anda akan jatuh, bukan tidak mungkin pula kepercayaan pada Anda akan hilang. Sebaliknya, jika Anda memegang teguh dan menjalankan komitmen Anda dengan baik dan bertanggung jawab, penghargaan dan kepercayaan dari orang lain akan Anda peroleh karena keberadaan Anda yang memberkati orang-orang di sekitar Anda. Kali ini e-Leadership mengajak Anda untuk dapat mengenal komitmen dengan lebih dekat sebagai salah satu elemen yang harus dimiliki dan dipegang teguh oleh seorang pemimpin. Barangkali, sebuah contoh komitmen dari Paulus, salah seorang pemimpin dan penginjil terbesar yang pernah ada, pada kolom Inspirasi, dapat menjadi teladan bagi Anda semua untuk menjadi pemimpin yang tidak hanya baik, tapi juga handal. Selamat menyimak! Selamat berkomitmen! Tuhan memberkati! Pimpinan redaksi e-Leadership, Dian Pradana "Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus." (Kis 21:13) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Kis+21:13 > ==================================**================================== ORANG-ORANG BIASA YANG BERKOMITMEN DAPAT MEMBUAT DAMPAK YANG LUAR BIASA TERHADAP DUNIA MEREKA. (John C. Maxwell) ==================================**================================== ARTIKEL (1) -*- DEMI APA ANDA RELA MATI? -*- Kualitas Tunggal ---------------- Saya yakin bahwa seseorang, prinsip, atau gagasan yang memiliki komitmen teguh merupakan satu kualitas tunggal yang menghasilkan seorang pemimpin. Saat seseorang mengarahkan sumber daya diri dan pribadi untuk suatu tujuan yang tampaknya "mustahil" ketimbang mengatasi segala rintangan, orang-orang lain akan mulai mengikutinya. Tahun 1985, seorang bayi laki-laki lemah lahir dalam keluarga kaya di kota New York. Seiring melemahnya daya penglihatannya, ia terkena penyakit asma akut sampai-sampai tidak sanggup meniup lilin di samping tempat tidurnya. Namun, hal ini tidak menghalanginya untuk menjadi salah satu orang yang paling berkuasa di dunia. Saat Theodore Roosevelt berusia sebelas atau dua belas tahun, ayahnya memanggil dan menasihatinya bahwa pikiran yang baik saja tidak dapat menjamin kesuksesan -- harus didukung oleh tubuh yang kuat untuk bisa mengimbanginya. Theodore mematuhi nasihat itu, dia menghabiskan ribuan jam berlatih mengangkat badan di palang, mengangkat beban, dan memukuli kantong tinju. Dengan sedikit keingintahuan, ia melejit bagaikan roket di dunia politik: terpilih menjadi anggota badan pembuat undang-undang New York pada usia 23 tahun, dicalonkan menjadi walikota pada usia 28 tahun, menjabat sebagai Civil Service Commisioner Amerika di bawah dua orang presiden, menjadi pahlawan nasional dengan memimpin Rough Riders dalam Perang Spanyol-Amerika pada usia empat puluh tahun; kemudian hanya dalam waktu tiga tahun, dia menjadi gubernur New York, wakil presiden, dan akhirnya menjabat sebagai presiden. Pada tahun 1905, Teddy Roosevelt menerima penghargaan Nobel Perdamaian atas usahanya menyelesaikan perang Rusia-Jepang. Dengan tinggi sekitar 170 cm (lima kaki, sembilan inci), Roosevelt adalah seorang pria kecil yang dibesarkan oleh komitmen. Komitmen vs Kegagalan --------------------- Umumnya, pemimpin yang sukses memiliki toleransi yang pas untuk memaafkan seribu kegagalan. Namun, komitmen mendorong mereka untuk terus maju. Thomas Edison memiliki impian untuk menciptakan sebuah lampu yang membantu orang untuk bisa melihat dengan tenaga listrik yang tak terlihat. Ia bisa saja menghentikan usahanya itu dan tak seorang pun akan menyalahkannya. Bagaimanapun juga, ia telah merasakan sengatan kegagalan sebanyak sepuluh ribu kali hanya dalam satu proyek tersebut, jumlah kegagalan yang tidak akan kita alami dalam kehidupan -- bahkan, jika kehidupan Anda dan saya digabungkan. Wright bersaudara memutuskan untuk berbuat lebih daripada sekadar memperbaiki sepeda di toko sepeda mereka di Dayton, Ohio. Mereka bermimpi menciptakan suatu mesin yang bisa menjelajahi langit. Orang-orang menertawakan keinginan mereka itu. Bahkan, ada yang berkata bahwa manusia tidak ditakdirkan Tuhan untuk terbang. Namun, Orville dan Wilbur memutuskan untuk mengikuti cahaya bintang mereka, bertahan dalam impiannya. Pada 17 Desember 1903, di dekat Kitty Hawk, Carolina Utara, pesawat udara bertenaga mesin pertama membubung dan menjadi sejarah. Kekalahan perang yang dialami George Washington, jauh lebih banyak daripada kemenangan yang dia raih. Akan tetapi, kemenangannyalah yang bertahan lama dalam kenangan orang. Apakah semua itu adalah prestasi yang luar biasa dari manusia-manusia super? Bukan! Kesemuanya itu adalah prestasi yang dapat dicapai oleh orang-orang biasa seperti Anda dan saya, yang bekerja keras menggapai mimpi sampai peluang itu dimengerti oleh orang lain. Kendati begitu, kesuksesan memerlukan kebulatan tekad. Helen Keller menjadi tuli, buta, dan bisu sesaat setelah kelahirannya. Apakah ia berhenti sampai di situ? Tidak. Namanya terukir di antara nama-nama yang paling dihormati di sepanjang sejarah. Ia memahami bahwa yang diperlukan hanyalah keberanian dan kedisiplinan. Itulah yang dinamakan komitmen. Charles Dickens memulai kariernya di bidang ilustrasi dengan pekerjaan yang tidak berkesan -- menempelkan label di kemasan semir sepatu. Tragedi cinta pertamanya menembus sampai ke kedalaman jiwanya, mengusik kejeniusan kreativitasnya, dan membuatnya menjadi salah satu penulis terbesar sepanjang masa. Robert Burns adalah seorang anak desa yang buta aksara, O. Henry adalah seorang penjahat dan orang terbuang, Beethoven adalah seorang tuna rungu, dan penyair John Milton adalah orang buta. Tapi ketika mereka sudah mampu menguasai kekurangannya dan memiliki tekad untuk berkarya, mereka menjadi inspirasi bagi kita semua. Meski dulunya mereka sama sekali tidak dikenal, kini nama mereka termashyur di seluruh dunia. Itu semua karena mereka menyatakan komitmen mereka kepada orang lain. Bila para pemimpin ini mampu memanfaatkan kekuatan komitmen untuk mencapai tujuan duniawinya, berapa banyak yang dapat kita gunakan untuk mencapai tujuan rohani kita? Mungkin orang-orang akan lebih tertarik pada komitmen terhadap Tuhan Yesus jika mereka memahami keuntungan yang akan didapat. Hasil yang Kita Lihat --------------------- Hasil pertama, yang barangkali adalah yang paling terlihat, dari komitmen kita kepada Tuhan Sang Pengasih adalah pertumbuhan diri. Cara Tuhan menghargai pekerjaan yang dikerjakan dengan baik adalah dengan memberi kita pekerjaan yang lebih besar. Begitu juga dengan komitmen. Bahkan, dalam upaya memenuhinya -- tahap yang paling awal, komitmen berperan dalam pertumbuhan diri dan meningkatkan kapasitas kita untuk bertumbuh lebih lagi. Kedamaian dalam diri yang ditimbulkan oleh keputusan, juga merupakan hasil dari komitmen. Jadilah panas atau dingin, namun jangan suam-suam kuku. Tidak ada kedamaian yang didapat dalam kebimbangan. Dalam buku "A Time for Commitment", dikatakan: "Arus kebimbangan akan memutihkan tulang jutaan manusia yang duduk dan hanya menunggu sampai mati." Pernahkah Anda berpikir mengapa ikan besar memuntahkan Yunus keluar? Pengkhotbah yang tidak taat itu suam-suam kuku! Komitmen dan kebimbangan adalah dua hal yang sangat berbeda. Komitmen dan kedamaian dalam diri sangat berkaitan satu sama lain. Kala kita mengikat komitmen dengan Tuhan dan rencana-Nya, ada hasil ketiga yang kita peroleh. Hidup kita menjadi memiliki tujuan. Kita menemukan alasan untuk hidup. Kita bukan lagi sekadar daging dan tulang. Kita menjadi seorang yang memiliki kepastian dan tujuan. Kita mulai menirukan kata-kata penyair: "Mengetahui saja tidaklah cukup, kita harus menerapkannya. Bertekad saja tidaklah cukup, kita harus melakukannya." Dan kita mulai melakukannya dengan penuh antusias dan semangat yang tidak pernah kita miliki sebelumnya. Mengapa? Karena kita tinggal di dalam rancangan komitmen yang sudah ditetapkan Tuhan. Kita membuat komitmen bekerja untuk kita. Kerap kali kita mendengar orang berkata, "Saya tidak bahagia," seolah-olah kebahagiaan harus menjadi tujuan utama dalam hidup. Namun, yang saya temukan adalah kebalikannya. Biasanya saya merasa paling berbahagia ketika saya tidak memikirkan perihal kebahagiaan. Kebahagiaan dan sukacita selalu menjadi hasil dari komitmen saya terhadap tugas, seseorang, atau gagasan. Kebahagiaan sering kali hadir di tengah perjuangan keras, bahkan dalam penderitaan. Tanpa perlu dipertanyakan lagi, kebahagiaan terbesar saya datang dari melayani sesama dan dari komitmen terhadap orang lain, pekerjaan, dan rencana. Pertimbangkan apa yang Charles Jones katakan: "Bekerjalah sekeras mungkin, raihlah sebanyak mungkin, dan berilah sebanyak mungkin." Itulah kebahagiaan. Itulah komitmen. Komitmen yang Salah ------------------- Barangkali, Anda pernah mendengar cerita tentang seekor ayam dan babi. Keduanya sedang berjalan beriringan di pesisir desa ketika melihat pengumuman di sebuah gereja kecil. Pengumuman itu berbunyi: "Nikmati makan pagi dengan ham dan telur pada hari Minggu pukul 7.30. Semua diundang hadir." Babi itu menoleh dan berkata pada ayam, "Lihatlah! Bagimu, ini hanya pekerjaan yang memakan waktu sehari. Tapi bagiku, ini komitmen total!" Saya bisa mengerti reaksi babi tersebut. Komitmen adalah keterlibatan total. Wanita tidak dapat mengandung hanya sebagian saja. Dan pemimpin tidak akan sukses dengan komitmen parsial. Bagaimana Mati demi Prinsip dan Hidup Kembali untuk Melayani ------------------------------------------------------------ Komitmen seperti apa yang diharapkan dari pemimpin Kristen? Bagaimana Anda bisa menunjukkan kesediaan Anda untuk mati demi Tuhan, namun tetap hidup untuk melayani sesama? "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya," Kristus mengingatkan kita dalam Yoh. 15:13. Namun, apakah Ia hanya menunjukkan satu tindakan kepahlawanan, seperti menerobos bangunan yang terbakar atau menarik seseorang keluar dari tempat yang sangat dalam? Dengan cara apa lagi kita bisa menyerahkan hidup kita? Paulus berbicara tentang mematikan "perbuatan tubuh," dan menyatakan Anda sebagai "persembahan yang hidup." Berbicara perihal peperangan, Paulus berperang melawan kekuatan daging. Ia berkata, "Tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut (lih. Rom. 8:13, 12:1; 1Kor. 15:31). Inilah salah satu komitmen hidup dan mati pertama yang harus diambil oleh seorang pemimpin Kristen. Hasrat keegoisan menjerit minta dipenuhi. Apakah kita bersedia mematikan keinginan kita dan menyerahkan hidup kepada Tuhan? Namun, berhati-hatilah! Tiga sel kanker menunggu untuk melahap orang-orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Kudus. Dalam 1Yoh. 2:16, Rasul Yohanes memperingatkan kita untuk mematikan "keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup" sebelum mereka semakin berkembang dan menguasai kita. Dari ketiganya itu, keangkuhan hidup adalah yang paling berbahaya. Seorang pemimpin harus membunuh keangkuhan dan ambisi pribadinya. Satu hal yang paling cepat menyakiti seorang pelayan muda adalah menetapkan tujuan pribadi (yang berasal dari diri sendiri) ketimbang mendengarkan suara Roh Kudus. Ambisi pribadi bisa sangat berbahaya. Ironisnya, mereka yang mengabdikan diri kepada Kristus sering kali lebih ditinggikan daripada Kristus. Seorang pemimpin harus benar-benar tahan terhadap pujian. Seorang tokoh masyarakat -- presiden, pendeta sebuah gereja besar, penginjil, atau seorang pekerja muda -- menyukai hal-hal baik yang dikatakan orang kepadanya ketika bertatap muka. Sebaliknya, teguran yang dibicarakan di belakang bisa membuat ia tak berkutik. Yang lebih menyedihkan, sebagian pemimpin Kristen mengubah komitmen mereka demi sekumpulan omong kosong ini. Hal kedua, kita harus mematikan kuasa mamon, yaitu "keinginan mata". Banyak pemimpin masa kini mengira bahwa pelayanan Kristen adalah cara mudah untuk memperoleh kenyamanan dan keamanan finansial. Itu salah! Kekristenan bukanlah Wall Street, tapi "will street" (jalan yang membutuhkan keteguhan hati). Hal terakhir, Yohanes memperingatkan kita untuk melawan moral yang lemah, "keinginan daging". Jika kita mencari tubuh yang telah siap, tubuh yang memiliki tekad kuat, kita tidak akan mendapat roh yang berkuasa. Semua ini mengarah pada satu keputusan sederhana. Bersediakah Anda menyalibkan keegoisan diri untuk melayani? Ini mengingatkan saya pada episode pertama program TV kabel berjudul "Amen". Dalam acara tersebut, diberitahukan bahwa sang Pendeta sudah pensiun. Sekarang, para diaken mewawancarai Pendeta Reuben Gregory untuk mengisi posisi tersebut. Seseorang bertanya perihal latar belakang pendidikannya, lalu sang Pendeta menjawab, "Saya memiliki gelar sarjana sosial dari Morehouse College, master di bidang Pendidikan Agama dari Yale Divinity School dan kedoktoran di bidang Pembelajaran Kristen dari Union Theological Seminary." Diaken tersebut menjawab, "Ya memang, tapi percayakah Anda pada Tuhan?" (t/Lanny) Diterjemahkan dari: Judul buku: Seizing the Torch Judul bab : Commitment -- What Are You Willing to Die For? Penulis : Ted W. Engstrom dan Robert C. Larson Penerbit : Regal Books, California 1988 Halaman : 23 -- 29 ==================================**================================== ARTIKEL (2) -*- KOMITMEN YANG SEPENUH HATI -*- Dirangkum oleh: Lanny Kusumawati Michaelangelo dianggap sebagai seniman terbesar dan paling berpengaruh dalam peradaban Barat. Ia terlahir sebagai pemahat, bahkan sejak masih bayi, ia sudah mencintai alat-alat pahat. Mahakaryanya yang pertama, dihasilkan pada saat dia berusia 21 tahun. Dan sebelum berusia tiga puluh tahun, mahakaryanya, "Pieta" dan "David", hadir di tengah masyarakat. Pada awal tahun 1930-an, Paus Julius II mengundangnya ke Roma untuk memahat makam Paus. Namun kemudian, Michaelangelo malah diminta untuk membuat lukisan selusin tokoh di atap kapel kecil di Vatikan. Semula permintaan Paus itu ditolaknya, tapi sang Paus terus memaksanya. Akhirnya, diterimanya juga tugas tersebut. Meskipun enggan, Michaelangelo menindaklanjuti tugasnya dengan penuh komitmen. Ia memperluas proyek tersebut -- pelukisan sederhana dua belas murid Yesus menjadi pelukisan empat ratus tokoh dan sembilan adegan dari kitab Kejadian. Harga yang harus dibayar Michaelangelo sungguh mahal. Setelah empat tahun penuh terbaring melukis atap dari Sistine Chapel, matanya menjadi rusak permanen dan tubuhnya menjadi renta. Namun, karyanya itu menjadi barometer yang memberi dampak luas -- mengubah sejarah seni lukis di Eropa dan memberi landasan bagi seni peran dan arsitektur. Michaelangelo adalah orang yang berbakat dalam menciptakan potensi kebesaran, tapi pengaruhnya takkan sebesar ini tanpa komitmen. Komitmen terlihat jelas dari detil-detil mahakarya dan visinya yang luar biasa. Ia bersedia bekerja dengan sangat rajin di Sistine Chapel yang tak terlihat orang karena ia berprinsip: "Yang penting Allah akan melihatnya." Belum pernah ada seorang pemimpin besar yang tidak memiliki komitmen. Ed McElroy dari USAir mengutarakan pentingnya komitmen, "Komitmen memberi kami kekuatan baru. Apa pun yang kami alami -- penyakit, kemiskinan, atau bencana -- kami tidak pernah mengalihkan pandangan dari apa yang menjadi sasaran kami. Komitmen memiliki arti berbeda-beda bagi tiap-tiap orang. Bagi seorang tentara, komitmen bisa berarti melintasi bukit tanpa mengetahui ada apa di baliknya. Komitmen seorang petinju berarti bangkit kembali meski sudah dipukul roboh berulang kali. Dan bagi seorang pemimpin, komitmen berarti berbuat lebih karena semua orang tergantung kepadanya. Komitmen itu wajib hukumnya bagi seorang pemimpin karena komitmen itu menarik dan menginspirasi orang lain. Ada beberapa hal tentang komitmen yang harus diketahui oleh seorang pemimpin. 1. Komitmen biasanya ditemukan di tengah tantangan. Ketika tantangan dan masalah melanda, seseorang bisa mengetahui apakah ia berkomitmen atau tidak. Orang yang berkomitmen tidak akan mudah menyerah dalam keadaan sulit. Kesusahan mendorong komitmen dan komitmen mendorong kerja keras. Seperti yang dikatakan Vince Lombardi -- pelatih NFL yang namanya dicatat di Hall of Fame, "Semakin keras Anda bekerja, semakin sulit Anda menyerah." Semakin teguh komitmen yang Anda miliki, semakin kecil kemungkinan untuk Anda menyerah. 2. Komitmen diuji oleh perbuatan. Tidak ada hal yang lebih mudah selain berkata-kata. Lidah kita bisa dengan mudahnya mengucapkan berbagai kata dan kalimat. Namun, tak ada hal yang lebih sulit selain mempraktikkan apa yang kita katakan setiap hari. Mengucapkan komitmen adalah suatu hal. Menjalankan komitmen adalah hal yang lain lagi. Perbuatan adalah ukuran sejati dari komitmen. 3. Komitmen bersifat kekal jika didasarkan pada nilai. Terkadang, orang membuat komitmen hanya untuk sesaat. Mereka tidak lagi setia dalam menjalankan komitmen tersebut. Lalu, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda setia dengan komitmen yang telah Anda tetapkan? Jawabannya terletak pada apa yang menjadi dasar komitmen itu. Bila komitmen didasarkan pada nilai-nilai kehidupan yang mantap, Anda akan lebih mudah untuk mempertahankannya karena Anda tak perlu bertanya-tanya apakah komitmen yang Anda ambil itu penting atau tidak. Komitmen terhadap sesuatu yang kita percayai tentunya lebih mudah untuk kita jaga. 4. Komitmen tidak tergantung pada bakat atau kemampuan. Saat melihat orang-orang sukses yang berbakat, kita mungkin berpikir bahwa mereka lebih mudah dalam menjalankan komitmennya -- karena ada bakat dalam diri mereka. Namun, pernahkah Anda menemukan orang-orang yang memiliki bakat besar, namun tak mau berbuat apa-apa dan menyia-nyiakan talenta yang telah Tuhan karuniakan? Pernah jugakah Anda melihat orang-orang yang tidak lebih berbakat dari Anda, namun lebih sukses daripada Anda karena memiliki komitmen kuat? Ini membuktikan bahwa komitmen tidak berkaitan dengan bakat. Kitalah yang sering kali menghubungkannya. Penulis Basil Walsh mengatakan, "Kita tidak membutuhkan kekuatan atau kemampuan lebih besar. Yang perlu kita gunakan adalah apa yang kita miliki." Jika kita mau berkomitmen untuk menggunakan talenta yang kita miliki, kita akan menemukan bahwa kita lebih berbakat. 5. Komitmen timbul karena pilihan bukan kondisi. Komitmen adalah soal pilihan. Kita selalu mempunyai pilihan untuk mengambil komitmen atau tidak. Pilihanlah yang menentukan kondisi. Namun, terlalu banyak orang yang berpikir sebaliknya, kondisilah yang menentukan pilihan. Satu hal yang perlu kita catat, pilihan yang kita ambil itu akan memengaruhi sisa kehidupan kita. Pilihan yang tepat, akan membawa kondisi yang baik dan terkendali. Namun, pilihan yang salah bisa mengacaukan semuanya. Karena itu, pikirkanlah baik-baik sebelum Anda mengambil suatu komitmen. 6. Komitmen membuka pintu menuju prestasi. Bagi seorang pemimpin, sudah menjadi hal yang wajar bila ia menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Dalam kondisi yang naik turun, seorang pemimpin harus mampu bertahan sampai akhir. Di sinilah komitmen memainkan perannya. Komitmen akan menjadi satu-satunya hal yang mendorong pemimpin itu untuk tetap maju. David McNally mengatakan, "Komitmen adalah musuh dari penolakan karena komitmen adalah janji yang serius untuk terus maju, untuk bangkit sesudah berapa kalipun Anda dipukul roboh." Untuk bisa mencapai sesuatu yang layak, Anda harus memiliki komitmen. Berkaitan dengan komitmen, ada empat jenis manusia yang perlu kita ketahui. 1. Pengecut, yaitu mereka yang tidak memiliki sasaran dan tidak berkomitmen. 2. Peragu, yaitu orang yang tidak tahu apakah mereka mampu untuk mencapai sasaran, dan karena itu mereka takut untuk membuat komitmen. 3. Penyerah, yaitu orang yang ingin mencapai sasaran, namun segera berhenti di tengah jalan ketika tantangan mulai menghadang. 4. Pejuang yang mati-matian, yaitu mereka yang menetapkan sasaran yang ingin dicapai, berjuang, dan berusaha untuk mencapainya, dan juga rela membayar harga demi mencapainya. Ingatlah bahwa tidak ada yang bisa menjadi juara bila sesuatu hanya dilakukan dengan setengah hati. Dengan memiliki komitmen, kita akan memperoleh kekuatan untuk bertahan di masa-masa sulit sampai akhir dan tidak mudah menyerah sehingga pada saatnya nanti, kita akan mencapai keberhasilan. Dirangkum dari: Maxwell, John C. 2001. "The 21 Indispensable Qualities of A Leader". Batam Centre: Interaksara. Diterjemahkan oleh: Arvin Saputra. Maxwell, John C. 2003. "The 17 Essential Qualities of A Team Player". Batam Centre: Interaksara. Diterjemahkan oleh: Arvin Saputra. ==================================**================================== INSPIRASI -*- CONTOH KOMITMEN DARI PAULUS -*- Jika kita membaca pelayanan Paulus, kita akan melihat komitmen (tekad untuk menyelesaikan tugas) yang dinyatakan dalam pekerjaannya. Dia mempertaruhkan nyawanya dalam memberitakan Injil. Berbicara mengenai kesukaran-kesukaran yang dihadapinya, Paulus berkata, "Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalanan, aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi, bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku puasa, kedinginan, dan tanpa pakaian" (2Kor. 11:24-27). Mengapa dia kepayahan, kelelahan? Mengapa dia kesakitan? Kalau kita memerhatikan pekerjaan Paulus, pada siang hari dia mengerjakan tenda, mencari penghasilan untuk hidupnya dan tujuh orang rekan sekerjanya yang lain. Dia adalah seorang pengajar, pengkhotbah, dan rasul pada malam hari. Dia melaksanakan kedua tugas pelayan tersebut bersama-sama. Dalam hubungannya dengan pekerja-pekerja yang lain, dia mengatakan bahwa dia bekerja lebih keras dari yang lain. Karunia Allah, Paulus mengatakan, tidaklah dikecewakan atau disia-siakan karena dia bekerja lebih keras daripada rasul-rasul yang lain. Catatan sejarah membuktikan hal itu. Sehubungan dengan hal ini, ada peristiwa menarik yang terjadi di Efesus, "Oleh Paulus, Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa." "Bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat." (Kis. 19:11,12) "Saputangan-saputangan" yang dimaksud adalah "kain-kain sobekan" yang dipergunakan Paulus untuk menyeka peluh yang keluar dari seluruh tubuhnya sebagai akibat dari kerja keras. Ada lebih banyak kuasa di dalam peluh Paulus daripada khotbah-khotbah dari para pengkhotbah. Urapan menyertai peluh-peluh yang membasahi sobekan-sobekan kain tersebut kepada banyak pribadi yang tidak dapat ditemui Paulus -- karena dia melakukan pekerjaan dengan jam-jam yang cukup panjang. Akan merupakan latihan-latihan yang sangat berharga bagi banyak pengkhotbah yang malas untuk sesekali mencoba metode-metode Paulus. Mereka akan memperoleh hasil yang lebih baik. Ketika Paulus menulis kepada orang-orang Tesalonika sehubungan dengan mentalitas "tidak mau bekerja" yang sungguh memprihatinkan, dia mempergunakan kata-kata keras untuk menegur kemalasan mereka. "Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2Tes. 3:10). Dia berbicara kepada mereka tentang perlunya dikuasai oleh pekerjaan yang menghasilkan buah untuk menyingkirkan kemalasan dan memberi diri mereka setiap hari pada disiplin kerja keras (2Tes. 3:6-12). Sepanjang surat-suratnya, secara terus-menerus dia menyinggung mengenai komitmennya untuk kerja keras, berpeluh, air mata, senantiasa berjerih lelah demi untuk kemajuan pekerjaan Kristus. Dia tidak mencari-cari waktu yang singkat, tidak juga mengizinkan sejumlah tawaran keuangan untuk menentukan bagaimana dan di mana dia bekerja bagi Tuhan. Dia menyerahkan hidupnya secara penuh tanpa syarat. Dia rindu untuk melihat kehendak Allah dan maksud-Nya digenapi di dalam kehidupannya. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku: Pembentukan Seorang Pemimpin Judul bab : Menetapkan Sasaran dan Prioritas Penulis : Ralph Mahoney Penerjemah: tidak dicantumkan Penerbit : World MAP, California Halaman : 225 -- 227 ==================================**================================== JELAJAH -*- LEADER VALUES -*- http://www.leader-values.com/Content/default2.asp?ContentCatID=15 Situs yang dibangun oleh Mike Yates pada tahun 1997 ini adalah salah satu dari sekian banyak situs mancanegara yang menyediakan bahan-bahan kepemimpinan dan organisasional secara gratis. Dengan mengemban motto "Getting Better Result, Together", situs ini menyediakan seratus sepuluh artikel -- ditulis oleh para CEO, penulis buku kepemimpinan, dan pemimpin organisasi -- di halaman Leadership-nya. Anda juga bisa menemukan inspirasi yang memotivasi jiwa di menu Featured Leaders yang menyajikan kisah hidup dan pengalaman berbagai tokoh dunia yang berhasil di bidangnya, mulai dari Jenderal Mongol, Genghis Khan; samurai Jepang ternama, Miyamoto Musashi; Sekjen PBB Kofi Annan; sampai vokalis U2, Bono. Selain itu, dapatkan juga kiriman "newsletter" dengan beragam aspek kepemimpinan langsung di kotak surat elektronik Anda setiap bulannya. Situs yang tampilannya sederhana ini sungguh menarik untuk dijelajahi. Kiriman dari: Lanny ==================================**================================== STOP PRESS -*- MEMPERKENALKAN PIMRED BARU -*- Para pelanggan e-Leadership yang terhormat, baru-baru ini telah diadakan pendelegasian pimpinan redaksi untuk e-Leadership dari Sdri. Lanny Kusumawati kepada Sdr. Dian Pradana. Serah terima yang diadakan pada Selasa, 29 Mei 2007 yang lalu menandai berakhirnya pelayanan Sdri. Lanny Kusumawati sebagai pimpinan redaksi e-Leadership. Mewakili jajaran redaksi penerbitan elektronik YLSA, kami mengucapkan terima kasih untuk kesetiaannya menyajikan berbagai materi yang bermanfaat seputar kepemimpinan Kristen bagi kita, kiranya Tuhan memberkati Sdr. Lanny Kusumawati dalam pelayanan lain yang Tuhan percayakan padanya. Harapan kami bagi Sdr. Dian Pradana, kiranya Tuhan memampukannya untuk meneruskan pelayanan literatur ini, sekaligus mengembangkannya ke arah yang Tuhan kehendaki. Dukungan dari para pelanggan sekalian tentu sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, silakan kirim saran dan dukungan Anda untuk pengembangan e-Leadership ini ke: staf-leadership(at)sabda.org Editor YLSA, Raka Sukma Kurnia -*- HARVEST FESTIVAL 2007: MAXIMUM IMPACT -*- STRATEGIC TRAINING FOR BUSINESS AND CHURCH LEADERS Seminar ini didesain untuk memperlengkapi para usahawan, profesional, dan gembala sidang dengan firman Tuhan sehingga mereka siap diutus dan memberi dampak maksimal pada dunia. Dikemas dalam bentuk sesi umum dan lokakarya. WHEN? Selasa-Jumat, 7-10 Agustus 2007, 07.30-21.00 WIB WHERE? World Harvest Center Jl. Gunung Rinjani 6 Taman Himalaya, Lippo Karawaci PEMBICARA: - Philip Baker - Dr. Clyde Cook - Chip Ingram - Adrianus Mooy - Dr. Young Gil - Dr. Jimmy Oentoro - Rev. Daniel S. Kim - Daniel Hanafi - Dr. H. Daniel Kim BIAYA SEMINAR Umum: Rp 500.000,- Pendaftaran sebelum 1 Juli 2007: Rp 400.000,- INFORMASI PENDAFTARAN - hubungi 021-5476170, 021-5461091/92, 021-5663833 - kirim email ke: contact(at)harvest-festival.org - atau kunjungi situs World Harvest (www.harvest-festival.org) untuk informasi selengkapnya. ==================================**================================== Berlangganan : subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Kontak e-Leadership: staf-leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip Situs Indo Lead : http://lead.sabda.org/ ---------------------------------------------------------------------- Redaksi e-Leadership: Dian Pradana Kontributor: Lanny Kusumawati e-Leadership merupakan kerja sama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2007 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |