Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/398

e-Konsel edisi 398 (12-7-2017)

Konseling untuk Korban Tindak Kekerasan Seksual

e-Konsel -- Konseling untuk Korban Tindak Kekerasan Seksual -- Edisi 398/Juli 2017
 
Gambar: Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I)

Publikasi Elektronik Konseling Kristen
Konseling untuk Korban Tindak Kekerasan Seksual

Edisi 398/Juli 2017
 

Salam konseling,

Menjadi korban dari pelecehan apa pun pasti dapat mengakibatkan banyak dampak dalam hidup seseorang. Rasa marah, sakit, malu, trauma, dan sebagainya dapat menjadi tembok-tembok penghalang bagi korban pelecehan untuk menjalani hidup dalam damai sejahtera. Bagaimana kita dapat menolong mereka? Dalam edisi e-Konsel Juli 2017 ini, secara khusus kita akan belajar bagaimana membimbing korban pelecehan seksual dalam proses pemulihannya. Bagaimana kita dapat menolong mereka atau mungkin diri kita sendiri berdasarkan kebenaran firman Tuhan? Kiranya tulisan-tulisan dalam edisi ini dapat memperlengkapi dan menolong kita untuk melakukan pelayanan tersebut. Tuhan Yesus memberkati!

Davida

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Davida


BIMBINGAN ALKITABIAH Memercayai Tuhan untuk Memulihkan Bekas Luka Pelecehan Seksual

"Anda perlu belajar untuk kembali memercayai pria."

Ketika dia mengatakan hal itu, sesaat setelah saya mengaku pernah dilecehkan secara seksual ketika masih kecil oleh seorang pria yang saya percayai, saya menjadi marah ... benar-benar marah! Dia tidak memahami betapa dalamnya rasa takut, jijik, marah, dan tidak berdayanya saya. Dia tidak mengenali bekas-bekas luka emosional saya.

Gambar: Memercayai Allah

Seperti banyak wanita, bekas luka pelecehan saya terasa unik. Saya bingung dengan apa yang normal dan menggunakan berbagai mekanisme pertahanan untuk menjalani hidup.

Jika Anda pernah mengalami pelecehan seksual, mungkin Anda menanganinya dengan salah satu atau beberapa cara berikut. Anda bersembunyi atau menjaga jarak dengan orang-orang secara ekstrem, takut merasa terluka lagi. Anda mungkin mati rasa sampai dewasa. Jika menikah, Anda merasa kesulitan untuk merespons secara seksual. Anda takut menaati apa yang dikatakan di Alkitab -- takut kehilangan kendali.

Anda mungkin merasa rusak, melihat diri Anda sebagai objek seks, memamerkan seksualitas Anda, dan terjerumus dalam persetubuhan dan dosa seksual lainnya. Atau seperti saya, Anda menuangkan diri Anda menjadi orang yang "baik" atau terlibat dalam pelayanan. Anda mungkin tidak mengerti kekuatan Injil dan memusatkan perhatian pada menyenangkan Allah untuk mendapatkan perkenanan-Nya.

Anda mungkin menanggapi pelecehan Anda dengan kecemasan, depresi, tindakan membenci diri sendiri, tindakan menyakiti diri sendiri, takut akan keintiman, homoseksualitas, keraguan, perfeksionisme, kebutuhan untuk mengendalikan, gangguan pada tingkah laku pola makan, atau kecanduan.

Setan tidak peduli bagaimana kita bereaksi terhadap keberdosaan pelecehan seksual ... selama kita tidak berpaling kepada Yesus. Musuh tahu bahwa ketika kita menemukan identitas, keamanan, dan martabat kita dalam Kristus, kita dapat hidup dalam kemenangan.

Pikiran yang Membelit

Butuh beberapa saat bagi saya untuk sampai ke sana. Selama bertahun-tahun, saya merasa perlu untuk menutup-nutupi orang yang melecehkan saya dan tidak menyakiti orang lain yang mencintainya. Itu adalah pikiran yang membelit, tetapi musuh senang dengan pikiran yang menyesatkan. Ketika SMA, saya memiliki kemampuan interpersonal yang buruk. Waktu kuliah, saya ingin bunuh diri dan merasa sendirian. Pelecehan mendistorsi citra saya tentang Allah dan memengaruhi kemampuan saya untuk mencari dan memercayai Dia. Keyakinan saya hancur berantakan.

Setelah kuliah, saya bergabung dengan Life Action Ministries dan memulai perjalanan dengan Allah yang mengubah hati dan kehidupan saya. Pada suatu hari, saat saya menyanyikan Do You Know My Jesus (Apakah Anda Mengenal Yesus Saya? - Red.) di atas panggung bersama tim, tiba-tiba saya menyadari bahwa saya mengetahui semua tentang Yesus, tetapi saya tidak mengenal Dia. Saya meninggalkan mikrofon, pergi ke ruang doa, dan menyerahkan hidup saya dalam tangan Yesus. Perubahan yang paling mengejutkan terjadi saat saya belajar memercayakan masa lalu saya yang menyakitkan kepada Dia.

Pelajaran yang Saya Dapat

Gambar: God Loves You

- Allah mengasihi saya. Sangat dalam dan utuh. Musuh suka saat saya merasa malu, mengutuk, dan membenci diri sendiri. Namun, firman Tuhan mengatakan bahwa saya berharga bagi Allah -- diterima dan dihargai (Yesaya 43:4).

- Allah melihat pelecehan terhadap saya dan tidak mengampuni peristiwa itu. Saya juga tidak harus diam atau mengubur rasa sakit dan trauma. Tuhan membenci semua kejahatan, termasuk tindakan berdosa orang-orang jahat (Mazmur 11:5).

- Saya bisa berdoa meminta hikmat dan memercayakan keadilan sejati kepada hati Allah yang benar. Dia selalu memutuskan -- Dia menegakkan keadilan kepada orang yang tidak bertobat dan rahmat yang besar kepada orang yang bertobat (Mazmur 103:6).

Gambar: Berdoa

- Saya tahu saya bisa mengampuni orang lain karena saya sungguh diampuni. Kepahitan hanya akan membuat rasa sakit saya semakin parah dan terus melukai orang lain (Ibrani 12:15).

- Saya dapat berdoa untuk perubahan hati dan pertobatan orang yang telah melecehkan saya -- agar dia mencari Tuhan, berbalik dari kejahatan, dan belajar menjalani kehidupan yang saleh sehingga Tuhan akan dimuliakan (Lukas 6:28).

- Saya tidak perlu hidup dalam ketakutan sebagai seorang korban. Perdamaian dan kemenangan itu terjadi saat saya belajar dan berserah dalam Kristus (Efesus 1:3-8).

- Ketika saya lari kepada Tuhan yang melihat, menyembuhkan, dan menghibur, saya dapat menggunakan apa yang musuh maksudkan untuk kejahatan sebagai alat untuk membawa kemuliaan dan pujian kepada Tuhan (Kejadian 50:20).

- Saya dapat belajar bagaimana mengomunikasikan batasan yang jelas dan murni dalam semua hubungan dan menyatakan kebenaran dalam kasih (Efesus 4:15).

- Saya harus menyadari skema musuh untuk mengendalikan respons dan mengalahkan saya. Saya harus memenuhi hidup saya dengan Kitab Suci dan mengingat bahwa kasih karunia Allah jauh lebih besar daripada penghukuman yang saya rasakan (1 Yohanes 3:20).

- Mengetahui pikiran saya akan mengendalikan tindakan dan respons saya, maka saya harus membiarkan Allah mengubah pemikiran saya sehingga saya dapat membuat pilihan setiap hari untuk menyenangkan Dia (Roma 12:2).

- Saya akan bertumbuh dan pulih saat saya bahu-membahu dengan wanita saleh yang menjadi contoh bagaimana merespons dengan kasih Kristus yang murni dan memercayai Tuhan untuk membantu saya berdiri dengan harga diri dan kekuatan (1 Petrus 3:3-5).

- Saya bisa, sebagai anggota Tubuh Kristus, menjadi bagian dari menuntut pertanggungjawaban dari orang yang melecehkan -- terutama di dalam gereja (Matius 18:15-17).

- Saya juga dapat mendorong orang-orang yang masih berjuang menuju kebebasan dari rasa sakit dan ketidakamanan yang timbul karena pelecehan seksual (Galatia 6:2).

Bebas dan Pulih

"Kuasa-Nya yang ilahi telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan kesalehan, melalui pengetahuan akan Dia yang telah memanggil kita menuju kepada kemuliaan dan kebaikan-Nya." (2 Petrus 1:3) Saya telah mendapatkan semua yang saya butuhkan untuk melangkah maju, dalam kasih karunia dan kekuatan yang berasal dari ketaatan di hadirat Allah dan firman Allah.

Gambar: Fokus kepada Allah

Jalan menuju pertumbuhan dimulai dengan berfokus pada Allah, bukan fokus pada diri sendiri. Jika kita terus menatap ke dalam, kita akan selalu melihat bekas luka kita, tetapi ketika kita menatap Yesus, kita melihat bilur-bilur-Nya dan ingat bahwa Ia mati supaya kita menjadi utuh kembali. Kita bisa memercayai Dia yang sangat mengasihi kita.

Saya telah bertumbuh dalam Kristus, tetapi tidak selalu mudah. Saya punya banyak pertanyaan, dan hati saya menjerit minta jawaban. Setan ingin kita percaya bahwa Allah itu tidak baik dan tidak peduli, tetapi Bapa kita tidak pernah buta terhadap dosa-dosa yang melukai umat-Nya. Dia berduka atas semua dosa dan membencinya. Terkadang, Tuhan berurusan secara langsung dengan perilaku berdosa orang lain terhadap kita; tetapi pada lain waktu, ini belum saatnya. Dengan belas kasihan, Tuhan bahkan memberi kepada yang paling jahat di antara kita, kesempatan untuk berpaling kepada-Nya dan bertobat.

Penghiburan saya yang besar adalah bahwa Yesus memahami penganiayaan. Dia menderita penganiayaan dan bahkan kematian yang hebat untuk memberi kita kehidupan (lihat Yesaya 53). Dia membawa harapan untuk hari ini dan besok, dan yang pasti, harapan untuk menghadapi kemenangan atas keadaan masa lalu yang menyakitkan. Saya bebas untuk mencintai orang lain dengan tulus dan membiarkan Tuhan bekerja dalam hidup saya dan kehidupan orang yang melecehkan saya sekarang karena saya telah dibebaskan dari perbudakan yang telah mengikat saya selama bertahun-tahun.

Meskipun Yesus mengatakan bahwa Dia datang untuk memberi saya kehidupan yang melimpah (Yohanes 10:10), terkadang saya menggunakan pilihan bertahan hidup ketika terkadang saya merasa malu. Pada saat itu, saya lupa siapa saya -- atau lebih tepatnya, saya milik siapa. Yesus menanggung rasa malu saya di kayu salib; saya tidak perlu menanggungnya, bahkan untuk sesaat.

Meski bekas luka tetap ada, Allah memberi anugerah pemulihan.

Ya Allah Bapa, saya memohon kepada-Mu untuk membawa kemenangan dan pemulihan bagi mereka yang menderita. Penuhi mereka dengan kehadiran-Mu, tolong mereka melihat Engkau sebagaimana adanya Engkau, dan menunjukkan kepada mereka kekuatan yang berkemenangan dalam Firman-Mu. Amin. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Revive Our Hearts
Alamat situs : https://www.reviveourhearts.com/true-woman/blog/sexual-abuse-trusting-god-with-my-past-hurts/
Judul asli artikel : Trusting God to Heal the Scars of Sexual Abuse
Penulis artikel : Dawn Wilson
Tanggal akses : 21 Juni 2017

 

TIP Kemenangan atas Rasa Malu dari Pelecehan Seksual

Pada beberapa kesempatan, saya berbicara tentang topik pelecehan seksual dan rasa malu yang terkait dengannya. Rasa malu adalah bagian yang meluas dari segala bentuk pelecehan atau dosa apa pun. Apa yang telah sangat memengaruhi saya saat saya memikirkan semua ini adalah bagaimana saudara-saudari seiman saya diliputi oleh dosa pelecehan seksual dan rasa malu yang menyertainya.

Dipengaruhi secara Tidak Kentara oleh Rasa Malu

Akhir-akhir ini, saya juga sering memikirkan rasa malu saya sendiri. Saya memiliki kecenderungan untuk menyembunyikan atau menghilangkan rasa sakit saya dengan pengalihan -- tidak bersikap apa adanya terhadap orang lain. Rasa malu membuat saya bahkan tidak bisa beribadah tanpa kesadaran diri.

Rasa malu bersifat universal dan dimulai di taman Eden. Allah menutupi rasa malu kita berulang-ulang, tetapi Kristus menghilangkannya sekali dan untuk semua orang di kayu Salib. Kita memahami itu secara intelektual, tetapi orang-orang yang telah dilecehkan mendengar suara lain -- suara penghukuman dan penghinaan. Rasa malu mereka terasa jauh lebih dalam, dengan mudah bisa memasuki jiwa seperti racun mematikan. Rasa malu mendorong kita untuk menyamar, tetapi dengan pengorbanan yang besar. Kita bisa bersembunyi dengan baik. Allah memanggil kita untuk tidak bersembunyi, meminta kita untuk memperhatikan, "Kamu di mana?"

Membunuh Goliat Rasa Malu

Gambar: Daud dan Goliat

Rasa malu bisa menjadi seperti raksasa. Allah ingin kita menjadi pemenang, tetapi bagaimana kita bisa membunuh Goliat rasa malu? Hanya melalui darah Kristus dan kuasa ilahi-Nya sehingga kita berani bertempur. Kita tidak berani meringkuk atau dalam ketakutan kita mengalah pada allah dari dunia ini. Setan ingin menjauhkan kita dari kebebasan yang terdapat dalam Kristus dan kuasa yang terdapat dalam pengampunan di kayu salib. Kristus membenci rasa malu salib dan membunuh raksasa itu untuk kita.

Bayangkan jika Daud menjatuhkan katapelnya dan lari. Daud diejek, mencoba baju besi yang salah, tetapi kemudian ingat siapa dirinya dan bahwa pertempuran itu bukan peperangannya. Dia tidak sendiri. Dengan mengambil satu batu halus kecil dan keberanian yang terkumpul dari semangatnya untuk Allah, dia menghadapi Goliat, menjatuhkannya seperti pohon redwood raksasa. Namun, dia tidak hanya merobohkannya; dia memenggal kepalanya!

Rasa malu bisa datang dan pergi sampai Anda menguburkannya dan mengampuninya sekali dan untuk selamanya. Pikirkan saja. Bagaimana jadinya jika kita tahu kuasa Allah untuk mengatasi rasa malu? Yesus mengabaikan rasa malu salib, berdarah, dan telanjang. Dan, dalam penderitaan jiwa, Ia menanggung rasa malu kita.

Tidak ada yang merampas pelaku kejahatan dari menghantui kenangan kita atau memiliki jiwa kita seperti pengenalan kita akan semangat Kristus. Kita jauh lebih berharga dari apa yang telah terjadi pada kita. Kita perlu mengarahkan kembali seluruh identitas kita kepada kehidupan-Nya di dalam kita. Kita harus menyelesaikan perjalanan dari taman sampai ke kayu salib, dari terbebani di taman sampai ke menang di kayu salib, mengalahkan kematian dan rasa malu selamanya. Bukan berarti kita akan terbebas dari rasa sakit kita ... tidak harus ..., tetapi rasa sakit itu akan ditebus rasa sakit.

Karena Itu, Tidak Ada Lagi Penghukuman

Gambar: Penebusan

Setan membenci kebenaran ini ... rasa sakit itu bisa digunakan untuk kemuliaan Allah. Setan membencinya dan akan berbohong kepada kita sehingga kita berpaling dari Kristus. Namun, bahkan dosa-dosa masa lalu kita yang paling keji akan ditebus untuk kemuliaan satu-satunya yang layak untuk disembah dan untuk kebaikan kita!

Pikirkan saja kata "penebusan". Kecaman diri kita tidak berguna untuk tujuan yang saleh. Ini adalah tipu daya Setan untuk menjauhkan kita dari kebebasan. Cara yang murah untuk merampok keyakinan mendalam kita dan bahkan belas kasih yang lebih dalam lagi yang memberi kedamaian.

Undangan Pribadi: Dari Korban Menjadi Pemenang

Gambar: Penebusan

Datanglah kepada Kristus, mengaku dosa, menangis, menerima kasih-Nya, dan tinggal dalam Dia. Kasih yang sempurna mengusir rasa takut. Kecam kebohongan, dengarkan suara Kebenaran, dan terima penghiburan dari Roh-Nya. Jangan berikan satu kesempatan untuk puas lagi kepada pelaku kejahatan Anda, Setan. Ingatlah, siapa yang menyembunyikan dosanya tidak akan beruntung, tetapi siapa yang mengakui dan meninggalkan dosanya akan menerima belas kasihan (Amsal 28:13). Jika Anda dilecehkan, Anda tidak membuat diri Anda sendiri jadi malu. Namun, Anda dikuasai oleh rasa malu jika Anda lebih merasa menjadi korban daripada menjadi pemenang dalam Kristus.

Akui segala kepahitan, lepaskan rasa malu, dan berhenti bersembunyi dari Allah. Menyembunyikan diri adalah dosa. Datanglah ke dalam terang. Dia akan mengganti daun ara yang tipis yang membuat Anda terhina dan takut dengan jubah kebenaran. Dia akan menebus rasa sakit Anda -- lama-kelamaan jiwa Anda akan pulih.

Anda akan menjadi instrumen penebusan yang hebat bagi orang lain. Orang lain akan melihat dan memuji Allah. Kami membutuhkan Anda. Keberanian Anda, cerita Anda, dan kerentanan Anda pasti akan digunakan untuk memurnikan dan memberi harapan kepada banyak orang. Allah akan bersinar sekali lagi melalui Anda, dan kemuliaan-Nya akan terungkap melalui celah-celah yang tertinggal sebagai pengingat bahwa kita hanyalah bejana dari tanah liat. (t/Jing-Jing)

Audio: Kemenangan atas Rasa Malu dari ....

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Bible Study Tools
Alamat situs : http://www.biblestudytools.com/blogs/association-of-biblical-counselors/victory-over-the-shame-of-sexual-abuse.html
Judul asli artikel: : Victory over the Shame of Sexual Abuse
Penulis artikel : Biblical Soul Care Harvest Bible Chapel
Tanggal akses : 21 Juni 2017

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Konsel.
konsel@sabda.org
e-Konsel
@sabdakonsel
Redaksi: Davida, N. Risanti, Elly, dan Odysius
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org