Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/122 |
|
e-Leadership edisi 122 (9-7-2012)
|
|
===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JULI 2012=============== KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN (I) e-Leadership 122 -- 09/07/2012 DAFTAR ISI ARTIKEL: PEMIMPIN SEBAGAI KOMUNIKATOR INSPIRASI: KEKUATAN KATA-KATA (EFESUS 4:29) STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK)! Shalom, Seorang pemimpin perlu memiliki kemampuan berbicara/berorasi, dalam hal ini bukan hanya sekadar berucap. Seorang pemimpin harus dapat menjadi seorang komunikator yang efektif, yang dalam setiap ucapannya mengandung kekuatan besar untuk mengubah pola pikir dan sikap hati. Dalam edisi 122, e-Leadership menyajikan sebuah artikel mengenai peran komunikasi dalam memotivasi dan mendorong orang lain untuk semakin terampil melakukan tugas dan perannya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sudah menjadi seorang pemimpin yang memiliki kemampuan dalam berkomunikasi? Kiranya sajian kali ini dapat memberkati dan memotivasi Anda, untuk menjadi seorang pemimpin yang memberi dampak melalui tutur kata. Staf Redaksi e-Leadership, Yonathan Sigit < http://lead.sabda.org > Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati. (Amsal 15:4) < http://alkitab.sabda.org/?Amsal+15:4 > ARTIKEL: PEMIMPIN SEBAGAI KOMUNIKATOR Yesus sering berkomunikasi dengan menceritakan perumpamaan yang jelas kepada banyak orang dan murid-murid-Nya. Menghadiri suatu kesempatan mendengarkan, Yesus menggambarkan kerajaan surga dengan berbicara kepada orang-orang melalui perumpamaan, para murid bertanya kepada Yesus, "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." (Matius 13:36) Yesus menjawab dan kemudian menjelaskan beberapa perumpamaan lainnya. Dia lalu bertanya kepada murid-murid, "Mengertikah kamu semuanya itu?" (Matius 13:51) Pemahaman adalah bagian yang paling mendasar dalam sebuah komunikasi. Jika arti yang dimaksudkan tidak dapat dimengerti atau dipahami, maka percakapan itu bukanlah komunikasi yang sejati. Yesus adalah seorang komunikator dan guru yang ideal. Selama pelayanan-Nya di dunia, ada banyak orang yang sangat ingin mengikuti-Nya untuk mendengar dan belajar dari-Nya. Beberapa orang mengerti dan beberapa lainnya tidak. "Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu?" (Matius 13:54) Sayangnya, dalam banyak situasi para penguasa dan pihak yang berwenang mengeraskan hati mereka dan tidak mau mendengarkan pesan yang disampaikan-Nya. Mereka gagal memahami apa yang Yesus sedang katakan dan lakukan. Tidak ada komunikasi. Ketika para murid datang kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya mengapa Dia berbicara melalui perumpamaan, Dia menjawab: "Sebab itu Aku berbicara kepada mereka dalam perumpamaan, karena dengan melihat, mereka tidak melihat, dan dengan mendengar, mereka tidak mendengarkan, bahkan tidak memahami. Dan digenapilah atas mereka nubuat Yesaya yang mengatakan: Dengan pendengaran kamu akan mendengarkan, tetapi sekali-kali kamu tidak akan memahami, Dan dengan melihat kamu akan melihat tetapi sekali-kali kamu tidak bisa tanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan mereka sulit mendengarkan dengan telinga, dan mereka menutup matanya, supaya mereka tidak bisa melihat dengan mata, dan tidak bisa mendengarkan dengan telinga, dan tidak bisa memahami dengan hati, lalu mereka berbalik, dan Aku akan menyembuhkan mereka." (Matius 13:13-15) Ketika berbicara kepada jemaat di Korintus, Paulus menekankan: "Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia." (1 Korintus 2:6-8) Pemimpin yang diilhami oleh Allah pastilah komunikator yang efektif, namun belum tentu seorang orator yang pandai berkata-kata. Rasul Paulus menulis, "Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah." (1 Korintus 2:4-5) Paulus membuktikan bahwa pemimpin yang dipakai Allah adalah seorang pemimpin yang membuka diri bagi petunjuk dan ilham yang diberikan oleh Roh Kudus, sehingga perkataan dan perbuatannya dipahami sebagai sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan. Komunikasi yang diilhami oleh Roh adalah aset yang paling dasar bagi para pemimpin yang sedang membimbing orang-orang yang terpanggil untuk bekerja bersama. Komunikator yang baik membebaskan kreativitas para anggota kelompok dan memfasilitasi kerja sama, semangat persatuan, serta komitmen yang penuh semangat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Anggota-anggota kelompok ini benar-benar mendengar dan memahami pemimpinnya. Sebaliknya, bagi pemimpin sekaligus komunikator yang buruk, tidak berfokus pada visi dan tidak memerhatikan pertanyaan-pertanyaan serta kebutuhan dari para anggota kelompoknya. Pemimpin yang demikian beranggapan bahwa orang-orang di dalam kelompoknya memahami visi, tujuan, petunjuk, dan harapannya. Komunikasi yang buruk biasanya mengakibatkan kesalahpahaman, kebingungan, keluhan, kefrustrasian, hilangnya kreativitas, serta penyimpangan visi dan tujuan. Rencana-rencana kerja dan tindakan diperlukan untuk mewujudkan banyak visi yang menuntut berbagai macam karunia dan pengurapan bagi para pemimpin yang terlibat. Beberapa pemimpin dipanggil untuk menjadi pemimpin apostolik, yang memulai rencana yang diilhami oleh Roh dan membantu memimpin kelompok ke dalam pelaksanaan rencana-rencana yang diilhami oleh Roh tersebut. Beberapa dipanggil menjadi pemimpin profetik, yang menjaga para anggota kelompok untuk sadar akan visi dan perkataan Allah bagi mereka. Beberapa menjadi pemimpin evangelistik, yang terus menjangkau orang-orang lain dengan Injil. Beberapa menjadi pendeta dan pengajar yang terus mengasuh, mendidik, dan melatih kelompok-kelompok. Apa pun karunia mereka, para pemimpin pemberani kepunyaan Allah pastilah seorang komunikator yang efektif. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus: "Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani." (1 Korintus 2:12-14) Sepanjang abad terakhir, metode-metode untuk menyampaikan informasi telah berkembang dengan pesat. Para penulis sering menyebut era saat ini sebagai "Era Informasi". Komputer, internet, video, CD-ROM, DVD, pendidikan jarak jauh, TV, radio, dan media lainnya menembus kebudayaan kita. Semua itu dapat digunakan untuk komunikasi. Informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan memakai salah satu dari metode-metode tersebut. Namun, kita harus tetap ingat bahwa bagaimanapun juga, informasi dapat digunakan untuk kebaikan atau untuk kejahatan. Orang Kristen telah diberkati dengan berita-berita dan buku-buku yang diilhami oleh Roh, yang telah membawa mereka lebih dekat pada Allah yang hidup. Radio dan televisi Kristen telah memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia dengan informasi yang dapat dimengerti oleh mereka. Hal itu telah membuat para pemimpin yang pemberani untuk mempersiapkan material terbaik yang tersedia. Namun dibandingkan dengan informasi yang tidak benar, yang disampaikan dalam berbagai bentuk media, hanya sangat sedikit informasi yang merupakan informasi yang diilhami oleh Roh dan mengubah hidup. Jika para pemimpin berani kepunyaan Allah mau mengubah dunia mereka, mereka harus berfokus pada menghasilkan dan menyampaikan informasi yang diilhami oleh Roh. Pada abad ke-19, Amerika Serikat terlibat dalam sebuah perang saudara yang sangat mengerikan, sehingga hampir memecah kesatuan negara itu. Presiden Amerika Serikat saat itu adalah Abraham Lincoln. Sekarang, para sejarawan menempatkan Lincoln sebagai salah satu dari orang terhebat, jika bukan yang paling hebat, dari semua presiden Amerika yang pernah ada. Jarang ada seorang kepala negara yang memakai kuasa perkataan yang lebih efektif daripada Abraham Lincoln. Banyak yang telah ditulis tentang salah satu dari pidato tersingkat beliau, yang durasinya kurang dari 3 menit dan terdiri dari 272 kata saja. Pidato singkat Lincoln disampaikan di tempat terjadinya Pertempuran Gettysburg, lokasi gugurnya puluhan ribu tentara -- baik dari pasukan Utara maupun Selatan -- beberapa bulan sebelumnya. Beberapa orang mengatakan bahwa perkataan singkat Lincoln memberi bangsa itu sebuah kelahiran baru atas kebebasan, memengaruhi revolusi intelektual, dan mengubah dunia. Meskipun masing-masing bagian kalimat yang beliau sampaikan telah ditelaah, dianalisis, dan dipuji oleh para kritikus dan ahli literatur, yang paling signifikan adalah bahwa pidato tersebut diilhami oleh Roh dan memengaruhi sebuah negara. Kata-kata itu diingat oleh jutaan pelajar di Amerika selama bertahun-tahun dan telah bertahan melalui ujian waktu. Pidato singkat itu diulang di sini, dengan harapan bahwa Roh Allah yang hidup sekali lagi akan berbicara melalui kata-kata ini, sama seperti ketika Ia berbicara untuk sebuah negara di tahun 1863 dan kepada orang-orang lain yang tidak terhitung jumlahnya sejak saat itu. Secara khusus dalam konteks artikel ini, pidato ini bertujuan untuk memusatkan perhatian kepada bagaimana penyampaian kata-kata yang tepat pada saat yang tepat bisa memengaruhi dunia. Pidato Lincoln disampaikan pada upacara peresmian pemakaman di Gettysburg (19 November 1863): Delapan puluh tujuh tahun yang lalu, nenek moyang kita membangun sebuah negara baru di benua ini, negara yang dikandung dalam kebebasan dan dipersembahkan bagi asas bahwa semua manusia diciptakan setara. Sekarang kita terlibat dalam perang saudara yang dahsyat, yang menguji apakah bangsa ini atau bangsa mana pun yang dibangun dengan saksama dan dipersembahkan bagi kesetaraan derajat, dapat bertahan melalui semua ini. Kini kita bertemu di medan pertempuran dari perang itu. Kita datang untuk mempersembahkan sebagian dari medan pertempuran itu menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi mereka yang memberikan nyawa mereka di sini, supaya bangsa ini dapat hidup. Apa yang harus kita lakukan ini tidak hanya tepat, tetapi juga pantas untuk dilakukan. Namun dalam pemahaman yang lebih luas, kita tidak bisa mempersembahkan, menguduskan, dan menyucikan tanah ini. Para pemberani yang pernah hidup dan gugur ketika berjuang di sini, telah menguduskannya, jauh di atas kemampuan kita untuk menambah atau mengurangi nilainya. Dunia hanya akan sedikit memerhatikan atau mengingat sebentar saja apa yang kita ucapkan di tempat ini, tetapi dunia tidak pernah bisa melupakan apa yang telah para pejuang ini lakukan di sini. Kepada kita, orang-orang yang hidup, tugas yang belum selesai ini diwariskan, tugas yang dijunjung tinggi oleh mereka yang pernah bertempur di sini, sehingga tugas itu menjadi semakin bernilai. Kepada tugas besar yang tersisa di hadapan kita ini kita mengabdi -- karena orang-orang terhormat yang gugur di tempat inilah kita semakin setia, sebab mereka telah memberi ukuran akan kesetiaan mereka yang tertinggi. Kita berada di sini untuk memastikan bahwa kematian orang-orang terhormat ini tidak sia-sia -- bahwa negara ini, dalam naungan Allah, akan mengalami kelahiran baru dalam kebebasan -- dan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat tidak akan lenyap dari muka bumi. (t/Jing Jing) Diterjemahkan dari: Judul Buku: Courageous Leaders Judul bab: Strong and Courageous Leaders Judul asli artikel: Leaders as Communicators Penulis: James Halcomb, David Hamilton, Howard Malmstadt Penerbit: YWAM Publishing, Seattle 2000 Halaman: 49 -- 53 KUTIPAN "Kerja sama memberi Anda peluang terbaik untuk mengubah visi menjadi kenyataan." (John C. Maxwell) INSPIRASI: KEKUATAN KATA-KATA (EFESUS 4:29) Salah satu faktor penyebab kehancuran pernikahan dan keluarga masa kini adalah komunikasi. Rasul Paulus menggunakan istilah "perkataan kotor" untuk menggambarkan kata-kata yang memiliki kekuatan menghancurkan orang, baik orang dewasa maupun anak-anak (Efesus 4:29). Ia juga menyatakan bahwa komunikasi yang baik "perlu dibangun," karena memiliki kekuatan untuk membangun manusia. Berikut ini adalah contoh dari komunikasi yang menggunakan "perkataan kotor", yang sering kita tujukan kepada anak-anak kita: "Tidak bisakah kamu melakukan sesuatu dengan benar?"; "Kenapa sih kamu ini?"; "Kamu tak akan pernah bisa belajar."; "Kamu selalu menghancurkan sesuatu."; "Sini, biar aku saja yang melakukannya." Daftar ini masih bisa lebih panjang lagi. Demikian pula contoh-contoh dari komunikasi yang baik. Sebuah daftar berjudul ",99 Cara untuk Mengatakan `Bagus Sekali`" mencakup kata-kata membangun berikut ini: "Ya, bagus!"; "Kamu benar-benar telah bekerja keras hari ini."; "Aku sangat bangga padamu."; "Nah, sekarang kamu tahu jawabannya."; "Kamu pandai sekali melakukannya."; "Begitulah caranya!"; "Nah, itu baru namanya hasil yang baik." "Ide bagus." Paulus berkata bahwa saat kita membangun orang lain melalui perkataan kita, berarti kita sedang membagikan kasih karunia atau berkat rohani bagi hidup mereka (ayat 29). Mari kita periksa kebiasaan kita mengucapkan kata-kata yang ceroboh, dan ambillah sikap untuk membangun setiap orang yang kita jumpai, terutama anak-anak. Ingat, orang lebih membutuhkan pemberi semangat daripada pengkritik. Termasuk yang manakah Anda? Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: SABDA.org (Publikasi e-RH) Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/1998/12/30/ Penulis: JEY Tanggal akses: 21 Mei 2012 STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK)! Yayasan Lembaga SABDA melalui program PESTA (Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam) < http://pesta.org > kembali membuka kelas Dasar-Dasar Iman Kristen (DIK) untuk periode Sep/Okt 2012. Jika Anda mendaftarkan diri untuk mengikuti kelas ini, maka Anda akan mendapat modul pelajaran seputar pokok-pokok penting dasar iman Kristen, seperti Penciptaan, Manusia, Dosa, Keselamatan, dan Hidup Baru dalam Kristus. Setelah menyelesaikan seluruh tugas tertulis dalam modul, Anda akan masuk menjadi peserta kelas diskusi untuk belajar bersama rekan-rekan yang lain seputar dasar iman Kristen. Segeralah mendaftar karena kelas diskusi akan dimulai pada 18 September 2012. Cara mendaftarkan diri sangat mudah. Anda tinggal mengirimkan permohonan mengikuti kelas DIK Sep/Okt 2012 ke Admin PESTA di alamat email < kusuma(at)in-christ.net > Jika Anda ingin mendapatkan modul DIK secara online, silakan akses di: ===> < http://pesta.sabda.org/dik_sil > Kontak: < leadership(at)sabda.org > Redaksi: Desi Rianto dan Yonathan Sigit Tim editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari (c) 2012 Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org > < http://fb.sabda.org/lead > Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |