Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/382

e-Konsel edisi 382 (8-3-2016)

Menghadapi Konseli yang Labil


______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________


Menghadapi Konseli yang Labil
Edisi 382/Maret 2016


Salam jumpa dalam kasih Kristus,

Seandainya Kristus tidak pernah hadir dalam sejarah dunia, dapatkah 
Anda membayangkan betapa muram dan suramnya dunia ini? Kita akan hidup 
dalam keputusasaan dan kesesatan, tanpa pengharapan, damai sejahtera, 
dan sukacita yang sejati. Kebaikan macam apa yang akan timbul dari 
kehidupan seperti itu? Tidak ada. Syukurlah hal itu tidak terjadi 
sebab Allah melalui Kristus telah memberikan kita suatu kehidupan yang 
layak untuk kita rayakan pada hari ini. Untuk itu, berkenaan dengan 
Paskah yang akan segera menjelang, kami mengucapkan selamat Paskah 
kepada pelanggan e-Konsel di mana pun Anda berada. Kiranya Kristus 
terus hidup dan berkarya melalui kehidupan yang kita jalani.

Dalam edisi Maret ini, e-Konsel akan membahas topik tentang menghadapi 
konseli yang labil. Orang-orang yang labil pada umumnya adalah mereka 
yang tengah mengalami suatu kondisi depresi atau juga gangguan 
bipolar. Sering kali, mereka mengonsumsi obat-obatan antidepresan yang 
justru tidak membawa mereka kepada pemulihan yang sejati. Nah, untuk 
memahami dengan baik mengenai permasalahan tersebut, simaklah kolom 
Cakrawala kami. Baca pula renungan Paskah kali ini yang akan membawa 
kita untuk lebih dalam merenungkan tentang makna penting dari 
ketekunan. Kami berharap, apa yang kami sajikan pada bulan ini akan 
membawa berkat bagi Anda serta orang-orang yang Anda layani. Hossiana!

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >


                RENUNGAN PASKAH: ALASAN UNTUK BERTAHAN

Banyak hal yang telah dikatakan tentang nilai dari ketekunan. Kita 
semua mengetahui fabel tua yang baik tentang kura-kura dan kelinci. 
Dan, pengkhotbah besar Charles Spurgeon pernah berkata, "Siput tidak 
akan pernah berhasil sampai pada bahtera, kecuali melalui ketekunan 
panjang!" Winston Churchill memimpin seluruh bangsa melalui Perang 
Dunia II dengan tekadnya yang kuat untuk berjuang sampai akhir dan 
tidak pernah menyerah.

Kitab Yakobus menempatkannya seperti ini:

"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu sukacita jika kamu jatuh 
ke dalam berbagai pencobaan. Sebab, kamu tahu bahwa ujian terhadap 
imanmu menghasilkan ketabahan. Biarlah ketabahan memberikan hasil yang 
penuh supaya kamu menjadi sempurna dan utuh, tidak kekurangan apa-
apa." (Yakobus 1:2-4, AYT)

Bagaimana saya mengetahuinya?

Seorang Rasul dari Yesus berbicara tentang ketekunan ketika ia 
berkata:

"Aku telah berjuang dalam perjuangan yang baik. Aku telah mengakhiri 
pertandingan. Aku telah memelihara iman. Akhirnya, mahkota kebenaran 
telah disediakan bagiku. Tuhan, Hakim yang adil, akan menyimpannya 
bagiku pada Hari itu. Dan, bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada 
semua orang yang mengasihi kedatangan-Nya." (2 Timotius 4:7-8, AYT)

Mahkota datang sebagai hasil dari ketekunan melalui pertandingan dan 
menyelesaikan lomba. Ketekunan akan membuat hidup menjadi lebih baik 
bagi Anda hari ini!

Bagaimana saya mengetahuinya? Karena bertahun-tahun yang lalu, mereka 
memukuli Tuhan saya, mereka mengejek Dia, mengejek nama-Nya yang 
kudus, mereka meludahi wajah-Nya, mereka memaku-Nya ke atas salib, dan 
kemudian menusuk tubuhnya yang telah mati dan hancur untuk membuktikan 
bahwa Dia sudah mati. Namun, setelah tiga hari dikubur, Dia bangkit 
dari kematian. Jadi, seperti halnya ada fajar setelah kegelapan malam, 
ada juga sukacita setelah perkabungan bagi mereka yang bertahan.

"sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai." 
(Mazmur 30:5)(t/N. Risanti)

Sumber asli:
Nama situs: Heart Light
Alamat URL: http://www.heartlight.org/articles/200704/20070406_hangin.html
Judul artikel: Reasons to Hang in There
Penulis artikel: Paul Faulkner
Tanggal akses: 14 Januari 2016

Diambil dari:
Nama situs: Paskah
Alamat URL: http://paskah.sabda.org/alasan_untuk_tetap_bertahan
Penulis artikel: Paul Faulkner
Tanggal akses: 9 Februari 2016


 CAKRAWALA: MEMBANTU SEORANG KONSELI MEMAHAMI KETIDAKSEIMBANGAN KIMIA

Sering kali, konseli diberi tahu oleh dokter mereka bahwa mereka 
memiliki "ketidakseimbangan kimia". Diagnosis yang mendasarinya 
mungkin adalah depresi atau gangguan bipolar. Mereka yang didiagnosis 
sebagai penderita "bipolar" adalah, berkali-kali, dikatakan bahwa 
mereka seperti penderita diabetes yang harus diberi insulin. Mereka 
harus mengonsumsi obat untuk menjaga suasana hati agar stabil, dan 
mungkin obat antidepresan untuk menjaga agar bahan kimia dalam otak 
mereka ada dalam keseimbangan yang tepat. Mereka yang didiagnosis 
sebagai penderita "depresi" sering mengatakan bahwa mereka, juga, 
memiliki penyakit ketidakseimbangan kimia di otak mereka yang akan 
diperbaiki oleh obatnya.

Apakah hal itu benar? Mari saya jelaskan mengapa saya yakin hal itu 
tidak benar.

Di otak terdapat zat kimia yang disebut neurotransmiter. 
Neurotransmiter ini (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) seperti 
jembatan kimia kecil yang memungkinkan aktivitas listrik bergerak dari 
sel ke sel di dalam otak. Aktivitas listrik menunjukkan bahwa otak 
masih hidup atau dapat menunjukkan aktivitas kejut. Apa yang menjadi 
aktivitas listrik tidak menjadi pemikiran seseorang. Sebenarnya, para 
ilmuwan tidak tahu bagaimana seseorang memikirkan sebuah pikiran.

Apa yang dokter tahu adalah bahwa antidepresan mengubah keseimbangan 
neurotransmiter di otak. Sebenarnya, mereka mengubah keseimbangan pada 
tingkat yang sangat tidak normal. Juga diketahui bahwa antidepresan, 
bagi sebagian besar pasien, akan mengangkat suasana hati mereka. Apa 
yang tidak diketahui, bagaimanapun, adalah bagaimana (dengan yang 
dimaksudkan farmakologis) suasana hati depresi diubah. Kemudian, hal 
itu menjadi teori bahwa suasana hati pasien diangkat karena obat 
perubahan keseimbangan kimia. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa 
depresi disebabkan oleh ketidakseimbangan "kimia" neurotransmiter.

Mungkin tampak aneh bagi pendeta dan orang-orang nonmedis lainnya 
bahwa dokter akan memberikan obat ketika mereka tidak secara jelas 
memahami cara kerjanya, tetapi itu adalah hal yang umum di dalam 
kedokteran. Misalnya, mungkin diperkirakan 100 tahun sebelum dokter 
menemukan bagaimana aspirin mengurangi demam, tetapi mereka tetap 
memberi aspirin karena mereka tahu itu berhasil.

Mungkin juga tampaknya aneh bahwa dokter kadang-kadang begitu cepat 
untuk mendiagnosis bahwa seseorang memiliki ketidakseimbangan kimia 
dibanding menyuruh mereka datang kepada pendeta atau konselor untuk 
belajar mengendalikan pikiran mereka, untuk memperbaiki emosi mereka, 
atau merespons lebih baik terhadap keadaan sulit. Alasan begitu banyak 
dokter melakukan ini adalah mereka diajarkan di sekolah kedokteran 
untuk melihat orang seolah-olah tubuh fisik merupakan segala-galanya. 
Dengan kata lain, seorang manusia adalah organisme fisik canggih, jadi 
jika mereka mengalami depresi, mereka pastilah menjadi korban penyakit 
fisik. Dokter cenderung melihat hal-hal melalui "model medis" mereka. 
Jadi, ketika seorang pasien mengalami emosi yang menyakitkan, ini 
dianggap karena penyebab fisik, seperti (mereka berteori) sebuah 
ketidakseimbangan kimia, bukan berasal dari dalam (hati, jiwa, dan 
pikiran).

Penting untuk diingat bahwa dokter memberikan antidepresan karena 
mereka memiliki dampak pada beberapa orang, dan bukan karena mereka 
benar-benar tahu bagaimana atau apa yang sebenarnya menyebabkan hampir 
semua depresi. Bahkan, mereka tidak dapat menguji pasien untuk 
mengetahui tingkat neurotransmiter di otak mereka tanpa melakukan 
biopsi otak mereka yang, tentu saja, tidak mereka lakukan.

Konselor Berdasarkan Alkitab dan Bidang Kedokteran

Konselor alkitabiah harus menghormati dokter dan pelatihan yang mereka 
miliki. Namun, kita harus mengakui bahwa "praktik kedokteran" sampai 
batas tertentu adalah sebuah permainan menebak yang berpendidikan. 
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati untuk tidak terintimidasi 
mengonsumsi obat-obatan yang mungkin tidak perlu, untuk menutupi 
gejala-gejala yang seharusnya kita tangani secara alkitabiah. Juga, 
obat-obatan ini dapat menyebabkan masalah dan kadang-kadang termasuk 
efek samping yang permanen, yang bagi sebagian orang, akan mengalami 
kesulitan yang ekstrem untuk melepaskan diri dari obat.

Efek samping dari melepas obat antidepresan adalah tidak bisa berhenti 
menangis, suasana hati yang memburuk, tidak bersemangat, kesulitan 
berkonsentrasi atau tidur, pikiran untuk bunuh diri, kecemasan, 
serangan panik, mudah marah, impulsif, agresivitas, menyakiti diri, 
kebingungan, masalah memori, halusinasi, sakit seperti flu dan nyeri, 
demam, berkeringat, mual, muntah, sakit perut, perasaan berputar, gaya 
berjalan goyah, sakit kepala, gemetaran, mati rasa, kesemutan, sensasi 
seperti kejut listrik di otak atau tubuh, telinga berdenging, 
mengeluarkan air liur, bicara cadel, kram otot, mulut berkedut tak 
terkendali. [i] Tentu saja tidak setiap pasien mengalami semua gejala 
lepas dari obat sampai parah, tetapi penelitian telah menunjukkan 
bahwa "sebanyak 78 persen pasien memiliki reaksi lepas dari obat 
ketika mereka menghentikan obat-obat antidepresan mereka, tergantung 
pada obat tertentu".[ii]

Ada penyebab fisik yang masuk akal untuk depresi seperti 
hypothyroidism atau efek samping obat-obat seperti steroid atau obat 
tekanan darah tinggi. Hal-hal tersebut dapat dan harus ditangani 
secara medis. Namun, sebagian besar pasien depresi didiagnosis 
memiliki ketidakseimbangan kimia, diberi tahu secara dogmatis bahwa 
mereka memiliki penyakit dan harus minum obat untuk menyembuhkannya 
agar mereka dapat sembuh atau, setidaknya, tetap stabil. Hal ini tidak 
benar. Hal itu juga bukan merupakan metode yang alkitabiah untuk 
belajar bagaimana mengelola emosi kita.

Bagi pendeta dan konselor yang memiliki konseli-konseli yang sudah 
mengonsumsi obat-obat antidepresan dan menginginkan untuk lepas, saya 
sangat menyarankan Anda (dan mungkin konseli) membaca "The 
Antidepressant Solution" [Solusi Antidepresan - Red.] oleh Dr. Joseph 
Glenmullen (Free Press Publishers, 2005). Penting untuk memperingatkan 
konseli yang ingin menghentikan pengobatannya agar tidak begitu saja 
melakukannya tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. 
Seseorang yang tidak mengindahkan peringatan ini menghadapi risiko 
besar mengalami gejala melambung yang parah (dan mungkin akan diberi 
obat psikiatris tambahan!). Oleh karena itu, dokter perlu membimbing 
dia dalam proses yang aman. Bagi mereka yang belum mengonsumsi obat-
obat antidepresan, mereka harus didorong untuk mencari bantuan dari 
pendeta atau konselor yang alkitabiah yang akan memberi mereka harapan 
dari Tuhan dan membantu mereka belajar untuk mengatasi masalah mereka 
dengan cara yang memuliakan Tuhan, dan pada akhirnya akan memberi 
mereka ketenangan pikiran.

Jika ditanya, kebanyakan dokter akan mengakui bahwa diagnosis 
ketidakseimbangan kimia adalah "tebakan terbaik" mereka, dan bahwa 
obat-obatan pasti memiliki efek samping yang tidak menyenangkan, 
bahkan efek samping yang parah untuk tidak mengatakan efek dari 
pelepasan obat. "Bahkan, psikiater terkemuka seperti Dr. David Healy 
tidak percaya lagi pada teori ketidakseimbangan kimia. Sekarang, para 
peneliti setuju bahwa apa pun yang dilakukan obat-obat antidepresan, 
itu tidaklah memperbaiki ketidakseimbangan".[iii]

Ketika Yeremia dalam keadaan depresi, ia ingat hal-hal tertentu 
tentang kesempurnaan Allah dan itu memberinya harapan:

Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan 
berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya 
rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah 
bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. 
(Ratapan 3:21-24).

Harapan sejati orang percaya adalah di dalam Tuhan. Orang Kristen 
harus dikontrol oleh Roh Kudus yang buahnya adalah kasih, sukacita, 
dan damai sejahtera, dibanding dikendalikan oleh obat yang mengubah 
suasana hati. Teori ketidakseimbangan kimia depresi tidaklah benar. 
Sesungguhnya, depresi adalah emosi yang sangat nyata dan 
menyengsarakan. Konseli yang berjuang dengan depresi memerlukan 
bantuan dan harapan yang menghormati Allah dan memungkinkan mereka 
untuk memberikan kemuliaan bagi-Nya.[iv]

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di 
dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi 
kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:11). (t/Jing-Jing)

Referensi:
[i]   Glenmullen, Joseph. The Antidepressant Solution (New York, New 
      York: Free Press, 2005), p.135.
[ii]  Glenmullen, p.1.
[iii] Doctor Laura Hendrickson (former Psychiatrist and MD) in e-mail 
      correspondence with Martha Peace, June 2005.
[iv]  For a biblical counselor in your area look on the 
      www.biblicalcounseling.com web site under "find a counselor".

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Biblical Counseling Coalition
Alamat URL: http://biblicalcounselingcoalition.org/blogs/2014/07/10/helping-a-counselee-understand-chemical-imbalance/
Judul asli artikel: Helping a Counselee Understand Chemical Imbalance
Penulis artikel: Martha Peace
Tanggal akses: 13 Oktober 2015


   STOP PRESS: MENDAPAT DAN MENJADI BERKAT MELALUI PUBLIKASI KISAH

Tuhan senantiasa bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan orang-
orang yang dikasihi-Nya. Dengan kasih karunia dan penyertaan Allah, 
banyak orang telah dimampukan untuk melewati semua pergumulan hidup. 
Kisah mereka menjadi kisah-kisah yang sungguh menginspirasi untuk 
menguatkan iman setiap pembaca atau pendengarnya. Jika Anda rindu 
untuk mendapatkan inspirasi melalui kesaksian orang-orang percaya dari 
berbagai usia, tempat, dan latar belakang, mari bergabung dengan 
publikasi KISAH dari Yayasan Lembaga SABDA. Caranya mudah lho. Segera 
kirimkan email Anda ke < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > atau ke 
< kisah(at)sabda.org >, dan Anda akan mendapatkan publikasi KISAH 
secara gratis melalui mailbox Anda setiap Rabu minggu pertama. 

Jika Anda juga memiliki cerita yang dapat menjadi berkat bagi orang 
lain, silakan mengirimkan kesaksian Anda ke < kisah(at)sabda.org >. 
Kesaksian Anda dapat dimuat dalam publikasi KISAH jika lolos melalui 
serangkaian proses editing dari redaksi kami.

Nah, tunggu apa lagi, mari mendapat dan menjadi berkat bersama 
publikas KISAH! 

Arsip: < http://www.sabda.org/Kisah/arsip/ >
Situs: < http://kesaksian.sabda.org/ >
Komunitas: < http://fb.sabda.org/kisah >, < http://twitter.com/sabdakisah >


Kontak: konsel(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti, Margaretha I., Odysius, dan Santi T.
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org