Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/109

e-Leadership edisi 109 (12-12-2011)

Pemimpin Sebagai Mentor (II)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI DESEMBER 2011============

                     PEMIMPIN SEBAGAI MENTOR (II)

                  e-Leadership 109 -- 19/12/2011

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MODEL MENTORING DARI TELADAN ALKITABIAH
ARTIKEL KHUSUS: PARA GEMBALA (LUKAS 2:8-14)
JELAJAH BUKU: PEMIMPIN ROHANI YANG BERKUALITAS (KITAB NEHEMIA)

Shalom,

Apa kabar Pembaca e-Leadership semuanya? Bagaimana persiapan atau
perayaan Natal Anda? Kiranya, sukacita Natal senantiasa memenuhi hati
dan pikiran Anda sepanjang kehidupan.

Sebagai edisi pamungkas tahun 2011, e-Leadership edisi ini menyajikan
artikel mengenai "Model Mentoring dari Teladan Alkitabiah". Melalui
artikel tersebut, Anda dapat melihat prinsip Alkitab mengenai
mentoring, antara lain melindungi, memimpin, dan memelihara. Selain
itu, untuk menyambut perayaan Natal, kami sajikan pula Artikel Khusus
berjudul "Para Gembala". Kiranya menjadi berkat bagi Pembaca
e-Leadership semuanya.

Tidak lupa, redaksi e-Leadership mengucapkan: "Selamat Natal 2011 dan
menyambut tahun baru 2012. Kiranya anugerah serta rahmat-Nya selalu
tercurah di dalam kehidupan Anda semua dalam menyongsong tahun 2012.
Tuhan memberkati."

Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Desi Rianto
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >

"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di
bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Lukas 2:14)
< http://alkitab.sabda.org/?Lukas+2:14 >

          ARTIKEL: MODEL MENTORING DARI TELADAN ALKITABIAH

Bob Buford, dalam buku "Halftime"-nya yang luar biasa, membahas
tentang keinginan untuk beralih dari kesuksesan menuju "kebermaknaan"
(signifikansi). Bagi banyak orang, kebermaknaan lebih dapat dicapai
dengan cara menjadi mentor bagi orang lain, daripada menyelesaikan hal
itu seorang diri.

Walaupun mentoring sudah sangat ditekankan dalam literatur-literatur
organisasi sejak tahun 1970-an, namun fenomena yang dinamis ini
sebenarnya berawal dari kebudayaan mitologi Yunani kuno, ketika
Odysseus memercayakan putranya kepada Mentor. Ada banyak definisi
tentang mentoring, tetapi benang merahnya adalah fokus kepada
investasi dari seorang senior kepada seorang junior untuk
membimbingnya ke arah kesuksesan. Menurut saya, mentoring adalah
kemampuan untuk berdiri di luar kehidupan orang yang dibimbing
(mentori) dan mencermati pengaruhnya dulu dan sekarang, dan pada saat
yang sama membimbingnya ke arah integritas yang diperlukan untuk
mengerti posisinya, serta melangkah ke arah panggilan hidupnya.

Walaupun sebagian besar penelitian tentang konsep mentoring
menunjukkan hasil yang positif, namun terdapat beberapa keberatan.
Terkadang para mentor dan mentori merasa terganggu dalam proses
mentoring. Mentor mungkin merasa tertipu karena bimbingannya kepada
mentori berdampak sangat kecil atau waktunya terbuang selama hubungan
mentoring. Sebaliknya, para mentori terkadang merasa kecewa karena
mereka mengharapkan lebih banyak daripada apa yang mereka terima. Bagi
orang-orang yang bersemangat dalam membimbing orang lain, sangatlah
penting untuk mengetahui cara terbaik dalam berinvestasi kepada orang
lain. Kita dapat mengamati teladan alkitabiah yang istimewa mengenai
cara melakukan mentoring dalam interaksi antara rasul Paulus dengan
anak didiknya, Timotius.

Para ahli konservatif menyatakan kepada kita bahwa 2 Timotius adalah
surat terakhir yang ditulis oleh rasul Paulus. Dalam surat ini, Paulus
membimbing Timotius untuk memenuhi panggilan hidupnya. Surat 2
Timotius ditulis dari penjara Roma yang dingin, kemungkinan dalam
minggu-minggu terakhir sebelum kematian Paulus dalam penganiayaan yang
kejam oleh Kaisar Nero. Timotius dapat digambarkan sebagai seorang
profesional setengah baya, yang berumur sekitar empat puluhan dan
sedang membutuhkan sosok seorang ayah untuk menuntunnya dalam tugas
yang sangat sulit, yaitu menggembalakan jemaat di Efesus. Betapa
indahnya melihat hikmat Paulus ketika dia membimbing Timotius sebagai
mentorinya.

Mungkin ciri yang paling istimewa dari hubungan Paulus dan Timotius
adalah bahwa kedua orang ini memiliki semangat yang menyala-nyala
untuk alasan yang sama. Keduanya menginginkan hidup yang bermakna
dalam panggilan mereka, serta berdampak kepada sebanyak mungkin orang
dalam pelayanan jemaat. Parker Palmer dalam bukunya yang menggugah
pikiran berjudul "The Courage to Teach", memaparkan kedinamisan
seorang mentor yang rindu memperluas kehidupannya bagi orang lain, dan
seorang mentori yang rindu mengisi kehidupannya dengan apa yang dapat
diberikan oleh mentornya. Hubungan-hubungan mentoring yang efektif
adalah hubungan yang di dalamnya, mentor dan mentori memilih satu sama
lain. Salah satu alasan yang menyebabkan beberapa hubungan mentoring
menghasilkan kekecewaan adalah karena ketidakcocokan antara mentor dan
mentorinya. Dalam kisah Paulus dan Timotius, kita melihat dua pria
dengan alasan dan semangat yang sama. Hal ini barangkali adalah salah
satu dari prinsip-prinsip yang paling dasar untuk memeriksa kecocokan
dalam hubungan mentoring.

Lima Cara Memperluas Hubungan Mentoring

Dalam 2 Timotius, Paulus menunjukkan kepada kita lima cara utama untuk
memperluas diri kita ke dalam kehidupan seorang mentori.

1. Melihat Kualitas-Kualitas Baik.

Kita menyaksikannya saat Paulus mencatat tentang keluarga, panggilan,
dan karunia Timotius (2 Timotius 1:3-7). Goleman, Boyatzis, dan McKee
mengingatkan kita dalam buku mereka "Primal Leadership" bahwa awal
dari perkembangan pribadi, sering kali dimulai bukan dengan menilai
kelemahan-kelemahan kita, tetapi dengan melihat kebaikan (hal-hal yang
ideal) dalam diri kita. Paulus memperlihatkan kemampuannya memandang
melampaui permukaan hidup Timotius dan bersaksi tentang
kualitas-kualitas baik, yang dengan mudah terabaikan oleh orang lain.
Kualitas pertama seorang mentor adalah melihat sesuatu yang ideal
dalam hidup mentori. Kita tidak mungkin menginvestasikan diri kita
kepada orang yang menurut kita tidak layak mendapatkan investasi.

2. Mendorong Agar Mentori Memelihara Karunia Istimewanya.

Paulus menyatakan bahwa Timotius harus "memelihara harta yang indah,
yang telah dipercayakan-Nya" dalam hidupnya (2 Timotius 1:14). Dalam 2
Timotius 2:1-7, kita menemukan Paulus memberikan petunjuk yang jelas
kepada anak didiknya tentang cara untuk menginvestasikan karunia
istimewanya. Secara khusus, Paulus menggunakan tiga analogi untuk
menyampaikan pesan pemeliharaan ini. Pertama, Timotius harus berpikir
seperti seorang prajurit yang mengetahui bahwa kesetiaan utamanya
adalah kepada komandannya. Kedua, Timotius harus berpikir seperti
seorang olahragawan yang menyerahkan hidupnya kepada kedisiplinan yang
akan membangun parameter-parameter tingkah laku dan kebiasaan di dalam
kehidupannya. Yang terakhir, dia harus berpikir seperti seorang petani
yang memahami bahwa pada akhirnya, ia akan menikmati segala hasil
usahanya. Titik kunci dari kualitas kedua Paulus sebagai mentor ini
adalah dia membimbing investasi Timotius kepada tujuan yang Timotius
ciptakan dalam hidup. Berapa sering kita melihat talenta yang
disia-siakan hanya karena pola pikir yang menyebabkan seseorang
mundur alih-alih melangkah maju? Paulus tahu bahwa jika Timotius
ingin menggenapi kerinduan hidupnya, dia harus belajar dari sudut
pandang seorang tentara, atlet, dan petani.

3. Memberi Peringatan tentang Kelemahan-kelemahannya.

Kita melihat Paulus memperingatkan Timotius tentang bidang-bidang yang
menjadi kelemahannya. Dalam 2 Timotius 2:20-23, Paulus meninjau
bidang-bidang yang dapat menjadi kekuatannya dan bidang-bidang lain
yang dapat menyebabkan kelemahannya. Dalam model pembelajaran mandiri
Boyatzis (juga dalam "Primal Leadership"), kita melihat penekanan yang
diberikan dalam hal mencari tahu mengenai kekuatan dan kelemahan kita,
sehingga dapat mencapai kemampuan-kemampuan kita dengan seutuhnya.
Paulus langsung menantang Timotius bahwa beberapa sifatnya akan
melemahkan hidupnya sampai pada titik ketidakefektifan, sementara itu
kualitas-kualitas yang lain akan memperkuatnya. Sebagai mentor yang
bijaksana, Paulus menekankan bahwa kualitas-kualitas karakter ini
terletak dalam tanggung jawab Timotius sendiri. Tom Landry, seorang
pelatih American football, memunyai kebijakan bahwa jika ada pemain
berbakat yang menunjukkan pilihan hidup yang buruk, kemungkinan besar
ia tidak akan memilihnya sebagai anggota tim. Ia belajar lewat
pengalamannya bahwa talenta yang besar tidak dapat menebus kompromi
moral. Paulus tampaknya memunyai kesimpulan yang sama sebagai seorang
mentor.

4. Menyatakan Perlunya Kegigihan.

Secara realistis Paulus menunjukkan cakupan kesulitan yang harus
dihadapi Timotius dalam 2 Timotius 3:1-9. Bacaan ini mencerminkan
bahwa Paulus memahami konteks pelayanan Timotius acap kali dapat
terasa berat. Mentoring yang bijaksana tidak hanya menunjukkan puncak
kehidupan yang dijalani dengan baik, tetapi juga kebenaran bahwa
kegigihan dalam menjalankan tugas-tugas yang sangat berat pun sangat
diperlukan.

5. Menjadi Teladan.

Paulus menunjukkan bahwa dirinya sendiri adalah teladan yang baik bagi
Timotius. Tidak ada ucapan "lakukan seperti apa yang kukatakan, jangan
seperti apa yang kulakukan" dari Paulus. Sebaliknya, dia dengan tegas
menyarankan agar Timotius mengikuti teladan tentang bagaimana dia
berinvestasi dalam hidupnya, dan bahwa dia tidak akan kecewa
(2 Timotius 3:14).

Saya merasa penutup surat Paulus sungguh indah. Paulus menggunakan
frasa bahwa dia "sudah mulai dicurahkan sebagai anggur persembahan"
(2 Timotius 4:6). Rujukan terhadap anggur persembahan ini berakar dari
Perjanjian Lama. Pada tahap akhir persembahan korban di hadapan Allah,
imam akan mengambil secawan anggur yang sangat keras dan
mencurahkannya ke atas korban yang akan menghasilkan asap yang naik
kepada Allah. Persembahan anggur tidak ditujukan untuk memberkati
mereka yang mempersembahkan korban, tetapi sebagai tindakan
penyembahan kepada Allah. Nilai utama Paulus dalam memuliakan Allah
ditampilkan kepada Timotius saat dia menjelaskan pemahamannya bahwa ia
siap menjadi anggur persembahan.

Apa Arti Mentoring untuk Saya Sebagai Seorang Pendeta

Sebagai seorang pendeta, saya mendapat kehormatan untuk memimpin
pertemuan mentoring mingguan. Di sana saya berkumpul bersama dengan
beberapa orang yang sangat bersemangat untuk menjadi lebih dari
sekadar orang yang sukses; mereka rindu menjadi orang yang bermakna.
Dalam suasana mentoring ini, saya menyadari nilai-nilai Paulus sebagai
mentor bagi Timotius. Saya mencapai kesimpulan bahwa mentor yang
efektif harus memunyai lima kualitas utama:

1. Kemampuan untuk menilai apakah ada kecocokan antara semangat atau
kerinduan mentor dan mentori.

2. Pemahaman yang mendalam tentang idealisme di dalam diri mentori.

3. Kemampuan untuk menggiatkan investasi dalam kehidupan mentori agar
menjadi diri mereka yang ideal.

4. Kejujuran yang mendalam, yang tidak menghindari pembicaraan yang
jujur mengenai kegigihan dalam menghadapi bagian kehidupan yang sangat
tidak menyenangkan.

5. Kesediaan untuk tidak hanya "mengajarkan cara," tetapi juga
"menunjukkan cara" dengan nilai dan pilihan saya.

Sebagai mentor, kita bisa mempertimbangkan pertanyaan yang ditekankan
oleh Santo Agustinus: "Hal apa yang saya inginkan untuk dikenang orang
dari diri saya?" Bagi Agustinus, inilah awal kedewasaan. Dalam
masyarakat yang lebih mengidolakan kesuksesan daripada "kebermaknaan",
kita perlu memiliki pria dan wanita yang tidak hanya bersedia untuk
memberi orang lain sarana untuk mencapai keberhasilan dalam
tugas-tugas mereka, tetapi juga memberikan sarana bagi mereka untuk
menemukan kebermaknaan. (t/Uly)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Christian Leadership Alliance
Alamat URL: http://www.christianleadershipalliance.org/?biblical_mentoring
Judul artikel: A Mentoring Model from a Biblical Example
Penulis: Mike Oney
Tanggal akses: 21 Juli 2011

                               KUTIPAN

"Kepemimpinan yang efektif adalah meletakkan hal pertama di tempat
pertama." (Stephen Covey)

                ARTIKEL KHUSUS: PARA GEMBALA (LUKAS 2:8-14)

"Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan
terbaring di dalam palungan." (Lukas 2:12)

Malaikat melalui Yerusalem, pusat kegiatan keagamaan di Israel. Ia
tidak pergi ke Herodium, vila Herodes yang ada di dekat Betlehem. Ia
justru menampakkan diri kepada sekelompok gembala yang sedang menjaga
kawanan ternak mereka (Lukas 2:8-9).

Saat itu, tak ada yang mengira kalau Allah menaruh perhatian kepada
para gembala, atau sebaliknya, para gembala menaruh perhatian kepada
Allah. Para gembala waktu itu terkenal sebagai orang-orang yang tidak
religius. Oleh para rabi, mereka disejajarkan dengan pelacur dan "kaum
pendosa" lainnya. Mereka adalah sampah masyarakat yang dikucilkan oleh
kaum rohaniwan dan golongan masyarakat yang terhormat. Para gembala
itu berpikir bahwa Allah tidak akan menerima mereka, sehingga mereka
pun takut kepada-Nya.

Namun, Allah berbicara kepada mereka. Saya merasa bahwa Allah
mengetahui kalau para gembala tersebut sebenarnya diam-diam merindukan
Allah, seperti halnya kebanyakan orang yang tampaknya tak peduli
terhadap hal-hal rohani.

Kita semua punya kerinduan akan sesuatu yang lebih. Dan sekeras apa
pun usaha kita untuk kelihatan mampu mencukupi kebutuhan kita sendiri,
lambat laun kita akan kekurangan sesuatu yang esensial -- kasih, uang,
waktu, atau kehidupan. Perasaan terasing, kesepian, dan ketakutan akan
kematian menyadarkan kita bahwa kita membutuhkan seorang Juru Selamat.
Namun, di mana kita dapat menemukan-Nya?

Firman yang disampaikan malaikat kepada para gembala begitu sederhana
dan tanpa basa-basi: "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu
Kristus, Tuhan, di kota Daud." (Lukas 2:11) Anda pun dapat menemukan
Dia.

Diambil dari:
Judul asli buku: Christmas Edition -- The Perfect Gift
Judul buku: Santapan Rohani "Hadiah Terindah"
Penulis: DHR
Penerbit: RBC Ministries, Jakarta 2007
Halaman: 10

            JELAJAH BUKU: PEMIMPIN ROHANI YANG BERKUALITAS
                         (KITAB NEHEMIA)

Judul buku: Pemimpin Rohani yang Berkualitas (Kitab Nehemia)
Judul asli buku: -
Penulis: Dr. Timotius Haryono
Penerjemah: Tim Penerjemah Media Injil Kerajaan
Penerbit: Persekutuan Mahasiswa Kristen Surakarta STT. Gamaliel, Surakarta 2002
Buku Online: http://lead.sabda.org/04/aug/2005/
          kepemimpinan_pemimpin_rohani_yang_berkualitas_kitab_nehemia
Ukuran: -
Tebal: -
Sumber: Publikasi e-Buku 81/2011

Buku kepemimpinan Kristen selayaknya dijadikan buku pegangan bagi
pemimpin-pemimpin gereja maupun pemimpin Kristen di mana pun berada.
Gaya kepemimpinan para pemimpin Kristen pun seharusnya tidak jauh
berbeda dengan gaya kepemimpinan Yesus Kristus, Pemimpin panutan yang
utama. Buku-buku kepemimpinan Kristen seperti apa yang sebaiknya kita
baca? Di Indonesia kita memiliki banyak pilihan, bahkan tidak hanya
dalam bentuk cetak, namun juga buku online. Salah satu buku online
yang pantas dibaca adalah "Pemimpin Rohani yang Berkualitas".

Buku bertajuk "Pemimpin Rohani yang Berkualitas" karangan Dr. Timotius
Haryono, ditulis sebagai sarana untuk membantu pertumbuhan rohani
gereja Tuhan dalam rangka melaksanakan visi Allah. Awalnya buku ini
ditulis sebagai bahan KTBK (Kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual) bagi
para mahasiswa. Akan tetapi, dalam perkembangannya, buku ini bisa
digunakan oleh berbagai denominasi gereja baik di dalam maupun di luar
negeri, dan berbagai kalangan dari anak-anak, remaja, pemuda, orang
dewasa, dan orang tua.

Topik-topik yang ada di dalam buku ini mencakup aspek: kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap dan karakter), konatif (tingkah laku dan
keterampilan), dan relasi (hubungan), alkitabiah, dan kontekstual.
Bahan-bahan buku ini ditulis berdasarkan pada studi Kitab Nehemia.
Buku ini dirancang untuk menolong para pelayan Kristus dan orang
percaya yang akan mengembangkan kualitas kepemimpinannya. Kualitas
kepemimpinan Nehemia disajikan dalam 14 topik menarik dengan cara
metode induktif dan diskusi kelompok. Topik di masing-masing bab
dijelaskan dengan terstruktur, dengan urutan: sasaran, teks,
introduksi, observasi, interpretasi, aplikasi, diskusi, aksi,
evaluasi, dan doa. Buku online ini bisa diakses dengan mudah dan
disalin dengan mudah. Anda ingin mengembangkan kepemimpinan rohani
Anda? Bacalah buku ini sebagai referensi.

Diulas oleh: Sri Setyawati

Diambil dari:
Nama situs: GUBUK (Gudang Buku Kristen On-line)
Alamat URL: http://gubuk.sabda.org/
            pemimpin_rohani_yang_berkualitas_kitab_nehemia
Tanggal akses: 20 September 2011

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2011 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org