Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/133 |
|
e-Leadership edisi 133 (17-12-2012)
|
|
==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI DESEMBER 2012============ INTEGRITAS KEPEMIMPINAN (II) e-Leadership 133 -- 17/12/2012 DAFTAR ISI ARTIKEL: INTEGRITAS KEPEMIMPINAN (II) ARTIKEL KHUSUS: NAMA YANG MEMBERI PENGHIBURAN: "RAJA DAMAI" JELAJAH BUKU: YOU CAN LEARN TO LEAD Shalom, Puji Tuhan, akhirnya kita telah tiba di edisi terakhir e-Leadership tahun 2012. Seluruh redaksi sungguh bersyukur atas penyertaan Tuhan yang telah memberikan kemampuan untuk menyelesaikan seluruh edisi tahun ini. Edisi penutup e-Leadership kali ini akan menyuguhkan satu artikel menarik mengenai peranan pemimpin Kristen dalam pembentukan karakter. Semoga dengan membaca artikel ini, Anda menjadi siap untuk ambil bagian dalam membangun karakter bangsa. Selain itu, kami juga menyertakan artikel Natal dengan tema "Raja Damai" sebagai persiapan hati menyambut Natal. Akhir kata, segenap redaksi e-Leadership mengucapkan, "Selamat Natal 2012 dan Tahun Baru 2013. Biarlah damai sejahtera Allah tinggal dalam hati kita selama-lamanya." Soli Deo Gloria. Pemimpin Redaksi e-Leadership, Desi Rianto < ryan(at)in-christ.net > < http://lead.sabda.org > Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23) < http://alkitab.mobi/tb/Kol/3/23/ > ARTIKEL: MENGEMBANGKAN KARAKTER PEMIMPIN KRISTEN (II) Peran Pemimpin Kristen Bila pemimpin dapat mengembangkan karakter dan pribadinya dengan baik, maka dia akan mampu memengaruhi orang lain. Dia akan berperan dalam pembentukan karakter bangsa. Karakter bangsa apa sajakah yang bisa kita bentuk dengan profesi kita sebagai pemimpin Kristen? Ada beberapa bidang yang sangat diperlukan bangsa kita: 1. Pengaturan waktu ("time management"). Aplikasi praktis dari kepemimpinan yang dapat menjadi teladan, memiliki integritas, dan melayani dengan jiwa dan roh adalah kemampuan untuk dapat menyumbangkan perhatian terhadap pentingnya mengelola waktu dengan efektif dan efisien. Bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang santai, "jam karet", dan tidak pandai menata waktu. Penataan waktu mencakup pembicaraan tentang bagaimana mengelola waktu sehingga kemajuan bisa dicapai dalam waktu yang lebih cepat dan tepat. 2. Kerja keras ("hard work"). Bekerja keras juga menjadi tantangan bangsa ini karena sering kali etos kerja bangsa ini sangat lemah. Pemimpin harus memberikan teladan dalam bekerja karena bekerja adalah panggilan dan ibadah. Bekerja keras harus ditambah dengan bekerja dengan pintar (smart work). 3. Ketekunan ("persistence"). Pemimpin perlu mengajarkan kepada jemaat/masyarakat tentang ketekunan dalam bekerja. Keinginan untuk menjadi cepat sukses mungkin akan menjadi masalah, bila tidak disertai dengan ketekunan untuk menapak karier selangkah demi selangkah. 4. Kejujuran ("honesty"). Tanpa kejujuran, pemimpin tidak akan pernah berhasil menggerakkan orang lain karena hal inilah yang esensial dalam kehidupan seorang pemimpin. Bersikap transparan menyebabkan ada harga yang harus dibayar seperti menjadi "luka", tetapi pemimpin yang terbuka akan mendapat banyak pertolongan. Ketika bangsa ini banyak diliputi dengan ketidakjujuran, gereja harus menjadi pemimpin terdepan dalam menjalankan kejujuran. 5. Bertanggung jawab ("responsibility"). Sikap bertanggung jawab adalah sikap yang paling penting dalam karakter seorang pemimpin. Winston Churchill berkata, "Harga dari sebuah kebesaran adalah tanggung jawab" ("the price of greatness is responsibility"). Pemimpin harus bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, kepada pekerjaannya, kepada harta yang diterimanya, dan kepada orang yang dipimpinnya. Dengan demikian, ia bisa menularkan prinsip ini kepada orang yang ia pimpin. 6. Sikap positif dalam situasi apa pun ("positive attitude"). Sikap negatif adalah hal yang harus dihindari para pemimpin. Pemimpin Kristen harus menularkan prinsip adanya peluang dalam tantangan yang dihadapi. Bangsa ini sejak lama dilanda krisis, tetapi mungkin krisis yang terbesar adalah tidak memiliki sikap yang positif dalam menghadapi berbagai tantangan. Ilustrasi untuk ini: seorang pemilik perusahaan sepatu meminta seorang manajernya untuk merintis toko sepatu di suatu tempat. Setelah survei selama dua minggu, maka manajer itu kembali dan menjelaskan bahwa tidak mungkin membuka toko sepatu karena penduduk di sana tidak ada yang pakai sepatu. Tetapi, pemilik perusahaan tidak puas. Dia mengutus satu orang manajer lain untuk mengadakan survei. Dua minggu kemudian, datang laporan bahwa kita harus segera membuka pabrik sepatu karena penduduk di sana tidak ada yang pakai sepatu. Kejadian dan peristiwa sama, namun sikap terhadap keadaan itu berbeda. Pemilik perusahaan sepatu senang dengan sikap positif dan terbukti bahwa membuka toko sepatu di sana membuat usahanya berhasil. Hal di atas menyangkut hal-hal yang bersifat umum. Yang bersifat khusus sebagai komunitas kristiani, adalah perlu ditambah dengan membawa umat Allah menjadi serupa dengan Kristus. Dengan kata lain, peran pemimpin gereja adalah membawa umat Allah memiliki watak Kristus. Dan, ini adalah proses yang berlangsung seumur hidup manusia. Refleksi Peran pemimpin Kristen cukup signifikan pada abad ini karena dengan era globalisasi ini, identitas yaitu karakter Kristus perlu dipertegas dalam kehidupan kekristenan. Pada sisi lain, pemimpin Kristen dapat memberi kontribusi positif bagi bangsa, bila dimulai dari mengembangkan kepemimpinan yang dimulai dari diri dan orang-orang di sekitar kita. Diambil dari: Nama situs: danielronda.com Alamat URL: http://www.danielronda.com/index.php/kepemimpinan/56- mengembangkan-karakter-pemimpin-kristen.html Penulis: Daniel Ronda Tanggal akses: 4 Juni 2012 ARTIKEL KHUSUS: NAMA YANG MEMBERI PENGHIBURAN: "RAJA DAMAI" Seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita ... dan namanya disebutkan orang .... Raja Damai. Sebutan "Raja Damai" dalam bahasa Ibrani adalah Shar Shalom, yang berarti "seseorang yang menghapus segala unsur yang mengganggu kedamaian dan mengukuhkan kedamaian". Ini berbeda dengan segala pemerintahan dunia yang kekuasaannya sering bergantung pada pertumpahan darah. Kekuasaan Sang Raja Damai didasarkan pada pengorbanan darah-Nya! Betapa berbedanya hal ini dengan raja-raja lain yang tertulis dalam Alkitab seperti Nebukadnezar atau bahkan Daud, yang kekuasaannya dibangun atas dasar kemegahan, tetapi tidak sepenuhnya berdasarkan kebenaran. Sebutan "Raja Damai" membantu menjelaskan mengapa Yesus mengecewakan kaum sebangsa-Nya ketika Ia datang! Mereka tidak menginginkan raja damai. Mereka menginginkan seorang raja yang dapat menghancurkan musuh-musuh mereka dan membangun kembali kejayaan kerajaan Israel, seperti pada zaman keemasan Raja Salomo. Mereka menginginkan penguasa Roma dan penindas-penindas lainnya dikalahkan. Namun, Yesus tidak mengambil tindakan apa pun terhadap Roma. Ia tidak membuat sebuah perjanjian damai internasional. Bagaimana bisa Ia dianggap sebagai Raja Damai? Perhatikan dua pernyataan yang sangat berbeda dalam Perjanjian Baru berikut ini. Lukas 2:14 menyatakan, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Namun, dalam Matius 10:34, Yesus berkata, "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." Bagaimana kedua pernyataan ini dapat dihubungkan? Dapatkah kita menyalahkan kaum sebangsa Yesus karena menolak Sang Raja Damai jika dunia kita pun masih dilanda berbagai konflik, bahkan saat kita bergerak menuju milenium ketiga? Perjanjian Baru menyatakan bahwa tahap pertama dari kedatangan-Nya adalah untuk membangun sebuah dasar perdamaian dengan Allah, dan menawarkannya kepada setiap individu dari berbagai bangsa. Perjanjian Baru juga menegaskan bahwa Ia akan datang kedua kalinya untuk membawa damai ke dalam dunia. Kedatangan Mesias pada tahap pertama membawa sebuah kedamaian yang tidak pernah dirasakan oleh manusia, sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa. Pendamaian ini dihasilkan oleh misi penyelamatan yang diemban Kristus bagi kita. Paulus menulis, "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami." (2 Korintus 5:19) Ini berarti bahwa damai yang dibawa Yesus lebih dari sekadar perundingan gencatan senjata antara kita dan Allah. Damai itulah yang mengubah kita dari musuh Allah menjadi anak-anak Allah. Kita dapat melihat secara jelas bukti bahwa Yesus Kristus adalah "Raja Damai" dalam Perjanjian Baru. Kuasa-Nya Sangat besar kuasa dari Anak Allah sehingga Ia dapat menenangkan badai besar yang bergolak di danau Galilea. "Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali." (Markus 4:39) Salib-Nya Sangat besar pengorbanan-Nya di kayu salib sehingga terjadi suatu perdamaian antara Allah dan manusia. "Kepenuhan Allah berkenan diam ... oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya." (Kolose 1:19-22) Injil-Nya Keselamatan dalam Kristus adalah sumber kedamaian yang dirasakan di hati setiap mereka yang telah ditebus. "Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang." (Kisah Para Rasul 10:36) Tubuh-Nya Walau tradisi Yahudi membuat suatu garis pemisah antara orang Yahudi dan yang bukan Yahudi, Kristus tidak hanya mendamaikan Allah dengan manusia. Ia juga telah mendamaikan orang Yahudi dan orang bukan Yahudi, sehingga kita menjadi satu tubuh di dalam Kristus. "Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan." (Efesus 2:14) Apakah pentingnya sebutan "Raja Damai" bagi umat percaya sekarang ini? Mereka yang percaya kepada Kristus sebagai Perantara dan Juru Selamat, diberi Allah suatu jaminan yang didapat dari hubungan yang benar dengan Dia. Saat kita di dalam Kristus, Sang Raja Damai menunjukkan bahwa Ia dapat membawa kedamaian di mana pun Ia bertakhta. Ia dapat membawa hal berikut ini: 1. Kedamaian dalam pergumulan hidup. "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yohanes 14:27) 2. Kedamaian dalam proses pendewasaan hidup. "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." (1 Tesalonika 5:23) 3. Kedamaian dalam mencapai kemenangan hidup. "Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu." (Roma 16:20) 4. Kedamaian dalam setiap tali persaudaraan. "... berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." (Efesus 4:3) Betapa berharganya harta milik kita ini, Mesias yang dinubuatkan oleh Yesaya. Ia adalah Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal dan Raja Damai. Mari kita menyembah-Nya, sambil merenungkan betapa Dia adalah Allah yang besar! Diambil dari: Judul buku: Santapan Rohani "Hadiah Natal" (edisi Natal) Judul asli artikel: Nubuatan Nama Sang Mesias Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: RBC Ministries, 2006 Halaman: 56 -- 59 KUTIPAN Memimpin bukan untuk dilihat meski di posisi terdepan. Memimpin bukan untuk menonjolkan diri meski disorot. Memimpin adalah memberi arah, pasang badan untuk yang dipimpin, mencurahkan waktu untuk kebaikan yang dipimpin. (Yonky Karman) JELAJAH BUKU: YOU CAN LEARN TO LEAD Judul buku: You Can Learn To Lead Judul asli buku: You Can Learn To Lead Penulis: Stewart Dinnen Penerjemah: Arvin Saputra Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2009 Ukuran: 14 x 21 cm Tebal: 249 halaman "Pemimpin bukan dilahirkan, melainkan diciptakan." Jargon ini mungkin sudah sering Anda dengar, baik di seminar-seminar kepemimpinan, maupun dalam komunitas pemimpin yang di dalamnya Anda terlibat. Ini memang benar, meskipun ada juga orang-orang yang memiliki kemampuan memimpin dengan berkharisma sejak lahir. Akan tetapi, sebagian besar pemimpin bisa memimpin dengan baik karena ia belajar dan berlatih dengan tekun. Berbagai gesekan dan rintangan yang dialami dalam hidup sehari-hari pun, dapat diterima sebagai proses pembelajaran kepemimpinan yang efektif. Selain belajar dari pengalaman, membaca berbagai buku kepemimpinan tentu dapat menjadi pilihan lain, untuk menciptakan pemimpin-pemimpin sukses. Salah satu buku yang membahas tentang bagaimana belajar memimpin adalah buku karya Stewart Dinnen berjudul "You Can Learn To Lead". Buku ini bisa dikatakan sebagai buku kepemimpinan praktis. Setiap ide utama dituangkan ke dalam poin-poin yang begitu jelas dan sistematis. Penulis menjelaskan pemikirannya langsung ke titik utama (to the point), tidak bertele-tele, dan berlebihan. Secara umum, melalui buku ini, Stewart Dinnen hendak menunjukkan dasar dan strategi kepemimpinan yang melahirkan generasi pemimpin. Sedangkan topik-topik yang dikupas dalam buku ini mencakup peran pemimpin, konflik, tantangan perubahan, stres, manajemen waktu, mengevaluasi kepemimpinan, dst.. Secara tata bahasa, buku ini mudah dibaca dan dipahami. Hasil terjemahannya pun tidak membingungkan. Setiap poin penjelasan disampaikan dengan rapi dan pembagian antara topik satu dengan yang lain terkait dengan baik. Dengan menyelipkan daftar pertanyaan untuk didiskusikan di setiap akhir bab, Dinnen membantu pembaca dalam proses belajar kepemimpinan dari buku ini. Yang lebih penting lagi adalah ayat-ayat Alkitab yang sangat ditonjolkan oleh penulis dalam mengajarkan kepemimpinan. Ini adalah modal utama dalam kepemimpinan Kristen, bukan? Sekarang, apakah Anda ingin mengasah dan mengembangkan diri menjadi pemimpin? Mari kita belajar untuk memimpin dengan kasih dan kerendahan hati, dengan meneladani Kristus. Untuk mengetahui langkah praktisnya, Anda bisa memilih buku ini sebagai alternatif referensi. Selamat belajar, selamat memimpin! Diulas oleh: S. Setyawati Kontak: < leadership(at)sabda.org > Redaksi: Desi Rianto dan Yonathan Sigit Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari (c) 2012 Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org > < http://fb.sabda.org/lead > Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |