Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/152

e-Leadership edisi 152 (14-10-2013)

Kepemimpinan di Saat Krisis (I)


==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI SEPTEMBER 2013============

                 Kepemimpinan di Saat Krisis (I)
  
                e-Leadership 152, 14 Oktober 2013

e-Leadership -- Kepemimpinan di Saat Krisis (I)
Edisi 152, 14 Oktober 2013

Shalom,

Semakin tinggi Anda memanjat pohon, semakin besar tiupan angin yang menerpa 
Anda. Begitulah kira-kira pepatah yang tepat bagi karier pemimpin yang sedang 
menanjak. Meski demikian, "angin" itu tidak hanya menerpa mereka yang ada di 
puncak pohon, tetapi juga mereka yang berada di dahan yang lebih rendah. Jadi, 
semua pemimpin mengalami terpaan angin itu, yaitu krisis dalam kepemimpinannya. 
Hanya saja, skala krisis yang mereka hadapi mungkin berbeda-beda.

Sebagai pemimpin, terutama pemimpin gereja, kita perlu menyadari kepastian hal 
tersebut. Sebab itu, para pemimpin gereja perlu memiliki persiapan untuk 
menghadapi krisis, yang kadang-kadang datang tanpa kita duga. Ini akan sangat 
menolong saat krisis itu benar-benar datang menerpa. Dalam edisi ini, kami 
menyajikan artikel tentang bagaimana pemimpin gereja seharusnya mempersiapkan 
diri mereka menghadapi Krisis. Juga, jangan lewatkan inspirasi dalam menghadapi 
krisis pada kolom Inspirasi. Selamat menyimak.

Staf Redaksi e-Leadership,
Berlin B.
< http://lead.sabda.org >


Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah 
dalam doa! (Roma 12:12) < http://alkitab.mobi/tb/Rom/12/12/ >


                ARTIKEL: APAKAH ANDA SIAP MENGHADAPI KRISIS?

Gereja hadir dalam masa krisis sebanyak gereja hadir dalam persoalan-persoalan 
hidup yang ringan. Jadi, penting bagi staf dan para pemimpin utama untuk bersiap 
menghadapi krisis sebelum hal itu terjadi. Para pemimpin dapat mempersiapkan hal 
itu dengan menyiapkan orang-orang mereka. Contohnya seperti mengajar secara 
alkitabiah, berbicara secara realistis tentang hal-hal yang mudah dan yang sulit 
dalam kehidupan, memastikan bahwa di gereja Anda ada budaya mendukung serta 
mendorong pertumbuhan rohani. Jika staf Anda dan jemaat siap, ketika krisis 
menghantam, mereka akan siap untuk menghadapinya. Jika Anda mampu menghadapi 
krisis dengan baik, saat-saat tersebut bisa menjadi waktu yang luar biasa bagi 
pelayanan.

Kesalahan-kesalahan apa yang Anda lihat dilakukan oleh para pemimpin dalam 
menghadapi krisis?

Kesalahan yang utama adalah tidak menghadapi situasi dengan sejujurnya. Sering 
kali, orang-orang baik berniat memutarbalikkan kebenaran demi membuat orang-
orang merasa lebih baik. Jika para pemimpin terlalu banyak memikirkan tentang 
"Bagaimana kita akan menangani hal ini?" mereka akan menjadi seperti "Petugas 
Penanganan" situasi. Hal itu menjadi palsu. Kita mulai merasa seolah-olah sudah 
menjadi tugas kita untuk memanipulasi perasaan atau untuk menyingkirkan 
pengalaman orang-orang dalam mencari jalan keluar.

Tantangannya adalah menangani situasi tersebut secara jujur. Ini termasuk dapat 
dipercaya dan cermat dalam menangani informasi. Dalam krisis, kita tidak boleh 
membiarkan diri berspekulasi terhadap hal-hal yang informasinya tidak kita 
miliki. Penting bagi para pemimpin untuk mengomunikasikan fakta-fakta dan 
mencapai sebuah rencana komunikasi terpadu, yang terkait dengan tragedi agar 
dapat diikuti oleh gereja. Hal ini membantu memastikan bahwa kebenaran tidak 
berputar atau dibelokkan dalam kekacauan yang terjadi setelah peristiwa 
traumatis.

Dalam sebuah Jurnal Kepemimpinan sebelumnya, Anda membuat sebuah perbedaan 
antara berduka dan mengalami trauma. Bagaimana keduanya berbeda? Bagaimana 
pemimpin gereja dapat dengan tepat menanggapi kedua permasalahan?

Nah, kesedihan adalah respons alami kita terhadap kehilangan yang bersifat 
selamanya. Dalam situasi ini, kesedihan adalah normal. Meskipun sulit, itu 
merupakan bagian dari kehidupan. Peran pendeta adalah membantu orang-orang agar 
mampu melalui kesedihan mereka dan untuk menyatakan dukanya secara benar. Dalam 
Alkitab, ada perkabungan memiliki peran yang sangat spesifik. Pengkhotbah 7 
berkata, "Pergi ke rumah duka lebih baik daripada pergi ke rumah pesta ... 
karena muka muram membuat hati lega." Itu tidak berarti kita ingin meratap. Akan 
tetapi, ketika kehilangan yang mendalam terjadi, hal yang tepat untuk dilakukan 
adalah berkabung, "tinggal" di rumah itu untuk sementara waktu.

Trauma adalah sebuah peristiwa kehilangan yang merusak anggapan dan aturan-
aturan umum dalam kehidupan. Ketika nenek Anda meninggal di sebuah panti jompo, 
hal itu biasanya membawa kesedihan. Ketika adik seseorang ditembak di sebuah 
tempat parkir di pusat kota, itu adalah peristiwa traumatis. Mereka memulai hari 
itu dengan asumsi bahwa mereka akan berbicara dengan orang yang bersangkutan 
pada malam harinya, tetapi kemudian, semua itu tiba-tiba hilang. Bencana alam, 
pembunuhan, pemerkosaan, bunuh diri merupakan contoh kehilangan traumatis. 
Menanggapi trauma sebagai seorang pendeta, berarti bahwa Anda harus berjalan 
bersama orang-orang, baik untuk melalui proses berduka maupun untuk menghadapi 
tanggapan mereka terhadap pelanggaran yang terjadi pada orang-orang terdekat 
mereka, atau asumsi-asumsi tentang kehidupan.

Anugerah dapat berarti hal-hal yang lain juga, seperti dukungan langsung. Ini 
berarti bahwa orang-orang dalam jemaat Anda bersedia menolong untuk membawa 
makanan, untuk mengerjakan hal-hal kecil, dan sebagainya. Menunjukkan anugerah 
dengan cara seperti ini, yaitu anugerah yang memulihkan harga diri, merupakan 
pekerjaan kita yang paling penting.

Salah satu cara menunjukkan kebenaran adalah dalam hal informasi. Dalam masa 
krisis, informasi menjadi sangat kacau dalam tempo yang sangat cepat. Orang-
orang bertindak tergesa-gesa dan melenceng dari fakta dan informasi, dan itu 
dapat menimbulkan rasa sakit dan kebingungan. Pemimpin dapat membantu dengan 
cara berbagi informasi yang faktual, dan bekerja untuk memadamkan berbagai 
gosip. Kebenaran juga memiliki hubungan dengan orang-orang terkemuka dalam 
situasi sebenarnya. Kita perlu berdamai dengan realitas dalam peristiwa 
traumatis.

Ketika krisis yang sangat besar terjadi dan memengaruhi banyak orang, bahkan 
terhadap orang-orang yang tidak terkait dengan orang-orang yang terlibat 
langsung, situasi tersebut menjadi seperti gempa bumi. Tanah bergeser di bawah 
kaki orang-orang, dan asumsi normal mereka tentang kehidupan telah dilanggar. 
Retakan terbuka di tempat-tempat yang tak terduga dan di tempat-tempat yang 
tidak Anda pikirkan akan terkena dampak peristiwa ini. Orang mungkin akan 
meminta konseling pernikahan atau isu lain hanya karena mereka merasa begitu 
terguncang. Ini sulit. Ini menantang. Tetapi, hal itu juga merupakan kesempatan. 
Sebuah krisis merupakan titik keputusan. Dan, sama seperti gempa bumi 
memungkinkan pembangunan kembali yang lebih kuat dan lebih tinggi setelah 
bencana, krisis dapat menjadi waktu yang menguatkan.

Bagaimana pemimpin peduli pada kesejahteraannya sendiri?

Sekali lagi, sebarkan tugas ke orang-orang di sekeliling Anda. Delegasikan 
tugas. Adalah penting untuk memastikan bahwa komunikasi sudah jelas sehingga 
tidak ada orang atau hal kecil penting yang terlewatkan dalam keretakan. Hal itu 
juga membantu para pemimpin untuk merasa yakin bahwa mereka berada di tempat 
yang sehat selama situasi tersebut berlangsung. Trauma dan krisis dapat 
mengakibatkan korban.

Dengan kata ini, kita juga perlu memahami "trauma sekunder". Jika seseorang 
duduk dengan seorang korban perkosaan dan mendengar cerita lengkap dari 
pelanggaran semacam itu, manusia normal akan ikut merasakan trauma dari si 
korban. Ini merupakan kehilangan yang seolah dialaminya sendiri.

Dengan memikirkan hal-hal ini, kita perlu saling menjaga. Jika seorang staf Anda 
baru-baru ini terlibat dalam pemakaman yang menyedihkan, dan seminggu kemudian 
mereka memberi pendampingan pada seorang korban trauma, dan segera setelah itu 
mereka bekerja dalam situasi di mana terdapat kekerasan rumah tangga, orang 
tersebut telah berada di garis depan pada banyak peristiwa buruk dalam jangka 
waktu yang pendek. Seseorang perlu melangkah masuk dan mendukung orang itu, 
bahkan mungkin meringankan orang itu dengan membantunya melakukan satu atau dua 
tugas yang berat. Jika seorang staf atau sukarelawan di gereja Anda tidak 
mencukupi, ini merupakan kesempatan untuk meminta bantuan dari gereja-gereja 
lain di daerah Anda guna membantu pekerjaan pelayanan yang lebih besar. Pastikan 
bahwa Anda dan jemaat Anda didukung dalam masa-masa sulit ini. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Christianity Today
Alamat URL: http://www.christianitytoday.com/le/2013/february-online-only/are-you-ready-for-crisis.html?start=1
Judul asli artikel: Are You Ready for a Crisis?
Penulis: Mel Lawrenz
Tanggal akses: 1 Oktober 2013


                                  KUTIPAN

"Jika anak Anda memiliki kelemahan, ajar mereka untuk mengubahnya menjadi sebuah 
kekuatan! Satu-satunya kegagalan adalah tidak mencoba." (Kevin Heath)


                     INSPIRASI: MENGHADAPI KRISIS

Krisis adalah situasi genting yang mengguncangkan keseimbangan hidup dan memaksa 
kita untuk mengubah hidup kita secara drastis. Penyakit kritis, kecelakaan, 
musibah alam, atau tindak kejahatan adalah beberapa contoh krisis yang kadang 
menimpa kita. Ada beberapa hal tentang krisis yang mesti kita ketahui.

1. Kita tidak akan pernah dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi krisis. 
Sesiap apa pun, tatkala krisis terjadi, kita tetap akan terguncang.

2. Dalam kondisi tertekan akibat krisis, acap kali kita melakukan hal-hal yang 
tidak lazim kita lakukan. Untuk sementara, kita kehilangan kendali atas diri 
kita.

3. Krisis menuntut perubahan dan perubahan menuntut fleksibilitas. Orang yang 
fleksibel atau mudah beradaptasi, cenderung lebih baik mengatasi krisis 
dibanding orang yang kaku alias sulit beradaptasi.

4. Krisis dapat bersifat permanen, seperti kematian, tetapi krisis dapat 
berlangsung sementara, misalnya kecelakaan atau sakit penyakit.

5. Krisis tetap berada di dalam wilayah kekuasaan Tuhan; dengan kata lain, Ia 
tahu dan mengizinkan krisis terjadi.

1 Samuel 30: Daud dan Krisis di Ziklag

Situasi: Sewaktu Daud pergi, orang Amalek menyerang kota kediamannya, Ziklag, 
menawan semua penduduk di sana dan membakar habis kota itu.

1. Kendati Daud telah terbiasa hidup dalam krisis yang berkepanjangan dikejar 
Saul -- namun ia tetap tidak siap menghadapi krisis yang menimpanya. Tetapi, apa 
yang dilakukan Daud dan orang-orangnya? "Lalu menangislah Daud dan rakyat yang 
bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi 
menangis" (ayat 4). Izinkan diri untuk terguncang!

2. Krisis membuat kita tertekan dan dalam kondisi tertekan, kita mudah melakukan 
hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan. Inilah yang terjadi di Ziklag. "Daud 
sangat terjepit karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. 
Seluruh rakyat itu pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan 
perempuan" (ayat 6). Meski mereka mengasihi Daud dan dengan rela mengikutinya, 
namun dalam kondisi tertekan, mereka tidak berpikir jernih dan malah menyalahkan 
Daud. Berhati-hatilah! Jangan melakukan hal-hal yang kelak kita sesali seumur 
hidup.

3. Tidak mudah bagi kita untuk berubah. Rakyat Daud tidak bisa menerima fakta 
bahwa rumah dan keluarga mereka telah tiada. Mereka menuntut Daud untuk 
bertanggung jawab, seakan-akan Daud dapat menghadirkan kehilangan mereka dengan 
segera.

4. Kita harus dapat membedakan apakah krisis ini akan berlangsung lama atau 
sementara, dan menyesuaikan respons yang akan kita berikan. Daud menyadari bahwa 
ini adalah krisis yang dapat diselesaikan. Itulah sebabnya, ia menyusun kekuatan 
dan strategi untuk menjemput keluarganya kembali. Dalam menghadapi krisis, kita 
mesti berjuang untuk menyelesaikannya kecuali bila memang ini adalah krisis yang 
bersifat terminal.

5. Kunci dari penyelesaian krisis adalah kembali kepada Tuhan dan inilah yang 
Daud lakukan, "Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan Allahnya" 
(ayat 6). Daud memperoleh kekuatan dari Tuhan.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: TELAGA
Alamat URL: http://www.telaga.org/audio/tentang_menghadapi_krisis
Judul asli artikel: Tentang Menghadapi Krisis
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi (Narasumber)
Tanggal akses: 1 Oktober 2013


          STOP PRESS: SUMBER BAHAN NATAL BERKUALITAS DARI SABDA

Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan pasti sudah mulai berpikir untuk 
mempersiapkan Natal, bukan? Nah, dengan gembira kami menginformasikan bahwa 
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan berbagai bahan seputar Natal, 
yang bisa Anda temukan di situs Natal Indonesia, Youtube, dan Facebook Natal. 
Melalui situs, Anda bisa mendapatkan banyak bahan seperti: Renungan Natal, 
Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, 
Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu 
Natal, dll.. Situs ini sangat interaktif karena semua pengunjung bisa 
mendaftarkan diri, berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis 
blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada pengunjung yang 
lain.

Selain situs, Anda bisa mendapatkan bahan Natal berupa video audio melalui 
Youtube. Anda juga bisa bergabung di komunitas Facebook Natal sehingga Anda bisa 
saling mendukung, berbagi hal-hal seputar Natal, dan menambah relasi dengan 
saudara-saudari seiman. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi sumber-sumber 
bahan Natal dari YLSA. Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus 
ke dunia 2000 tahun yang lalu ini, dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-
Nya.

- Situs Natal: http://natal.sabda.org/
- Youtube:
1. Kisah Natal Matius: http://www.youtube.com/watch?v=q8tSbbQPGZg
2. Kisah Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=MWxqm9U-KeY
3. Carita Natal Mateus: http://www.youtube.com/watch?v=w3Vt18UvxsU
4. Carita Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=j0ThUUrWVV8
- Facebook Natal: http://fb.sabda.org/natal


Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Ryan, Berlin B., dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org