Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/121

e-Konsel edisi 121 (3-10-2006)

Karunia Roh Allah untuk Melayani

                    Edisi (121) -- 01 Oktober 2006

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar            : Karunia Roh Allah bagi Kita
  = Cakrawala            : Diperlengkapi dengan Pelbagai Karunia Roh
                           Allah
  = Bimbingan Alkitabiah : Roh Kudus dengan Orang Kristen
  = Info                 : Selamat Ulang Tahun e-Konsel

                ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Salam sejahtera,

  Pelayanan konseling bukanlah pelayanan yang sekadar membutuhkan
  pengetahuan dan pemahaman ilmu psikologi dan psikiatri belaka.
  Pelayanan konseling sesungguhnya terkait erat dengan sejumlah
  karunia rohani untuk melayani. Karunia-karunia ini tentu saja tidak
  bisa diperoleh melalui pendidikan psikologi maupun psikiatri karena
  semua karunia tersebut merupakan anugerah dari Tuhan, Allah kita.

  Untuk memeriksa apakah Anda memiliki perlengkapan karunia rohani
  untuk melayani, e-Konsel kali ini sengaja mengangkat sebuah artikel
  yang mengulas karunia-karunia rohani tersebut. Kami sertakan pula
  sejumlah ayat dari Alkitab yang membahas tentang karunia untuk
  pelayanan bagi Anda.

  Di edisi Oktober yang bertepatan dengan ulang tahun e-Konsel yang
  ke-5 ini, kami menyertakan juga "Kuesioner untuk Anggota e-Konsel".
  Kuesioner ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan e-Konsel dan
  juga partisipasi pelanggan e-Konsel. Silakan Anda isi dan kirimkan
  kembali kepada kami untuk selanjutnya kami proses. Tanpa berpanjang
  kata lagi, silakan Anda baca sajian kali ini.

  Redaksi e-Konsel,
  Ratri

                   ========== CAKRAWALA ==========

             DIPERLENGKAPI DENGAN PELBAGAI KARUNIA ROH ALLAH

  Dengan cara bagaimanakah kaum beriman diperlengkapi sehingga dapat
  saling menasihati dan mengingatkan? Tentunya melalui pelbagai
  karunia Roh Kudus yang diberikan kepada setiap anggota Tubuh-Nya.
  Tujuan utama dari semua karunia Roh Kudus tersebut adalah pelayanan
  di lingkungan gereja itu sendiri: "Ada rupa-rupa pelayanan, tetapi
  satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah
  adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi
  kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan
  bersama" (1Kor. 12:5-7, ditambahkan penekanan). Hampir semua
  karunia Roh yang disebutkan dalam kitab Perjanjian Baru bermanfaat
  bagi pelayanan konseling.

  Kita perlu mengerti bahwa semua karunia Roh yang digambarkan dalam
  Kitab Suci tidak sepenuhnya terlepas dari langkah yang serupa atau
  digariskan menurut suatu pola saja. Setiap orang beriman mempunyai
  karunia Roh berbeda: "Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan
  Roh untuk kepentingan bersama" (1Kor. 12:7). Masing-masing karunia
  benar-benar unik, dirancang khusus dengan kasih karunia Tuhan bagi
  setiap individu: "Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh" (1Kor.
  12:4). "Kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih
  karunia yang dianugerahkan kepada kita" (Rm. 12:6). Karunia Roh
  diberikan dalam pelbagai bentuk yang tidak terhingga ragamnya,
  masing-masing memiliki rancangan berbeda sebagaimana bunga salju.
  Karunia-karunia Roh yang disebutkan dalam Perjanjian Baru (mis. Rm.
  12; 1Kor. 12) hanya berupa penggolongannya saja. Suatu karunia Roh
  yang diberikan kepada seseorang, tentu memiliki beberapa hal yang
  menunjukkan beragam kemampuan yang disebut sebagai karunia dalam
  bacaan-bacaan tersebut. Dengan kata lain, seseorang yang karunia
  utamanya adalah mengajar mungkin juga dikaruniai kebijaksanaan,
  kemampuan untuk melihat secara tajam hal-hal yang kurang jelas, atau
  belas kasih hingga taraf tertentu. Karunia yang diterima orang
  tersebut merupakan suatu perpaduan dari pelbagai kemampuan dan watak
  yang memungkinkan orang itu memberi pelayanan yang sesuai dengan
  panggilan Tuhan.

  Marilah kita tinjau beberapa jenis dari karunia utama yang
  disebutkan dalam Alkitab.

  Nubuat

  Nubuat umumnya dikaitkan dengan ramalan untuk masa mendatang. Kata
  Yunani "prophe/teuo/" sebenarnya hanya berarti menyampaikan atau
  menyatakan. Kata tersebut mengacu pada menyatakan isi Alkitab kepada
  orang banyak. Tentu saja, di zaman Kitab Suci dahulu, pekerjaan
  seorang nabi sering kali mencakup menerima dan mengumumkan wahyu
  baru. Akan tetapi, gelar nabi sebenarnya ditujukan bagi siapa saja
  yang mempunyai karunia untuk mewartakan kebenaran dengan kuasa atau
  berkhotbah. Jadi seorang nabi, terutama di abad sekarang ini,
  hanyalah seorang pewarta kebenaran Alkitab--bukan seorang penerima
  wahyu langsung dari Allah. Tokoh Reformasi besar, John Calvin,
  memahami karunia bernubuat dari sudut tersebut. Tulisnya,
  "Bagaimanapun juga, saya lebih suka mengikuti mereka yang mengerti
  Firman dalam artian lebih luas, ketimbang karunia khusus berupa
  wahyu yang digunakan orang untuk membuka praktik menafsirkan dengan
  terampil dan tangkas dalam menguraikan secara rinci kehendak Tuhan."
  (John Calvin, "The Epistles of Paul the Apostle to the Romans and to
  the Thessalonians", Grand Rapids: Eerdmans, 1960: 269).

  Rasul Petrus juga berkata panjang lebar tentang hal tersebut sewaktu
  ia menegur mereka yang menerima karunia bernubuat dengan kata-kata
  berikut ini: "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara
  sebagai orang yang menyampaikan firman Allah..." (1Ptr. 4:11).

  Mungkin pernyataan terjelas dari bagaimana karunia bernubuat
  berfungsi ada dalam 1Korintus 14:3-4: "Siapa yang bernubuat, ia
  berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur
  ... siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat." Karunia bernubuat
  dapat dimanfaatkan untuk membangun kaum beriman, memanggil mereka
  agar mematuhi firman Allah, memberi dorongan saat mereka membutuhkan
  pertolongan, membangun, menasihati, dan menghibur. Apakah ketiga hal
  tersebut, jika bukan aspek-aspek konseling alkitabiah? Jadi, nabi
  diperlengkapi untuk menasihati karena adanya karunia ini.

  Pentingnya karunia bernubuat dapat kita lihat dalam penekanan Paulus
  akan hal tersebut di surat 1Korintus 14. Di situ Rasul Paulus
  membandingkannya dengan karunia berupa bahasa, yang memperlihatkan
  kehebatan nubuat. Ia menasihati jemaat di Korintus supaya "kejarlah
  kasih dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh,
  terutama karunia untuk bernubuat" (1Kor. 14:1).

  Dan dalam satu hal, si pengkhotbah memenuhi salah satu unsur penting
  dari tugas konselor dengan setiap khotbahnya. Kisah Para Rasul 15:32
  memberikan sebuah contoh dari karunia bernubuat dalam praktik.
  Setelah menyampaikan surat dari Sidang di Yerusalem kepada gereja di
  Antiokhia, "Yudas dan Silas, yang adalah juga nabi, lama menasihati
  saudara-saudara itu dan menguatkan hati mereka." Kedua nabi tersebut
  melewatkan waktu untuk menguatkan hati kaum beriman di sana dengan
  menyampaikan semua kebenaran dari firman Tuhan kepada mereka.
  Pelayanan pewartaan mereka sebagai nabi memberikan dampak yang sama
  sebagai nasihat yang baik.

  Salah satu imbauan akhir Paulus kepada anak didiknya, Timotius,
  menekankan pentingnya mewartakan Firman tersebut:

    "... nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan
    segala kesabaran dan pengajaran ..."(2 Tim. 4:1-5).

  Dengan kata lain, para pewarta Firman harus mempraktikkan semua
  karunia mereka persis seperti para konselor yang bijaksana--menegur,
  menasehati, serta mengimbau dengan penuh kesabaran dan pengajaran
  yang berhati-hati.

  Mewartakan Firman serta konseling yang benar-benar alkitabiah,
  itulah yang akan ditanamkan oleh Roh Kudus dalam hati dan yang akan
  menghasilkan pertumbuhan rohani. Bagaimanapun juga, firman Tuhan
  "memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
  memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran"
  (2Tim. 3:16). Seorang pendeta yang setia menjalankan tugas
  bernubuatnya itu sebenarnya bertindak sebagai konselor bagi seluruh
  jemaatnya. Dengan membekali serta mengajari mereka, pendeta tersebut
  memperlengkapi bakat yang dimiliki jemaat serta memperlengkapi
  mereka dengan sesuatu yang mereka butuhkan untuk dapat saling
  menasihati secara efektif. Itu sebabnya, khotbah yang benar-benar
  alkitabiah tidak akan terlepas dari konseling alkitabiah yang
  efektif di gereja. Pelayanan konseling dimulai dari mimbar dan dari
  situ meluas hingga ke setiap tingkat pelayanan di gereja tersebut.

  Pengajaran

  Yang erat berhubungan dengan nubuat adalah kemampuan untuk mengajar.
  Memang khotbah yang alkitabiah harus mencakup sebuah unsur kuat dari
  mengajar juga. Berbeda dari berkhotbah, mengajar dilakukan di segala
  lapisan jemaat, bukan hanya dari mimbar saja. Mereka yang mengajar
  di sekolah minggu, memimpin pendalaman Alkitab, atau merasul bagi
  sesama, semuanya mempraktikkan bakat mengajar.

  Kata Yunani "didasko" (mengajar) meliputi gagasan mengenai pelatihan
  atau pengajaran yang sistematis. Karunia mengajar merupakan
  kemampuan untuk memimpin sesama dalam pemahaman Alkitab.

  Penitikberatan pada pengajaran menandai pelayanan Tuhan kita.
  Simpulan dari Khotbah di Bukit, "takjublah orang banyak itu
  mendengar pengajaran-Nya, sebab ia mengajar mereka sebagai orang
  yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka" (Mat. 7:28-
  29). Matius 4:23, 9:35; Markus 2:13, 6:6; Lukas 13:22, 20:1, dan di
  banyak bacaan lainnya, menggambarkan bahwa mengajar adalah inti dari
  pelayanan Yesus.

  Penitikberatan pada hal mengajar juga menjadi ciri dari pelayanan
  para rasul. Kisah Para Rasul 2:42 menggambarkan bahwa gereja purba
  "bertekun dalam pengajaran para rasul" (bdg. 5:42). Kisah Para Rasul
  15:53 mencatat bahwa "Paulus dan Barnabas tinggal beberapa lama di
  Antiokhia. Mereka bersama dengan banyak orang lain mengajar dan
  memberitakan firman Tuhan." Dari Kisah Para Rasul 18:11 kita tahu
  bahwa Paulus "tinggal di situ [Korintus] selama satu tahun enam
  bulan, mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka." "Aku tidak
  pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan
  kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-
  perkumpulan di rumah kamu," demikian kesaksian Paulus kepada para
  tua-tua di Efesus (Kis. 20:20). Dalam suratnya kepada jemaat di
  Kolose, rasul besar tersebut menyimpulkan pelayanannya sebagai
  berikut: "Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami
  nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk
  memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus" (Kol.
  1:28).

  Karunia mengajar merupakan persyaratan penting bagi seorang penilik
  jemaat (1Tim. 3:2; Tit. 1:9). Tidak semua penilik jemaat dipanggil
  untuk memberitakan Firman secara terbuka; namun demikian, semua
  penilik jemaat harus mampu mengajarkan firman Tuhan secara
  sistematis kepada mereka yang berada di bawah pengawasan mereka.
  Persyaratan tersebut membedakan penilik jemaat dari diaken.
  Mengajarkan firman Tuhan merupakan cara utama yang digunakan para
  penilik untuk mengawasi kawanan mereka (bdg. 1Tim. 4:6, 11, 13, 16, 5:17; 2Tim. 2:15, 24; Tit. 2:1). Dengan mengajarkan Firman, para
  penilik menjaga jemaat mereka dari doktrin yang salah dan praktik
  yang keliru. Mereka juga mengajarkan berbagai prinsip hidup yang
  berkenan bagi Tuhan.

  Apa yang menandai seorang guru yang efektif? Pertama, seorang guru
  harus selalu hidup menurut ajaran Alkitab. Paulus menasihati
  Timotius, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
  perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu
  dan dalam kesucianmu" (1 Tim. 4:12). Tokoh Puritan yang saleh,
  Richard Baxter, menuliskan, "orang yang bersungguh-sungguh dengan
  perkataannya akan berbuat seperti yang dikatakannya"(Richard Baxter,
  "The Reformed Pastor", Edinburgh: Banner of Truth, 1979: 68).

  Kedua, guru tersebut harus "terdidik dalam soal-soal pokok iman kita
  dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini" (1Tim. 4:6).
  Semakin dalam pengetahuan guru tersebut akan soal-soal pokok iman
  kita, akan semakin efektif pula ajarannya. "Ia sendiri haruslah
  dewasa dalam pengetahuan," tulis Richard Baxter, "karena ia akan
  mengajarkan semua hal yang misterius dan harus diketahui demi
  keselamatan kepada sesamanya" (Baxter, "The Reformed Pastor", 1979:
  68). Sebagaimana Timotius, guru tersebut juga harus "berusaha supaya
  [engkau] layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak
  usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran
  itu" (2Tim. 2:15).

  Ketiga, pengetahuan semacam ini seharusnya membuatnya rendah hati,
  bukan sombong. Mereka yang mengajar dengan sikap angkuh bertentangan
  dengan kebenaran yang mereka ajarkan. Paulus menggambarkan bagaimana
  seharusnya sikap mereka yang mengajar kepada Timotius:

     "Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi
     harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar,
     dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan,
     sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
     bertobat, dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal
     kebenaran" (2Tim. 2:24-25).

  Akhirnya, ciri seorang guru yang terampil adalah mempunyai kemurnian
  hati dan kekudusan hidup. Paulus mengimbau Timotius supaya "latihlah
  dirimu beribadah" (1Tim. 4:7), dan "kejarlah keadilan, ibadah,
  kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan" (1Tim. 6:11), ini
  sebaiknya disimpan dalam hati semua yang hendak mengajarkan firman
  Tuhan.

  Pentingnya mengajar dalam konseling tidak dapat terlalu ditekankan.
  Sebenarnya, konseling sendiri merupakan suatu proses mengajar.
  Konselor yang bijaksana harus mampu mendengarkan dengan saksama,
  kemudian menerapkan firman Tuhan secara akurat pada segala masalah
  yang timbul di saat acara konseling. Para konseli tidak akan dapat
  hidup menurut prinsip-prinsip yang tidak mereka ketahui. Oleh sebab
  itu, mengajarkan prinsip-prinsip Alkitab merupakan inti dari proses
  konseling alkitabiah. Adams menuliskan, "Konfrontasi nouthetic
  haruslah konfrontasi alkitabiah. Singkatnya, konfrontasi nouthetic
  adalah konfrontasi menggunakan prinsip-prinsip dan praktik-praktik
  Kitab Suci." (Jay Adams," Competent to Counsel", Grand Rapids:
  Baker, 1981: 51). Bertolak belakang dengan metodologi Rogerian yang
  tidak terarah dan hanya "berfokus pada klien" serta dirangkul oleh
  banyak orang saat ini, tujuan konseling alkitabiah adalah mengubah
  semua pola berpikir dan pola hidup yang berdosa. Hal ini dilakukan
  dengan kuasa Alkitab.

     Alkitab adalah satu-satunya tolok ukur untuk mengukur pikiran,
     perasaan, serta perilaku. Firman Tuhan penuh dengan pedoman dan
     petunjuk untuk hidup. Maka dari itu, metodologi konseling
     alkitabiah lebih banyak terletak pada firman Tuhan ketimbang
     kebijaksanaan manusia .... Oleh sebab itu, para konselor
     alkitabiah akan berusaha menolong para konseli agar hidup
     memasrahkan diri pada kasih Tuhan, firman-Nya, serta kebolehan-
     Nya. (Martin dan Deidre Bobgan, "How to Counsel from Scripture",
     Chicago: Moody, 1985: 54-55)

  Mereka yang dikaruniai bakat mengajar berarti berbakat khusus untuk
  aspek konseling yang satu ini.

  Nasihat

  Jika nubuat memberitakan kebenaran Alkitab dan ajaran membuatnya
  sistematis, maka nasihat meminta tanggapan yang benar terhadap
  kebenaran tersebut. Roma 12:8 memasukkan menasihati sebagai salah
  satu karunia dari Roh Tuhan. Kata "paraklesis" dari bahasa Yunani
  juga dipakai dalam ayat-ayat seperti Kisah Para Rasul 20:2; 1Korintus 14:3; 1Timotius 4:13; dan Ibrani 13:22. Kata tersebut
  berarti "menasihatkan", "mendorong", atau "menghadapkan". Jelaslah
  bahwa terdapat kaitan antara kata tersebut dengan pelayanan
  konseling.

  Menasihatkan berarti menantang saudara-saudara seiman supaya
  senantiasa bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Seperti telah
  diketahui, konseling alkitabiah melibatkan tindakan-tindakan seperti
  menegur yang tidak tertib, menghibur mereka yang tawar hati, serta
  membela mereka yang lemah (1Tes. 5:14). Melalui karunia
  menasihatkan, para konselor dapat mendorong orang Kristen yang
  berdosa untuk meninggalkan dosa mereka, serta mempraktikkan yang
  benar, menghibur orang-orang yang hancur akibat kesulitan atau
  kesedihan, serta memperkuat iman mereka yang kecil hati dan lemah.
  Orang-orang yang secara khusus diberi karunia untuk menasihatkan
  adalah para konselor yang sangat berharga, dan sering kali merupakan
  tulang punggung pelayanan konseling di gereja setempat.

  Kebijaksanaan

  Karunia kebijaksanaan, seperti yang dimaksud dalam 1Korintus 12:8,
  adalah kemampuan untuk memahami bagaimana semua kebenaran Alkitab
  juga berlaku bagi isu-isu praktis dalam kehidupan sehari-hari.
  "Sophia" (kebijaksanaan) sering kali digunakan dalam Perjanjian Baru
  untuk melukiskan kemampuan melihat dengan tajam serta mengikuti
  kehendak Tuhan (bdg. Mat. 11:19, 13:54; Yak. 1:5, 3:13, 17). Sebab
  semua konselor alkitabiah perlu memiliki kebijaksanaan hingga taraf
  tertentu. Jelaslah bahwa tanpa memperlihatkan dengan jelas cara-cara
  menerapkan berbagai prinsip Alkitab, pengajaran yang diberikan
  kepada para konseli serta imbauan supaya mereka mengikuti semua
  prinsip tersebut menjadi kurang begitu bermanfaat. Nasihat yang
  bijaksana itulah yang dibutuhkan oleh konseli (bdg. Ams. 1:5, 12:15, 19:20) dan karunia kebijaksanaan memungkinkan konselor mampu memberi
  tahu mereka.

  Pengetahuan

  Hal yang mendasar bagi pewartaan, pengajaran, serta konseling adalah
  pengetahuan. Karunia pengetahuan adalah kemampuan yang dikaruniakan
  Tuhan untuk memahami semua misteri dari firman Tuhan yang
  diwahyukan--semua kebenaran yang tidak diketahui terlepas dari
  penyataan Tuhan (bdg. Rm. 16:25; Ef. 3:3; Kol. 1:26, 2:2, 4:3).
  Karunia tersebut juga memerlukan adanya keterampilan dalam
  menyajikan pengetahuan tersebut sehingga orang lain dapat
  memahaminya. Karunia pengetahuan bukan sekadar kemampuan
  mengumpulkan serta menyatukan pelbagai fakta, melainkan merupakan
  kemampuan rohaniah untuk melihat kebenaran alkitabiah serta
  doktrinal secara koheren dan bermanfaat.

  Tanpa adanya pengetahuan rohaniah hingga taraf tertentu, tidak
  banyak yang dapat ditawarkan oleh konselor kecuali pelbagai
  spekulasi hikmat duniawi yang tolol dan sia-sia. Pandangan Tuhan
  terhadap nasihat semacam ini dapat dilihat dari cara-Nya menyalahkan
  para konselor Ayub. Karunia pengetahuan memungkinkan konselor
  memberikan nasihat bijaksana yang terdapat dalam firman Tuhan saja,
  yang dapat memberikan pengharapan kepada para konseli.

  Melayani

  Sesuatu yang disebutkan dalam Roma 12:8 ("siapa yang memberi
  pimpinan") dan 1Korintus 12:28 ("melayani") adalah karunia
  kepemimpinan. "Proistemi", istilah yang dipakai dalam Roma 12:8,
  berarti memimpin, mengelola, mengepalai, atau mengawasi, sementara
  "kubernesis" (1Kor. 12:28) berarti menyetir atau mengemudikan sebuah
  kapal. Karunia kepemimpinan atau melayani, merupakan kemampuan
  pemberian Roh Allah untuk mengatur, mengawasi, serta mendorong
  sesama menyelesaikan suatu tugas.

  Mengingat banyak konseli yang hidupnya tidak tertib, terutama mereka
  yang mengalami depresi, maka karunia melayani amat berguna bagi
  seorang konselor. Membantu konseli menertibkan kehidupan mereka
  supaya dapat memuliakan Tuhan adalah aspek yang penting dalam
  konseling alkitabiah.

  Belas Kasihan

  Mereka yang mempunyai karunia satu ini mempunyai kasih yang istimewa
  dan kepekaan terhadap mereka yang sedang menderita--baik mereka
  menderita karena miskin atau penyakit fisik, ataupun mereka yang
  dikacaubalaukan oleh dosa. Tuhan Yesus Kristus merupakan contoh
  terhebat dari Dia yang berbelas kasihan. Dalam Lukas 4:18-19, Yesus
  berkata,

     "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
     menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah
     mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
     tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
     orang-orang yang tertindas."

  Tanpa karunia belas kasihan dari Roh, konseling sering kali menjadi
  dingin dan klinis. Banyak orang berjuang mengatasi kemarahan
  emosional, terhuyung-huyung dari malapetaka tertentu dalam hidup,
  atau mencari kelegaan dari depresi. Mereka perlu mendapat kesempatan
  untuk berbagi beban dengan seseorang yang dikaruniai rasa belas
  kasihan. Orang-orang seperti ini sebenarnya sering kali dialihkan
  oleh para psikoanalisis, yang hanya memerintahkan mereka supaya
  memeriksa diri, memusatkan perhatian pada diri sendiri, atau
  terobsesi oleh perasaan mereka. Sebenarnya, yang mereka butuhkan
  adalah kelegaan dari beban tersebut serta peringanan dari beban
  (bdg. Mat. 11:28-29). Para saudara beriman yang mendapat karunia
  rasa belas kasihan mendapat bekal terbaik untuk membantu sesama
  meringankan beban seperti ini.

  Bahan diambil dari:
  Judul buku    : Pengantar Konseling Kristen
  Judul artikel : Karunia Roh Allah dan Konseling Alkitabiah
  Penulis       : John F. MacArthur, Jr.
  Penerbit      : Gandum Mas, Malang 2002
  Halaman       : 383--390

              ========== BIMBINGAN ALKITABIAH ==========

                    ROH KUDUS DENGAN ORANG KRISTEN

  1. Roh Kudus menguatkan orang Kristen
     - Pertolongan Roh Kudus tersedia bagi orang Kristen (Filipi
       1:19).
     - Dia menopang orang Kristen (Kisah Para Rasul 9:31).
     - Ia memberikan pertolongan yang tak putus-putusnya pada saat-
       saat kesukaran dan perlawanan (1Petrus 4:14).

  2. Roh Kudus memberi kekuasaan kepada orang Kristen untuk bersaksi
     - Ia memberi kekuasaan untuk bersaksi dan untuk menggenapi
       perintah Tuhan memberitakan Injil (Matius 28:19; bdg. Kisah
       Para Rasul 1:4-8).
     - Ia membuat supaya khotbah mempunyai daya meyakinkan dengan
       kekuasaan rohani (1Korintus 2:4-5).

  3. Roh Kudus membimbing orang Kristen
     - Ia membimbing orang Kristen di jalan kemenangan melawan dosa
       (Galatia 5:16).
     - Ia memimpin dan mengarahkan orang Kristen melayani Allah (Kisah
       Para Rasul 16:6-7; Roma 8:14).
     - Ia membimbing kepada pemecahan yang benar dalam soal-soal yang
       sulit (Kisah Para Rasul 15:28).

  4. Roh Kudus menyampaikan kepada orang Kristen karunia-karunia dalam
     melayani Allah (Roma 12:6-8)
     - Ia memperlengkapi orang Kristen guna menolongnya dalam tugas
       membangun gereja Kristus (Efesus 4:11-13).
     - Ia memberikan karunia atau karunia-karunia yang tepat untuk
       bermacam-macam pelayanan dan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
       banyak ragamnya itu (1Korintus 12:4-6).
     - Ia memungkinkan orang Kristen untuk mencapai suatu tujuan yang
       berfaedah di dalam gereja (1Korintus 12:7).

  5. Bagaimana orang Kristen membuat pertolongan Roh Kudus menjadi
     miliknya?
     - Penerangan dari Roh Kudus diberikan kepada orang Kristen
       sebagai jawaban atas doanya (Efesus 1:16-17).
     - Roh Kudus diberikan kepada orang Kristen sesuai permintaannya
       kepada Allah (Lukas 11:13).
     - Peningkatan pengenalan orang Kristen akan Roh Kudus selaras
       dengan peningkatan ketaatan hidupnya kepada Allah (Kisah Para
       Rasul 5:32).
     - Orang Kristen harus membiarkan Roh Kudus menentukan arah
       hidupnya (Galatia 5:25).

  Sumber diambil dan diedit dari:
  Judul Buku : Alkitab Menjawab Pertanyaan tentang Iman Kristen
  Penulis    : Derek Prime
  Penerbit   : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta 1995
  Halaman    : 70--72

                      ========== INFO ==========

                    SELAMAT ULANG TAHUN e-Konsel!!
                    ==============================

  Anggota e-Konsel yang terkasih,

  Tahun 2006 ini, tepatnya pada 1 Oktober, Publikasi e-Konsel genap
  berusia lima tahun. Pada kesempatan yang istimewa ini, Redaksi ingin
  mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan dan doa serta
  partisipasi yang terus Anda berikan dari tahun ke tahun kepada
  Publikasi e-Konsel.

  Untuk memeriahkan ulang tahun ini, Redaksi ingin semakin
  meningkatkan pelayanan e-Konsel dan juga partisipasi pelanggan
  e-Konsel. Oleh karena itu, di bawah ini kami sertakan "Kuesioner
  untuk Anggota e-Konsel". Mohon kesediaan Anda untuk mengisi formulir
  berikut ini dan kirimkan ke alamat: <staf-konsel(at)sabda.org>.

  Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih atas kesediaan Anda untuk
  mendukung dan ambil bagian dalam kemajuan Publikasi e-Konsel.

  HAPPY BIRTHDAY e-Konsel!!

                          "to God be glory!"

--------------------------- potong di sini ---------------------------

                  KUESIONER UNTUK ANGGOTA e-KONSEL**
----------------------------------------------------------------------

  Nama lengkap              :
  Alamat e-mail             :
  Tanggal lahir             :
  Kota tempat tinggal       :
  Pendidikan terakhir       :
      Jurusan pendidikan    :
  Status                    : belum menikah/menikah
  Pekerjaan                 :
  Keterampilan yang dimiliki:
  Gereja                    :
  Pelayanan                 :

  **Catt: Jawaban Anda ini nanti tidak akan kami publikasikan.

  1. Apakah Anda memiliki latar belakang pendidikan sebagai konselor?
     Jika jawabannya ya, silakan pilih jawaban Anda berikut ini (bisa
     lebih dari satu jawaban):
        [ ] Anda memiliki pendidikan formal, mis. ilmu psikologi.
        [ ] Anda tidak memiliki pendidikan formal, tapi belajar
            sendiri dari buku.
        [ ] Anda sering mengikuti seminar umum tentang konseling.
        [ ] Anda mendapat training di gereja tentang konseling.
        [ ]

  2. Apakah saat ini Anda terlibat dalam pelayanan konseling?
     a. Jika terlibat, silakan cek jawaban pilihan Anda:
        [ ] Sebagai pendeta/hamba Tuhan di gereja.
        [ ] Sebagai pengurus/aktivis gereja/yayasan.
        [ ] Sebagai pengajar/pembicara/dosen.
        [ ] Sebagai guru di sekolah dasar atau menengah.
        [ ] Sebagai penulis artikel/buku.
        [ ] Sebagai orang tua.
        [ ]

     b. Jika terlibat, berapa lama Anda sudah terlibat dalam
        pelayanan konseling ini? Silakan cek jawaban pilihan Anda:
        [ ] Lebih dari 10 tahun.
        [ ] antara 5-9 tahun.
        [ ] antara 1-4 tahun.
        [ ] kurang dari 1 tahun.
        [ ] pernah terlibat tapi sekarang sedang/sudah tidak aktif.
        [ ]

  3. Manfaat apa yang Anda harapkan dengan berlangganan e-Konsel?
     [ ] ....
     [ ] ....
     [ ] ....

  4. Apakah Anda bersedia berpartisipasi dalam Publikasi e-Konsel?
     Jika, ya, silakan cek pilihan Anda:
     [ ] Ingin mengirimkan kesaksian seputar pelayanan konseling.
     [ ] Ingin mengirimkan artikel tentang pelayanan konseling.
     [ ] Ingin terlibat dalam pelayanan konseling e-Konsel.
     [ ]

  5. Saran, komentar dan masukan yang ingin Anda berikan bagi kemajuan
     Publikasi e-Konsel:
     1. ....
     2. ....


--------------- kirim ke: < staf-konsel(at)sabda.org > ---------------

============================== e-KONSEL ==============================
                         STAF REDAKSI e-Konsel
                           Ratri, Evie, Raka
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?        masalah-konsel(at)sabda.org
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:               owner-i-kan-konsel(at)xc.org
  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org