Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/225

e-Konsel edisi 225 (18-1-2011)

Perubahan Hidup


______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 225/JANUARI 2011

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK? CARANYA?
TELAGA: BERUBAH OLEH PEMBARUAN BUDI
ULASAN BUKU: KONSELING KRISTEN YANG EFEKTIF

Salam kasih,

Setiap orang pasti ingin menjadi semakin baik dalam hidupnya, entah
secara materi, sikap, maupun spiritual. Dalam edisi ini, Anda dapat
menyimak satu cakrawala menarik tentang perubahan hidup sesuai firman
Tuhan dan artikel dari TELAGA tentang berubah oleh pembaruan budi.
Kolom baru, Ulasan Buku, juga hadir untuk memperkenalkan buku
konseling yang bisa menjadi referensi Anda. Semoga sajian kami ini
bermanfaat untuk Anda dalam menghadapi hari-hari ke depan.

Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

           CAKRAWALA: BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK? CARANYA?

Bagi orang Kristen, berubah merupakan gaya hidup. Pada waktu kita
menerima Kristus, kita diterima dan dibenarkan oleh-Nya. Akan tetapi,
kita tidak menjadi serupa dengan Dia dalam seketika. Kita mengalami
suatu proses perubahan untuk menjadi orang-orang yang Allah kehendaki.

1. Pembacaan Alkitab mengubah diri saya. Alkitab adalah satu-satunya
buku yang pengarangnya selalu hadir saat saya membacanya. Allah
mengubah saya ketika saya membaca Alkitab setiap hari. Saya membaca
dengan sikap beribadah sampai Tuhan berbicara kepada saya. Penantian
ini penting. Saya perlu memberi Allah kesempatan untuk berbicara
kepada saya. Tetapi mendengarkan saja tidak cukup. Waktu Tuhan
menunjukkan sesuatu kepada saya, saya menanggapi. Saya bertanya
kepada-Nya, "Apa yang Tuhan maksudkan? Bagaimana saya bisa
menerapkannya? Mengapa saya perlu menerapkannya?"

Jadi, saya membaca sampai Allah menyuruh saya berhenti. Ketika Allah
menghentikan saya pada Lukas 23:9 dengan pernyataan, "(Herodes)
mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi
jawab apa pun," saya berdoa, "Tuhan, tunjukkanlah kepadaku kapan aku
sudah bersikap membela diri. Tunjukkanlah kepadaku saat-saat aku
menuntut hakku." Saya menanti dan membiarkan Tuhan mengingatkan saya
di mana letak kekurangan saya. Kemudian saya berdoa, memohon
pertolongan-Nya agar saya dapat menerapkan dalam hidup saya apa yang
telah saya pelajari. Saya juga mencatat berbagai hal -- apa yang telah
saya pelajari, apa yang telah saya doakan, bagaimana Tuhan sudah
menjawab doa saya.

2. Pembacaan Alkitab dalam kelompok mengubah diri saya. Waktu saya
membaca firman Tuhan sendiri dan kemudian berkumpul dan berinteraksi
dengan orang-orang lain dalam kelompok kecil, pengetahuan saya semakin
luas. Saya melihat di mana dan mengapa Allah menghentikan orang lain
waktu mereka membaca. Waktu kita bersama-sama membaca, kita saling
membantu. Membaca dalam kelompok bisa dilakukan dalam pelajaran di
sekolah minggu, dalam kelompok pendalaman Alkitab, dalam persekutuan
doa, atau di mana saja kita berkumpul dengan orang Kristen lainnya.

3. Pendalaman firman Allah mengubah hidup saya. Pada waktu saya
menyelidiki firman Allah dan mempelajarinya, saya berubah. Jikalau
saya hanya membaca firman Allah dan tidak mempelajarinya, saya
menghadapi risiko menyeleweng dari persoalan. Ketika saya menyelidiki,
saya meminta Allah melenyapkan pikiran-pikiran saya sebelumnya supaya
saya bisa melihat ayat-ayat Alkitab dan menguji hal-hal yang tidak
benar yang sudah saya ambil/lakukan.

Pakailah buku tafsiran dan sebuah atlas supaya Saudara bisa belajar
dengan tepat. Ingatlah bahwa belajar itu mencakup
penelitian/observasi, penafsiran, dan penerapan. Jangan masuk langsung
dan menafsirkan tanpa meneliti apa yang benar-benar dikatakan Alkitab.
Setelah meneliti dan menafsirkan, terapkan apa yang telah Saudara
pelajari dari Alkitab itu. Pikirkan caranya, bagaimana menggunakan
kebenaran-kebenaran yang sudah Saudara pelajari dan jadikan semuanya
bagian hidup Saudara. Dalam penerapan inilah perubahan mulai terjadi.

4. Allah mengubah saya waktu Roh Kudus mengingatkan kembali ayat
Alkitab. Bila saya tidak membawa Alkitab, Roh Kudus mengingatkan
kembali firman Allah yang telah saya simpan ketika saya membacanya,
berinteraksi dengan orang lain, dan belajar. "Tetapi Penghibur, yaitu
Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan
mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan
semua yang telah Kukatakan kepadamu" (Yohanes 14:26). Itulah peranan
Roh Kudus.

Kita perlu melakukan lebih daripada sekadar membaca atau mempelajari
atau bahkan menghafalkan. Seperti yang dikatakan Mazmur 119:11, "Dalam
hatiku aku menyimpan janji-Mu." Jika kita menyimpan firman Allah, kita
menerapkannya sampai firman itu menjadi bagian hidup kita. Sepanjang
hari Roh Kudus bisa memakai isi Alkitab yang sudah kita simpan untuk
mengubah diri kita. Ia menimbulkan dalam pikiran kita apa yang
betul-betul kita perlukan pada waktu tertentu. Seolah-olah pikiran
kita adalah komputer dan Roh Kudus adalah operator adikodrati. Ia
datang dan menyentuh tombol ingatan kita, lalu kita bisa mengingat
ayat-ayat yang perlu kita ketahui.

5. Allah mengubah saya ketika saya meminta hal itu. Saya sering
berdoa, "Tuhan, aku lelah; aku telah berdosa. Aku tidak mendekati
tujuanku untuk menjadi serupa dengan Engkau. Ubahlah aku." Kemudian
Allah mengulurkan tangan dan mengambil sikap saya yang tidak seperti
Kristus dan memberi saya sikap seperti Kristus. Tetapi Ia tidak
memaksa saya untuk berubah. Saya harus bersedia. Kadang-kadang doa
saya harus seperti ini, "Tuhan, tolonglah aku agar mau bersedia."
Tetapi saya mengetahui bahwa bila saya meminta Tuhan mengubah saya, Ia
mau.

6. Allah mengubah saya ketika orang lain berdoa bagi saya.
"Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu" (Galatia 6:2). Saya bisa
merasakan kuasa di dalam hidup saya bila orang lain berdoa untuk saya.
Doa mereka mengubah saya. Kadang-kadang saya bahkan tidak mengetahui
bahwa mereka sedang mendoakan. Saya senang menerima catatan dari
orang-orang yang berkata, "Apa yang terjadi denganmu pada tanggal 1
Januari? Allah mendorongku untuk berdoa bagimu." Saya mengingat
kembali dan mendapati bahwa Tuhan benar-benar telah mendorong orang
itu untuk berdoa karena suatu sebab. Tetapi lebih sering orang berdoa
bagi saya karena saya telah menyampaikan kebutuhan saya kepada mereka.
Saya kehilangan banyak dukungan doa jikalau saya tidak mengakui bahwa
saya memunyai kebutuhan.

7. Allah mengubah saya pada waktu saya berdoa bagi orang lain. Saya
tidak mungkin berdoa bagi seseorang dan sekaligus marah kepada orang
itu. Saya tidak mungkin menggunjingkan seseorang dan tetap mendoakan
dia. Saya menjadi orang yang berbeda pada waktu saya berdoa. Saya
melihat kebutuhan orang lain, dan saya tidak memikirkan diri sendiri.
Pada waktu saya berdoa bagi orang lain, saya ikut ambil bagian dalam
suatu kegiatan yang dilakukan juga oleh Roh Kudus dan Yesus.

Tujuh metode tentang perubahan ini membuat saya menjadi orang yang
berbeda. Saya bisa mengukur pertumbuhan saya dengan memandang masa
lalu dan melihat betapa berbedanya keadaan saya sekarang ini. Apakah
saya sekarang lebih menyerupai Yesus daripada setahun yang lalu?
Apakah reaksi saya lebih menyerupai reaksi Yesus tahun ini
dibandingkan setahun atau lima tahun yang lalu? Apakah orang lebih
bisa melihat Yesus di dalam diri saya?

Ketika membuat inventarisasi, kita perlu mengingat bahwa ketika kita
bertumbuh di dalam Kristus, kita seperti seorang bayi yang belajar
berjalan. Langkah pertama masih jauh dari kesanggupan untuk berlari di
jalanan. Kita tidak bertumbuh dalam semalam. Kita bertumbuh dengan
maju selangkah demi selangkah.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Pola Hidup Kristen
Judul asli artikel: Tujuh Metode Perubahan
Penulis: Evelyn Christenson
Penerbit: Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 2002
Halaman: 1029 -- 1032

                  TELAGA: BERUBAH OLEH PEMBARUAN BUDI

Setiap orang Kristen pasti pernah bergumul dengan dosa yang ada pada
dirinya. Kita tahu tidak seharusnya kita berdosa, namun kita tetap
melakukan perbuatan yang sama. Ada yang terus bergumul dengan emosi
marah; tidak mau marah namun toh tetap marah. Ada yang bergumul dengan
dosa berbohong; kita tahu itu salah, namun tetap saja kita
mengulanginya. Ada yang bergumul dengan dosa seksual; kita ingin
lepas, tetapi terus saja melakukannya. Kita merana dan ingin bebas,
tetapi masih terbelenggu oleh dosa yang sama. Kadang kita
bertanya-tanya, di manakah kebenaran ayat yang berbunyi, "Jadi siapa
yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Korintus 5:17).
Apakah artinya ayat ini?

Roma 12:2 berkata, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada
Allah dan yang sempurna." Efesus 4:23-24, "supaya kamu dibaharui di
dalam roh dan pikiranmu dan mengenakan manusia baru yang telah
diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan
yang sesungguhnya." Kata "budi" dalam Roma pasal 12 berarti pikiran;
jadi, dari dua ayat ini dapat kita simpulkan bahwa perubahan mesti
terjadi pertama-tama pada pemikiran. Dengan kata lain, manusia baru di
dalam Kristus adalah manusia yang berpikir seperti Kristus.

Bagian berikutnya dalam pertumbuhan rohani setelah, "berpikir seperti
Kristus" adalah "berbuat seperti Kristus." Inilah bagian tersulit
karena meski kita tahu apa yang baik dan seharusnya namun tidak selalu
kita melakukannya. Paulus membagikan pergumulannya ini di Roma 7:21-
23, "Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat
apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku
suka akan hukum Allah tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku
melihat hukum lain yang berjuang melawan akal budiku dan membuat aku
menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku."
Sebagai contoh, kita tahu bahwa mengkhianati pasangan itu salah, namun
tetap kita melakukannya. Mengapakah demikian?

Pada dasarnya pikiran dan perbuatan yang berdosa telah menjadi bagian
hidup dan kepribadian kita. Pikiran dan perbuatan yang berdosa
merupakan sarana untuk mendapatkan yang kita inginkan. Setelah kita
mengenal Kristus, kita mesti menanggalkan pikiran dan perbuatan yang
berdosa itu dan sebaliknya, mengandalkan Kristus untuk mendapatkan
yang kita inginkan itu.

Kita perlu menyeimbangkan kedua hal ini: di satu pihak kita adalah
manusia baru dengan pemikiran yang baru, namun di pihak lain kita
adalah manusia lama yang dalam proses pembaruan. Pertumbuhan yang
sehat menuntut kesadaran akan keduanya.

Pada akhirnya untuk bertumbuh dituntut usaha untuk melawan manusia
lama. Kendati tidak mudah, kita harus melawannya. Roma 6:12 berkata,
"Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang
fana supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya."

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: TELAGA.org
Alamat URL: http://www.telaga.org/audio/manusia_baru
Judul transkrip: Manusia Baru (TELAGA No. T215A)
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses: 17 Desember 2010

              ULASAN BUKU: KONSELING KRISTEN YANG EFEKTIF

Judul asli buku: Effective Christian Counseling
Penulis: Dr. Gary R. Collins
Penerjemah: Esther Susabda
Penerbit: SAAT, Malang 1998
Ukuran buku: 14 x 21 cm
Tebal: 194 halaman

Jika kita mengamati kehidupan yang semakin sulit ini, kebutuhan orang
akan konseling pasti akan semakin meningkat. Persoalannya, apakah
gereja sekarang ini sudah mempersiapkan diri untuk menolong jemaat
yang membutuhkan konseling?

Konseling Kristen memiliki standar yang berbeda dengan konseling
sekuler. Bukan hanya itu, konseling Kristen pun memiliki keunikan,
landasan, dan teknik yang berbeda dibanding konseling sekuler. Namun,
orang-orang Kristen tentu saja tidak hanya membutuhkan konseling yang
biasa, namun lebih dari itu yakni konseling Kristen yang berkualitas
dan efektif. Untuk memperlengkapi para konselor dan hamba-hamba Tuhan,
Dr. Gary R. Collins meluncurkan buku "Effective Christian Counseling"
yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Buku ini
menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan konseling Kristen --
mulai dari kebutuhan akan konseling Kristen, ciri-ciri konseling
Kristen, teknik konseling Kristen hingga pokok-pokok persoalan dalam
konseling Kristen. Setiap pembahasan disajikan dengan singkat, padat,
dan sistematis. Selain itu, isinya juga praktis dan alkitabiah. Bahkan
ada bagian yang khusus menyediakan ayat-ayat Alkitab yang bisa
digunakan dalam konseling.

Buku ini ditulis oleh Dr. Gary R. Collins, seorang ahli bidang
konseling. Selain menulis buku-buku konseling, Dr. Gary R. Collins
juga kerap kali diundang untuk menjadi pembicara dalam seminar-seminar
konseling, menjadi pengajar dan editor. Buku-buku lain yang dia tulis
antara lain: "Christian Counseling: A Comprehensive Guide", "The
Biblical Basis of Christian Counseling", dan "Christian Coaching:
Helping Others Turn Potential into Reality."

Peresensi: Sri Setyawati

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, Samuel Njurumbatu, dan
         Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org