Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/25

e-Konsel edisi 25 (1-10-2002)

Stres

><>                 Edisi (025) -- 01 Oktober 2002                <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Apakah Stres Itu?
    - Cakrawala            : Menangani Stres -- Sebelum Berkembang Menjadi Krisis
    - Telaga               : Gangguan Stres Pasca Trauma ( 10B)
    - Bimbingan Alkitabiah : Menanggulangi Stres
    - Tips                 : Menolong Orang Mengatasi Stres
    - Stop Press           : Happy Birthday to e-Konsel!!
    - Surat                : Bagaimana Mendapatkan Edisi 001 s/d 023?

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Salam dalam kasih Kristus,

  Edisi e-Konsel no. 25 ini akan membahas topik yang kami yakin
  berguna bagi kita semua, yaitu STRES. Stres adalah tekanan-tekanan
  (stressor atau pressure) yang berasal baik dari dalam diri kita
  ataupun dari luar diri kita. Rasul Paulus menilai stres sebagai
  tolok ukur untuk melihat seberapa dalamnya iman seseorang yang
  percaya (2Korintus 12:10, Roma 5:3-4). Jadi sebenarnya stres adalah
  gejala normal bagi manusia. Namun apabila stres terlalu besar dan
  tidak diatasi dengan baik maka stres dapat menyebabkan krisis yang
  mungkin membahayakan hidup. Kalau demikian, bagaimana kita
  mengetahui bahwa stres dapat menjadi potensi yang membawa krisis?
  bagaimana kita dapat menangani stres? bagaimana menolong konsele
  yang sedang mengalami stres?

  Untuk mengetahui jawabannya, silakan membaca sajian edisi ini.
  Mudah-mudahan bahan-bahan yang kami sajikan ini dapat bermanfaat
  bagi Anda untuk mengantisipasi datangnya stres dan siap untuk
  menghadapinya.

  Selamat membaca.

  Tim Redaksi e-Konsel

  N.B. Happy birthday to e-Konsel!!        [Baca di kolom Stop Press]


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

     -*- MENANGANI STRES -- SEBELUM BERKEMBANG MENJADI KRISIS -*-

  Kehidupan itu berselang-seling antara masa tenang, masa stres, dan
  masa krisis. Sebagian besar orang berpikir bahwa kehidupan merupakan
  suatu irama yang berkesinambungan dari badai krisis menuju
  ketenangan dan kembali lagi kepada krisis yang lain. Saudara telah
  mengetahui ciri-ciri krisis yang perlu dipecahkan dalam suatu waktu
  tertentu. Tetapi stres adalah suatu keadaan yang berbeda dengan
  krisis. Stres dapat dilihat pada diri seorang ahli bedah yang sedang
  melakukan pembedahan otak atau pada seorang ibu yang sedang
  mempersiapkan tiga anaknya untuk ke sekolah. Tingkat stres yang
  wajar diperlukan untuk mendorong kita maju dalam hidup dan untuk
  menyelesaikan berbagai hal. Banyak orang memperoleh prestasi terbaik
  ketika mereka berada dalam keadaan stres, tetapi itu stres yang
  dapat mereka tangani. Mereka memanfaatkannya dan menjaga agar stres
  itu tetap dalam batas-batas tertentu.

  Stres adalah suatu tipe tindakan atau situasi yang membebani
  seseorang dengan tuntutan-tuntutan yang berat atau yang
  bertentangan. Tuntutan itu seringkali mengacaukan keseimbangan
  tubuh. Stres adalah suatu situasi yang secara kronis mengganggu atau
  mengacaukan seseorang. Yang merupakan indikator adalah penantian
  penuh kecemasan atas kejadian-kejadian yang akan datang yang tidak
  dapat dihindari, dan kemudian perhatian dan pikirannya tersita oleh
  peristiwa-peristiwa itu selama suatu jangka waktu sesudah peristiwa-
  peristiwa itu terjadi.

  Reaksi manusia berbeda-beda dalam menghadapi tekanan-tekanan di
  dalam kehidupan. Apa yang bagi seseorang dapat menimbulkan stres,
  bagi orang lain tidak. Jika terlalu banyak kejadian mendadak terjadi
  sekaligus, penangggulangan tekanan menjadi lebih sukar. Latar
  belakang seseorang, struktur neurologinya, dan pengalaman-
  pengalamannya yang terdahulu dalam menghadapi tekanan, mempengaruhi
  cara dia memberi tanggapan. Seorang yang kehilangan pekerjaan dapat
  merasa hancur, tetapi sebaliknya ada orang lain yang kehilangan
  pekerjaan tetapi ia melihat hal itu sebagai suatu kesempatan untuk
  maju karena ia dapat menemukan kedudukan baru yang kemungkinan lebih
  baik.

  Bagaimana hubungan stres dengan krisis? Seseorang yang mengalami
  sejumlah gangguan terus-menerus atau sejumlah gangguan kecil lebih
  sulit menanggulangi suatu pengalaman krisis yang serius. Sebaliknya
  jika seseorang dapat belajar bagaimana menanggulangi beberapa
  situasi khas setiap hari yang berpotensi untuk menimbulkan stres, ia
  akan diperlengkapi secara lebih baik untuk menangani krisis di dalam
  kehidupan ini. Di sinilah pengajaran di gereja dapat menjadi suatu
  pelayanan pencegahan stres. Sudah menjadi tugas kita untuk menolong
  anggota gereja dalam menanggulangi stres dengan suatu cara yang
  positif, yaitu dengan mengenal hal-hal yang dapat menyebabkan stres
  di dalam kehidupan mereka. Kemudian mempersiapkan diri untuk
  menghadapi beberapa hal yang biasanya menyebabkan stres dengan
  mengembangkan pandangan alkitabiah dalam hidup.

  Apakah sebenarnya yang menyebabkan stres? Ada beberapa faktor. Saya
  menganjurkan Anda untuk melihat gejala-gejala ini dalam orang-orang
  yang Anda beri konseling dan yang Anda ajak bicara di gereja Anda.
  Pokok-pokok di bawah ini dapat dijelaskan dan disampaikan waktu Anda
  mengajar atau berkhotbah. Sumber-sumber tambahan akan ditunjukkan
  demi studi lanjutan Anda dalam bidang ini.

  Apakah yang Dapat Menimbulkan Stres di dalam Kehidupan Seseorang?
  -----------------------------------------------------------------

  1. Rasa bosan atau merasa semua yang dilakukan tidak berarti, dapat
     menyebabkan stres. Mungkin ini kedengarannya aneh, tetapi banyak
     orang yang tidak menemukan suatu tantangan dan arti dalam
     kehidupan. Ini merupakan kesempatan untuk menolong seseorang
     menemukan arti hidup yang Kristus berikan. Menolong seseorang
     melihat kehidupan melalui perspektif Allah dapat mendatangkan
     arti, tidak peduli di bidang apa ia sedang bekerja atau tidak
     peduli apa yang sedang ia alami.

  2. Tekanan-tekanan waktu dan batas waktu yang harus dipenuhi dapat
     menciptakan stres. Sering kali hal ini ditimbulkan oleh kita
     sendiri.

  3. Beban kerja yang berlebihan dapat menciptakan tekanan pada hidup
     seseorang dan sekali lagi hal ini sering ditimbulkan oleh diri
     kita sendiri.

     Kadang-kadang hal ini terjadi karena seseorang merasa tidak dapat
     mengharapkan orang lain untuk mengerjakan tugas itu, atau ia
     merasa bahwa orang lain akan mengerjakannya dengan cara yang
     berbeda dan dengan lebih lambat atau mungkin bahkan lebih baik
     daripada kalau dia yang mengerjakannya.

  4. Harapan-harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri atau
     terhadap orang lain dapat menimbulkan ketidakpuasan dan
     ketegangan. Sarankan kepada orang-orang yang Anda layani supaya
     mereka merinci tiap-tiap harapan mereka dan mengenali asal-usul
     setiap harapan itu, mengapa harapan itu penting, dan bagaimana
     pengaruhnya terhadap hidup mereka jika harapan-harapan itu tidak
     tercapai.

  5. Konflik sehubungan dengan peranan kita dapat menyebabkan
     ketegangan. Saya telah bertemu dengan banyak pendeta dalam
     kedudukan yang tidak cocok dengan kemampuan dan karunia-karunia
     pribadi mereka. Mereka merasa seperti sebuah balok segi empat
     yang menyumbat sebuah lubang yang bulat. Pasangan yang menikah
     juga dapat merasakan tekanan karena konflik peranan yang mereka
     temui dan perasaan bahwa tidak ada kemungkinan untuk berubah.

  6. Masalah keuangan dan ketidakpastian pekerjaan dapat menjadi
     peyebab utama stres. Banyak dari antara kita pernah merasakan
     hal ini.

  7. Terhalangnya pengungkapan emosi dan macetnya komunikasi yang
     terbuka dalam suatu hubungan tidak hanya mengakibatkan stres,
     tetapi juga dapat membawa kepada depresi dalam hidup seseorang
     yang sudah merasa harga dirinya rendah.

  8. Orang-orang yang membangun rasa jati diri dan rasa harga diri
     mereka di atas dasar yang tidak mantap, misalnya dalam
     pekerjaan, akan mengalami stres dan ketegangan.

  9. Kurangnya pengertian tentang tahap-tahap perkembangan orang
     dewasa yang normal dapat menyebabkan tekanan pribadi maupun
     tekanan dalam pernikahan.

  Inilah daftar yang saya pakai untuk orang-orang yang saya layani
  mengenai penyebab stres. Sebagian dari penyebab yang disebutkan di
  sini dapat Anda perbanyak dan silakan memakainya untuk melayani
  orang-orang yang Anda beri konseling atau memakainya waktu Anda
  mengajar.

  Berbagai Penyebab Stres
  -----------------------

  1. Hubungan yang tak pasti.
     Jika seseorang mengalami ketidakpastian tentang suatu hubungan
     seperti persahabatan atau pernikahan, stres dapat timbul. Jika
     seseorang memikirkan apakah pasangannya tidak bahagia atau apakah
     pasangannya berniat hendak meninggalkan pernikahan, tidak hanya
     stres yang timbul, tetapi ini mudah menjadi suatu kritis. Beban
     jenis ini dapat mewarnai sikap seseorang terhadap seluruh bidang
     hidupnya. [Baca dan terapkan Filipi 4:6-9]

  2. Lingkungan sekitar.
     Keadaan lingkungan sekitar seseorang dapat menyebabkan stres.
     Keadaan lingkungan yang monoton dan tidak berubah dapat merupakan
     masalah, sama saja seperti suatu suasana bersaing yang penuh
     tekanan dan yang berjalan dengan cepat. [Baca Yohanes 16:33]

  3. Perfeksionisme.
     Mempunyai standar yang terlalu tinggi merupakan jalan utama yang
     menyebabkan kegagalan dan penolakan diri. Sulit hidup dengan
     orang yang perfeksionis. Perfeksionisme biasanya berarti
     ketidakmantapan. Orang-orang yang mantap bersifat luwes dan
     bersedia mengambil resiko serta membuat perubahan-perubahan yang
     positif. Ketika seseorang mempunyai harapan-harapan yang tidak
     realistis dan ia tidak dapat mencapainya maka ia akan mulai
     membenci dirinya, dan ini membawanya kepada depresi.
     [Baca 1Yohanes 4:7 dan buku "Making Peace with Your Past"
     (oleh  H. Norman Wright) untuk mendapat informasi tambahan.]

  4. Ketidaksabaran.
     Jika orang sangat tidak sabar terhadap orang lain, berarti ia
     tidak sabar terhadap dirinya sendiri. Tidak dapat menyelesaikan
     berbagai hal sesuai dengan rencana membuat batin orang kacau.
     Kata sabar berarti "dapat menahan nafsu, tidak terburu-buru atau
     menurutkan kata hati, tabah, sanggup menanggung".
     [Baca Galatia 5:22-23]

  5. Kekakuan.
     Ketidakluwesan hampir sama dengan perfeksionisme dan
     ketidaksabaran. Orang yang kaku menghabiskan waktu mereka untuk
     menyelidiki sesuatu yang mengganggu pikiran mereka. Mengakui
     kesalahan sendiri dan menerima pendapat orang lain adalah
     tanggapan yang matang dan dapat mengurangi stres. Efesus 4:2
     menganjurkan, "Pertimbangkanlah berbagai keadaan dan keterbatasan
     karena kamu saling mengasihi" (terjemahan dari the Amplified
     Bible).

  6. Ketidakmampuan untuk rileks.
     Banyak orang merasa sukar untuk duduk di kursi selama sepuluh
     menit dengan rileks. Pikiran mereka tetap jalan dan mereka
     memaksa diri. Kegiatan mereka disebut momentum stres.
     [Baca Yesaya 32:17]

  7. Mudah meledak dan marah.
     Jika hidup seseorang ditandai dengan bom-bom penyebar amarah pada
     orang lain, stres tidak hanya mempengaruhi orang itu tetapi juga
     orang lain. [Baca Amsal 29:22]

  8. Kurangnya humor dan kecilnya semangat hidup.
     Orang-orang yang suka membanggakan diri, suka menyalahkan diri,
     dan karenanya mereka mengalami stres, barangkali juga merasa
     sedih. [Baca Filipi 4:13]

  9. Terlalu banyak bersaing.
     Membandingkan diri dengan orang lain dalam hal apa yang mereka
     perbuat dan apa yang mereka miliki akan menyebabkan tekanan yang
     tidak perlu pada diri seseorang. Kita tidak perlu membiarkan apa
     yang diperbuat dan dimiliki orang lain mempengaruhi hidup kita.
     Persaingan dalam hal-hal tertentu dapat mendatangkan kesenangan
     tersendiri, tetapi apabila hal ini berjalan terus-menerus maka
     tidak menyenangkan lagi. [Baca Mazmur 37:3]

 10. Kurangnya harga diri.
     Konsepsi diri yang rendah adalah dasar dari banyaknya kesulitan
     dalam hidup. Depresi dan stres dapat terjadi. [Sebagai sumber
     tambahan untuk menolong orang yang Anda beri konseling, baca buku
     "Now I Know Why I'm Depressed" dan "Improving Your Self-Image"
     (Harvest House; bahasa Inggris).]

  Menanggulangi Stres
  -------------------

  Bagaimana kita dapat menghilangkan stres? Ada 3 cara:

  1. Kita dapat mencoba mengubah keadaan lingkungan sekitar untuk
     mencegah hal-hal yang mungkin menyebabkan stres. Seseorang dapat
     berganti pekerjaan, berpindah dari lingkungan tempat tinggal,
     atau tidak berkunjung kepada kerabatnya sesering dulu. Sayangnya,
     tidak banyak orang menyadari berapa banyak perubahan tambahan
     yang harus dibuat dan ini dapat menimbulkan lebih banyak lagi
     stres.

  2. Cara kedua untuk menanggulangi stres adalah memperhatikan gejala-
     gejalanya. Kita dapat berusaha mengubah tanggapan emosional dan
     tanggapan psikologis kita terhadap stres melalui penggunaan obat
     penenang, teknik-teknik relaks, meditasi, atau imajinasi. [Untuk
     informasi tambahan baca "The Healing of Fears" (Harvest House)
     dan "Making Peace with Your Past" (Revell), karangan penulis.]

  3. Langkah yang ketiga ini adalah cara terbaik. Langkah ini meliputi
     tindakan mengubah berbagai keyakinan, anggapan dan cara berpikir
     negatif, yang membuat kita lebih mudah terserang stres. Persepsi
     dan evaluasi kita tentang dunia ini sebenarnya dapat menyebabkan
     stres. Mengubah sikap kita mungkin sulit, tetapi hal ini mungkin
     juga merupakan jalan yang paling berguna untuk mengurangi stres,
     tekanan dan kegelisahan.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku        : Konseling Krisis
  Judul asli Artikel: Stres dan Kepribadian Tipe A
                      -- Suatu Potensi Krisis
  Penulis           : H. Norman Wright
  Penerbit          : Gandum Mas, Malang, Jawa Timur, 1996
  Halaman           : 256 - 260, 262


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

  Salah satu penyebab seseorang sulit mengalami/menangani stres dengan
  baik adalah apabila ia pernah memiliki trauma/pengalaman mengerikan
  yang terjadi di masa lampau -- pengalaman buruk ini mempengaruhinya
  dalam waktu yang sangat lama. Bagaimana cara mengatasi ataupun
  menolongnya? Bahkan meski Anda tidak mengalami trauma atau Anda
  kemungkinan tidak hyper-sensitif/gangguan-stres, ringkasan diskusi
  dengan Pdt. Paul Gunadi berikut ini dapat berguna bagi Anda.

                  -*- GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA -*-

-------
  T: Makin hari makin banyak orang yang menyadari tentang pengaruh
     keluarga didalam pertumbuhan kejiwaannya. Nah masalahnya, banyak
     masalah yang timbul dalam suatu pernikahan yang sebenarnya
     berasal dari suatu trauma atau suatu masalah yang dialami sebelum
     mereka menikah. Nah apa yang bisa Bapak sampaikan atau uraikan
     tentang masalah-masalah seperti itu?

  J: Yang pertama adalah saya ingin menjelaskan apa yang dimaksud
     dengan istilah trauma. Trauma itu berarti peristiwa mengerikan
     yang sangat menakutkan. Di dalam salah satu diagnosis ilmu
     gangguan jiwa disebut dalam bahasa Inggrisnya: PTSD (Post
     Traumatic Stress Disorder). Jadi artinya adalah gangguan stres
     pasca trauma, yaitu stres yang muncul dan berkelanjutan namun
     stres itu sebenarnya timbul setelah atau sebagai akibat
     pengalaman mengerikan yang kita alami di masa yang lampau.

-------
  T: Contoh-contoh konkret dari masalah yang mengerikan itu apa Pak?

  J: Misalnya salah satu yang langsung saya ingat adalah masalah
     perkosaan. Misalnya seseorang atau seorang gadis disergap pada
     waktu malam dan kemudian diperkosa atau ketika ia pergi dengan
     teman-temannya tiba-tiba dicegat dan kemudian diperkosa, nah
     peristiwa itu akan menjadi trauma, peristiwa yang sangat
     mengerikan bagi dirinya. Dan itu akan menyertainya untuk waktu
     yang sangat lama.

     Atau seseorang yang melihat suatu pembunuhan, hal ini juga bisa
     mengganggunya. Ini adalah gangguan yang sering dialami juga oleh
     para tentara. Saya ingat sekali ada cukup banyak veteran perang
     Vietnam yang ada di Amerika Serikat, setelah pulang perang dari
     Vietnam banyak dari mereka yang menderita gangguan PTSD. Salah
     satu tandanya adalah mereka sering diserang oleh mimpi buruk,
     malam hari terbangun dengan keringat dingin, ketakutan karena
     mengalami mimpi buruk yang sangat mengerikan. Dan mimpi buruk ini
     memang sangat unik sekali, unik dalam pengertian mimpinya
     mempunyai tema yang sama -- misalnya ia dikejar-kejar, ia akan
     dibunuh, ia akan disergap, dll. Mimpinya bisa berbeda-beda tapi
     temanya sama, dan ia sering sering mengalami mimpi buruk seperti
     ini.

-------
  T: Kalau orang sudah mengalami seperti itu ... bagaimana cara
     menghilangkannya?

  J: Pertama-tama dia harus mengenali dulu apa yang menjadi penyebab
     gangguan itu, sebab tidak sama dalam setiap kasus. Setelah dia
     bisa mengingatnya dengan bantuan seorang ahli terapi, seyogyanya
     dia kembali lagi ke saat itu, jadi dia menghidupkan kembali
     memorinya, mengunjungi kembali masa dimana dia mengalami
     peristiwa tersebut. Dan mengeluarkan emosi yang seharusnya dia
     keluarkan saat kejadian itu tapi mungkin karena ketakutannya ia
     tidak bisa mengeluarkan emosi itu. Atau dia sudah mengeluarkan
     emosinya, mengekspresikan perasaannya, namun belum cukup. Ia
     harus melanjutkan pengekspresian emosi dan ketakutannya itu lagi.
     Jadi ia perlu kembali ke masa tersebut dan mengeluarkan emosi-
     emosi yang terpendam dan setelah itu baru ia dapat mulai merasa
     lebih lega. Setelah hal itu dilakukan maka dalam ilmu terapi
     ia dapat diarahkan ke arah yang bersifat kognitif. Yaitu
     penyembuhan kognitif artinya, ia akan mulai belajar melihat hidup
     ini atau situasi ini dengan kaca mata yang berbeda. Dulu ia itu
     dalam keadaan tidak berdaya, tapi sekarang ia dalam keadaan yang
     lebih berdaya. Dulu misalnya waktu orangtuanya berkelahi ia
     tidak bisa berbuat apa-apa, tapi sekarang ia sudah bisa.
     Adakalanya orang-orang yang mengalami gangguan stres pasca trauma
     ini tetap menempatkan dirinya sebagai orang yang tak berdaya, nah
     ini yang perlu kita sampaikan kepada mereka bahwa Tidak! Engkau
     sekarang berdaya, engkau tidaklah setidakberdaya pada waktu
     engkau masih kecil. Jadi harus dilawan dan berikan perspektif
     yang lebih luas. Namun saya sadari ini memang berat sekali.

-*- Sumber -*-:
   [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
     No.  10B, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]
     -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat
        e-Mail, silakan kirim surat ke:  < owner-i-kan-konsel@xc.org >
     -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga
        dapat Anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL:
    ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/    [01 Nov 2001]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                     -*- MENANGGULANGI STRES -*-

     [Berikut ini merupakan lanjutan Artikel "Menangani Stres --
      Sebelum Berkembang Menjadi Krisis" dalam kolom Cakrawala.]

  Jalan keluar ini adalah untuk mengembangkan filsafat Alkitabiah
  terhadap hidup. Bagaimana hal ini dapat dilaksanakan? Dengan
  menemukan dan menerapkan Firman Tuhan secara praktis dalam hidup
  seseorang. Stres muncul karena pilihan-pilihan yang kita buat dan
  karena sikap kita terhadap berbagai keadaan hidup ini.

  Lihat Yakobus 1:2-3,
     "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,
     apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab
     kamu tahu  bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
     ketekunan."

  Kata 'anggaplah' kadang-kadang diartikan berkenaan dengan suatu
  sikap hati atau pikiran yang mengizinkan pencobaan-pencobaan dan
  keadaan-keadaan hidup mempengaruhi seseorang, secara merugikan
  ataupun secara menguntungkan. Dapat juga diartikan, "Bulatkanlah
  hati untuk menganggap kemalangan itu sesuatu yang patut disambut
  atau yang menggembirakan". Kita mempunyai kuasa untuk menentukan
  sikap. Kita dapat menghadapi suatu situasi dan berkata,
    "Ini buruk sekali. Hal ini sungguh-sungguh membingungkan. Ini
     merupakan hal yang paling tidak saya inginkan dalam kehidupan
     saya. Mengapa menimpa saya dan mengapa sekarang?"
  Atau kita dapat mengatakan,
    "Ini tidak saya inginkan atau harapkan, tetapi ini terjadi.
     Akan ada waktu-waktu yang sulit, tetapi bagaimana saya dapat
     berbuat sebaik-baiknya dengan hal-hal ini? Apa yang dapat saya
     pelajari dan bagaimana saya dapat bertumbuh melalui hal ini?"

  Bahkan Rasul Paulus mengalami situasi-situasi yang dapat menimbulkan
  stres. Ia mengatakan di dalam 2Korintus 11:24-28,

     "Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh
     kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku
     dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari
     semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku
     aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari
     pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak-pihak orang bukan Yahudi;
     bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut,
     dan bahaya dari pihak saudara- saudara palsu. Aku banyak berjerih
     lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar
     dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa
     pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi,
     urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-
     jemaat."

  Paulus juga mempunyai "duri dalam daging" dan tiga kali meminta
  kepada Allah untuk mengangkat duri itu. Tetapi ketika duri itu
  bertahan, Paulus menyimpulkan bahwa hal itu adalah untuk membuat dia
  tetap rendah hati dan untuk memampukan dia bertumbuh secara rohani
  (2Korintus 12:7-10).

  Jika kita melihat ayat-ayat ini dan ayat-ayat lain, kesan kita ialah
  bahwa Paulus berusaha melihat segi positif dari situasi-situasi
  penyebab stres itu dan menggunakannya sebagai pengalaman-pengalaman
  untuk bertumbuh.

     "Dari segala penjuru kami ditimpa oleh kesulitan, tetapi kami
     tidak hancur luluh. Kami bingung, karena kami tidak tahu mengapa
     hal-hal itu terjadi, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan kami.
     Kami dihempaskan, tetapi kami bangun lagi dan terus maju. Tubuh
     kami ini senantiasa menghadapi ancaman maut, seperti halnya
     dengan Yesus. Jadi jelaslah bagi kami semua bahwa hanya Kristus
     yang hidup di dalam kamilah yang memelihara keselamatan kami. Ya,
     kami terus-menerus menghadapi bahaya maut, sebab kami melayani
     Tuhan. Tetapi hal ini pulalah yang senantiasa memberi kesempatan
     kepada kami untuk menyatakan kuasa Yesus Kristus di dalam tubuh
     kami yang fana ini. Karena memberitakan Injil, kami menghadapi
     maut; tetapi pemberitaan kami telah mendatangkan hidup kekal bagi
     saudara sekalian." (2Korintus 4:8-12, Firman Allah yang Hidup.)

  Paulus cukup realistis. Dia tahu bahwa ia dapat mengatasi stresnya,
  tetapi dia juga sadar bahwa orang lain mungkin lebih sulit
  menghadapi stres mereka. Stres menyebabkan Yohanes Markus
  meninggalkan pelayanannya, dan Demas meninggalkan imannya karena dia
  lebih mencintai dunia. Paulus bergumul dengan perasaan kesepian,
  seperti yang terungkap dalam surat terakhirnya kepada Timotius.

  Apabila seseorang mengalami stres, hal ini dapat mempunyai satu atau
  dua pengaruh terhadap hubungannya dengan Allah. Stres dapat membawa
  orang itu semakin dekat kepada Allah, atau menyebabkan orang itu
  meninggalkan Allah dalam kepahitan dan kekecewaannya. Yesaya 43:2
  sangat realistis tentang stres:
     "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai
     engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan
     dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api engkau tidak
     akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau."
  Kita tidak dijanjikan suatu kehidupan yang bebas dari situasi-
  situasi yang sulit, tetapi kita memang dijanjikan bahwa kita tidak
  sendiri ketika situasi-situasi itu timbul.

  Stabilitas kita berasal dari Kristus sendiri. Tuhanlah kekuatan kita
  ketika kita memberikan konseling kepada seseorang yang dalam stres
  dan krisis, dan Tuhan adalah kekuatan mereka juga.

  Ayat Alkitab
  ------------
  Roma 16:25; Nehemia 8:11; Yesaya 33:6

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku        : Konseling Krisis
  Judul asli Artikel: Stres dan Kepribadian Tipe A
                      -- Suatu Potensi Krisis
  Penulis           : H. Norman Wright
  Penerbit          : Gandum Mas, Malang, Jawa Timur, 1996
  Halaman           : 263 - 265


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

                -*- MENOLONG ORANG MENGATASI STRES -*-

  Kebanyakan dari kita mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menghadapi
  stres. Tentunya reaksi kita bergantung pada kebudayaan, latar
  belakang keluarga, pengalaman masa lalu, dan kepribadian kita masing-
  masing. Ada orang-orang yang mencoba melupakan stres, menganggap
  seolah-olah tidak ada, dan melanjutkan hidup secara normal. Tetapi
  banyak juga yang dengan jujur mengakui adanya tekanan-tekanan hidup
  yang mereka rasakan, dan mencoba mengatasinya dengan mengutarakan
  isi hati kepada teman-teman yang dapat dipercaya, menangis (yang
  dapat melepaskan sebagian dari ketegangan), atau dengan mencari
  jalan lain untuk melupakan problemanya untuk sementara waktu. Banyak
  orang datang kepada Tuhan, merenungkan firman-Nya, membaca buku-buku
  rohani atau pergi ke gereja untuk mendapatkan penghiburan.

  Ada pula yang menyembunyikan stres dengan minum minuman keras, dan
  memang sebagian besar pecandu-pecandu alkohol adalah orang-orang
  yang tertekan. Mulanya, orang-orang ini mencoba melupakan stresnya
  dengan minum. Lama-kelamaan jadi kebiasaan, sehingga tubuhnya
  menjadi bergantung kepada alkohol dan mereka seolah-olah tidak mampu
  lagi melepaskan diri dari alkohol tersebut. Padahal sumber stresnya
  masih ada dan sekarang ia menjadi peminum, ini berarti dia menambah
  stres tersebut menjadi lebih berat lagi.

  Pada tahun-tahun belakangan ini, banyak ahli yang sudah menulis
  mengenai stres dan memberikan jalan keluar untuk menolong para
  penderita mengatasinya. Ada banyak petunjuk yang sudah ditulis yang
  sangat berguna untuk menolong mengatasi stres. Sebagai konselor,
  mungkin Anda ingin juga membagikan beberapa saran di bawah ini pada
  konsele.

  Pada umumnya ada enam cara untuk menolong konsele mengatasi stres
  dalam hidup ini, yaitu dengan:
  1. Rileks. Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana binatang-binatang
     memberikan reaksi terhadap bahaya atau pada waktu takut? Mungkin
     Anda tidak dapat melihatnya, tetapi yang jelas jantung mereka
     berdenyut lebih cepat, ada peningkatan zat adrenalin dalam
     peredaran darah, otot-otot menjadi tegang, dan binatang tersebut
     siap untuk melarikan diri atau melawan. Hal yang serupa terjadi
     pada manusia. Jantung berdenyut lebih keras dan tubuh siap untuk
     memberikan reaksi. Tetapi tidak selalu tepat bagi manusia untuk
     lari atau melawan, oleh sebab itu tubuh menjadi tegang, dan dalam
     keadaan ini, sangat sulit bagi manusia untuk berpikir bagaimana
     stres dapat diatasi.

     Akan sangat menolong bila tubuh yang tegang tersebut dapat
     menjadi rileks. Duduk dengan tenang dan mencoba membicarakan
     masalah secara terbuka memang dapat membuat rileks. Begitu pula
     dengan senam, mandi air hangat, mendengarkan musik yang lembut,
     atau mencoba mengalihkan pikiran pada hal yang ringan dan
     membayangkan sesuatu yang indah. Yang terbaik, adalah jika kita
     dapat melatih merenungkan ayat-ayat dari firman Tuhan. Mazmur
     pasal satu misalnya, mengandung banyak hal yang indah untuk
     mengatasi stres. Jangan berjalan, berdiri atau duduk dengan
     orang fasik, orang yang berdosa; tetapi harus merenungkan firman-
     Nya siang dan malam. Hal inilah "yang membahagiakan" serta yang
     akan memberikan ketenangan dalam hidup kita terutama pada waktu
     stres.

     Kita melihat, bahwa contoh-contoh tadi memang tidak secara
     langsung menyentuh sumber ketegangannya, tetapi sangat berfaedah
     dalam mengatasi stres.

  2. Menolong konsele mengerti penyebab stres dan cara-cara
     menghadapinya. Doronglah mereka untuk mengutarakan apa yang
     menjadi penyebab kegelisahan dan kesulitannya. Biarkanlah konsele
     mencoba mengekspresikan perasaan dan ketakutannya. Dengan
     demikian Anda sudah menolong mereka, dan menolong Anda sendiri
     mengerti apa yang menjadi pokok persoalannya.

  3. Cobalah kenali apa yang telah dilakukan konsele pada waktu-waktu
     yang lalu untuk mengatasi stresnya. Apa yang sudah pernah
     dicoba, teknik-teknik apa yang mungkin sudah pernah menolongnya
     dan apa yang akan dilakukan oleh konsele di kemudian hari.
     Mungkin juga perlu dibicarakan tentang setiap kemungkinan yang
     ada dan mendorong konsele untuk mengubah rencana, cara berpikir
     ataupun tindakan-tindakannya.

  4. Harus pula diingat, bahwa ada hal-hal yang harus Anda hadapi dan
     juga dihadapi oleh konsele, yaitu suatu realita yang berat dan
     tidak dapat diubah lagi. Mungkin Anda ingat akan kesusahan raja
     Daud, waktu anak yang lahir dari perzinahan dengan Batsyeba jatuh
     sakit. Alkitab dengan jelas mencatat dosa Daud, dan akibat dari
     dosa tersebut, anak itu sakit untuk beberapa hari lamanya. Daud
     berpuasa dan tekun memohon kepada Allah, ia sangat tertekan, dan
     tidak dapat memikirkan yang lain kecuali anak itu sudah mati,
     Daud harus menerima suatu kenyataan atas sesuatu yang tidak dapat
     diubah. Ia kembali pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai raja
     dan pergi menghibur hati Batsyeba (2Samuel 12:15-24).

     Memang tidak mudah untuk menerima kenyataan tentang kematian dan
     pengalaman-pengalaman pahit lainnya dengan begitu saja. Tetapi
     salah satu tujuan konselor, adalah menolong konsele menerima apa
     yang memang tidak dapat diubah lagi. Mereka harus dikuatkan
     dengan lemah lembut untuk membuat penyesuaian diri dan
     melanjutkan kehidupan ini. Semua pengalaman pahit, adalah seperti
     luka yang membutuhkan waktu untuk sembuh, dan yang biasanya
     memberikan respon positif pada perhatian dan kasih.

  5. Konsele harus tetap berhubungan dengan dunia luar. Banyak teori
     konseling yang dibentuk di negara-negara Barat di mana
     penduduknya sangat sering pindah tempat. Banyak orang Amerika
     misalnya, yang hidup jauh dari sanak keluarga juga teman-teman
     lama yang biasanya selalu menolong dalam kesulitan. Biasanya,
     orang-orang tersebut akan mencoba mengatasi stresnya sendiri,
     atau mereka terpaksa harus mencari seseorang yang dapat diajak
     bicara atau saudara seiman di gereja.

     Keadaan ini tentunya tidak ada di negara-negara lain, di mana
     keluarga dan teman-teman atau tetangga selalu dekat dan kapan
     saja dapat memberi pertolongan pada waktu stres. Memang kadang-
     kadang konsele ingin menjauhkan diri dari keluarga untuk
     sementara waktu, tetapi biasanya dukungan penghiburan,
     pertolongan-pertolongan praktis dan nasihat-nasihat yang datang
     dari keluarga, teman dan saudara seiman sangat dibutuhkan dan itu
     jangan sampai dilupakan oleh konselor. Siapa tahu, bahwa
     kehadiran dan dukungan mereka akan membawa kesembuhan yang jauh
     lebih efektif daripada bimbingan seorang konselor.

     Tentu saja di atas semuanya itu, hanya Tuhanlah yang dapat
     memberikan penghiburan dan kekuatan yang sejati.

  6. Mendoakan dan berdoa bersama konsele. Arahkan konsele kepada
     Tuhan yang penuh kasih, maha bijaksana, dan yang dapat mengerti
     setiap kesulitan dan pencobaan yang kita alami. Sebagai konselor
     kita dapat mengingatkan konsele beberapa bagian dari firman Tuhan
     yang menguatkan dan memberikan penghiburan, dan harus diingat,
     bahwa sebagai konselor, bukan Anda yang menentukan hasil
     akhirnya, tetapi Tuhan yang bekerja melalui kehidupan dan
     pelayanan Anda yang membawa kesembuhan itu.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Konseling Kristen yang Efektif
  Penulis   : Dr. Gary R. Collins
  Penerbit  : SAAT, Malang
  Halaman   : 68 - 72


*STOP PRESS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* STOP PRESS*

                 -*- HAPPY BIRTHDAY TO e-KONSEL!! -*-

  Pada tanggal 01 Oktober 2002, tak terasa sudah satu tahun e-Konsel
  menemani dan melayani Anda. Kami bersyukur pada Tuhan dan khususnya
  untuk para pembaca e-Konsel yang membuat kami selalu bersemangat
  melayani.

  Dalam rangka memperingati HUT e-Konsel yang pertama ini, Redaksi
  akan mengirimkan satu edisi tambahan khusus. Kiranya melalui edisi
  khusus ini Anda dapat semakin bersemangat melayani Tuhan dan
  terbeban untuk menolong orang lain yang membutuhkan pelayanan
  konseling. Dukunglah terus pelayanan e-Konsel ini melalui doa,
  saran dan masukan-masukan Anda.

  Sekali lagi, "to God be the glory"!!!


*SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT*

  Dari: <Herodion@>
  >Salam Damai Sejahtera,
  >Terima kasih atas kiriman e-Konsel Edisi 024, apakah saya bisa
  >mendapatkan Edisi 001 s/d 023?, jika bisa tolong dikirimkan,
  >supaya saya dapat mengikuti seluruh edisi, dan suatu saat juga
  >sebagai kontributor situs ini. Disamping itu saya ingin mendapatkan
  >artikel konseling tentang Konflik yang terjadi Dalam Rumah Tangga
  >Kristen baik Umum atau spesifik (mis. masalah ekonomi), faktor
  >pencetus pada umumnya dalam konflik dan solusinya. Atas tanggapan
  >dan kirimannya saya ucapkan sekali lagi terima kasih.
  >Tuhan Memberkati misi Saudara-Saudara yang mengelola situs ini.
  >Herodion

  Redaksi:
  Untuk mendapatkan e-Konsel edisi 001 - 023, silakan Anda langsung
  berkunjung ke arsip publikasi e-Konsel di alamat:
  ==>   http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/

  Sehubungan dengan artikel yang Anda minta mengenai konflik dalam
  keluarga, kami pernah membahasnya di e-Konsel edisi 015 dengan
  topik 'Masalah Keluarga'. Untuk mendapatkan edisi tersebut, klik
  URL berikut ini:
  ==>   http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/015/
  Kiranya hal ini bisa membantu Anda. Juga, terima kasih atas doanya.
  Kontribusi Anda kami tunggu!


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                      Yulia O., Lani M., Ka Fung
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2002 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
 Andapunya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org