Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/101

e-Leadership edisi 101 (22-8-2011)

Tanggung Jawab Pemimpin Kristen (II)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI AGUSTUS 2011=============

                 TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN KRISTEN (II)

                  e-Leadership 101 -- 22/08/2011

DAFTAR ISI
ARTIKEL: PEMIMPIN ADALAH PELAYAN
JELAJAH BUKU: KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
STOP PRESS: E-HUMOR

Shalom,

Seorang pemimpin Kristen yang paham akan prinsip-prinsip kepemimpinan
alkitabiah, pasti mengetahui bahwa pemimpin bukan orang yang bisa
bertindak sewenang-wenang dan semena-mena kepada orang-orang yang
dipimpinnya. Sebaliknya, pemimpin adalah seseorang yang seharusnya
menjadi panutan dalam hal melayani. Seperti yang Yesus katakan,
"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara
kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya." (Markus 10:43-44)

Menjadi pemimpin yang melayani merupakan salah satu tanggung jawab
pemimpin Kristen. Apa artinya menjadi pemimpin yang melayani? Anda
dapat menemukan jawabannya dalam artikel yang telah disiapkan redaksi
pada edisi ini. Selain itu, Anda juga bisa menyimak satu ulasan buku
yang berjudul "Kepemimpinan yang Efektif" untuk semakin membekali Anda
sebagai pemimpin yang melayani. Kiranya seluruh sajian dalam edisi ini
memberkati Pembaca e-Leadership sekalian. Selamat melayani!

Redaksi Tamu e-Leadership,
Sri Setyawati
< http://lead.sabda.org >

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam
perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara
besar." (Lukas 16:10) < http://alkitab.sabda.org/?Lukas+16:10 >

                   ARTIKEL: PEMIMPIN ADALAH PELAYAN

Sudah menjadi keharusan bahwa di dalam setiap kelompok masyarakat
diperlukan seorang pemimpin. Hal ini tidak hanya berlaku dalam
kelompok atau organisasi besar, tetapi juga dalam kelompok-kelompok
kecil. Pemimpin dan kepemimpinan sekarang sudah menjadi kebutuhan
penting dalam masyarakat modern. Ada banyak orang, baik dengan cara
langsung ataupun dengan gaya malu-malu kucing ingin menjadi pemimpin.
Tentu ada banyak alasan yang dapat dikemukakan untuk tujuan tersebut.
Tetapi, salah satu di antaranya adalah adanya pemikiran bahwa menjadi
pemimpin berarti akan menjadi tuan dari yang dipimpin dan ini jelas
sebuah konsep yang berlawanan dengan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus,
yang menyatakan bahwa pemimpin harus menjadi pelayan dari semuanya
(Matius 22:11).

Telah diakui secara umum bahwa dewasa ini, kita sedang mengalami
krisis di bidang kepemimpinan. Hal ini juga terjadi dalam gereja atau
lembaga Kristen. Krisis ini semakin diperburuk oleh pemimpin-pemimpin
gereja atau lembaga Kristen, yang meniru dan mempraktikkan gaya
kepemimpinan sekuler. Sebagai akibatnya, tentu saja pengaruh dunia
semakin dalam masuk ke gereja. Apakah salahnya mempraktikkan
kepemimpinan sekuler dalam pelayanan gereja? Permasalahan yang utama
adalah kita tidak dapat memimpin suatu gereja dengan sukses, karena
dalam prinsip-prinsip kepemimpinan sekuler, tidak mengenal kuasa Roh
Kudus. Tetapi ada satu perkembangan yang menarik untuk diperhatikan,
yaitu dunia bisnis yang sering diasumsikan sebagai dunia sekuler dan
kotor, justru tanpa disadari lebih banyak mengadopsi prinsip-prinsip
kepemimpinan alkitabiah, sementara gereja meninggalkannya. Dengan satu
kalimat singkat dapat dikatakan bahwa dalam kepemimpinannya, bisnis
semakin alkitabiah dan gereja semakin sekuler.

Hal yang sangat mengkhawatirkan sekarang adalah kecenderungan lembaga
gereja yang bergantung pada prinsip-prinsip kepemimpinan manusia,
sehingga tidak tertutup kemungkinan suatu saat di dalam gereja, kita
akan berusaha melakukan pekerjaan Tuhan dengan cara manusia.

Pemimpin Kristen adalah pemimpin yang melayani. Ini artinya bahwa
seorang pemimpin Kristen bukan menerapkan kekuasaannya berdasarkan
ego, tetapi berdasarkan tanggung jawab. Seorang pemimpin yang
berdasarkan ego akan memuaskan egonya dalam setiap tujuan, sedangkan
pemimpin yang dimotivasi oleh tanggung jawab, akan membuat dia
mengurbankan egonya bagi suatu tujuan. Perlu diwaspadai bahwa seorang
pemimpin yang dikendalikan ego, akan mengurangi integritasnya.
Kepemimpinan membutuhkan kemauan keras, bukan kemauan yang egois atau
keras kepala, melainkan kemauan yang tetap untuk melakukan apa yang
perlu dilakukan. Esensi kepemimpinan Kristen tidak terletak pada
jabatan, gelar, atau pangkat, tetapi pada "kain dan basi" sebagaimana
teladan Yesus saat Ia membasuh kaki murid-murid-Nya.

Model kepemimpinan melayani adalah model yang absah dan alkitabiah,
baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Mereka yang
diangkat menjadi pemimpin di tengah-tengah umat Allah, selalu diangkat
untuk melayani, entah sebagai imam, raja, atau nabi. Ketika Salomo
diangkat menjadi raja, hal yang paling menyenangkan hati Tuhan adalah
ketika dia memohon hati yang paham untuk membedakan antara yang baik
dan jahat (1 Raja-Raja 3:9). Di sini jelas, permintaan ini bukan untuk
kepentingan pribadinya, tetapi untuk pelayanan kepada masyarakat yang
dipimpinnya.

Demikian juga Harun saat ia ditahbiskan menjadi imam, di pundak kiri
dan kanannya memikul masing-masing 6 nama dari 12 suku Israel yang
ditulis pada batu permata, dan pada tutup dadanya ada 12 permata yang
juga melambangkan suku-suku Israel. Hal ini dilakukan sebagai lambang
tanggung jawab Harun untuk senantiasa berdoa bagi suku-suku yang
dipimpinnya (Keluaran 28:12,29). Demikian juga dengan para nabi,
mereka dipanggil untuk memimpin dan melayani umat.

Tuhan Yesus juga mengacu pada model yang sama. Ia mengajar
murid-murid-Nya cara memimpin yang harus mereka miliki, "Kamu tahu,
bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan
tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras
atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin
menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan
barangsiapa ingin terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi
hambamu." (Matius 20:25-27) "Jika seseorang ingin menjadi yang
terdahulu, ia hendaknya menjadi yang terakhir dan pelayan dari
semuanya." (Markus 9:30-37)

Dalam konteks Markus 9, yang dipermasalahkan oleh murid-murid adalah
soal siapa yang terhebat di antara mereka. Ironisnya, hal itu terjadi
setelah Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya bahwa Ia akan menuju
salib. Setelah peristiwa itu, Yesus mengajar mereka bahwa yang ingin
menjadi pemimpin harus menjadi hamba, dan Yesus merangkul seorang anak
kecil sebagai model. Dalam Lukas 22:26, Yesus kembali menekankan bahwa
yang memimpin hendaklah menjadi pelayan. Selama pelayanan-Nya di
dunia, Yesus dengan keras menegur para ahli Taurat dan orang Farisi,
yang pada saat menjabat sebagai pemimpin jemaat "suka duduk di tempat
terhormat" (Matius 23:6-7).

Akhirnya, hal yang paling sulit untuk dilakukan dalam kepemimpinan
yang melayani adalah, banyak orang beranggapan bahwa jika seorang
pemimpin mengambil bagian dalam melakukan tugas sederhana dianggap
dapat menurunkan kewibawaannya sebagai pemimpin. Jangan menganggap
bahwa merendahkan diri itu hal yang mudah bagi seorang pemimpin.
Masyarakat kita saat ini sudah memiliki konsep bahwa yang memimpin
adalah bos, sehingga kalau seorang pemimpin mengerjakan tugas
sederhana, ini tentu akan dianggap sebagai hal yang aneh. Dunia
mustahil dapat menerima pandangan seperti ini, sebab yang dipandang
wajar oleh dunia adalah seorang pemimpin harus menunjukkan
kekuasaannya atas orang yang dipimpinnya. Tetapi kepemimpinan seperti
ini menurut Yesus tidak dapat diterapkan dalam gereja, dan hal yang
harus selalu diingat bahwa gereja dipanggil untuk melakukan kehendak
Allah. Perlu diingat bahwa dalam konsep "pemimpin pelayan" yang
menjadi tekanan bukanlah aspek "pemimpin" namun aspek "pelayan".
Pemimpin pelayan bukan pemimpin yang melayani, tetapi pelayan yang
memimpin.

Diambil dan diedit seperlunya dari:
Nama situs: Gereja Pemberita Injil
Alamat URL: http://www.gepembri.org/cgi-bin/show.cgi?file=art/071211.id
Judul artikel: Pemimpin Adalah Pelayan
Penulis: G.I. Kristison
Tanggal Akses: 5 Mei 2011

                               KUTIPAN

Nilai seorang pemimpin yang langgeng akan diukur oleh suksesi. (John C. Maxwell)

                JELAJAH BUKU: KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

Judul buku: Kepemimpinan yang Efektif
Judul asli buku: On-Purpose Leadership
Penulis: Dale Galloway dan Warren Bird
Penerjemah: Meiliana Purnama
Penerbit: Harvest Publication House, Jakarta 2003
Ukuran: 15 cm x 23 cm
Tebal: 190 halaman

Pemimpin yang memiliki kompetensi adalah pemimpin yang bisa memotivasi
dan meregenerasi pemimpin-pemimpin baru. Karena jika seorang pemimpin
tidak melakukan hal ini, maka terjadi sebuah kegagalan dalam struktur
kepemimpinannya. Mengapa hal ini sangat penting? Karena bagi sebuah
organisasi atau struktur lembaga apa pun, regenerasi kepemimpinan
harus dilakukan dengan tujuan agar dapat mempertahankan eksistensi
dari lembaga tersebut. Jika tidak, maka harus siap menghadapi stagnasi
yang berujung kepada kehancuran.

Terlalu banyak pemimpin yang terperangkap di tempatnya bagaikan kotak
dengan langit-langit terbuat dari kaca. Atau di suatu tempat yang
dikelilingi oleh dinding bata, atau dalam sebuah lingkungan yang kacau
dan membingungkan. Apa pun situasinya, dalam buku yang berjudul
"Kepemimpinan yang Efektif" ini, dipaparkan mengenai pandangan dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengalami suatu terobosan ke
tingkat-tingkat baru dalam pelayanan Anda. Produktivitas pelayanan
Anda akan meningkat secara bertahap sementara Anda mendorong dan
memberi semangat kepada para pemimpin biasa yang Anda pimpin, yang
pada gilirannya akan memperlengkapi orang lain untuk menjalankan
pelayanan.

Buku ini ditulis oleh Dale Galloway serta Warren Bird, yang merupakan
rekan pengarang dan editor yang membantu Dale Galloway dalam meneliti
perkembangan gereja-gereja. Mereka adalah orang-orang yang
mengembangkan para pemimpin pelayanan di gereja lokal dengan dasar
teladan pelayanan Kristus sendiri. Hampir 20 judul buku telah ditulis
Galloway sepanjang pelayanannya sebagai pendeta dan pengajar. Dalam
buku ini ada empat bagian besar yaitu, Bebaskan Diri Dari Status Quo,
Bebaskan Diri Dari Kehidupan Sebagai Petualang dan Menyendiri,
Bebaskan Diri Dari Sikap-sikap yang Menyerang dan yang terakhir
Bebaskan diri dari Orang-orang yang Bermasalah. Dale Galloway berusaha
menjelaskan dengan bahasa yang lugas dan sederhana, sehingga sangat
memudahkan pembaca mengerti maksud dan tujuan penulis dalam setiap
pokok bahasan. Selamat menyimak dan temukan keyakinan untuk menemukan
satu masa depan pelayanan yang luar biasa.

Diulas oleh: Yonathan Sigit

                          STOP PRESS: E-HUMOR

e-Humor adalah publikasi elektronik yang secara khusus menyajikan
humor untuk menjangkau masyarakat Kristen Indonesia pengguna internet
yang ingin mendapatkan humor-humor yang bersih dan mendidik. Milis ini
diterbitkan secara berkala setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Dengan
berlangganan e-Humor, Anda dapat berpartisipasi dengan menjawab
pertanyaan kuis, yang bisa Anda dapatkan setiap Rabu pertama dan
ketiga. Perluas juga wawasan Anda dengan menyimak kolom Trivia humor.

Ayo, berlangganan e-Humor sekarang juga dengan cara mengirimkan email
kosong ke < subscribe-i-kan-humor(at)hub.xc.org >. Atau Anda dengan
menghubungi kami di < humor(at)sabda.org >.

Dapatkan juga humor-humor lainnya melalui situs i-Humor
< http://humor.sabda.org >

Selain itu, bergabunglah bersama komunitas e-Humor di Facebook
< http://fb.sabda.org/humor > dan Twitter
< http://twitter.com/sabdahumor >.

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2011 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org