Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/121

e-Leadership edisi 121 (25-6-2012)

Kepemimpinan Ideal (II)

===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JUNI 2012===============

                        KEPEMIMPINAN IDEAL (II)

                    e-Leadership 121 -- 25/06/2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MENJADI PEMIMPIN KRISTEN
JELAJAH BUKU: SELF IMPROVEMENT 101

Shalom,

Idealnya, seorang pemimpin Kristen harus memiliki kualitas dan
karakter seperti pribadi Kristus. Namun, tidak ada seorang pemimpin
pun yang dapat memenuhi kualifikasi tersebut, jika tidak lebih dahulu
mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus dan mengalami proses
pertumbuhan iman maupun karakter setelahnya. Jika secara rohani dan
karakter ia telah mengalami transformasi, maka keterampilan-
keterampilan teknis lainnya untuk menjadi pemimpin ideal dapat
dipelajari lebih lanjut. Redaksi mengajak Pembaca untuk menyimak
uraian selengkapnya tentang bagaimana kita bisa menjadi pemimpin
Kristen yang ideal dalam kolom Artikel. Jangan lewatkan pula kolom
Jelajah Buku yang akan memberikan informasi mengenai isi buku "Self
Improvement 101".

Selamat membaca dan kiranya menjadi berkat bagi kita semua.

Redaksi Tamu e-Leadership,
Davida Welni Dana
< http://lead.sabda.org >

"Kehidupanmu akan menjadi lebih cemerlang dari pada siang hari,
kegelapan akan menjadi terang seperti pagi hari." (Ayub 11:17)
< http://alkitab.sabda.org/?Ayub+11:17 >

                  ARTIKEL: MENJADI PEMIMPIN KRISTEN

Pendahuluan

John Stott mengatakan dunia masa kini ditandai kelangkaan pemimpin
gereja yang berkualitas. Saat ini kita dihadapkan kepada permasalahan
yang berat, terutama bagi orang Kristen. Kita memiliki keterampilan
dan pengetahuan, tetapi minim dalam hikmat dan kearifan. Hal ini sama
dengan metafora Tuhan Yesus, "kita ini bagaikan kawanan domba tanpa
gembala", sementara para pemimpin sering kali tampil seperti "si buta
yang memimpin orang buta". Gereja saat ini sedang mengalami masalah
yang sangat serius, yaitu kekurangan pemimpin berkualitas seperti
pribadi Kristus. Krisis kepemimpinan yang rohani, efektif dan kuat,
melemahkan potensi untuk bertahan melawan si jahat.

Berbicara kepemimpinan, ada tiga pandangan yang secara umum mengatakan
pemimpin itu dilahirkan. Ada juga yang berpendapat bahwa pemimpin itu
dibentuk. Dan terakhir ("Great Event Theory") mengatakan bahwa
pemimpin itu terbentuk oleh situasi dan kondisi khusus yang menekan,
namun dari tekanan masalah itu akan keluar kualitas kepemimpinan
seseorang. Saya percaya, pemimpin ada yang dilahirkan dengan bakat
yang luar biasa, ada juga pemimpin yang digembleng serta dilatih Tuhan
melalui proses kehidupan maupun pembelajaran.

Shakespeare pernah mengatakan, "Ada yang besar karena dilahirkan
besar, ada yang besar karena usaha sendiri, tapi ada juga yang besar
karena dipaksa oleh keadaan." Buku-buku manajemen selalu berbicara
tentang kualitas dasar pemimpin alami yang memiliki intelektual,
watak, dan kepribadian yang kuat sebagai bawaan. Demikian juga
kepemimpinan kristiani merupakan "perpaduan antara kualitas alami dan
kualitas spiritual", atau dengan kata lain kepemimpinan Kristen adalah
perpaduan antara bakat alami dan pemberian spiritual.

Teladan Kepemimpinan Tuhan Yesus dan Rasul Paulus

Yesus menunjukkan teladan kepemimpinan dengan jalan menjadi panutan,
memberikan teladan kehidupan ketimbang memberikan perintah dan
aturan-aturan yang memaksa. Ia senantiasa menjadikan diri dan
kehidupan-Nya sebagai teladan moralitas. Tidak ada kesalahan maupun
kejahatan di dalam hidup-Nya. Hidup-Nya transparan, semua orang dapat
menilai dan menganalisis diri-Nya. Kepemimpinan yang ditunjukkan Yesus
juga bukan hanya sekadar melalui kata-kata, namun juga disertai dengan
hikmat dan wibawa ilahi.

Hal inilah yang harus diperhatikan setiap orang yang ingin meniru
teladan kepemimpinan Yesus. Menjadi seorang pemimpin, baik dalam
kehidupan diri sendiri, keluarga, masyarakat, gereja, dan lingkungan
lainnya di mana kita berada, harus memiliki kuasa, hikmat, dan
penyertaan Tuhan. Dengan demikian, kita dapat mencapai kesuksesan di
dalam memimpin.

Salah satu peranan utama dari seorang pemimpin adalah menunjukkan
teladan yang baik dan kemudian melatih orang lain untuk mengikutinya.
Paulus adalah seorang pemimpin besar dari gereja Tuhan di abad
pertama. Dalam kitab 1 Korintus 11:1 ia menulis, "Jadilah pengikutku,
sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." Ia berhasil
memultiplikasikan kepemimpinannya dengan mencetak pemimpin-pemimpin
baru yang andal. Ia berhasil mendidik Timotius menjadi pemimpin dan
gembala yang andal. Timotius pun kemudian menghasilkan
pemimpin-pemimpin baru di dalam gereja yang digembalakannya.

Multiplikasi Pemimpin

Pertumbuhan dan perluasan kekristenan terjadi sesuai dengan
tersedianya para pemimpin yang berhasil guna. Myron Rush, seorang
pakar kepemimpinan Kristen terkemuka menceritakan pengalaman seorang
rekan gembalanya.

Ted Grant ialah seorang gembala jemaat dari sebuah gereja besar dan
berkembang pesat di barat daya Amerika Serikat. Pertama kalinya saya
menjumpai Ted beberapa tahun lalu, gerejanya menghadapi berbagai
masalah, termasuk bergumul untuk mempertahankan jumlah kehadiran
jemaat sekitar dua ratus setiap kebaktian Minggu pagi. Pada waktu itu
Ted sedang mengalami frustrasi. Ia menumpahkan isi hatinya kepada saya
mengenai masalah untuk mendapatkan pemimpin-pemimpin yang memenuhi
syarat di dalam gerejanya. Ia mengatakan kepada saya mengalami
kesukaran menerima calon-calon pemimpin baru untuk memimpin di dalam
gerejanya. Selama percakapan berlangsung Ted mengatakan, "Tampaknya
saya tak dapat menemukan seseorang yang ingin berbuat sesuatu, kecuali
hanya duduk di kursi gereja dan menonton selagi beberapa orang dari
kami melaksanakan seluruh pekerjaan. Tidak mungkin untuk membina
sebuah gereja yang kuat tanpa adanya para pemimpin."

Tahun lalu, saya mendapat kehormatan untuk mengunjungi gereja yang
dipimpin oleh Ted. Gereja itu telah jauh berbeda dari tahun
sebelumnya. Mereka baru saja menyelesaikan tempat kebaktian yang baru
dan merencanakan sebuah bangunan untuk pendidikan. Lebih dari 3000
orang menghadiri dua kebaktian pagi setiap hari Minggu. Setelah
kebaktian berakhir, saya memunyai kesempatan untuk berbicara lama
dengan Ted dan menanyakan kunci keberhasilan pertumbuhan gerejanya
itu. Ia mengatakan bahwa sejak perjumpaan dengan saya, ia mulai
mengadakan program pelatihan kepemimpinan di gereja. Ia dan timnya
mengajar orang-orang cara untuk menjadi pemimpin, sebelum mengharapkan
mereka mencalonkan diri dengan sukarela untuk memegang peranan sebagai
pemimpin. Ted menjelaskan bahwa dengan melatih anggota-anggota gereja
kami tentang cara memimpin, cara mengajar, dan cara mereproduksi diri
mereka pada orang lain, maka saya tidak memunyai masalah lagi
menemukan orang-orang memenuhi syarat kepemimpinan yang diperlukan
oleh gereja.

Mendengarkan pembicaraan Ted pada hari itu, mengingatkan saya akan
pentingnya peranan para pemimpin dalam mencapai keberhasilan
organisasi apa pun. Tanpa kepemimpinan yang tepat, gereja Ted akan
bergumul untuk mempertahankan kelanjutan hidupnya. Tetapi begitu
mereka mulai membina para pemimpin yang efektif atau berhasil guna,
maka gerejanya menjadi sebuah organisasi yang sangat berhasil. Melatih
para pemimpin yang berhasil adalah rahasia keberhasilan mereka.

Kualifikasi Pemimpin

Dalam konsep kepemimpinan Kristiani, ada beberapa faktor utama yang
menentukan keberhasilan seorang pemimpin.

1. Visi (Sense of Mission)

"Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat." (Amsal 29:18) Visi
adalah tujuan, sasaran, gol, arah, wahyu, mimpi yang hendak dicapai.
John Stott mengatakan bahwa visi adalah suatu ihwal melihat, mendapat
persepsi tentang sesuatu yang imajinatif, yang memadu pemahaman yang
mendasar tentang situasi masa kini dengan pandangan yang menjangkau
jauh ke depan.

Musa merupakan salah satu pemimpin besar yang mengerti benar mengenai
visi. Ia berjuang keras memimpin bangsanya melawan penindasan Mesir,
mengarungi padang gurun selama puluhan tahun, karena ia mendapat visi
yang jelas tentang "Tanah Perjanjian".

2. Pengetahuan dan Keterampilan (Knowledge and Skill)

Visi harus dibarengi dengan pengetahuan yang cukup dan keterampilan.
Tidak cukup bagi Musa untuk memimpikan suatu negeri yang
berlimpah-limpah madu dan susunya. Ia berusaha mewujudkannya. Ia
menghimpun, menyatukan, dan mengatur orang Israel menjadi suatu
bangsa. Ia menggunakan pengetahuan yang didapatnya selama pendidikan
di Mesir dan pengalaman bersama Tuhan untuk memimpin mereka melintasi
gurun yang penuh bahaya dan kesukaran sebelum akhirnya mencapai tanah
Kanaan.

3. Konsistensi (Consistency)

Konsistensi merupakan salah satu kualitas kepemimpinan yang paling
utama. Musa lagi-lagi merupakan teladan konsistensi yang luar biasa.
Berkali-kali dalam hidupnya bangsa Israel "menggerutu" terhadap
kepemimpinannya dan menentang wibawanya. Akan tetapi, Musa tidak
menyerah. Ia tidak lupa akan panggilan Allah kepadanya untuk memimpin
bangsa itu. Ia konsisten melakukan perintah Tuhan untuk membawa bangsa
itu keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan.

Yohanes pembaptis, Daniel, Daud, Yosua merupakan teladan kehidupan
lainnya berkenaan dengan faktor konsistensi. Kepemimpinan mereka tidak
hanya "sukses" di awal saja, namun mereka konsisten mempertahankan
kualitas kerja dan kepemimpinannya sampai akhir. Konsistensi berbicara
tentang ketahanan, ketekunan, dan fokus yang tidak pernah berkurang
atau pudar dalam meraih tujuan kepemimpinan.

4. Karakter dan Integritas (Character and Integrity)

Kepemimpinan Kristen merupakan kepemimpinan yang berpusatkan Kristus.
Tidak ada seorang manusia pun di muka bumi ini yang akan mampu menjadi
pemimpin Kristen yang andal, bila ia tidak lebih dulu berjumpa secara
pribadi dengan Yesus dan menjadi ciptaan baru (2 Korintus 5:17).
Ketika seorang menghendaki untuk menjadi pemimpin yang efektif, ia
harus bertumbuh secara karakter.

Lynn E. Samaan dan Dunnam, pakar kepemimpinan mengatakan, "Pemimpin
Kristen menerima kehidupan Kristus dengan iman dan menerapkannya dalam
komitmen, disiplin, dan perilaku/perbuatan, di mana kehidupannya
setiap waktu mengungkapkan Kristus yang hidup di dalamnya sebagai
kesaksian kepada dunia." Tujuan utama pengembangan karakter adalah
"kualitas hidup", yaitu kualitas hidup rohani yang berpusatkan
Kristus. Kualitas hidup ini dipengaruhi oleh pekerjaan Roh Kudus dalam
semua aspek dan peristiwa hidup, serta respons atau komitmen (sikap)
terhadap peristiwa dan pengalaman hidup tersebut. Buah Roh akan makin
terpancar dalam kehidupan, sementara buah daging makin terkikis.

Salah satu karakter pemimpin Kristen yang diinginkan Yesus terlihat
dalam Markus 10:42-45. Panggilan kita adalah untuk melayani, bukan
untuk dilayani dan menguasai. Pemimpin harus melayani dan memerhatikan
kebutuhan bawahannya. Memberi kesejahteraan pada mereka, sehingga
bawahan akan bersemangat menopang pemimpinnya, seperti Yesus yang
mencukupi kesejahteraan murid-murid-Nya dengan menunjuk bendahara
untuk mengelola keuangan. Pemimpin Kristen bukanlah pemimpin-penguasa,
melainkan pemimpin hamba. Otoritas memimpin dilakukan bukan dengan
kekuasaan melainkan kasih, bukan kekerasan melainkan teladan, bukan
paksaan melainkan persuasif.

Integritas berbicara tentang "apa yang dikatakan sama dengan
perbuatan". Dengan kata lain, seorang pemimpin yang sukses adalah
seseorang yang kehidupannya "transparan", luar dalam sama. Dia tidak
saja menjadi teladan dalam perkataan dan kepemimpinan, tetapi juga
melakukan dengan tepat semua yang dikatakannya.

Banyak kasus moralitas, korupsi dsb., terjadi karena para pemimpin
gagal melakukan prinsip-prinsip yang diajarkannya. Mereka hanya
menjadi macan kertas atau macan panggung, namun ternyata ompong dalam
melakukan perkataannya.

Kesimpulan

Umat membutuhkan pemimpin yang dapat diteladani dalam segala segi,
baik karakter, manajemen, pelayanan, maupun mau bekerja keras untuk
memimpin orang-orang. Kepemimpinan Kristen bukanlah mau memerintah,
akan tetapi menjadi teladan hidup. Pemimpin sukses adalah orang yang
mampu mencetak pemimpin baru, dan bukannya iri atau takut tersaingi
bila bawahannya sukses.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memerhatikan bawahannya.
Mencukupi kebutuhan hidupnya, agar mereka dapat berkonsentrasi
melakukan tugas pelayanan yang dibebankan, tanpa harus dipusingkan
akan persoalan makan, minum, pakaian. Pantang menyerah, inovatif, dan
terus mengembangkan diri merupakan kualitas yang harus diperhatikan
juga. Dengan demikian, akan membuat pelayanan pemimpin itu semakin
efektif dan berhasil mencapai visi yang ingin diraihnya.

Wujud serta kualitas pemimpin Kristen yang ideal diharapkan terlihat
dalam kenyataan berikut: Memiliki karakter Kristus (Christlike),
memiliki pengetahuan yang komprehensif–kemampuan serta keterampilan
(knowledge-skill) yang bersifat sosial (hubungan dengan orang) dan
teknis (yang berhubungan dengan kerja). Memiliki konsistensi dan
integritas dalam hidup dan kepemimpinannya, baik kepada kepada Allah,
gereja, pengikutnya, diri pribadi dan dunia, serta memiliki tujuan
hidup yang jelas (sense of mission) yang memberi motivasi dan dinamika
bagi hidup dan pelayanannya.

Menjadi pemimpin yang baik sesungguhnya dapat dipelajari. Mempelajari
teknik kepemimpinan disertai hati dan karakter Kristus, akan
menjadikan setiap kita pemimpin yang baik. Marilah menjadikan dunia
ini lebih baik, dengan menjadi orang-orang yang memberi pengaruh
positif kepada dunia.

Referensi:
1. Alkitab.
2. John Stott, Isu-Isu Global, Menantang Kepemimpinan Kristiani, Jakarta: YKBK.
3. Yakob Tomatala, Kepemimpinan Kristen, YTLF.
4. Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis, YTLF.
5. Yakob Tomatala, Pemimpin yang Handal, YTLF.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: psbobby.wordpress.com
Alamat URL: http://psbobby.wordpress.com/2008/04/24/menjadi-pemimpin-kristen/
Penulis: Ps. Bobby M.Th
Tanggal akses: 4 April 2012

                               KUTIPAN

"Pujian tertinggi yang dapat diterima pemimpin adalah pujian yang
diberikan oleh orang-orang yang bekerja baginya." (James L. Barksdale)

                  JELAJAH BUKU: SELF IMPROVEMENT 101

Judul buku: Self Improvement 101 --
            Hal-Hal yang Harus Diketahui oleh Para Pemimpin
Judul asli: Self Improvement 101
Penulis/Penyusun: John C. Maxwell
Penerjemah: Marlene T.
Editor: Esther M. Tanuadji
Penerbit: PT. Menuju Insan Cemerlang, Surabaya 2009
Ukuran buku: 11 X 16 cm
Tebal: 150 halaman

Apakah Anda ingin menjadi orang sukses? Tentu jawabannya iya. Semua
orang pasti ingin sukses, tidak ada seorang pun yang ingin gagal. Akan
tetapi, tidak semua orang bersedia mengembangkan diri dan
memaksimalkan potensi untuk meraihnya. Padahal, kesuksesan tidak
mungkin datang secara instan dan ajaib tanpa ketekunan dan kerja
keras. Ada harga yang harus dibayar. Untuk mendorong Anda
mengembangkan potensi diri meraih sukses, John C. Maxwell menulis buku
"Self Improvement 101".

Apa saja yang bisa dipelajari dari buku "Self Improvement 101"? Mulai
dari pelajaran tentang risiko yang diambil untuk mengembangkan diri,
bagaimana bertumbuh dalam karier, mengembangkan sikap mau belajar,
menangkap peran orang lain bagi pertumbuhan kita, bagaimana
memfokuskan waktu dan energi, bagaimana mengatasi hambatan untuk
mengembangkan diri, bagaimana peranan pengalaman, hingga bagaimana
memiliki kesediaan diri untuk terus bertumbuh. Masing-masing bagian
dipaparkan dengan urut dan terperinci, serta menggunakan ilustrasi
yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pesan dari
John C. Maxwell bisa mendarat ke pemahaman pembaca dengan mudah. Dalam
buku ini, Maxwell juga banyak menyebut dan mengutip perkataan orang-
orang yang berhasil di bidangnya, seperti Robert Browning, Pablo
Casals, Napoleon Hill, Allen Neuharth, Rick Warren, Bob Buford, dan
masih banyak lagi. Isi buku ini sangat praktis dan mudah dipahami.

Ingin sukses? Kembangkanlah area kekuatan Anda dan kembangkan potensi
yang Anda miliki! Buku ini bisa menolong Anda untuk mengambil
tindakan.

Diulas oleh: Sri Setyawati

Diambil dari:
Nama situs: GUBUK (Gudang Buku Kristen On-line)
Alamat URL: http://gubuk.sabda.org/self_improvement_101
Tanggal akses: 18 Mei 2012

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto dan Yonathan Sigit
(c) 2012 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org