Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/186 |
|
e-Leadership edisi 186 (15-3-2016)
|
|
============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI MARET 2016============= Pemimpin dan Pengorbanan (I) e-Leadership -- Pemimpin dan Pengorbanan (I) Edisi 186, 15 Maret 2016 Salam Kasih, Dalam dunia yang menganut paham bahwa memimpin berarti menguasai dan memegang kekuasaan atas orang-orang yang dipimpin, konsep kepemimpinan kristiani sungguh menjadi sesuatu yang amat berbeda. Berdasarkan perintah dari Tuhan Yesus sendiri, menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan bagi orang-orang yang dipimpin. Dan, ketika memerintahkannya, Tuhan Yesus telah terlebih dahulu meneladankannya kepada murid-murid- Nya. Selama keberadaan-Nya di dunia, Ia senantiasa melakukan kepemimpinan yang melayani, berkorban, dan berorientasi kepada kepentingan orang banyak. Meskipun Ia adalah Tuhan dan Raja, tetapi Ia bersedia merendahkan diri dan taat sampai mati demi kepentingan para murid dan pengikut-Nya. Dampak dari kepemimpinan Tuhan itu bukan saja membawa kebaikan pada kehidupan kita sampai saat ini, tetapi juga mengubah banyak wajah dunia ketika teladan-Nya diikuti dan dijalani oleh para pengikut-Nya. Untuk membahas lebih dalam mengenai kepemimpinan yang melayani dan membutuhkan pengorbanan ini, maka publikasi e-Leadership pada bulan Maret dan April akan mengulas mengenai topik tersebut. Kiranya melalui artikel yang kami sampaikan, kita akan semakin belajar dan meneladani kepemimpinan Tuhan Yesus sehingga mampu membuat kontribusi yang berdampak ketika kita menjadi seorang pemimpin. Tidak lupa, kami mengucapkan selamat Paskah kepada seluruh Pelanggan e-Leadership semua. Segala kemuliaan bagi Allah! Staf Redaksi e-Leadership, N. Risanti < http://lead.sabda.org > "Jika Aku, yang adalah Tuhan dan Gurumu, telah membasuh kakimu, kamu pun harus saling membasuh kakimu." < http://alkitab.mobi/ayt/Yoh/13/14/ > RENUNGAN: MENJADIKAN SALIB-NYA SEBAGAI DASAR KITA BERMEGAH Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. -- (Galatia 6:14) Hal ini kelihatannya berlebihan. Bermegah hanya dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus! Benarkah demikian? Secara harfiah, selain dalam (hanya karena) salib, Alkitab sendiri berbicara mengenai hal-hal lain di mana kita bisa bermegah. Bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah (Roma 5:2). Bermegah juga dalam kesengsaraan kita (Roma 5:3). Bermegah atas kelemahan kita (2 Korintus 12:9). Bermegah atas umat Allah (1 Tesalonika 2:19). Apa arti kata "selain" atau "hanya" di sini? Kata itu mengandung arti bahwa bermegah dalam semua hal ini tetap merupakan bagian dari bermegah dalam salib. Jika kita bermegah dalam pengharapan akan kemuliaan, kemegahan tersebut merupakan kemegahan karena salib Kristus. Jika kita bermegah atas umat Allah, kemegahan itu merupakan kemegahan karena salib. Bermegah hanya karena salib artinya hanya salib yang membuat seluruh kemegahan lain bisa dilakukan, dan setiap kemegahan yang sah haruslah menghormati salib. Mengapa? Karena seluruh hal yang baik -- bahkan seluruh hal buruk yang oleh Allah dijadikan kebaikan -- didapatkan bagi kita oleh salib Kristus. Di luar iman kepada Kristus, orang berdosa hanya mendapatkan hukuman. Memang, ada banyak hal menyenangkan yang diterima orang yang belum percaya. Akan tetapi, Alkitab mengajarkan bahwa berkat-berkat umum ini pada akhirnya hanya meningkatkan derajat penghakiman jika berkat-berkat itu tidak diterima dengan rasa syukur atas dasar penderitaan Kristus (Roma 2:4-5). Oleh karena itu, setiap hal yang kita nikmati, sebagai orang yang beriman kepada Kristus, merupakan hasil dari kematian-Nya. Penderitaan-Nya menanggung hukuman yang seharusnya diterima oleh orang berdosa dan membeli semua kebaikan yang sekarang dinikmati oleh orang berdosa yang telah ditebus. Oleh karena itu, jika kita bermegah dalam hal ini, kita harus bermegah karena salib Kristus. Kita belum menjadi orang yang terpusat pada Kristus dan meninggikan salib jika kita tidak melihat kebenaran bahwa seluruh kebaikan dan segala hal buruk yang diubah Allah menjadi kebaikan telah dibeli oleh penderitaan Kristus. Dan, bagaimanakah agar kita menjadi benar-benar terfokus pada salib? Kita harus menyadari kebenaran bahwa ketika Kristus mati disalib, kita juga turut mati bersama dengan Dia. Ketika hal ini disadari oleh Rasul Paulus, dia berkata, "Dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia" (Galatia 6:14). Inilah inti dari bermegah akan salib Kristus. Saat Anda beriman kepada Kristus, daya tarik dunia yang mengikat kita dihancurkan. Kita menjadi mayat bagi dunia, dan dunia adalah mayat bagi kita. Secara positif, kita adalah "ciptaan baru" (Galatia 6:15). Manusia lama telah mati. Anda adalah manusia baru -- manusia yang beriman kepada Kristus. Dan, hal yang menandai iman ini adalah sikap yang meninggikan Kristus di atas segala hal di dunia ini. Kuasa dunia untuk menghilangkan kasih Anda telah mati. Mati terhadap dunia artinya setiap kesenangan yang sah menjadi bukti kasih Kristus melalui darah-Nya dan merupakan kesempatan bermegah karena salib. Ketika hati kita berjalan kembali menyusuri cahaya berkat dan sampai kepada sumbernya pada salib, maka keduniawian dari berkat ini mati, dan Kristus yang tersalib menjadi segalanya. Sumber asli: Judul asli buku: The Passion of Jesus Christ Judul buku terjemahan: Penderitaan Yesus Kristus: Lima Puluh Alasan Mengapa Dia Datang untuk Mati Judul asli artikel: Untuk Menjadikan Salib-Nya sebagai Dasar Kita Bermegah Penulis: John Piper Penerjemah: Stevy Tilaar Penerbit: Momentum, Surabaya 2005 Halaman: 74 -- 75 Diambil dari: Nama situs: Situs Paskah Indonesia Alamat URL: http://paskah.sabda.org/menjadikan_salibnya_sebagai_dasar_kita_bermegah Penulis renungan: John Piper Tanggal akses: 22 Februari 2016 ARTIKEL: KEPEMIMPINAN KRISTEN ADALAH: PELAYANAN DAN PENGORBANAN Mungkin perbedaan terkuat dalam kepemimpinan Kristen adalah pelayanan dan pengorbanan. Konsep pelayanan dan pengorbanan merujuk kembali kepada Yesus yang melayani dan berkorban bagi orang-orang yang dipimpin-Nya. Dalam artikelnya, "Leaders as Servants: a Resolution of the Tension" (Pemimpin sebagai Pelayan: Sebuah Resolusi dalam Ketegangan - Red.), Derek Tiball menulis, "Kepemimpinan Kristen dimaksudkan untuk menjadi berbeda dari bentuk-bentuk kepemimpinan lainnya karena pemimpin Kristen dipanggil untuk menjadi hamba."[1] Melayani orang lain dalam kepemimpinan pasti berbeda dengan dunia di mana kekuasaan dan pengaruh dipegang oleh mereka yang memilikinya, dan yang diinginkan dengan iri oleh mereka yang tidak memilikinya. Konsep melayani orang lain ini sulit karena "naluri manusia yang telah jatuh adalah untuk mencari kekuasaan, kekayaan, status, dan pengaruh. Kepemimpinan yang melayani, dalam kutipan ini, tidak wajar karena manusia telah jatuh. Berpikir seperti pemimpin-pelayan memerlukan cara berpikir yang baru; bersikap sebagai seorang pemimpin-pelayan membutuhkan pemberdayaan dari Roh Kudus."[2] Salah satu perkataan Yesus yang paling kontroversial dan melawan budaya adalah ketika berada di bumi adalah saat Ia menanggapi pertanyaan murid-murid-Nya tentang siapakah dari kedua belas orang dari mereka yang terbesar dan paling penting. Tanggapan Yesus adalah: Dalam dunia ini, raja-raja dan orang-orang besar menguasai (berkuasa) atas orang-orang mereka, tetapi mereka disebut "sahabat rakyat". Akan tetapi, di antara kamu (12 murid), hal itu akan menjadi berbeda. Mereka yang terbesar di antara kamu harus menjadi yang paling rendah dan pemimpin harus menjadi seperti seorang pelayan. Siapakah yang paling penting, seorang yang duduk di meja atau orang yang melayani? Seorang yang duduk di meja, tentunya. Akan tetapi, tidak demikian halnya di tempat ini! Sebab, Aku berada di antara kamu sebagai seorang yang melayani.[3] Sama seperti budaya Amerika, para pemimpin dan penguasa-penguasa pada zaman Yesus memegang kekuasaan atas yang lainnya. Mereka menggunakan kekuasaan mereka untuk mendominasi orang lain dan mempertahankan kontrol atas mereka. Namun, Yesus memanggil murid-murid-Nya keluar dari budaya yang mereka tinggal di dalamnya dan mengumumkan sebuah tatanan baru untuk diikuti oleh para pemimpin Kristen. Dia memerintahkan 12 orang itu, yang akan memimpin orang-orang Kristen baru, untuk menjadi berbeda dari dunia dengan berkata, "Mereka yang terbesar di antara kamu harus menjadi yang paling rendah, dan pemimpin harus menjadi seperti seorang pelayan." Para pemimpin Kristen hanya dapat "mengajarkan apa yang mereka ketahui dan hidupi,"[4] dan Yesus pasti mengetahui secara pribadi apa yang Ia ajarkan ketika berkata, "Aku berada di antara kamu sebagai seorang yang melayani." Yesus berkata kepada para pemimpin Kristen bahwa Ia datang untuk melayani. Kata Yunani yang digunakan dalam pernyataan Yesus di atas dan digunakan di seluruh Perjanjian Baru, yaitu kata "diakoneo", yang berarti "melayani, pelayanan; mengibaskan debu karena pergerakan; memedulikan kebutuhan-kebutuhan orang lain sebagaimana tuntunan Tuhan dalam tindakan yang aktif dan praktis."[5] Dengan pernyataan Yesus dan penggunaan kata ini, "Kepemimpinan hendaknya bukan menjadi permasalahan mengenai hak dan status khusus, tetapi mengenai pelayanan. Semua status sosial disamakan oleh pernyataan ini. Yesus sendiri adalah contoh utama dari pemimpin hamba."[6] Yesus menunjukkan prinsip dari seorang pemimpin yang menjadi hamba ini dengan secara strategis mengatakannya sesudah membasuh kaki para murid-Nya: Dan jika Aku, Tuhan dan Gurumu, telah membasuh kakimu, kamu harus membasuh setiap kaki yang lain. Aku telah memberi kamu sebuah contoh untuk diikuti. Perbuatlah seperti yang telah Kuperbuat padamu. Aku mengatakan kebenaran kepadamu, para pelayan tidaklah lebih besar daripada tuan mereka. Atau, penerima pesan lebih penting daripada seseorang yang mengirim pesan. Sekarang, jika kamu tahu hal-hal ini, Allah akan memberkatimu untuk melakukannya.[7] Kabar baiknya adalah bahwa pesan ini dengan berhasil diteruskan dan dipraktikkan oleh murid-murid Yesus dan orang-orang lainnya dalam gereja mula-mula. Sama seperti "Yesus menampilkan diri-Nya secara konsisten sebagai sebuah model pelayanan".[8] Rasul Paulus menggambarkan dirinya dalam beberapa cara (`rasul`, `guru`, dll.), tetapi kebanyakan secara terus-menerus sebagai seorang pelayan. Paulus menggambarkan beberapa rekan sekerjanya sebagai pelayan. Paulus menggambarkan dirinya sendiri dan Apolos sebagai "hanya hamba (diadonoi)".[9] Pesan ini jelas: Kepemimpinan Kristen adalah tentang pelayanan. Akan tetapi, dengan itu juga mendatangkan pengorbanan. Bersamaan dengan pelayanan dalam pelayanan Kristen akan timbul pula sakit dan pengorbanan. Rasul Paulus mengalami pengorbanan luar biasa selama pelayanannya sebagai seorang pemimpin Kristen dari gereja mula- mula. Paulus berada dalam kapal yang ditenggelamkan, digigit ular, dipenjara, dan akhirnya dibunuh karena pelayanannya sebagai seorang pemimpin Kristen. Yesus juga mengalami sakit yang luar biasa dalam pelayanan-Nya untuk para pengikut-Nya. Henry Nouwen berkomentar pada relevansi pengorbanan dalam pelayanan yang menyatakan, "Kualitas paling penting dalam kepemimpinan Kristen pada masa depan ... adalah bukan sebuah kepemimpinan yang berkuasa dan mengontrol, tetapi sebuah kepemimpinan ketidakberdayaan dan kerendahan hati ketika hamba Allah yang menderita, Yesus Kristus, telah dimanifestasikan."[10] Dengan pemahaman ini, bahwa para pemimpin kristen harus menjadi pelayan- pelayan yang berkorban, penting untuk dicatat "pendekatan Kristus untuk memimpin dan pendekatan-Nya memerintahkan para murid-Nya adalah salah satu hal yang memuliakan Allah dan melayani kesejahteraan orang lain. Hal tersebut tidak mencari kemuliaan diri sendiri untuk tindakan pelayanan atau memanipulasi bawahan untuk mencapai kepentingan pribadi pemimpin.[11] Pertanyaan: Apakah Anda percaya bahwa seorang pemimpin Kristen harus melayani dan berkorban? (t/Santi T.) [1] Derek Tidball, "Leaders as Servants: a Resolution of the Tension," Evangelical Review of Theology 36, no. 1 (2012), 31. [2] Joseph Maciariello, "Lessons in Leadership and Management from Nehemiah," Theology Today 60 (2003), 399. [3] Luke 22:25-27. [4] Steven Elliott, "The Local Church ? Part 3" (Bible study, Enclave Community Church, Turlock, CA, June 3, 2012). [5] "Strong`s Greek: 1247. Diakoneo ? to serve, minister" Biblos, http://concordances.org/greek/1247.htm (accessed June 13, 2012). [6] "Luke 22 `NET Notes`" The NET Bible, https://net.bible.org/#!bible/Luke+22 (accessed June 14, 2012). [7] John 13:14-17. [8] Derek Tidball, "Leaders as Servants: a Resolution of the Tension," Evangelical Review of Theology 36, no. 1 (2012), 36. [9] Ibid., 36. [10] Henri J.M. Nouwen, In the Name of Jesus: Reflections on Christian Leadership (New York, Crossroads Publishing, 1989). 82. [11] Joseph Maciariello, "Lessons in Leadership and Management from Nehemiah," Theology Today 60 (2003), 397. Diterjemahkan dari: Nama situs: Christopher L. Scott -- Biblical Leadership Alamat URL: http://christopherscottblog.com/christian-leadership-is-service-and-sacrifice/ Judul asli artikel: Christian Leadership is: Service and Sacrifice Penulis artikel: Christopher L. Scott Tanggal akses: 13 Januari 2016 KUTIPAN "Kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain." -- Ken Blanchard, Patricia Zigarmi, dan Drea Zigarmi "Leadership and The One Minute Manager" STOP PRESS: AYO BERGABUNG DENGAN KOMUNITAS BLOGGER REMAJA, SABDA SPACE TEENS! Kamu remaja? Hobi menulis? Berbagilah berkat melalui tulisanmu dengan bergabung di SABDA Space Teens (SS Teens)! SABDA Space Teens (SS Teens) < http://teens.sabdaspace.org > adalah komunitas bagi para remaja Kristen untuk berkarya secara positif dan kreatif melalui tulisan. Kamu dapat membagikan tulisan-tulisanmu baik berupa opini, artikel, esai, puisi, cerpen, dan lain sebagainya. Jika kamu mengaku sebagai remaja Kristen yang rindu menjadi teladan dan memengaruhi remaja-remaja lainnya, bergabunglah dengan SS Teens! Mari menulis, menjadi berkat satu sama lain, dan jangkau jiwa-jiwa bagi Kristus! --> < http://teens.sabdaspace.org > Kontak: leadership(at)sabda.org Redaksi: Santi T., Margaretha I., N. Risanti, dan Odysius Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip BCA Ps. Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati (c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |