Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/106

e-Leadership edisi 106 (14-11-2011)

Kriteria Pemimpin yang Berpotensi (I)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI NOVEMBER 2011============

                KRITERIA PEMIMPIN YANG BERPOTENSI (I)

                  e-Leadership 106 -- 14/11/2011

DAFTAR ISI
ARTIKEL: SIFAT-SIFAT PRIBADI DALAM KEPEMIMPINAN (I)
INSPIRASI: DELAPAN KIAT MELIHAT KEGAGALAN
STOP PRESS: DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG

Shalom,

Ada berbagai faktor penentu keberhasilan pemimpin untuk mewujudkan
harapan organisasi/lembaga. Salah satunya adalah potensi/kualitas yang
dimiliki setiap pemimpin dan bagaimana sang pemimpin tersebut menggali
potensi kepemimpinannya dengan baik. Banyak potensi yang belum
dikembangkan dengan maksimal, bahkan masih tersembunyi, karena banyak
pemimpin yang kurang dapat mengenal diri mereka sendiri.

Dalam edisi e-Leadership bulan November 2011, redaksi menyajikan
kepada Anda tema "Kriteria Pemimpin yang Berpotensi". Diharapkan,
melalui artikel yang disajikan, Anda dapat mengenal potensi diri
sendiri melalui pengetahuan akan sifat-sifat pribadi dalam
kepemimpinan. Kiranya bermanfaat bagi Anda dan silakan bagikan kepada
rekan-rekan Anda setiap pelajaran yang telah Anda dapatkan dalam edisi
e-Leadership kali ini.

Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Desi Rianto
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >

Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada
penghasilan banyak tanpa keadilan. (Amsal 16:8)
< http://alkitab.sabda.org/?Amsal+16:8 >

         ARTIKEL: SIFAT-SIFAT PRIBADI DALAM KEPEMIMPINAN (I)
               Diringkas oleh: Truly Almendo Pasaribu

"Kualifikasi utama kepemimpinan yang sukses adalah integritas pribadi."

Semua sifat dalam artikel di bawah ini sangatlah penting untuk meraih
keberhasilan. Sifat-sifat ini menonjol karena terbukti menjadi
penggerak serta sarana untuk mencapai kesuksesan tertinggi.

Keinginan untuk Berprestasi

Ambisi dikenal dengan banyak nama: motivasi, dorongan, antusiasme,
atau harapan untuk meraih prestasi. Apa pun namanya, sifat ini penting
karena keinginan adalah dasar seseorang untuk memacu diri sendiri.
Jika tidak, orang tersebut akan berpuas diri menjadi pengikut,
alih-alih pemimpin.

Ambisi perlu realistis. Beberapa orang menetapkan tujuan-tujuan yang
mustahil bagi diri mereka. Karena mereka bekerja terlalu keras, mereka
menjadi sangat penat, dan frustrasi. Hal ini bisa menyebabkan depresi
neurotik.

Seseorang yang memunyai tujuan dan cita-cita yang jelas mengetahui ke
mana arah langkahnya. Dia akan mencapai lebih banyak hal daripada
orang-orang yang tidak memunyai tujuan yang jelas. Para pemimpin
mendapatkan kepuasan terbesar saat mereka mencapai tujuan-tujuan
mereka; mereka selalu mencari dunia-dunia baru untuk ditaklukkan.
Mereka biasanya memunyai ego yang kuat. Rasa menghargai dan
menghormati diri sendiri perlu dipuaskan lewat pengungkapan dari
dirinya sendiri dan kelompoknya. Betapa pentingnya para pemimpin
menyerahkan dorongan-dorongan ini kepada Sang Juru Selamat! Para
pemimpin tampaknya memunyai satu ciri: pikiran yang menjelajah,
gelisah, dan rasa ingin tahu yang disertai dengan ketetapan hati untuk
mencapai sesuatu.

Ambisi, jika tidak dibuat-buat, sangatlah penting karena sifat ini
mandiri dan menular. Pemimpin sejati digerakkan oleh kekuatan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan keinginan orang lain di atas tingkat
rasional semata. Perasaan ini, tentu saja, harus berawal dari
keyakinan atas pentingnya sebuah tujuan. Bagi pemimpin Kristen, ambisi
terbesarnya adalah membawa kehormatan dan kemuliaan bagi Kristus.
Dorongan dan ambisi-ambisinya dikuasai oleh Roh Kudus.

Kita perlu mengingat bahwa pengaruh kita sangat ditentukan oleh
semangat kita. Jika seseorang kurang memunyai rasa antusias, mungkin
dia perlu melihat struktur kepribadian serta dasar iman atau
pandangannya tentang hidup; orang yang pesimis atau sinis bukanlah
orang yang antusias.

Seseorang pernah berkata bahwa antusiasme berfungsi sebagai bahan
bakar pesawat yang menggerakkan seseorang, agar dia meluncur untuk
mencapai keberhasilan yang luar biasa.

Menerima Otoritas

Keberhasilan dalam kepemimpinan membutuhkan kepekaan yang kuat dalam
menggunakan otoritas tepat pada waktunya. Hal ini tercermin dalam
kemampuan pemimpin untuk memberikan perubahan dalam kelompok atau
perorangan. Ketika seseorang membuat penilaian yang tepat, dia dapat
memberikan motivasi atau bertindak tepat pada waktu yang tepat.
Kemampuan inilah yang membentuk otoritas seseorang untuk mengelola
kelompoknya.

Akan tetapi, pertama-tama kita perlu mengerti otoritas. Definisi yang
umum dari otoritas adalah: "Semua milik Anda sekarang, dapat
menggerakkan orang lain untuk melakukan apa yang Anda ingin ia lakukan
sekarang." Dengan kata lain, setiap pemimpin yang dapat menyelesaikan
apa yang dikehendakinya, memunyai otoritas yang dia butuhkan pada saat
ini.

Sebuah jurnal yang ditulis oleh William Oncken, Jr, pada bulan Oktober
1970 dan dikeluarkan oleh California Institute of Technology,
mengatakan bahwa otoritas terdiri dari empat komponen berikut ini.

1. Otoritas Kompetensi.

Jika seseorang semakin mengenali kompetensi Anda, dia akan semakin
percaya bahwa Anda tahu apa yang sedang Anda bicarakan. Dia cenderung
mengikuti perintah, permintaan, atau saran Anda.

2. Otoritas Kedudukan.

Otoritas ini memberikan Anda hak untuk mengatakan, "Lakukan! Jika
tidak ...." Otoritas ini memiliki kuasa! "Bos menginginkannya!" adalah
perintah nyaring yang dapat menyentak orang untuk segera bertindak.
Posisi seseorang mengandung otoritas yang membuat kita segan. Hanya
"penjudi" yang akan mengabaikannya dengan ceroboh.

3. Otoritas Kepribadian.

Semakin nyaman seseorang berbicara, mendengarkan, atau bekerja dengan
Anda, semakin mudah baginya untuk menanggapi keinginan-keinginan Anda.
Semakin sulit Anda diajak bekerja sama melakukan pekerjaan, semakin
sulit baginya untuk menemukan kepuasan dalam melakukan apa yang Anda
inginkan. Sulit sekali mengatakan "tidak" kepada seseorang yang mudah
untuk diajak melakukan pekerjaan.

4. Otoritas Karakter.

Otoritas ini merupakan reputasi Anda dalam hal integritas,
keterandalan, kejujuran, kesetiaan, ketulusan, moral pribadi, dan
etika. Tentu saja Anda akan mendapatkan hasil yang lebih banyak dan
lebih baik dari orang yang menghormati karakter Anda daripada dari
orang yang tidak. Orang tersebut memperoleh rasa segan (atau
kehilangan rasa segan!) dari jejak yang Anda tinggalkan dari janji
yang Anda tepati atau tidak, pengharapan yang Anda penuhi atau tidak,
dan pernyataan Anda yang terbukti atau tidak. Karakter Anda diukur
oleh orang lain berdasarkan seberapa jauh Anda mau membuka diri untuk
menjaga kejujuran dan kepercayaan Anda. Tindakan ini membuat mereka
tahu seberapa jauh mereka akan membuka diri untuk Anda pada masa
krisis. Semakin besar rasa hormat mereka, semakin banyak tindakan
mereka, dan semakin besar komponen karakter Anda dalam keseluruhan
otoritas Anda [1].

Untuk mendorong bawahan Anda bertindak sesuai dengan keinginan Anda,
Anda perlu menunjukkan keempat kualitas tersebut. Seorang pemimpin
yang mengeluhkan bahwa dia memunyai tanggung jawab tapi tidak memiliki
otoritas, perlu menyadari bahwa dia dapat memperkuat segmen-segmen
kehidupannya untuk mendapatkan otoritas lebih. Kompetensi dapat
diperoleh, kepribadian dapat dikembangkan, dan tentunya karakter dapat
dibina.

Kepemimpinan yang berkualitas hanya dapat ada, jika seseorang mau
berkorban untuk mengembangkan dan memperkuat dirinya sendiri. Kemudian
otoritasnya akan digunakan dengan tepat. Lalu, semua usaha kelompoknya
akan membuahkan hasil yang dinamis.

Disiplin Diri

Kedisiplinan adalah persyaratan untuk kepemimpinan yang berhasil.
Untuk mengendalikan orang lain, seorang pemimpin harus memunyai
kendali diri yang baik. Kualitas ini penting karena hanya orang yang
memunyai disiplin diri yang baik, yang dapat mengukur tingkatan
kedisiplinannya. Lewat pengalaman, dia telah mempelajari cara
menunjukkan ketegasan, pengorbanan, dan permintaannya.

Banyak orang memunyai karunia alami dan karunia rohani yang khusus,
tetapi tidak dikembangkan. Karunia-karunia ini tidak dipakai karena
mereka mencemooh otoritas dan menghindari kedisiplinan. Kemudian
mereka berhenti di tengah jalan. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin
yang bersedia bekerja saat orang lain tidur, bermain, atau
membuang-buang waktu. Dia juga selalu mengevaluasi kemampuannya --
dan kelemahannya!

Kreativitas

Individu-individu yang berpengaruh dalam generasi mereka adalah
individu-individu yang memunyai visi dan kreativitas. Inisiatif juga
memiliki peranan. Orang yang berpikir kreatif adalah orang yang mampu
membuat gagasan yang orisinal. Berpikir kreatif melibatkan imajinasi
yang dikelola menurut rencana dari inisiatif diri sendiri. Pemimpin
kreatif mengumpulkan ide dari berbagai sumber dan mengintegrasikannya
sampai mencapai hasil akhir.

Berpikir kreatif bukanlah melamun, tetapi usaha yang nyata untuk
mewujudkan aktivitas mental. Psikolog mengatakan bahwa karya kreatif
bisa menjadi sebuah kebiasaan oleh orang yang tekun melatih diri untuk
berpikir kreatif.

Banyak perusahaan dan pelayanan Kristen saat ini didorong untuk
bertukar pikiran. Hal ini disebut "brainstorming" atau masuk ke "think
tank". Pemimpin perlu memprogramkan hal ini ke dalam apa yang mereka
lakukan.

Arnold Toynbee, seseorang yang mempelajari alur sejarah, menyimpulkan
bahwa kebangkitan dan kejatuhan masyarakat bergantung erat dengan
kualitas kepemimpinan. Dia percaya bahwa orang kreatif membantu
memajukan peradaban.

Delegasi

Pemimpin yang baik tidak akan menerapkan cara-cara otoriter untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Lawan dari metode otoriter adalah
delegasi: seorang pemimpin yang mengizinkan bawahannya untuk
bertanggung jawab atas tugas yang diterimanya. Kepemimpinan yang
berkualitas tidak dapat dipertahankan jika seorang manajer merasa
bahwa dia harus melakukan semuanya.

Dalam sebuah pamflet "Bagaimana Cara Mendelegasikan Dengan Efektif,"
yang diterbitkan oleh Darnel Corporation, Clarence B. Randall berkata:
"Kemampuan mendelegasikan otoritas dan tanggung jawab dengan sentuhan
yang tepat merupakan kualitas yang jarang dimiliki orang. Banyak orang
membanggakan diri karena memiliki kemampuan mendelegasikan, tetapi
nyatanya dia melakukan pekerjaannya dengan buruk."

"Saya mengenal seseorang yang percaya bahwa kemampuan mendelegasikan
adalah salah satu kekuatannya. Akan tetapi, inilah keadaan yang saya
dengar dari rekannya. Pada hari Senin, dia memanggil bawahannya,
menjelaskan masalahnya, dan memintanya menyelesaikan tugas tersebut
sesegera mungkin; pada hari Selasa, dia mendelegasikannya kepada orang
lain; pada hari Rabu dia mengerjakan tugas itu sendiri dan tidak
memberi tahu yang lainnya apa yang dikerjakannya."

"Saya tahu eksekutif lain yang mampu mendelegasikan dengan baik -- dia
tidak pernah melakukan sesuatu sendiri, jika hal itu bisa dihindari --
tetapi tidak pernah bekerja sesuai pola yang terlihat; biasanya orang
pertama yang dijumpai saat dia berjalan yang diberikannya tugas."

"Ada satu uji akhir yang bisa menentukan apakah seorang eksekutif
cukup objektif dan konsisten dalam mendelegasikan otoritas: jika dia
dapat memberikan tugas kepada staf baru dan mendukungnya untuk
mengerjakannya dengan cara yang berbeda, maka dia mengerti cara
mendelegasikan."

"Seni indah mendelegasi tidaklah semudah menggambar grafik dengan
garis vertikal dan horisontal, yang mengikat pekerjaan atau
orang-orang secara bersamaan. Delegasi juga bukanlah membuat
deskripsi tugas, karena biasanya deskripsi tugas membatasi inisiatif
bukan meningkatkannya. Jika kita terlalu menekankan kepada definisi
tugas, staf baru biasanya berpikir lebih ke keterbatasan otoritasnya
daripada kesempatannya. Dia biasanya menahan ketakutannya berbuat
salah, alih- alih mengerjakan tugas itu dengan berani."

"Seorang administrator yang baik tidak hanya mempelajari cara
mendelegasikan otoritasnya, tetapi dia juga mencari cara membagikan
pemikirannya dengan banyak orang. Akan tetapi, hal ini bukanlah
kebiasaan yang mudah bagi beberapa orang." (t/Uly)

Catatan kaki:

[1] Circular No. 36. "The Authority to Manage," by William Oncken, Jr.
(Dallas: The William Oncken Corp., October 1970).

[Bersambung ke e-Leadership edisi 107]

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul asli buku: The Making of a Christian Leader
Judul asli artikel: Personal Traits in Leadership
Penulis: Ted W. Engstorm
Penerbit: Zondervan Publishing House, Michigan, 1981
Halaman: 111 -- 115

KUTIPAN

"Ciri pemimpin adalah mereka tidak memulai dengan pertanyaan (apa yang
saya inginkan?) mereka memulai dengan bertanya (apa yang perlu
dilakukan)." (Peter Drucker)

             INSPIRASI: DELAPAN KIAT MELIHAT KEGAGALAN

Bagaimana Anda memandang kegagalan dalam hidup Anda? Pada suatu tengah
malam, saya pernah merenungkan berbagai kegagalan yang pernah saya
lakukan dan menemukan delapan hal yang penting. Pertama, kegagalan
bukan akhir dari segalanya, jika kita mau bangkit dan terus melangkah.
Kedua, kegagalan merupakan hal yang sangat wajar dan dialami semua
orang. Ketiga, kegagalan membuktikan ada yang keliru dalam upaya kita
mencapai tujuan. Dengan demikian, kita harus memperbaiki proses yang
salah itu jika ingin melangkah lagi. Keempat, kegagalan menjadi
pertanda bahwa kita harus terus belajar. Kelima, kegagalan mengajarkan
kita untuk rendah hati. Orang yang tidak menemui kegagalan cenderung
merasa di atas angin dan menjadi tinggi hati. Keenam, kegagalan
merupakan sarana untuk meningkatkan kehidupan kerohanian. Biasanya,
ketika berada dalam masa sulit termasuk saat gagal -- kita langsung
teringat kepada yang Mahakuasa. Peristiwa yang tidak menyenangkan itu
dapat juga dipandang sebagai undangan untuk kembali dekat kepada-Nya.
Ketujuh, kegagalan menjadi pertanda bahwa kita membutuhkan bantuan
orang yang tepat dalam perjuangan selanjutnya. Kedelapan, kegagalan
dapat berfungsi sebagai ujian terhadap ketangguhan kita.

Diambil dari:
Judul buku: The Leadership Wisdom
Penulis: Paulus Winarto
Penerbit: PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2006
Halaman: 181

             STOP PRESS: DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI
                          NATAL.SABDA.ORG

Bulan November telah tiba. Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan
pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah,
dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA
(YLSA) telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap
pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam bahasa
Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti Renungan
Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi
Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku
Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu
Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal.

Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai situs
yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk
berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog,
memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan
pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs
"natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan
Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi berkat bagi
kemuliaan nama-Nya.

==> http://natal.sabda.org/

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2011 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org