Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/119

e-Leadership edisi 119 (28-5-2012)

Spiritualitas Pemimpin Rohani (II)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI MEI 2012===============

                 SPIRITUALITAS PEMIMPIN ROHANI (II)

                  e-Leadership 119 -- 28/05/2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MENAKAR KEABSAHAN DIRI SEBAGAI PEMIMPIN ROHANI (II)
JELAJAH BUKU: KEPEMIMPINAN: KEKUATAN DARI HIDUP YANG KREATIF

Shalom,

Sukar sekali mengukur kerohanian diri sendiri bila tidak becermin
kepada firman Tuhan sebagai padanannya. Firman Tuhan merupakan standar
mutlak kerohanian setiap orang percaya. Hal ini juga berlaku bagi para
pemimpin rohani apabila ingin menakar panggilannya dalam menggenapi
misi Allah. Edisi kedua e-Leadership secara khusus akan menyoroti
mengenai peneguhan dan panggilan pemimpin rohani dalam memperjuangkan
hal besar bagi kemuliaan Tuhan. Kiranya sajian ini menjadi perenungan
kita bersama dalam mengukur keabsahan sebagai pemimpin rohani sejati,
yang diberkati untuk menjadi berkat. Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Desi Rianto
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >

"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku
telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan
buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam
nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu." (Yohanes 15:16)
< http://alkitab.sabda.org/?Yohanes+15:16 >

      ARTIKEL: MENAKAR KEABSAHAN DIRI SEBAGAI PEMIMPIN ROHANI (II)

Catatan: Dalam e-Leadership 118, telah dipaparkan hal pertama untuk
mengukur kepemimpinan rohani sejati, yaitu membangun kepemimpinan di
atas kehendak Allah. Dalam edisi 119, kita akan melihat 2 hal lainnya,
yaitu meneguhkan kepemimpinan dengan motivasi agung sebagai pemimpin
rohani dan membuktikan kepemimpinan dengan memperjuangkan hal besar
yang inklusif, yang akan diakhiri dengan suatu refleksi.

2. Meneguhkan Kepemimpinan dengan Motivasi Agung sebagai Pemimpin Rohani

Dalam upaya menegaskan bahwa saya dan Anda ada dalam kehendak Allah
yang sesungguhnya, kita harus meneguhkan sikap kita sebagai pemimpin
rohani. Pemimpin rohani adalah dia yang menyadari bahwa Tuhan Allah,
demi kemurahan-Nya telah memanggilnya kepada keselamatan. Pemimpin
rohani yang terpanggil oleh Tuhan Allah akan selalu berupaya untuk
mendahulukan kehendak Allah. Mendahulukan kehendak Allah haruslah
nyata dalam hati, pikiran, sikap, kata, serta tindakan, dengan
memerhatikan kebenaran berikut ini.

Pertama, sebagai upaya meneguhkan sikap kita, maka kita perlu menyimak
Sabda TUHAN Yesus yang menegaskan, "Jikalau kamu tetap dalam
firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui
kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31b-32)
Di sini, hal yang perlu dipahami ialah bahwa seorang pemimpin rohani
haruslah membuktikan diri sebagai pemimpin yang mengutamakan firman
Allah (Mazmur 1, 119:105). Keadaan hati, pikiran, sifat, sikap, kata,
serta tindakannya, haruslah diwarnai oleh "kebenaran firman TUHAN". Ia
akan selalu bertanya, "Apakah hati saya, pikiran saya, sifat saya,
sikap saya, kata-kata saya, serta tindakan saya selaras dengan firman
Allah?" Semua yang selaras dengan firman Allah berarti kita ada di
dalam kebenaran yang tanpa dosa. Kebenaran yang tanpa dosa adalah
kebenaran yang tidak boleh dikompromikan dengan dosa. Sebagai contoh,
"motivasi saya adalah untuk merebut kedudukan kepemimpinan, tetapi
saya menyelubunginya dengan sikap licik, berbicara manis, dan
mengakali hukum. Dilihat dari perspektif umum, cara ini bisa
dibanggakan dan disebut strategi. Tetapi dalam perspektif rohani, ini
adalah sebuah "penipuan". Kebenaran yang tanpa dosa adalah pembuktian
seorang pemimpin ada di dalam kehendak TUHAN, yang memberikan kekuatan
untuk membuktikan bahwa sang pemimpin rohani sedang mengutamakan TUHAN
Allah, karena ia memahami bahwa firman Allah mengharuskan "ya" adalah
"ya," dan "tidak" adalah "tidak," di mana yang bertentangan dengan ini
adalah dosa, seperti yang disabdakan TUHAN, "... jika seseorang tahu
bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia
berdosa." (Yakobus 4:17, 1:26, 3:2-11)

Mengutamakan kehendak Allah berarti mengesampingkan kehendak diri,
mengabaikan kemauan untuk menang sendiri, dengan tujuan untuk
membiarkan kehendak Allah terlaksana di dalam kebenaran, sehingga akan
ada kemuliaan bagi nama-Nya (Roma 11:36).

Kedua, pemimpin rohani yang hidup selaras dengan kehendak Allah akan
selalu dituntun oleh Roh Kudus. Tuntunan Roh Kudus meneguhkan hakikat
hidup rohani pemimpin, dengan kuasa untuk hidup seperti TUHAN Yesus (1
Yohanes 2:6). Pemimpin yang hidup seperti Yesus, akan dipenuhi dan
dituntun Roh Kudus (Matius 3: 13-17, 4:1; Markus 1:12-13;

Lukas 4:1- 13; Roma 8:14-16). Pemimpin rohani yang dipimpin Roh Kudus,
akan menampakkan keunggulan karakter yang diwarnai oleh "kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, dan penguasaan diri" (Galatia 6:22-23; bandingkan 1
Samuel 24:6-8, 26:9-11).

Ketiga, dalam melaksanakan hal ini, tanggung jawab pemimpin ialah
membuktikan bahwa ia benar-benar mendahulukan kehendak TUHAN, dengan
berbuat kebenaran dan kebaikan. Kebenaran dan kebaikan yang
dilakukannya itu selalu berujung kepada membawa kemuliaan bagi TUHAN
dan keuntungan bagi banyak orang, di mana tidak selamanya membawa
keuntungan bagi diri. Contoh teragung dari kebenaran ini, dapat
dilihat dari sikap dan doa TUHAN Yesus di Getsemani (Matius 26:36-46;
Markus 14:32-42; Lukas 22:39-46), di mana Ia membiarkan kehendak ALLAH
Bapa-Nya terlaksana, yang ditandai dengan hati, pikiran, sifat, sikap,
dan tindakan-Nya yang mendahulukan kehendak Bapa-Nya, dengan kesigapan
menanggung risiko dari kehendak TUHAN yang terlaksana itu.

Keempat, pemimpin rohani yang hidup dalam kebenaran yang mewarnai
hati, pikiran, sifat, sikap, dan tindakan akan selalu termotivasi
untuk mendahulukan kebenaran dengan hidup dalam kebenaran. Hidup di
dalam kebenaran akan berindikasi dengan melakukan kebenaran, keadilan,
ketulusan, kejujuran yang nyata dari hati, pikiran, sifat, sikap,
kata, serta tindakan yang membawa kedamaian kepada sesama (Yesaya
32:1-2, 8, 17). Dalam hal ini, pemimpin akan selalu berupaya menuntun
orang ke dalam kebenaran, dengan kesediaan yang tinggi untuk
mengangkat serta menolong sesama dengan segenap hati (Galatia 6:1-2).

Kelima, pemimpin rohani yang hidup dalam kebenaran dan mendahulukan
kehendak Allah, akan diteguhkan untuk membuktikan integritas diri
sebagai seorang pelayan TUHAN. Bukti bahwa pemimpin rohani adalah
pemimpin rohani yang berintegritas ialah bahwa ia memahami kehendak
Allah, yang ditandai oleh hati, pikiran, sifat, sikap, kehidupan,
serta tindakan yang arif, sehingga ia menjadi berkat kepada banyak
orang dalam kepemimpinannya dan lebih luas lagi (Efesus 5:15-21; 1
Raja-raja 3:16-28).

3. Membuktikan Kepemimpinan dengan Memperjuangkan Hal Besar yang Inklusif

Pemimpin rohani yang mendahulukan kehendak TUHAN Allah dengan hidup di
dalam kebenaran dan kebaikan, akan selalu memperjuangkan hal besar.
Memperjuangkan hal besar di sini berarti membebaskan diri dari sikap
egoisme, yang cenderung mendorong kepada upaya mementingkan diri dan
kelompok, serta cenderung memperjuangkan kepentingan sendiri. Pemimpin
rohani akan selalu menyadari beberapa kebenaran penting yang harus
disikapi dan dihidupi secara konkret, antara lain:

Pertama, pemimpin rohani sepenuhnya hidup dengan kesadaran bahwa
menjadi pemimpin itu adalah kasih karunia Allah (Roma 12:1-2,7; 2
Korintus 4:1). Kepemimpinan baginya adalah pekerjaan mulia yang harus
disikapi dengan penuh hormat dan tanggung jawab yang tinggi (1
Timotius 3:1-7). Dalam hubungan ini, pemimpin haruslah memimpin dengan
"sukarela sesuai dengan kehendak Allah, mendahulukan pengabdian, tidak
mencari keuntungan, dan selalu memimpin dengan teladan"
(1 Petrus 5:2-3; Ibrani 13:7, 17).

Kedua, pemimpin seperti ini menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab
untuk senantiasa berupaya mendahulukan kepentingan orang lain (Filipi
2:3-4). Mendahulukan kepentingan orang lain berarti bersikap altruis,
yang selalu berupaya mengangkat dan meneguhkan orang lain.

Ketiga, pemimpin rohani yang mendahulukan kepentingan orang lain
adalah bagian dari upaya memperjuangkan hal besar, yang membawa
keuntungan kepada banyak orang. Keadaan hati, pikiran, sifat, sikap,
kata, dan tindakan pemimpin rohani seperti ini adalah dasar bagi
pembuktian integritas diri, motivasi, daya juang, dan pencapaian yang
diakui oleh kalangan luas (Filipi 4:5). Pemimpin seperti ini akan
membuktikan bahwa "Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara
dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan
tangannya supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya supaya
jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya
supaya jangan melihat kejahatan, dia seperti orang yang tinggal aman
di tempat-tempat tinggi, bentengnya adalah kubu di atas bukit batu;
rotinya disediakan air minumnya terjamin" (Yesaya 33:15-16). Pemimpin
yang memperjuangkan hal besar sesungguhnya memahami Sabda Kristus
TUHAN, bahwa "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka." (Matius 7:12)
Pemimpin yang mau menjadi besar, akan hidup untuk memperjuangkan hal
besar demi kepentingan yang lebih besar. Inilah pemimpin rohani yang
memahami kehendak TUHAN, yang setia membuktikan diri dengan terus
menjadi berkat."

Refleksi

Secara umum, upaya mengukur dan membuktikan diri sebagai pemimpin
rohani hanya akan terlaksana apabila setiap pemimpin menetapkan untuk
mendahulukan kebenaran berikut ini:

Pertama, pemimpin rohani akan sensitif dengan terus mendahulukan
kehendak TUHAN Allah. Mendahulukan kehendak TUHAN tidaklah semudah
membalik telapak tangan, di mana ia harus menyerahkan diri kepada Roh
Kudus untuk memohon bimbingan-Nya. Pemimpin akan selalu berupaya
mengedepankan kebenaran firman Allah di atas kehendak dirinya sendiri.
Bukti bahwa seseorang itu mendahulukan kehendak Allah adalah bahwa
TUHAN Yesus Kristus akan terus dimuliakan dalam kehidupan serta
kepemimpinannya; sekalipun sang pemimpin merugi, kehilangan dan
terkalahkan dalam keputusannya mendahulukan kehendak Allah.

Kedua, pemimpin rohani akan selalu berupaya membuktikan komitmennya
untuk mengedepankan integritas dirinya sebagai pemimpin rohani.
Pembuktian ini didasarkan atas kerelaannya hidup selaras dengan firman
Allah, dituntun Roh Kudus, dan membuktikan diri hidup seperti Yesus
TUHAN dengan menandakan keagungan kehidupan Kristus di dalam dan
melalui hati, pikiran, sifat, sikap kata, serta tindakannya, sehingga
ada pengakuan bahwa ia adalah pemimpin rohani sejati.

Ketiga, pemimpin rohani harus hidup dan membaktikan dirinya untuk
memperjuangkan hal besar bagi kemuliaan TUHAN, kebaikan umat yang
dipimpinnya, serta lingkungan di mana ia mengabdi. Di sini pemimpin
harus terus hidup dalam kebenaran, membebaskan diri oleh kuasa
kebenaran dari egois, dan mempertahankan sikap altruis yang membawa
keuntungan serta kebaikan kepada sebanyak mungkin orang yang
dilayaninya. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin berkat, yang akan
terus memberkati dan menikmati berkat dari kehidupan serta pengabdian
kepemimpinan yang diembannya. Selamat mengukur keabsahan diri sebagai
pemimpin rohani yang bakti hidup serta matinya adalah untuk
memberkati.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: DR. Yakob Tomatala
Alamat URL: http://yakobtomatala.com/2011/06/26/
            menakar-keabsahan-diri-sebagai-pemimpin-rohani/
Judul asli artikel: Menakar Keabsahan Diri Sebagai Pemimpin Rohani
Penulis artikel: Dr. Yakob Tomatala
Tanggal akses: 22 Maret 2010

                                KUTIPAN

"Fondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi
organisasi, mendefinisikannya, dan menegakkannya, secara jelas dan
nyata." (Peter Drucker)

      JELAJAH BUKU: KEPEMIMPINAN: KEKUATAN DARI HIDUP YANG KREATIF

Judul buku: Kepemimpinan: Kekuatan dari Hidup yang Kreatif
Judul asli: Leadership The Power of a Creative Life
Penulis: Rick Joyner
Penerjemah: Benli Gunawan
Penyunting: Yahya Kristiyanto
Penerbit: Nafiri Gabriel, Jakarta, 2005
Ukuran buku: 15 cm x 23 cm
Tebal: 232 halaman

Kepemimpinan dan kreativitas adalah dua bahan utama yang bisa
menimbulkan kekuatan paling dahsyat di bumi. Kekuatan itu bisa
dimanfaatkan untuk kebaikan maupun kejahatan. Demikianlah kutipan
bagian pendahuluan yang ditulis oleh penulis buku ini. Jika yang baik
tidak memimpin dan berinisiatif, maka yang jahat akan melakukannya
(halaman 93). Oleh sebab itu, kita sebagai anak-anak Tuhan perlu
mempersiapkan diri dan menyediakan diri menjadi pemimpin.

Seorang pemimpin selalu berkutat dengan 3 pertanyaan penting: "Apa
yang sedang terjadi?", "Apa yang sedang tidak terjadi?", "Bagaimana
saya dapat memengaruhi apa yang sedang terjadi?" Pola untuk meraih
kesuksesan selalu sama dan sederhana, sedangkan menganalisis kegagalan
jauh lebih rumit. Pemimpin yang mampu menghimpun kekuatan adalah
pemimpin yang mengembangkan visinya secara kreatif. Para pemimpin
bukan hanya mengetahui apa yang harus dilakukan, mereka melakukannya
(halaman 107).

Buku ini terdiri atas 20 bab, yang sebetulnya dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian. Diawali dari bab 1 yang berjudul "Fondasi dari
Kekuatan" sampai dengan "Temukan Tujuan Anda" di bab 7, penulis banyak
menyinggung tentang masalah Kepemimpinan. Memasuki bab 8 yang berjudul
"Kepemimpinan yang Membentuk Dunia Ini", penulis mulai memasukkan
pembahasan tentang Manajemen. Pembaca mulai bisa mendalami pembahasan
tentang manajemen praktis dalam bab 15. Bab yang berjudul "Lima Hal
Penting bagi Manajemen yang Berhasil" ini, merupakan pengantar untuk
memasuki 5 bab terakhir, yang menghadirkan uraian kelima hal tersebut
secara terpisah, yaitu Produk, Administrasi, Pemasaran, Sumber Daya,
dan Waktu.

Buku ini ditulis berdasarkan buku "Leadership, Management, and Five
Essentials for Success" dari penulis yang sama. Sekalipun tidak
memunyai latar belakang sebagai akademisi, Rick Joyner menggunakan
pengalaman dan pergaulannya dengan para tokoh pemimpin di berbagai
bidang sebagai titik tolak pembahasannya. Beberapa ulasan dalam buku
ini juga mengutip dari pengajaran Alkitab, meskipun alamat ayat tidak
dicantumkan secara jelas. Buku ini sangat cocok untuk merangsang
keinginan belajar lebih mendalam tentang seluk-beluk kepemimpinan yang
kreatif.

Diulas oleh: Mahardhika Dicky K.

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2012 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org