Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/330

e-Konsel edisi 330 (5-2-2013)

Konselor yang Penuh Kasih

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________


e-Konsel -- Konselor yang Penuh Kasih
Edisi 330/Februari 2013

Shalom,

Melayani sebagai konselor memerlukan banyak modal. Salah satu modal 
utamanya adalah kasih. Tanpa kasih, pelayanan konseling tidak akan 
berguna dan tidak memberikan dampak positif bagi sesama, dan terlebih 
bagi kemuliaan Tuhan. Pada bulan Februari, e-Konsel kembali 
mengingatkan para konselor Kristen untuk tetap semangat melayani dalam 
kasih. Apalagi, dalam menghadapi konseli dengan berbagai karakter dan 
sedang menghadapi berbagai masalah, kasih Kristus akan sangat 
diperlukan oleh para konselor untuk menolong konseli. Untuk itu, e-
Konsel 330 mengawali sajiannya dengan sebuah artikel tentang kasih 
sebagai dasar pelayanan konselor dan studi kasus yang diharapkan dapat 
memperlengkapi konselor dalam menolong konseli.

Mari kita hidup dan melayani dengan kasih yang murni, Tuhan Yesus 
memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >


          CAKRAWALA: KASIH ADALAH DASAR PELAYANAN KONSELING
                      Ditulis oleh: S. Setyawati

Kasih Kristus merupakan dasar dan kebutuhan utama hidup manusia. Tanpa 
kasih, kita tetap menjadi manusia berdosa yang harus menerima 
penghukuman kekal. Tanpa kasih, kita tidak akan berkenan kepada Tuhan, 
sekalipun kita memiliki banyak kelebihan dan sibuk dalam pelayanan. 
Tanpa kasih, semuanya akan sia-sia.

Kasih adalah kunci dan dasar hidup orang percaya. Hukum kasih menjadi 
hukum terutama bagi umat Kristus. Karena kasih, Yesus Kristus taat 
menyerahkan diri-Nya sebagai kurban untuk menebus manusia dari dosa. 
Selain itu, dalam Yohanes 13:34-35, Yesus juga memberikan sebuah 
perintah baru kepada para murid, yaitu agar mereka saling mengasihi. 
Perintah baru tersebut juga ditujukan kepada kita, murid-murid-Nya. 
Oleh sebab itu, sebagai seorang konselor yang dikasihi Tuhan, marilah 
kita melayani dengan kasih. Seorang konselor yang penuh kasih dapat 
menempatkan dan memandang seluruh kehidupan jiwa, intelektual, emosi, 
fisik, harta kekayaan, keluarga, karier, dan seterusnya sebagai sarana 
untuk menghidupkan dan membagikan kasih dalam hidup kita dan dunia.

Konseling merupakan salah satu sarana yang bisa kita lakukan untuk 
membagikan dan menerapkan kasih. Untuk itu, dalam memberikan 
konseling, seorang konselor harus bertindak dan bertutur dengan dasar 
kasih. Mendengarkan dengan kasih, menasihati dengan kasih, dan 
mendorong konseli untuk hidup dalam kasih. Pelaksanaannya mungkin 
tidak semudah teorinya, namun tidak berarti tidak bisa dilakukan. 
Dengan mengalami dan menghidupkan kasih dari Kristus, kita dimampukan 
untuk mengaplikasikan kasih dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita 
harus datang kepada Tuhan Allah, Sumber Kasih, untuk dapat mengasihi 
setiap konseli. Jika kita tidak mengasihi konseli yang datang meminta 
bantuan kita, tidak selayaknya kita mengemban tugas yang penting 
tersebut.

Salah satu hal yang membedakan konseling Kristen dan konseling sekuler 
adalah peran Tuhan Allah dan firman-Nya yang mengajarkan kasih. Dasar 
kita melayani sebagai konselor Kristen bukan menikmati kasih Allah 
untuk diri sendiri, melainkan untuk diteruskan kepada konseli-konseli 
yang kita layani. Dengan mendasarkan pelayanan di atas kasih, kita 
bukan melayani manusia melainkan melayani Tuhan. Saat kita memiliki 
kasih, apa pun kondisi konseli yang datang, kita tetap bisa menerima 
dan bersedia menolongnya untuk menemukan dan bersandar pada Sumber 
Kasih: Yesus Kristus. Mengapa? Karena Kristus sudah lebih dulu 
mengasihi kita, maka kita juga harus mengasihi orang lain. Mengasihi 
dalam hal ini bukan berarti kita harus menanggung beban pergumulan 
yang dialami konseli, namun kita harus menolongnya agar ia semakin 
mengalami Kristus dan tinggal di dalam kebenaran-Nya. Mendukung dalam 
doa, memberikan masukan dan dorongan itu pasti, tetapi kita tidak 
boleh mendikte konseli untuk melakukan apa yang kita mau. Walaupun 
demikian, konselor bisa mendorong konseli untuk berdisiplin dalam 
melakukan komitmen-komitmennya untuk memecahkan masalah yang dihadapi 
konseli.

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa kasih merupakan dasar 
konseling Kristen. Setiap konselor Kristen seharusnya memiliki dan 
melayani dengan kasih. Melalui kasih, para konseli yang kita tolong 
ditarik kepada Kristus, Sumber Kasih. Dan, dengan dasar kasih, 
konselor harus tetap mendorong konseli untuk melakukan keputusan dan 
komitmennya dengan disiplin, serta bersikap tegas dalam menyatakan 
kebenaran (menyatakan bahwa dosa tetaplah dosa, apa pun alasannya). 
Hal ini sesuai dengan teladan yang Tuhan berikan, Ia menegur dan 
menghajar orang yang dikasihi-Nya (Wahyu 3:19).

Sumber bacaan:
1. Huggins, Ph.D, Kevin D. 2007. "Friendship Counseling (Konseling 
   Persahabatan)". Edisi Pertama. Bandung: Penerbit Pionir Jaya. Hlm. 15.
2. Getz, Gene. 1981. "Loving One Another". Colorado: Chariot Victor 
   Publishing. Hlm. 9 -- 15.


    STUDI KASUS: SATU-SATUNYA PENGIKUT KRISTUS DI TEMPAT KERJA

Didi adalah pemuda berusia 26 tahun dan merupakan salah satu anggota 
di gereja Anda. Minggu lalu, ia berbicara dengan Anda selama kira-kira 
25 menit. Didi merasa patah semangat. Ia adalah satu-satunya orang 
Kristen di kantornya. Semua orang yang menyebut diri temannya itu 
menyulitkan dia dengan mengatakan dia sebagai "pengikut Yesus" yang 
aneh. Mereka mengatakan bahwa ia demikian bodohnya sehingga mau 
tertarik kepada soal keagamaan semacam itu. Ia juga mengalami tekanan 
yang cukup berat dari pacarnya, yang bukan seorang Kristen, dan yang 
mendesaknya untuk tidak usah ke gereja lagi. Ia mengakui bahwa 
beberapa dosa yang pernah mengganggunya sebelum ia menjadi Kristen, 
sekarang muncul kembali. Dosa itu termasuk kemarahan, kebencian, kata-
kata kotor, dan gosip. Ia juga menyebutkan suatu "dosa seksual", 
tetapi tampaknya ia malu untuk membicarakannya. Didi juga mengeluh 
bahwa ia sering gugup dan ketakutan. Ia juga sering tidak memunyai 
nafsu makan dan sering terbangun pagi-pagi sekali, dan tidak dapat 
tertidur kembali karena "pikirannya sedang berputar". Ia merasa murung 
dan patah semangat. Minggu yang lalu, ketika ia berbicara tentang 
dirinya yang begitu tertekan, Anda dapat melihat air mata dalam 
matanya walaupun ia dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menguasai 
dirinya. Ia mengatakan bahwa ia khawatir, ia akan "kehilangan hal itu" 
jika keadaannya tidak segera berubah.

Tulislah bagaimana Anda dapat menolong Didi dalam beberapa minggu 
mendatang ini.

- Hal-hal lainnya yang Anda ingin ketahui tentang Didi, terutama apa 
  yang hendak Anda tanyakan pada pertemuan yang berikutnya.
- Menurut pendapat Anda, apa masalah Didi yang terbesar?
- Menurut Anda, bagaimana sebaiknya Didi memandang masalahnya?
- Sasaran-sasaran apa yang Anda miliki bagi Didi?
- Apa yang Anda inginkan untuk dilakukannya sehubungan dengan 
  masalahnya itu?
- Bagaimana Anda dapat mencapai sasaran itu?
- Bagaimana Anda dapat mengetahui apakah Anda telah berhasil dalam 
  menolong dia?

Menolong Didi

Sekarang, mari kita tinjau bersama beberapa pengamatan yang telah saya 
buat dalam lokakarya kami. Ketika saya bertanya kepada para peserta 
apa yang mereka ingin tanyakan kepada Didi, mereka ingin mengetahui 
tentang masa kecil Didi, kawan-kawannya, kehidupan rohaninya, saat 
teduhnya, dan keterangan lainnya yang mungkin dapat menunjukkan apa 
yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah itu. Sesungguhnya, salah 
satu pokok dalam latihan ini ialah untuk menunjukkan bahwa ada banyak 
cara untuk memikirkan apa yang sebenarnya menyebabkan timbulnya 
masalah yang dihadapi Didi, dan bahwa kebanyakan orang sudah 
mengetahui banyak tentang bagaimana menolong orang lain. Sasaran buku 
ini bukanlah untuk mengajarkan kepada Anda bagaimana menemukan 
penyebab yang "sesungguhnya" dari masalah seseorang, saya yakin bahwa 
banyak masalah disebabkan oleh lebih dari satu hal. Tujuan saya ialah 
memberikan suatu pandangan yang menyeluruh tentang bagaimana kita 
menolong orang lain, tanpa memandang masalah dan penyebabnya yang 
spesifik.

Keasyikan dalam mencari penyebab yang sesungguhnya dari masalah-
masalah emosional akan membawa kita pada pokok kedua dari latihan ini. 
Kebanyakan orang tidak sabar bila mereka mulai menolong orang lain. 
Dengan hanya mengetahui informasi sebanyak dua alinea saja tentang 
Didi, orang sudah ingin segera menguji teori-teori mereka tentang 
penyebab masalah-masalah yang dihadapi Didi. Bila seorang pembimbing 
profesional membaca keterangan tentang Didi, banyak pertanyaan timbul 
di dalam pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan itu tidak berputar di 
sekitar gagasan tentang apa yang menyebabkannya; melainkan, dipusatkan 
pada seberapa parahnya dan berapa lama masalah itu sudah berlangsung. 
Misalnya, berikut ini beberapa pertanyaan yang mungkin akan saya 
ajukan kepada Didi pada pertemuan berikutnya.

1. Tepatnya sampai sejauh mana Anda diganggu di tempat kerja Anda, dan 
   bagaimana reaksi Anda terhadap hal itu?
2. Tekanan macam apa yang dilakukan teman wanita Anda kepada Anda? 
   Apakah Anda tahan menghadapi tekanan itu?
3. Seberapa sering dosa-dosa itu menganggu Anda? Seberapa jauh dosa-
   dosa itu mengganggu Anda? Keadaan lingkungan yang bagaimanakah 
   tepatnya yang menggugah Anda untuk berbuat dosa? Apa dosa seksual 
   Anda?
4. Sejauh mana kegelisahan dan kekhawatiran yang Anda alami? Apa yang 
   Anda takutkan, dan akhir-akhir ini dalam situasi yang bagaimana 
   Anda menjadi ketakutan? Apa yang terjadi bila Anda menjadi gugup 
   dan takut?
5. Sudah berapa lamakah Anda mengalami gejala-gejala depresi ini -- 
   yaitu nafsu makan merosot, sukar tidur, khawatir, merasa putus asa, 
   dan menangis? Seberapa parahnya gejala-gejala itu? Sejauh mana 
   gejala-gejala itu mengganggu Anda?
6. Apakah maknanya bagi Anda jika Anda "kehilangan hal itu"?

Setelah mengetahui seberapa parah masalah itu, saya baru akan mulai 
menyelidiki apa yang menjadi penyebabnya. Kesabaran mutlak diperlukan 
oleh orang yang ingin menolong orang lain.

Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan kepada Didi 
tentang penyebab masalahnya berkaitan erat dengan cara ia memandang 
masalahnya itu. Banyak penolong yang tidak berpengalaman tidak 
memunyai rencana yang sistematik untuk pembimbingan; akibatnya, 
pertanyaan-pertanyaannya tidak terarah dan dapat membingungkan 
temannya itu. Saya selalu mengatakan kepada mahasiswa-mahasiswa 
lanjutan yang mulai belajar membimbing bahwa mereka harus membuat 
rencana jika mereka mulai memberikan konseling pada seseorang. Saat 
mendengarkan keluhan seorang klien, sesudah berbicara beberapa menit, 
mereka bisa saja membuang rencana itu dan membuat rencana baru 
berdasarkan keterangan baru yang mereka peroleh, namun mereka tetap 
harus memulai dengan suatu rencana yang umum.

Saya harap latihan ini bermanfaat bagi Anda. Anda dapat dengan lebih 
efisien dan efektif menolong teman Anda. Tentu saja, membaca artikel 
ini tidak langsung menjadikan Anda seorang pembimbing yang 
profesional. Untuk menjadi pembimbing yang profesional dibutuhkan 
pendidikan dan pengalaman memberikan konseling yang diawasi sampai 
bertahun-tahun. Namun demikian, jika Anda dengan cermat mempelajari 
model ini, mempraktikkan cara-cara, dan senantiasa menerapkan apa yang 
dianjurkan, Anda akan menjadi pembimbing yang lebih baik dibanding 
sekarang. Dan selanjutnya, bila ada seorang teman yang meminta Anda 
menolongnya, Anda akan dapat menolongnya secara lebih meyakinkan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku      : When Someone Asks for Help
Judul buku terjemahan: Ketika Seseorang Berkata: Tolonglah Saya!
Judul asli artikel   : Didi: Suatu Studi Kasus
Penulis              : Everett L. Worthington, Jr.
Penerjemah           : Gerrit J. Tiendas
Penerbit             : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman              : 18 -- 21


  STOP PRESS: MEMASUKI DUNIA PUSTAKA KRISTEN DALAM PUBLIKASI E-BUKU

Apakah Anda menyadari betapa pentingnya kegiatan membaca? Anda 
membutuhkan banyak informasi mengenai buku-buku Kristen yang perlu 
Anda baca?

Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > mengajak Anda untuk segera 
mendaftarkan diri menjadi pelanggan publikasi e-Buku < 
http://sabda.org/publikasi/e-buku >. Setiap pelanggan e-Buku akan 
mendapatkan informasi tentang buku-buku Kristen yang layak dibaca, 
baik buku cetak maupun buku elektronik. Ada pula artikel-artikel, 
kesaksian pembaca, berbagai macam tips dunia baca, dan berbagai 
informasi dunia pustaka lainnya. Publikasi e-Buku bisa Anda dapatkan 
di mailbox Anda secara GRATIS setiap hari Kamis pada minggu kedua dan 
keempat. Cara berlangganan sangat mudah! Daftarkan diri Anda sekarang 
juga dengan mengirimkan email ke:

--> < subscribe-i-kan-buku(at)hub.xc.org > atau < buku(at)sabda.org >

Pastikan diri Anda selalu mengetahui buku-buku bermutu yang layak Anda 
baca untuk menolong pertumbuhan iman Kristen dan wawasan Anda!


Kontak: konsel(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Doni K.
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org