Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/19

e-Leadership edisi 19 (12-7-2007)

Karakter Pemimpin - Komitmen

                           Edisi Juli 2007
==================================**==================================
                     Milis Publikasi e-LEADERSHIP
                                 ****
                 Topik: Karakter Pemimpin - Komitmen
==================================**==================================

  MENU SAJI

  EDITORIAL         : Dampak Sebuah Komitmen
  ARTIKEL (1)       : Demi Apa Anda Rela Mati?
  ARTIKEL (2)       : Komitmen yang Sepenuh Hati
  INSPIRASI         : Contoh Komitmen Dari Paulus
  JELAJAH           : Leader Values
  STOP PRESS        : - Memperkenalkan Pimred Baru
                      - Harvest Festival 2007: Maximum Impact

==================================**==================================
EDITORIAL

  Tentu kita semua tidak asing dengan kata "komitmen". Komitmen
  berarti perjanjian untuk melakukan sesuatu, baik dengan diri
  sendiri, orang lain, suatu organisasi, maupun dengan Tuhan. Namun,
  jika komitmen yang sudah Anda buat tidak dipegang teguh dan
  ditepati, tentu akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Selain
  reputasi Anda akan jatuh, bukan tidak mungkin pula kepercayaan pada
  Anda akan hilang. Sebaliknya, jika Anda memegang teguh dan
  menjalankan komitmen Anda dengan baik dan bertanggung jawab,
  penghargaan dan kepercayaan dari orang lain akan Anda peroleh karena
  keberadaan Anda yang memberkati orang-orang di sekitar Anda.

  Kali ini e-Leadership mengajak Anda untuk dapat mengenal komitmen
  dengan lebih dekat sebagai salah satu elemen yang harus dimiliki dan
  dipegang teguh oleh seorang pemimpin. Barangkali, sebuah contoh
  komitmen dari Paulus, salah seorang pemimpin dan penginjil terbesar
  yang pernah ada, pada kolom Inspirasi, dapat menjadi teladan bagi
  Anda semua untuk menjadi pemimpin yang tidak hanya baik, tapi juga
  handal.

  Selamat menyimak! Selamat berkomitmen! Tuhan memberkati!

  Pimpinan redaksi e-Leadership,
  Dian Pradana

            "Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat,
  tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus."
                             (Kis 21:13)
              < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Kis+21:13 >

==================================**==================================

       ORANG-ORANG BIASA YANG BERKOMITMEN DAPAT MEMBUAT DAMPAK
               YANG LUAR BIASA TERHADAP DUNIA MEREKA.
                         (John C. Maxwell)

==================================**==================================
ARTIKEL (1)

                   -*- DEMI APA ANDA RELA MATI? -*-

  Kualitas Tunggal
  ----------------
  Saya yakin bahwa seseorang, prinsip, atau gagasan yang memiliki
  komitmen teguh merupakan satu kualitas tunggal yang menghasilkan
  seorang pemimpin. Saat seseorang mengarahkan sumber daya diri dan
  pribadi untuk suatu tujuan yang tampaknya "mustahil" ketimbang
  mengatasi segala rintangan, orang-orang lain akan mulai
  mengikutinya.

  Tahun 1985, seorang bayi laki-laki lemah lahir dalam keluarga kaya
  di kota New York. Seiring melemahnya daya penglihatannya, ia terkena
  penyakit asma akut sampai-sampai tidak sanggup meniup lilin di
  samping tempat tidurnya. Namun, hal ini tidak menghalanginya untuk
  menjadi salah satu orang yang paling berkuasa di dunia.

  Saat Theodore Roosevelt berusia sebelas atau dua belas tahun,
  ayahnya memanggil dan menasihatinya bahwa pikiran yang baik saja
  tidak dapat menjamin kesuksesan -- harus didukung oleh tubuh yang
  kuat untuk bisa mengimbanginya. Theodore mematuhi nasihat itu, dia
  menghabiskan ribuan jam berlatih mengangkat badan di palang,
  mengangkat beban, dan memukuli kantong tinju. Dengan sedikit
  keingintahuan, ia melejit bagaikan roket di dunia politik: terpilih
  menjadi anggota badan pembuat undang-undang New York pada usia 23
  tahun, dicalonkan menjadi walikota pada usia 28 tahun, menjabat
  sebagai Civil Service Commisioner Amerika di bawah dua orang
  presiden, menjadi pahlawan nasional dengan memimpin Rough Riders
  dalam Perang Spanyol-Amerika pada usia empat puluh tahun; kemudian
  hanya dalam waktu tiga tahun, dia menjadi gubernur New York, wakil
  presiden, dan akhirnya menjabat sebagai presiden. Pada tahun 1905,
  Teddy Roosevelt menerima penghargaan Nobel Perdamaian atas usahanya
  menyelesaikan perang Rusia-Jepang. Dengan tinggi sekitar 170 cm
  (lima kaki, sembilan inci), Roosevelt adalah seorang pria kecil yang
  dibesarkan oleh komitmen.

  Komitmen vs Kegagalan
  ---------------------
  Umumnya, pemimpin yang sukses memiliki toleransi yang pas untuk
  memaafkan seribu kegagalan. Namun, komitmen mendorong mereka untuk
  terus maju.

  Thomas Edison memiliki impian untuk menciptakan sebuah lampu yang
  membantu orang untuk bisa melihat dengan tenaga listrik yang tak
  terlihat. Ia bisa saja menghentikan usahanya itu dan tak seorang pun
  akan menyalahkannya. Bagaimanapun juga, ia telah merasakan sengatan
  kegagalan sebanyak sepuluh ribu kali hanya dalam satu proyek
  tersebut, jumlah kegagalan yang tidak akan kita alami dalam
  kehidupan -- bahkan, jika kehidupan Anda dan saya digabungkan.

  Wright bersaudara memutuskan untuk berbuat lebih daripada sekadar
  memperbaiki sepeda di toko sepeda mereka di Dayton, Ohio. Mereka
  bermimpi menciptakan suatu mesin yang bisa menjelajahi langit.
  Orang-orang menertawakan keinginan mereka itu. Bahkan, ada yang
  berkata bahwa manusia tidak ditakdirkan Tuhan untuk terbang. Namun,
  Orville dan Wilbur memutuskan untuk mengikuti cahaya bintang mereka,
  bertahan dalam impiannya. Pada 17 Desember 1903, di dekat Kitty
  Hawk, Carolina Utara, pesawat udara bertenaga mesin pertama
  membubung dan menjadi sejarah.

  Kekalahan perang yang dialami George Washington, jauh lebih banyak
  daripada kemenangan yang dia raih. Akan tetapi, kemenangannyalah
  yang bertahan lama dalam kenangan orang.

  Apakah semua itu adalah prestasi yang luar biasa dari
  manusia-manusia super? Bukan! Kesemuanya itu adalah prestasi yang
  dapat dicapai oleh orang-orang biasa seperti Anda dan saya, yang
  bekerja keras menggapai mimpi sampai peluang itu dimengerti oleh
  orang lain.

  Kendati begitu, kesuksesan memerlukan kebulatan tekad. Helen Keller
  menjadi tuli, buta, dan bisu sesaat setelah kelahirannya. Apakah ia
  berhenti sampai di situ? Tidak. Namanya terukir di antara nama-nama
  yang paling dihormati di sepanjang sejarah. Ia memahami bahwa yang
  diperlukan hanyalah keberanian dan kedisiplinan. Itulah yang
  dinamakan komitmen.

  Charles Dickens memulai kariernya di bidang ilustrasi dengan
  pekerjaan yang tidak berkesan -- menempelkan label di kemasan semir
  sepatu. Tragedi cinta pertamanya menembus sampai ke kedalaman
  jiwanya, mengusik kejeniusan kreativitasnya, dan membuatnya menjadi
  salah satu penulis terbesar sepanjang masa.

  Robert Burns adalah seorang anak desa yang buta aksara, O. Henry
  adalah seorang penjahat dan orang terbuang, Beethoven adalah seorang
  tuna rungu, dan penyair John Milton adalah orang buta. Tapi ketika
  mereka sudah mampu menguasai kekurangannya dan memiliki tekad untuk
  berkarya, mereka menjadi inspirasi bagi kita semua.

  Meski dulunya mereka sama sekali tidak dikenal, kini nama mereka
  termashyur di seluruh dunia. Itu semua karena mereka menyatakan
  komitmen mereka kepada orang lain.

  Bila para pemimpin ini mampu memanfaatkan kekuatan komitmen untuk
  mencapai tujuan duniawinya, berapa banyak yang dapat kita gunakan
  untuk mencapai tujuan rohani kita? Mungkin orang-orang akan lebih
  tertarik pada komitmen terhadap Tuhan Yesus jika mereka memahami
  keuntungan yang akan didapat.

  Hasil yang Kita Lihat
  ---------------------
  Hasil pertama, yang barangkali adalah yang paling terlihat, dari
  komitmen kita kepada Tuhan Sang Pengasih adalah pertumbuhan diri.
  Cara Tuhan menghargai pekerjaan yang dikerjakan dengan baik adalah
  dengan memberi kita pekerjaan yang lebih besar. Begitu juga dengan
  komitmen. Bahkan, dalam upaya memenuhinya -- tahap yang paling awal,
  komitmen berperan dalam pertumbuhan diri dan meningkatkan kapasitas
  kita untuk bertumbuh lebih lagi.

  Kedamaian dalam diri yang ditimbulkan oleh keputusan, juga merupakan
  hasil dari komitmen. Jadilah panas atau dingin, namun jangan
  suam-suam kuku. Tidak ada kedamaian yang didapat dalam kebimbangan.
  Dalam buku "A Time for Commitment", dikatakan: "Arus kebimbangan
  akan memutihkan tulang jutaan manusia yang duduk dan hanya menunggu
  sampai mati." Pernahkah Anda berpikir mengapa ikan besar memuntahkan
  Yunus keluar? Pengkhotbah yang tidak taat itu suam-suam kuku!
  Komitmen dan kebimbangan adalah dua hal yang sangat berbeda.
  Komitmen dan kedamaian dalam diri sangat berkaitan satu sama lain.

  Kala kita mengikat komitmen dengan Tuhan dan rencana-Nya, ada hasil
  ketiga yang kita peroleh. Hidup kita menjadi memiliki tujuan. Kita
  menemukan alasan untuk hidup. Kita bukan lagi sekadar daging dan
  tulang. Kita menjadi seorang yang memiliki kepastian dan tujuan.
  Kita mulai menirukan kata-kata penyair: "Mengetahui saja tidaklah
  cukup, kita harus menerapkannya. Bertekad saja tidaklah cukup, kita
  harus melakukannya." Dan kita mulai melakukannya dengan penuh
  antusias dan semangat yang tidak pernah kita miliki sebelumnya.
  Mengapa? Karena kita tinggal di dalam rancangan komitmen yang sudah
  ditetapkan Tuhan. Kita membuat komitmen bekerja untuk kita.

  Kerap kali kita mendengar orang berkata, "Saya tidak bahagia,"
  seolah-olah kebahagiaan harus menjadi tujuan utama dalam hidup.
  Namun, yang saya temukan adalah kebalikannya. Biasanya saya merasa
  paling berbahagia ketika saya tidak memikirkan perihal kebahagiaan.
  Kebahagiaan dan sukacita selalu menjadi hasil dari komitmen saya
  terhadap tugas, seseorang, atau gagasan. Kebahagiaan sering kali
  hadir di tengah perjuangan keras, bahkan dalam penderitaan. Tanpa
  perlu dipertanyakan lagi, kebahagiaan terbesar saya datang dari
  melayani sesama dan dari komitmen terhadap orang lain, pekerjaan,
  dan rencana.

  Pertimbangkan apa yang Charles Jones katakan: "Bekerjalah sekeras
  mungkin, raihlah sebanyak mungkin, dan berilah sebanyak mungkin."
  Itulah kebahagiaan. Itulah komitmen.

  Komitmen yang Salah
  -------------------
  Barangkali, Anda pernah mendengar cerita tentang seekor ayam dan
  babi. Keduanya sedang berjalan beriringan di pesisir desa ketika
  melihat pengumuman di sebuah gereja kecil. Pengumuman itu berbunyi:
  "Nikmati makan pagi dengan ham dan telur pada hari Minggu pukul
  7.30. Semua diundang hadir."

  Babi itu menoleh dan berkata pada ayam, "Lihatlah! Bagimu, ini hanya
  pekerjaan yang memakan waktu sehari. Tapi bagiku, ini komitmen
  total!"

  Saya bisa mengerti reaksi babi tersebut. Komitmen adalah
  keterlibatan total. Wanita tidak dapat mengandung hanya sebagian
  saja. Dan pemimpin tidak akan sukses dengan komitmen parsial.

  Bagaimana Mati demi Prinsip dan Hidup Kembali untuk Melayani
  ------------------------------------------------------------
  Komitmen seperti apa yang diharapkan dari pemimpin Kristen?
  Bagaimana Anda bisa menunjukkan kesediaan Anda untuk mati demi
  Tuhan, namun tetap hidup untuk melayani sesama?

  "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang
  memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya," Kristus mengingatkan
  kita dalam Yoh. 15:13. Namun, apakah Ia hanya menunjukkan satu
  tindakan kepahlawanan, seperti menerobos bangunan yang terbakar atau
  menarik seseorang keluar dari tempat yang sangat dalam? Dengan cara
  apa lagi kita bisa menyerahkan hidup kita?

  Paulus berbicara tentang mematikan "perbuatan tubuh," dan menyatakan
  Anda sebagai "persembahan yang hidup." Berbicara perihal peperangan,
  Paulus berperang melawan kekuatan daging. Ia berkata, "Tiap-tiap
  hari aku berhadapan dengan maut (lih. Rom. 8:13, 12:1; 1Kor. 15:31).

  Inilah salah satu komitmen hidup dan mati pertama yang harus diambil
  oleh seorang pemimpin Kristen. Hasrat keegoisan menjerit minta
  dipenuhi. Apakah kita bersedia mematikan keinginan kita dan
  menyerahkan hidup kepada Tuhan?

  Namun, berhati-hatilah! Tiga sel kanker menunggu untuk melahap
  orang-orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Kudus. Dalam 1Yoh. 2:16,
  Rasul Yohanes memperingatkan kita untuk mematikan "keinginan daging
  dan keinginan mata serta keangkuhan hidup" sebelum mereka semakin
  berkembang dan menguasai kita.

  Dari ketiganya itu, keangkuhan hidup adalah yang paling berbahaya.
  Seorang pemimpin harus membunuh keangkuhan dan ambisi pribadinya.
  Satu hal yang paling cepat menyakiti seorang pelayan muda adalah
  menetapkan tujuan pribadi (yang berasal dari diri sendiri) ketimbang
  mendengarkan suara Roh Kudus. Ambisi pribadi bisa sangat berbahaya.

  Ironisnya, mereka yang mengabdikan diri kepada Kristus sering kali
  lebih ditinggikan daripada Kristus. Seorang pemimpin harus
  benar-benar tahan terhadap pujian. Seorang tokoh masyarakat --
  presiden, pendeta sebuah gereja besar, penginjil, atau seorang
  pekerja muda -- menyukai hal-hal baik yang dikatakan orang kepadanya
  ketika bertatap muka. Sebaliknya, teguran yang dibicarakan di
  belakang bisa membuat ia tak berkutik. Yang lebih menyedihkan,
  sebagian pemimpin Kristen mengubah komitmen mereka demi sekumpulan
  omong kosong ini.

  Hal kedua, kita harus mematikan kuasa mamon, yaitu "keinginan mata".
  Banyak pemimpin masa kini mengira bahwa pelayanan Kristen adalah
  cara mudah untuk memperoleh kenyamanan dan keamanan finansial. Itu
  salah! Kekristenan bukanlah Wall Street, tapi "will street" (jalan
  yang membutuhkan keteguhan hati).

  Hal terakhir, Yohanes memperingatkan kita untuk melawan moral yang
  lemah, "keinginan daging". Jika kita mencari tubuh yang telah siap,
  tubuh yang memiliki tekad kuat, kita tidak akan mendapat roh yang
  berkuasa.

  Semua ini mengarah pada satu keputusan sederhana. Bersediakah Anda
  menyalibkan keegoisan diri untuk melayani?

  Ini mengingatkan saya pada episode pertama program TV kabel berjudul
  "Amen". Dalam acara tersebut, diberitahukan bahwa sang Pendeta sudah
  pensiun. Sekarang, para diaken mewawancarai Pendeta Reuben Gregory
  untuk mengisi posisi tersebut. Seseorang bertanya perihal latar
  belakang pendidikannya, lalu sang Pendeta menjawab, "Saya memiliki
  gelar sarjana sosial dari Morehouse College, master di bidang
  Pendidikan Agama dari Yale Divinity School dan kedoktoran di bidang
  Pembelajaran Kristen dari Union Theological Seminary." Diaken
  tersebut menjawab, "Ya memang, tapi percayakah Anda pada Tuhan?"
  (t/Lanny)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Seizing the Torch
  Judul bab : Commitment -- What Are You Willing to Die For?
  Penulis   : Ted W. Engstrom dan Robert C. Larson
  Penerbit  : Regal Books, California 1988
  Halaman   : 23 -- 29

==================================**==================================
ARTIKEL (2)

                  -*- KOMITMEN YANG SEPENUH HATI -*-
                   Dirangkum oleh: Lanny Kusumawati

  Michaelangelo dianggap sebagai seniman terbesar dan paling
  berpengaruh dalam peradaban Barat. Ia terlahir sebagai pemahat,
  bahkan sejak masih bayi, ia sudah mencintai alat-alat pahat.
  Mahakaryanya yang pertama, dihasilkan pada saat dia berusia 21
  tahun. Dan sebelum berusia tiga puluh tahun, mahakaryanya, "Pieta"
  dan "David", hadir di tengah masyarakat.

  Pada awal tahun 1930-an, Paus Julius II mengundangnya ke Roma untuk
  memahat makam Paus. Namun kemudian, Michaelangelo malah diminta
  untuk membuat lukisan selusin tokoh di atap kapel kecil di Vatikan.
  Semula permintaan Paus itu ditolaknya, tapi sang Paus terus
  memaksanya. Akhirnya, diterimanya juga tugas tersebut.

  Meskipun enggan, Michaelangelo menindaklanjuti tugasnya dengan penuh
  komitmen. Ia memperluas proyek tersebut -- pelukisan sederhana dua
  belas murid Yesus menjadi pelukisan empat ratus tokoh dan sembilan
  adegan dari kitab Kejadian.

  Harga yang harus dibayar Michaelangelo sungguh mahal. Setelah empat
  tahun penuh terbaring melukis atap dari Sistine Chapel, matanya
  menjadi rusak permanen dan tubuhnya menjadi renta. Namun, karyanya
  itu menjadi barometer yang memberi dampak luas -- mengubah sejarah
  seni lukis di Eropa dan memberi landasan bagi seni peran dan
  arsitektur.

  Michaelangelo adalah orang yang berbakat dalam menciptakan potensi
  kebesaran, tapi pengaruhnya takkan sebesar ini tanpa komitmen.
  Komitmen terlihat jelas dari detil-detil mahakarya dan visinya yang
  luar biasa. Ia bersedia bekerja dengan sangat rajin di Sistine
  Chapel yang tak terlihat orang karena ia berprinsip: "Yang penting
  Allah akan melihatnya."

  Belum pernah ada seorang pemimpin besar yang tidak memiliki
  komitmen. Ed McElroy dari USAir mengutarakan pentingnya komitmen,
  "Komitmen memberi kami kekuatan baru. Apa pun yang kami alami --
  penyakit, kemiskinan, atau bencana -- kami tidak pernah mengalihkan
  pandangan dari apa yang menjadi sasaran kami.

  Komitmen memiliki arti berbeda-beda bagi tiap-tiap orang. Bagi
  seorang tentara, komitmen bisa berarti melintasi bukit tanpa
  mengetahui ada apa di baliknya. Komitmen seorang petinju berarti
  bangkit kembali meski sudah dipukul roboh berulang kali. Dan bagi
  seorang pemimpin, komitmen berarti berbuat lebih karena semua orang
  tergantung kepadanya.

  Komitmen itu wajib hukumnya bagi seorang pemimpin karena komitmen
  itu menarik dan menginspirasi orang lain. Ada beberapa hal tentang
  komitmen yang harus diketahui oleh seorang pemimpin.

  1. Komitmen biasanya ditemukan di tengah tantangan.
     Ketika tantangan dan masalah melanda, seseorang bisa mengetahui
     apakah ia berkomitmen atau tidak. Orang yang berkomitmen tidak
     akan mudah menyerah dalam keadaan sulit. Kesusahan mendorong
     komitmen dan komitmen mendorong kerja keras. Seperti yang
     dikatakan Vince Lombardi -- pelatih NFL yang namanya dicatat di
     Hall of Fame, "Semakin keras Anda bekerja, semakin sulit Anda
     menyerah." Semakin teguh komitmen yang Anda miliki, semakin kecil
     kemungkinan untuk Anda menyerah.

  2. Komitmen diuji oleh perbuatan.
     Tidak ada hal yang lebih mudah selain berkata-kata. Lidah kita
     bisa dengan mudahnya mengucapkan berbagai kata dan kalimat.
     Namun, tak ada hal yang lebih sulit selain mempraktikkan apa yang
     kita katakan setiap hari. Mengucapkan komitmen adalah suatu hal.
     Menjalankan komitmen adalah hal yang lain lagi. Perbuatan adalah
     ukuran sejati dari komitmen.

  3. Komitmen bersifat kekal jika didasarkan pada nilai.
     Terkadang, orang membuat komitmen hanya untuk sesaat. Mereka
     tidak lagi setia dalam menjalankan komitmen tersebut. Lalu,
     bagaimana dengan Anda? Apakah Anda setia dengan komitmen yang
     telah Anda tetapkan? Jawabannya terletak pada apa yang menjadi
     dasar komitmen itu. Bila komitmen didasarkan pada nilai-nilai
     kehidupan yang mantap, Anda akan lebih mudah untuk
     mempertahankannya karena Anda tak perlu bertanya-tanya apakah
     komitmen yang Anda ambil itu penting atau tidak. Komitmen
     terhadap sesuatu yang kita percayai tentunya lebih mudah untuk
     kita jaga.

  4. Komitmen tidak tergantung pada bakat atau kemampuan.
     Saat melihat orang-orang sukses yang berbakat, kita mungkin
     berpikir bahwa mereka lebih mudah dalam menjalankan
     komitmennya -- karena ada bakat dalam diri mereka. Namun,
     pernahkah Anda menemukan orang-orang yang memiliki bakat besar,
     namun tak mau berbuat apa-apa dan menyia-nyiakan talenta yang
     telah Tuhan karuniakan? Pernah jugakah Anda melihat orang-orang
     yang tidak lebih berbakat dari Anda, namun lebih sukses daripada
     Anda karena memiliki komitmen kuat? Ini membuktikan bahwa
     komitmen tidak berkaitan dengan bakat. Kitalah yang sering kali
     menghubungkannya. Penulis Basil Walsh mengatakan, "Kita tidak
     membutuhkan kekuatan atau kemampuan lebih besar. Yang perlu kita
     gunakan adalah apa yang kita miliki." Jika kita mau berkomitmen
     untuk menggunakan talenta yang kita miliki, kita akan menemukan
     bahwa kita lebih berbakat.

  5. Komitmen timbul karena pilihan bukan kondisi.
     Komitmen adalah soal pilihan. Kita selalu mempunyai pilihan untuk
     mengambil komitmen atau tidak. Pilihanlah yang menentukan
     kondisi. Namun, terlalu banyak orang yang berpikir sebaliknya,
     kondisilah yang menentukan pilihan. Satu hal yang perlu kita
     catat, pilihan yang kita ambil itu akan memengaruhi sisa
     kehidupan kita. Pilihan yang tepat, akan membawa kondisi yang
     baik dan terkendali. Namun, pilihan yang salah bisa mengacaukan
     semuanya. Karena itu, pikirkanlah baik-baik sebelum Anda
     mengambil suatu komitmen.

  6. Komitmen membuka pintu menuju prestasi.
     Bagi seorang pemimpin, sudah menjadi hal yang wajar bila ia
     menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Dalam kondisi yang naik
     turun, seorang pemimpin harus mampu bertahan sampai akhir. Di
     sinilah komitmen memainkan perannya. Komitmen akan menjadi
     satu-satunya hal yang mendorong pemimpin itu untuk tetap maju.
     David McNally mengatakan, "Komitmen adalah musuh dari penolakan
     karena komitmen adalah janji yang serius untuk terus maju, untuk
     bangkit sesudah berapa kalipun Anda dipukul roboh." Untuk bisa
     mencapai sesuatu yang layak, Anda harus memiliki komitmen.

  Berkaitan dengan komitmen, ada empat jenis manusia yang perlu kita
  ketahui.

  1. Pengecut, yaitu mereka yang tidak memiliki sasaran dan tidak
     berkomitmen.
  2. Peragu, yaitu orang yang tidak tahu apakah mereka mampu untuk
     mencapai sasaran, dan karena itu mereka takut untuk membuat
     komitmen.
  3. Penyerah, yaitu orang yang ingin mencapai sasaran, namun segera
     berhenti di tengah jalan ketika tantangan mulai menghadang.
  4. Pejuang yang mati-matian, yaitu mereka yang menetapkan sasaran
     yang ingin dicapai, berjuang, dan berusaha untuk mencapainya, dan
     juga rela membayar harga demi mencapainya.

  Ingatlah bahwa tidak ada yang bisa menjadi juara bila sesuatu hanya
  dilakukan dengan setengah hati. Dengan memiliki komitmen, kita akan
  memperoleh kekuatan untuk bertahan di masa-masa sulit sampai akhir
  dan tidak mudah menyerah sehingga pada saatnya nanti, kita akan
  mencapai keberhasilan.

  Dirangkum dari:

  Maxwell, John C. 2001. "The 21 Indispensable Qualities of A Leader".
    Batam Centre: Interaksara. Diterjemahkan oleh: Arvin Saputra.
  Maxwell, John C. 2003. "The 17 Essential Qualities of A Team
    Player". Batam Centre: Interaksara. Diterjemahkan oleh: Arvin
    Saputra.

==================================**==================================
INSPIRASI

                 -*- CONTOH KOMITMEN DARI PAULUS -*-

  Jika kita membaca pelayanan Paulus, kita akan melihat komitmen
  (tekad untuk menyelesaikan tugas) yang dinyatakan dalam
  pekerjaannya. Dia mempertaruhkan nyawanya dalam memberitakan Injil.

  Berbicara mengenai kesukaran-kesukaran yang dihadapinya, Paulus
  berkata, "Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat
  puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku
  dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari
  semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalanan, aku
  sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak
  orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi, bahaya di
  kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari
  pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja
  berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali
  aku puasa, kedinginan, dan tanpa pakaian" (2Kor. 11:24-27). Mengapa
  dia kepayahan, kelelahan? Mengapa dia kesakitan?

  Kalau kita memerhatikan pekerjaan Paulus, pada siang hari dia
  mengerjakan tenda, mencari penghasilan untuk hidupnya dan tujuh
  orang rekan sekerjanya yang lain. Dia adalah seorang pengajar,
  pengkhotbah, dan rasul pada malam hari. Dia melaksanakan kedua tugas
  pelayan tersebut bersama-sama. Dalam hubungannya dengan
  pekerja-pekerja yang lain, dia mengatakan bahwa dia bekerja lebih
  keras dari yang lain.

  Karunia Allah, Paulus mengatakan, tidaklah dikecewakan atau
  disia-siakan karena dia bekerja lebih keras daripada rasul-rasul
  yang lain. Catatan sejarah membuktikan hal itu.

  Sehubungan dengan hal ini, ada peristiwa menarik yang terjadi di
  Efesus, "Oleh Paulus, Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar
  biasa."

  "Bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh
  Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah
  penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat." (Kis. 19:11,12)

  "Saputangan-saputangan" yang dimaksud adalah "kain-kain sobekan"
  yang dipergunakan Paulus untuk menyeka peluh yang keluar dari
  seluruh tubuhnya sebagai akibat dari kerja keras. Ada lebih banyak
  kuasa di dalam peluh Paulus daripada khotbah-khotbah dari para
  pengkhotbah. Urapan menyertai peluh-peluh yang membasahi
  sobekan-sobekan kain tersebut kepada banyak pribadi yang tidak dapat
  ditemui Paulus -- karena dia melakukan pekerjaan dengan jam-jam yang
  cukup panjang.

  Akan merupakan latihan-latihan yang sangat berharga bagi banyak
  pengkhotbah yang malas untuk sesekali mencoba metode-metode Paulus.
  Mereka akan memperoleh hasil yang lebih baik.

  Ketika Paulus menulis kepada orang-orang Tesalonika sehubungan
  dengan mentalitas "tidak mau bekerja" yang sungguh memprihatinkan,
  dia mempergunakan kata-kata keras untuk menegur kemalasan mereka.
  "Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2Tes. 3:10).
  Dia berbicara kepada mereka tentang perlunya dikuasai oleh pekerjaan
  yang menghasilkan buah untuk menyingkirkan kemalasan dan memberi
  diri mereka setiap hari pada disiplin kerja keras (2Tes. 3:6-12).

  Sepanjang surat-suratnya, secara terus-menerus dia menyinggung
  mengenai komitmennya untuk kerja keras, berpeluh, air mata,
  senantiasa berjerih lelah demi untuk kemajuan pekerjaan Kristus.
  Dia tidak mencari-cari waktu yang singkat, tidak juga mengizinkan
  sejumlah tawaran keuangan untuk menentukan bagaimana dan di mana dia
  bekerja bagi Tuhan. Dia menyerahkan hidupnya secara penuh tanpa
  syarat. Dia rindu untuk melihat kehendak Allah dan maksud-Nya
  digenapi di dalam kehidupannya.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku: Pembentukan Seorang Pemimpin
  Judul bab : Menetapkan Sasaran dan Prioritas
  Penulis   : Ralph Mahoney
  Penerjemah: tidak dicantumkan
  Penerbit  : World MAP, California
  Halaman   : 225 -- 227

==================================**==================================
JELAJAH

                        -*- LEADER VALUES -*-
  http://www.leader-values.com/Content/default2.asp?ContentCatID=15

  Situs yang dibangun oleh Mike Yates pada tahun 1997 ini adalah salah
  satu dari sekian banyak situs mancanegara yang menyediakan
  bahan-bahan kepemimpinan dan organisasional secara gratis. Dengan
  mengemban motto "Getting Better Result, Together", situs ini
  menyediakan seratus sepuluh artikel -- ditulis oleh para CEO,
  penulis buku kepemimpinan, dan pemimpin organisasi -- di halaman
  Leadership-nya. Anda juga bisa menemukan inspirasi yang memotivasi
  jiwa di menu Featured Leaders yang menyajikan kisah hidup dan
  pengalaman berbagai tokoh dunia yang berhasil di bidangnya, mulai
  dari Jenderal Mongol, Genghis Khan; samurai Jepang ternama, Miyamoto
  Musashi; Sekjen PBB Kofi Annan; sampai vokalis U2, Bono. Selain itu,
  dapatkan juga kiriman "newsletter" dengan beragam aspek kepemimpinan
  langsung di kotak surat elektronik Anda setiap bulannya. Situs yang
  tampilannya sederhana ini sungguh menarik untuk dijelajahi.

  Kiriman dari: Lanny

==================================**==================================
STOP PRESS

                  -*- MEMPERKENALKAN PIMRED BARU -*-

  Para pelanggan e-Leadership yang terhormat, baru-baru ini telah
  diadakan pendelegasian pimpinan redaksi untuk e-Leadership dari
  Sdri. Lanny Kusumawati kepada Sdr. Dian Pradana. Serah terima yang
  diadakan pada Selasa, 29 Mei 2007 yang lalu menandai berakhirnya
  pelayanan Sdri. Lanny Kusumawati sebagai pimpinan redaksi
  e-Leadership. Mewakili jajaran redaksi penerbitan elektronik YLSA,
  kami mengucapkan terima kasih untuk kesetiaannya menyajikan berbagai
  materi yang bermanfaat seputar kepemimpinan Kristen bagi kita,
  kiranya Tuhan memberkati Sdr. Lanny Kusumawati dalam pelayanan lain
  yang Tuhan percayakan padanya.

  Harapan kami bagi Sdr. Dian Pradana, kiranya Tuhan memampukannya
  untuk meneruskan pelayanan literatur ini, sekaligus mengembangkannya
  ke arah yang Tuhan kehendaki. Dukungan dari para pelanggan sekalian
  tentu sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, silakan kirim saran dan
  dukungan Anda untuk pengembangan e-Leadership ini ke:
  staf-leadership(at)sabda.org

  Editor YLSA,
  Raka Sukma Kurnia


            -*- HARVEST FESTIVAL 2007: MAXIMUM IMPACT -*-
          STRATEGIC TRAINING FOR BUSINESS AND CHURCH LEADERS

  Seminar ini didesain untuk memperlengkapi para usahawan,
  profesional, dan gembala sidang dengan firman Tuhan sehingga mereka
  siap diutus dan memberi dampak maksimal pada dunia. Dikemas dalam
  bentuk sesi umum dan lokakarya.

  WHEN?
  Selasa-Jumat, 7-10 Agustus 2007, 07.30-21.00 WIB

  WHERE?
  World Harvest Center
  Jl. Gunung Rinjani 6
  Taman Himalaya, Lippo Karawaci

  PEMBICARA:
  - Philip Baker             - Dr. Clyde Cook
  - Chip Ingram              - Adrianus Mooy
  - Dr. Young Gil            - Dr. Jimmy Oentoro
  - Rev. Daniel S. Kim       - Daniel Hanafi
  - Dr. H. Daniel Kim

  BIAYA SEMINAR
  Umum: Rp 500.000,-
  Pendaftaran sebelum 1 Juli 2007:  Rp 400.000,-

  INFORMASI PENDAFTARAN
  - hubungi 021-5476170, 021-5461091/92, 021-5663833
  - kirim email ke: contact(at)harvest-festival.org
  - atau kunjungi situs World Harvest (www.harvest-festival.org) untuk
    informasi selengkapnya.

==================================**==================================
Berlangganan       : subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti           : unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Kontak e-Leadership: staf-leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead    : http://lead.sabda.org/
----------------------------------------------------------------------
                  Redaksi e-Leadership: Dian Pradana
                    Kontributor: Lanny Kusumawati
    e-Leadership merupakan kerja sama antara Indo Lead, YLSA, dll.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
           Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs:
             http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
                      Copyright(c) 2007 oleh YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org