TIP
Mengembangkan Sifat-Sifat yang Membentuk Dasar Kepemimpinan
Kita menghadapi sebuah krisis kepemimpinan rohani ... dan telah menghadapi krisis kepemimpinan rohani selama dua ribu tahun. Yesus berkata, “Tuaian banyak tetapi pekerja sedikit.” Terdapat lebih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan daripada jumlah pekerja dan pemimpin yang mau bekerja. Dalam memahami kepemimpinan rohani, mungkin kita perlu mengesampingkan pemikiran tradisional mengenai apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin. Ya, para pemimpin rohani adalah agen-agen perubahan. Ya, mereka memberikan pengaruh kepada para pengikutnya. Ya, mereka menyelesaikan tujuan-tujuan. Akan tetapi, motif dan metode mereka sama sekali berbeda. Kita bertindak sesuai dengan ketentuan masing-masing pemimpin. Seorang pemimpin rohani selalu merupakan orang yang dipimpin sebelum dia menjadi pemimpin. Yesus hanya mengerjakan atau berbicara sesuai dengan apa yang dikerjakan atau yang diajarkan oleh Bapa (Yohanes 5:19, 8:28). Mengikuti dilakukan sebelum memimpin. Yesus menunjukkan peran kepemimpinan-Nya dengan cara yang baru. Dia datang untuk menjadi seorang hamba (Markus 10:45) dan seorang gembala (Yohanes 10).
Hati sebagai hamba berkaitan dengan tugas. Menggembalakan berhubungan dengan orang-orang. Gaya seorang pemimpin Kristen selalu tentang melayani dan memperhatikan — memiliki kepedulian yang tinggi terhadap tugas dan kepedulian yang tinggi kepada orang-orang yang terlibat. Tidaklah mengherankan jika jabatan para pemimpin Kristen adalah “pastor” (gembala) dan “diaken” (pelayan). Karena itu, pelatihan kepemimpinan adalah benar-benar belajar untuk menggembalakan dan belajar untuk melayani.
Seorang Pemimpin yang Orang Lain Ingin Ikuti
Kepemimpinan rohani merupakan sebuah kombinasi dari sifat-sifat yang dipelajari yang ketika digabung bersama-sama akan membentuk dasar kepemimpinan. Semakin banyak sifat seorang pemimpin ini dimiliki, dan semakin berkembang masing-masing sifat itu, maka semakin besar potensi pengaruh yang dimiliki pemimpin itu bagi Allah. Setiap kita bersedia dipimpin oleh mereka di atas kita yang menunjukkan sifat-sifat ini. Para staf dan murid kami menginginkan para pemimpin yang berintegritas yang bisa mereka hormati dan ikuti. Sepuluh sifat berikut membentuk dasar kepemimpinan kita.
1. Visi. Seorang pemimpin tanpa visi bukanlah seorang pemimpin. Orang yang dipakai oleh Allah memiliki sebuah visi yang jelas tentang apa yang ingin Allah lakukan dan bagiannya ketika melakukan hal itu. Musa bertemu dengan Allah di semak yang terbakar, dan menerima dasar perintah-Nya. Allah memberi Yosua perintah yang sejernih kristal tentang apa yang Dia inginkan untuk Yosua lakukan dan bagaimana Dia ingin Yosua hidup. Jika Anda tidak tahu ke mana Anda akan pergi, Anda kehilangan hak untuk meminta orang lain mengikuti Anda. Sebagai seorang pemimpin tim, apakah Anda memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang ingin Allah kerjakan? Apa yang ingin Anda selesaikan bagi Allah? Ke mana Anda akan pergi? Orang-orang seperti apa yang Allah inginkan supaya Anda bentuk?
2. Teladan. Sebuah ilustrasi visual kehidupan Kristen jauh lebih mudah untuk diikuti daripada teori-teori tertulis dalam sebuah buku. Rasul Paulus tidak ragu mengajak orang-orang untuk meniru dan mengikuti dia karena dia sungguh-sungguh mengikuti Tuhan. “Jadilah orang-orang yang menuruti teladanku, seperti aku juga terhadap Kristus.” (1 Korintus 11:1) “Kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan ...” (1 Tesalonika 1:6,), “Ikutilah teladanku ...” (Filipi 3:17), “dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” (Filipi 4:9) “Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami.” (2 Tesalonika 3:7)
Memimpin melalui teladan sangatlah sulit untuk dilakukan sepanjang hidup. Kehidupan seorang pemimpin adalah hidup yang membangun dan bergumul (lih. Lukas 14:25-35). Kedagingan kita (bagian diri kita yang suka makan donat dan menonton TV) ingin merasa nyaman. Kita lebih suka duduk-duduk dan menempati posisi atas, dan berteori tentang pelayanan daripada melakukan kepemimpinan lagi. Akan tetapi, begitu Anda tidak lagi memimpin melalui teladan – begitu Anda mulai berkata, “Dahulu saya biasanya melakukan ini ...,” Anda kehilangan peran kepemimpinan Anda yang sesungguhnya. Anda bisa menjadi seorang konsultan atau manajer, tetapi Anda tidak lagi bisa memimpin melalui teladan. Apa saja yang tidak lagi Anda tekankan karena hal-hal tersebut tidak ada dalam hidup Anda saat ini?
3. Integritas. Ketika memilih seorang raja bagi Israel, Allah berkata kepada Samuel yang terpikat oleh penampilan anak Isai yang paling besar, “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi ... Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1 Samuel 16:7). Integritas adalah masalah hati. “Daud menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya ....” (Mazmur 78:72) Begitu Anda kehilangan integritas, Anda kehilangan kepercayaan. Begitu kepercayaan hilang, Anda tidak akan bisa menyuruh seekor kucing mengikuti Anda. Integritas dibangun dari membuat dan menepati janji serta komitmen.
Ini adalah konsistensi hidup. Ini adalah satu kata yang artinya “keseluruhan”. Ini meletakkan semua bidang hidup Anda pada arah yang sama. Integritas tidak menandai kesempurnaan. Kesempurnaan tidak bisa dicapai, tetapi integritas ada dalam genggaman kita. Allah tidak akan memakai seorang pemimpin yang tidak memiliki integritas.
4. Firman Allah. Pemimpin adalah orang yang membaca. Para pemimpin Kristen bertekun dalam firman Allah. Karena seorang hamba Allah bergantung pada Allah, dia belajar untuk mendengarkan dan mengandalkan firman Allah untuk mendapat tujuan, metode, wawasan, dan kekuatan. Firman Allah itulah yang membuat dia “memadai, diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:17). Pemirsa kita, yaitu para pengikut kita, membutuhkan kepastian bahwa kita secara teratur bertemu dengan Allah, dan mendengarkan suara-Nya – bahwa kita memimpin mereka dari pimpinan yang kita peroleh dari Allah. Mereka mau mendengarkan orang yang mendengarkan Allah. Jika seorang pemimpin harus memengaruhi orang-orang untuk mencapai sebuah tujuan, seorang pemimpin Kristen harus yakin bahwa tujuan itu adalah sesuatu yang Allah ingin lakukan. Untuk memimpin sebuah pelayanan, Anda sendiri harus bertekun dalam firman. Perselisihan di Kisah Para Rasul 6 menyebabkan murid-murid (para pemimpin) memperjelas penjabaran kerja mereka. “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja.” (Kisah Para Rasul 6:20) Melayani meja itu baik dan penting. Akan tetapi, orang-orang akan tetap hidup tanpa peralatan makan perak yang bersih. Mereka tidak akan bertumbuh dan maju pesat tanpa para pemimpin yang memberi mereka makan dan mengajarkan firman Allah. Dalam Ibrani 13:7, penulisnya menulis, “Ingatlah pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu.” Para pemimpin memberikan firman Allah kepada orang-orang. Sebuah karakteristik esensial dari pemimpin Kristen adalah kemampuan untuk menerima kebenaran dari Allah. Apa yang Anda lakukan untuk memberi diri Anda sendiri makan dari Kitab Suci? Apa yang Anda lakukan untuk memberi makan orang lain dari firman Allah?
5. Doa. “Kami sendiri (para pemimpin) ... dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” (Kisah Para Rasul 6:4). Mata rantai yang paling lemah di dalam kehidupan seorang pemimpin rohani mungkin adalah doa. Para pemimpin, secara alamiah, adalah para aktivis. Mereka ingin hal-hal terselesaikan. Doa sering kali terlihat sebagai gangguan dalam pekerjaan. Sulit untuk berbicara kepada keberadaan yang tidak kelihatan untuk waktu yang lama. Terlepas dari semua pekerjaan yang dilakukan Yesus saat di dunia, Ia “mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa” (lih. Lukas 5:16). E.M. Bounds menulis, “Manusia mencari-cari metode yang lebih baik. Allah mencari-cari manusia yang lebih baik – manusia yang suka berdoa.” Yosua mendapatkan pelajaran pertamanya tentang kepemimpinan ketika berada di medan perang melawan orang Amalek (Keluaran 17). Sementara dia membunuh dan membantai orang-orang Amalek di bukit, peperangan yang sesungguhnya terjadi di atas gunung. Selama Musa berdoa untuk dia, bangsa Israel menang. Peperangan rohani dimenangkan dalam doa. Jika keberhasilan pekerjaan dan pelayanan Anda merupakan refleksi dari kehidupan doa Anda, di manakah seharusnya pelayanan Anda saat ini?
6. Dipenuhi Roh Kudus. Kepemimpinan rohani hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus. Kualifikasi-kualifikasi lain untuk pemimpin rohani memang diperlukan. Dipenuhi Roh Kudus adalah hal yang sangat diperlukan. Yesus berkata “... di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5) Meskipun tugas mereka sebagian besar sementara sifatnya, mereka haruslah orang-orang yang dikuasai dan dimampukan oleh Roh Kudus (lih. Kisah Para Rasul 6). Di mana pun Anda melihat kepemimpinan rohani, Roh Kudus ada di balik layar, memberikan kuasa, mengarahkan, memimpin. Paulus menulis, “... kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah ... (dari) Roh” (2 Korintus 3:5,6).
7. Kerja keras. 1 Tesalonika 5:12-13, “Saudara-saudara, kami memintamu untuk menghormati mereka yang bekerja keras di antaramu, dan yang memimpinmu dalam Tuhan, dan yang menegurmu.” Kepemimpinan dalam kerajaan Allah bukanlah kehidupan dengan hak istimewa yang eksekutif, melainkan kehidupan yang bekerja keras. Pekerjaan itu bisa saja sangat dinikmati, menantang, dan bermanfaat, tetapi itu adalah pekerjaan. Itulah sebabnya, ia disebut “pekerjaan pelayanan”. Kita diingatkan untuk “... melakukannya dengan rajin” (Roma 12:8).
8. Iman. “Ingatlah para pemimpinmu, mereka yang telah mengajarkan firman Tuhan kepadamu. Perhatikanlah hasil dari cara hidup mereka, dan contohlah iman mereka.” (Ibrani 13:7). Filsuf George Santayana berkata, “Lebih baik memiliki seekor singa yang memimpin seribu domba daripada seekor domba yang memimpin seribu singa.” Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menjadi orang pertama yang percaya kepada Allah. Seorang yang beriman adalah seorang yang memiliki kekuatan, keberanian, dan tindakan dari dalam dirinya. Iman itulah yang menginspirasi keberanian iman para pengikutnya. Iman pemimpin haruslah lebih besar (atau setidaknya sama dengan) para pengikutnya.
Selengkapnya »
Audio Mengembangkan Sifat Dasar Kepemimpinan
|