Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/134

e-Leadership edisi 134 (14-1-2013)

Karakteristik Kepemimpinan (I)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JANUARI 2013============

                   KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN(I)

                    e-Leadership 134 -- 14/1/2013


DAFTAR ISI
ARTIKEL: PEMIMPIN BIJAK: MEMIMPIN DENGAN PENGARUH POSITIF
INSPIRASI: KEGIGIHAN

Shalom,

Selamat jumpa kembali dengan e-Leadership pada tahun baru 2013! Senang 
rasanya dapat berjumpa kembali dengan para Pembaca budiman semua. 
Bertepatan dengan tahun baru ini, e-Leadership genap memasuki usia 
yang ke-7 tahun. Kami sungguh bersyukur atas setiap penyertaan Tuhan 
hingga saat ini. Melalui e-Leadership, kami berharap setiap pemimpin 
Kristen semakin diperlengkapi dengan baik dan diberdayakan untuk 
melayani dan bersaksi bagi kemuliaan Tuhan.

Pada edisi perdana tahun ini, e-Leadership akan mengajak Anda 
memikirkan tentang kekhasan karakter pemimpin Kristen, yaitu membangun 
pengaruh positif. Kiranya melalui uraian artikel ini kita semakin 
terdorong untuk menyebarkan pengaruh positif dalam membangun orang 
lain. Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Ryan
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >


Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan 
             bertekunlah dalam doa! (Roma 12:12)
            < http://alkitab.mobi/tb/Rom/12/12/ >


    ARTIKEL: PEMIMPIN BIJAK: MEMIMPIN DENGAN PENGARUH POSITIF

"Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau." 
(Kejadian 30:27)

Pengantar

Kepemimpinan dapat dipahami dari berbagai sudut pandang. Salah satunya 
adalah bahwa kepemimpinan melibatkan proses, pengaruh (influence), dan 
hubungan-hubungan. Karena itu, dapat dikatakan bahwa memimpin berarti 
mengisi proses upaya memimpin (leading attempt/actuating) dengan 
memengaruhi orang yang dipimpin dalam hubungan-hubungan 
keorganisasian. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa pengaruh 
tertentu mengalir dari kepribadian pemimpin menuju orang yang 
dipimpin. Jika si pemimpin memiliki kepribadian yang positif, maka 
karakter positifnya itu akan menular kepada orang yang dipimpinnya, 
dan sebaliknya. Philip Pulaski berkata, "Orang yang berpengaruh adalah 
dia yang membawa dampak dalam kehidupan orang lain." Kalau begitu, 
kita tentu bertanya, "Bagaimana kita dapat membawa pengaruh positif 
yang memberkati orang lain dalam kepemimpinan kita?" Untuk menjawab 
pertanyaan ini, marilah kita memahami bagaimana kita dapat memimpin 
dengan membawa pengaruh positif yang memberkati.

1. Membawa Pengaruh Positif dari Hati yang Bijak

Seorang pemimpin yang arif memahami bahwa menjadi seorang pemimpin 
merupakan suatu kehormatan. Kesadaran ini dibangun di atas kenyataan 
bahwa adalah kehendak TUHAN jika seseorang menjadi pemimpin dalam 
setiap organisasi, apa pun alasan dan caranya (Yohanes 3:27). Dari 
sudut pandang yang lain, menjadi seorang pemimpin dibangun di atas 
pembuktian diri sebagai seseorang individu yang kompeten. Ujung dari 
pembuktian diri ini ialah adanya pengakuan dari orang-orang yang 
memberinya penghargaan dan kesempatan untuk menjadi pemimpin melalui 
berbagai macam cara (memilih, mewariskan, mengangkat, mencipta, 
merampas, dsb.).

Apa pun cara dan alasan seseorang menjadi pemimpin, saat seseorang 
terbukti menjadi pemimpin, ia memiliki kuasa kepemimpinan lengkap 
("complete leadership power", yaitu: kuasa keahlian, kuasa penghargaan 
sosial, kuasa mengimbali, kuasa bertindak tegas, kuasa legitimasi, 
kuasa rohani) pada dirinya. Dengan kuasa kepemimpinan inilah, seorang 
pemimpin memiliki pengaruh yang lengkap untuk memimpin. Dalam hubungan 
ini, dapat dikatakan bahwa pengaruh adalah dinamika kuasa, di mana 
dengan pengaruh kepemimpinan inilah seorang pemimpin memengaruhi 
bawahannya secara terencana. Hubungan pribadi pemimpin dan kuasa 
kepemimpinan inilah yang membuahkan kepemimpinan yang menghasilkan 
sikap konkret. Sikap inilah yang mendominasi seorang pemimpin dalam 
caranya memimpin, yang menghubungkan antara pemimpin dan bawahan.

Dalam hubungan ini akan terlihat kadar kepribadian pemimpin yang 
memengaruhi situasi kepemimpinan dari organisasi yang dipimpinnya. Di 
sini akan terlihat bahwa apabila kepribadian pemimpin adalah dominan 
positif, maka terwujudlah pengaruh kepemimpinan yang berorientasi 
positif, dan sebaliknya. Karena itu, bagaimana seorang pemimpin 
merefleksikan dan mengekspresikan pengaruh kepemimpinan yang ia miliki 
merupakan pilihan sadar yang harus dilakukan seorang pemimpin. Tentang 
meneguhkan sikap yang membawa pengaruh positif, firman TUHAN berkata, 
"... orang yang luhur budinya merencanakan hal-hal yang luhur dan 
bertindak luhur pula." (Yesaya 32:8 BIS) Karena itu, firman Allah 
menasihatkan, "Sebab itu, perhatikanlah baik-baik cara hidupmu. Jangan 
hidup seperti orang-orang bodoh; hiduplah seperti orang-orang bijak." 
(Efesus 5:15 BIS) Ayat ini menegaskan bahwa pemimpin hanya dapat 
menyatakan pengaruh positif dari hati yang bijak, melalui gaya dan 
perilaku khasnya untuk memimpin (memengaruhi) para bawahan.

2. Membawa Pengaruh Positif dari Hati yang Memberkati

Pemimpin yang bijak akan menyadari bahwa kepemimpinan yang ada 
padanya, yang merupakan kepercayaan dan pemercayaan, merupakan suatu 
kesempatan yang langka, yang mungkin tidak akan terulang dua kali. 
Kesempatan langka ini sesungguhnya merupakan momentum yang akan 
mewarnai upaya memimpin sang pemimpin dengan dampak yang panjang. 
Dalam kaitan ini, seorang pemimpin yang bijak akan menyadari betapa 
penting baginya untuk melaksanakan upaya memimpin dalam organisasinya 
dengan orientasi pengaruh positif, yang akan membawa akibat positif 
pada kepemimpinannya. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dikatakan 
bahwa pengaruh positif pemimpin sesungguhnya beranjak dari sikap hati, 
yang merupakan pilihan bertanggung jawab untuk menerapkan gaya dan 
perilaku positif. Gaya dan perilaku positif pemimpin inilah yang akan 
dibuktikan melalui pengaruh positif yang menyentuh dan menggerakkan 
setiap orang di sekitarnya. Dapat pula ditegaskan bahwa dari sikap 
hati yang positif sajalah, seorang pemimpin dapat memberkati 
kepemimpinannya dengan mengimpartasi kehidupan melalui pengaruh 
positif (Amsal 4:23).

Penegasan ini membenarkan bahwa pemimpin yang melaksanakan upaya 
memimpin melalui gaya dan perilaku positif sajalah, yang akan mampu 
menggerakkan bawahan secara positif karena mereka termotivasi oleh 
faktor positif yang memengaruhi mereka dalam proses memimpin. Dari 
sini, dapat dikatakan bahwa pemimpin yang menjaga hatinya selalu 
bersih, akan menemukan bahwa ia terbukti dapat menjalankan upaya 
memimpin secara positif dengan dampak dan hasil positif yang 
memberkati. Di sini, seorang pemimpin yang arif akan selalu meneguhkan 
dirinya dengan kesadaran bahwa apabila ia bertanggung jawab menjaga 
hatinya, maka akan ada pengaruh positif yang memberkati sesama. Ini 
selaras dengan apa yang dikatakan oleh Dallas Willard, "Mereka yang 
memiliki hati yang terjaga dengan baik adalah orang-orang yang 
dipersiapkan dan mampu menanggapi situasi kehidupan dengan cara yang 
baik dan benar." Di sini, dapat disimpulkan bahwa orang yang hatinya 
terjaga baik sajalah, yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin yang 
memberkati dengan pengaruh yang positif. Kalau begitu, dapat dikatakan 
bahwa pengaruh positif dari hati pemimpin yang terjaga sajalah yang 
akan membawa berkat melalui sifat, sikap, perkataan, dan tindakan 
pemimpin yang nyata dalam mengekspresikan pengaruh positif melalui 
upaya memimpin yang membawa berkat.

3. Membawa Pengaruh Positif dengan Hidup Sebagai Teladan Pemimpin 
   Rohani

Telah ditegaskan sebelumnya bahwa kepribadian pemimpin dan kuasa 
kepemimpinan dari seorang pemimpin melahirkan pengaruh kepemimpinan 
yang mewarnai gaya dan perilakunya. Karena itu, telah dikatakan bahwa 
pemimpin yang bijak sajalah yang akan mampu mengembangkan gaya dan 
perilaku positif dalam kepemimpinan melalui hidup, sifat, sikap, 
perkataan, dan perbuatannya. Dalam upaya membawa pengaruh positif 
melalui hidup dan kepemimpinan, Rasul Paulus, sebagai Pemimpin Senior, 
juga menasihati Timotius (baca 1 Timotius 4:12b, 16). Penegasan firman 
Allah ini memberikan tanggung jawab bagi pemimpin untuk membuktikan 
diri sebagai pemimpin teladan dalam kehidupan keseharian.

Dapat dikatakan bahwa pemimpin yang mematutkan dan mengontrol dirinya 
adalah dia yang mampu memberikan teladan yang membawa pengaruh positif 
bagi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang membawa pengaruh 
positif menjelaskan bahwa ia sedang memimpin ke arah yang benar 
(efektif), baik (efisien), dan sehat (healthy relations), yang dengan 
sendirinya akan meneguhkan orang-orang yang dipimpinnya. Di sini, 
dapat dikatakan bahwa pemimpin yang memimpin dengan memengaruhi secara 
positif akan meneguhkan kepemimpinan dan membawa organisasinya ke arah 
kesuksesan. Landasan bagi sukses seperti ini adalah karena pengaruh 
positif akan menggairahkan semua komponen manusia untuk terlibat aktif 
karena merasa dihargai, sekaligus menghambat pengaruh negatif yang 
menimbulkan ketegangan. Memengaruhi secara positif melalui teladan 
seperti ini, dengan sendirinya akan menularkan lingkaran efek positif 
yang meneguhkan hubungan kemanusiaan, yang pada gilirannya menopang 
sinergi yang bergerak secara simultan menggapai kesuksesan organisasi.

Refleksi

Telah diuraikan di atas tentang prinsip memimpin dengan pengaruh 
positif, cara Alkitab. Dengan demikian, pemimpin dapat mewujudkan 
kepemimpinannya dengan gaya dan perilaku yang berkualitas, melalui 
penerapan prinsip kepemimpinan berikut ini:

Pertama, pemimpin dapat memimpin dengan pengaruh positif yang berakar 
dari hati, yang membentuk kepribadian, dan dengan kuasa kepemimpinan 
yang melahirkan gaya dan perilaku dengan pengaruh positif. Pengaruh 
positif dalam diri pemimpin hanya dapat dibangun dari hati yang 
terjaga oleh kasih karunia Tuhan. Hanya dengan menjaga hati sajalah 
pemimpin dapat memengaruhi secara positif, melalui kekuatan positif 
yang membuatnya menjadi proaktif dalam melaksanakan upaya memimpin 
yang berkualitas.

Kedua, pemimpin dapat menerapkan pola kepemimpinan yang positif dan 
memberkati, apabila ia membuktikan bahwa dari hatinya yang terjaga 
dengan baik, ia memberkati orang-orang yang dipimpinnya dengan 
pengaruh yang positif. Dapat dipastikan bahwa pemimpin yang memberkati 
melalui sifat, sikap, perkataan, dan perbuatan benar, baik, dan sehat 
dalam upaya memimpin adalah dia yang pasti mampu menyiapkan situasi 
positif yang kondusif, yang meneguhkan organisasi untuk menjadi 
organisasi pemberkatan.

Ketiga, Pemimpin dapat membuktikan kualitas kepemimpinannya dengan 
menggunakan pola dan perilaku kepemimpinan yang bijak, melalui 
keteladanan hidup positif. Pemimpin dengan keteladanan hidup positif 
adalah dia yang layak serta mampu mengimpartasi kehidupan dan harapan 
sukses dalam kepemimpinan yang diembannya, melalui memengaruhi secara 
proaktif. Pemimpin yang menerapkan memimpin dengan pengaruh yang 
positif bukan saja tidak terkejar, melainkan juga menyiapkan jalan 
sukses yang langgeng bagi organisasinya, di mana akan ada sikap saling 
menghargai dan saling mendukung dalam proses kepemimpinan yang pasti 
membawa sukses.

Selamat membuktikan pola dan perilaku kepemimpinan dengan pengaruh 
positif cara Alkitab, demi kesuksesan organisasi yang memberkati 
setiap orang dalam kepemimpinan yang diemban, sekarang dan di masa 
yang akan datang!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Dr. Yakob Tomatala
Alamat URL: http://yakobtomatala.com/2011/03/11/pemimpin-bijak-memimpin-dengan-pengaruh-positif/
Penulis: Dr. Yakob Tomatala
Tanggal akses: 11 Desember 2012


                              KUTIPAN

Para pemimpin besar memberi orang lain kesempatan, bukan perintah. 
(Tao Te Ching)


                       INSPIRASI: KEGIGIHAN

Bisakah Anda menyebutkan perbedaan paling mencolok antara pemimpin dan 
orang biasa? Menurut saya, perbedaannya sangat banyak, namun salah 
satu yang menarik untuk dikaji ialah kegigihan seorang pemimpin dalam 
mewujudkan impiannya. Pemimpin selalu berusaha merangkul perubahan dan 
menjadikannya sebagai momentum menuju hari esok yang lebih baik.

Terkadang, justru pemimpinlah yang langsung mengambil tindakan demi 
menciptakan masa depan. Contoh paling nyata adalah Presiden Amerika, 
John F. Kennedy. Tanggal 25 Mei 1961, di hadapan kongres, Kennedy 
menyampaikan impiannya. "Saya percaya, bangsa ini akan berkomitmen 
mencapai cita-citanya sebelum dasawarsa ini berakhir, yaitu 
mendaratkan manusia dan mengembalikannya dengan selamat ke bumi," 
katanya dengan nada mantap. Seperti sudah diduga sebelumnya, banyak 
yang kemudian menganggap ide Kennedy ini sebagai sesuatu yang 
mustahil, bahkan gila! Namun, ia sama sekali tidak putus asa. Ia 
membuat kebijakan untuk memperjuangkan impian besar tersebut secara 
serius. Pernahkah Anda bersikap gigih dalam memperjuangkan hal yang 
dianggap mustahil?

Diambil dari:
Judul buku: The Leadership Wisdom
Penulis: Paulus Winarto
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo, Jakarta 2006
Halaman: 155


Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Ryan, Davida, dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org