Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/153 |
|
e-Leadership edisi 153 (28-10-2013)
|
|
==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI SEPTEMBER 2013============ Kepemimpinan di Saat Krisis (II) e-Leadership 153, 28 Oktober 2013 e-Leadership -- Kepemimpinan di Saat Krisis (II) Edisi 153, 28 Oktober 2013 Shalom, Dewasa ini, tantangan kepemimpinan semakin hari semakin berat. Ada banyak hal yang dapat membawa pemimpin ke dalam situasi krisis dan stagnan. Jika seorang pemimpin mampu menghadapi dan melewati situasi-situasi tersebut, ia bisa menjadi pemimpin yang sejati. Seperti ada pepatah, "Laut yang tenang tidak pernah melahirkan pelaut yang andal". Hal ini dipertegas oleh Laurence Barton bahwa krisis adalah suatu kejadian besar dan tidak terduga yang memiliki potensi untuk berdampak negatif maupun positif. Bagaimana sikap sang pemimpin menghadapi krisis? Temukan jawabannya melalui sajian dalam kolom Tip e-Leadership edisi ini, yang berbicara tentang menjadikan krisis sebagai kesempatan untuk naik ke level selanjutnya. Tuhan memberkati. Pemimpin Redaksi e-Leadership, Ryan < ryan(at)in-christ.net > < http://lead.sabda.org > Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (Yeremia 17:7) < http://alkitab.mobi/tb/Yer/17/7/ > TIP: BAGAIMANA MENJADI SEORANG PEMIMPIN SAAT KRISIS? Berikut ini adalah tujuh pelajaran bagi para pemimpin yang dituntut untuk membawa organisasi mereka melewati sebuah krisis. Pelajaran 1: Pemimpin harus menghadapi kenyataan. Kenyataan bermula dari orang yang bertanggung jawab. Para pemimpin perlu melihat diri mereka sendiri dalam cermin dan mengenali peran mereka dalam menciptakan berbagai masalah. Kemudian, mereka harus mengumpulkan tim dan mencapai kata sepakat tentang akar masalahnya. Pengakuan luas terhadap kenyataan merupakan langkah penting sebelum masalah dapat diselesaikan. Mencoba mencari perbaikan-perbaikan jangka pendek yang sesuai dengan gejala krisis hanya akan memastikan bahwa organisasi tersebut akan kembali pada keadaannya semula. Untuk memahami alasan sebenarnya dari sebuah krisis, setiap orang yang berada dalam tim kepemimpinan harus bersedia menceritakan seluruh kebenarannya. Pemimpin tidak dapat menyelesaikan masalah jika mereka tidak mengakui keberadaan mereka. Pelajaran 2: Tak peduli seburuk apa pun keadaannya, keadaan itu akan bertambah buruk. Diperhadapkan pada berbagai berita buruk, banyak pemimpin tidak dapat percaya bahwa hal-hal ternyata begitu suram. Akibatnya, mereka berusaha meyakinkan sang pembawa berita buruk bahwa hal-hal tidak seburuk itu dan reaksi yang cepat akan dapat mengusir masalah. Hal ini mengakibatkan para pemimpin meleset dari sasaran dalam hal tindakan- tindakan korektif. Akibatnya, mereka akan mengambil serangkaian langkah, yang tidak satu pun di antaranya cukup kuat untuk memperbaiki lingkaran sasaran yang menurun. Jauh lebih baik jika para pemimpin mengantisipasi keadaan terburuk dan keluar dari keadaan tersebut. Jika mereka menyusun ulang basis biaya untuk masalah terburuk, mereka dapat menjaga organisasi tetap sehat saat perubahan haluan terjadi dan mengambil manfaat dari kesempatan yang ada. Pelajaran 3: Bangunlah gunung uang tunai dan capailah bukit tertingginya. Pada masa-masa menyenangkan, para pemimpin lebih khawatir akan keuntungan per saham dan pertumbuhan pendapatan daripada tentang neraca mereka. Dalam sebuah krisis, uang tunai adalah raja. Lupakan tentang keuntungan per saham dan semua perhitungan pasar saham. Pertanyaannya adalah "Apakah organisasi Anda memiliki uang tunai yang cukup untuk bertahan dalam keadaan yang paling mengerikan?" Pelajaran 4: Lepaskan dunia dari bahu Anda. Pada masa krisis, banyak pemimpin bertindak seperti Atlas, memanggul bola dunia di bahunya. Mereka menyendiri dan berpikir bahwa mereka dapat menyelesaikan masalah yang ada seorang diri. Kenyataannya, pemimpin membutuhkan bantuan anggota timnya untuk merancang solusi dan mengimplementasikannya. Hal ini berarti membawa tim Anda menuju rasa percaya diri mereka, meminta bantuan dan ide-ide mereka, serta mendapatkan komitmen mereka terhadap berbagai tindakan korektif yang menyakitkan. Pelajaran 5: Sebelum meminta orang lain untuk berkorban, ajukan diri Anda sendiri terlebih dahulu. Jika memang harus ada sesuatu yang dikorbankan, pemimpin harus melangkah maju dan memberikan pengorbanan yang paling besar. Semua orang mengawasi apa yang akan dilakukan sang pemimpin. Apakah pemimpin akan tetap teguh pada nilai-nilai mereka? Ataukah mereka akan tunduk pada berbagai tekanan dari luar, atau menghadapi secara langsung krisis tersebut? Apakah mereka akan terbujuk dengan penghargaan-penghargaan jangka pendek ataukah mereka akan melakukan pengorbanan jangka pendek untuk memperbaiki situasi jangka panjang? Pelajaran 6: Jangan pernah menyia-nyiakan sebuah krisis yang baik. Saat hal-hal berjalan baik, orang-orang menolak berbagai perubahan penting atau mencoba melakukan berbagai adaptasi kecil-kecilan. Sebuah krisis menyediakan suatu platform bagi pemimpin untuk menyelesaikan semua hal yang diperlukan dengan cara apa pun dan menawarkan rasa urgensi untuk mempercepat implementasi. Pelajaran 7: Agresiflah di pasar. Ini mungkin terdengar kontraintuitif, namun sebuah krisis menawarkan kesempatan terbaik untuk mengubah permainan sesuai selera Anda, dengan berbagai produk atau layanan baru untuk mendapatkan pangsa pasar. Banyak orang melihat sebuah krisis sebagai sesuatu yang harus dilewati, sampai mereka dapat kembali ke bisnis seperti biasanya. Namun, "bisnis seperti biasanya" itu tidak pernah kembali karena pasar telah mengalami perubahan yang tidak dapat ditarik kembali. Daripada menunggu dan bereaksi terhadap berbagai perubahan yang terjadi, mengapa tidak menciptakan berbagai perubahan yang menggerakkan pasar sesuai selera Anda? (t/Berlin B.) Diterjemahkan dari: Nama situs: The Wall Street Journal Alamat URL: http://guides.wsj.com/management/developing-a-leadership-style/how-to-lead-in-a-crisis/ Judul asli artikel: Leadership in a Crisis – How To Be a Leader Penulis: Bill George Tanggal akses: 1 Oktober 2013 KUTIPAN Hal terburuk dalam hidup Anda mungkin mengandung benih-benih terbaik. Jika Anda memandang krisis sebagai peluang, hidup Anda tidak pernah menjadi lebih mudah, tetapi lebih memuaskan. (Joe Kogel) JELAJAH SITUS: JOHN C. MAXWELL John C. Maxwell adalah seorang ahli kepemimpinan berskala international, sekaligus pembicara, pelatih, dan penulis yang telah menjual lebih dari 19 juta buku bertema kepemimpinan. Dr. Maxwell adalah pendiri EQUIP serta John Maxwell Company, organisasi yang telah melatih lebih dari lima juta pemimpin di seluruh dunia. Selama bertahun-tahun, ia telah memberi masukan kepada banyak pemimpin melalui konferensi-konferensi, pelajaran-pelajaran melalui CD, serta buku-buku hasil karyanya. Namun, ketika internet menjadi media yang semakin besar bagi setiap orang untuk mendapatkan berbagai jenis bahan yang mereka butuhkan, situs www.johnmaxwellonleadership.com pun lahir untuk menyediakan berbagai bahan dan materi kepemimpinannya kepada para pengguna internet. Dalam situs ini, Anda dapat menemukan berbagai tulisan dengan tema kepemimpinan yang ditulis oleh John Maxwell sendiri. Anda akan menemukan berbagai bahan dan materi yang berguna untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan Anda, ataupun berbagai bahan yang Anda butuhkan sebagai materi pembelajaran atau pengajaran Anda. Situs ini merupakan situs berbahasa Inggris, dan karenanya, kemampuan bahasa Inggris Anda akan cukup diperlukan dalam menerjemahkan setiap bahan yang diterbitkannya. Ingin mengetahui lebih banyak mengenai situs ini? Kunjungi saja www.johnmaxwellonleadership.com atau follow Twitternya di Twitter.com/JohnCMaxwell. (N. Risanti) ==> http://johnmaxwellonleadership.com/ Tanggal akses: 21 April 2013 Kontak: leadership(at)sabda.org Redaksi: Ryan, Berlin B., dan N. Risanti Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |