Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/93 |
|
e-Konsel edisi 93 (18-8-2005)
|
|
><> Edisi (093) -- 15 Agustus 2005 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Lebih Baikkah dari Perselingkuhan? - Cakrawala : Poligami - TELAGA : Membentengi Pernikahan - Tanya Jawab Konseling: Apakah Poligami Diizinkan Allah? - Info : Seminar Keluarga KBI - Surat : Terima Kasih untuk Topik Stres pada Anak *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Bagi sebagian orang, lepas dari latar belakang ras, budaya, dan agama beranggapan bahwa melakukan poligami adalah lebih baik dibanding dengan melakukan perselingkuhan. Argumentasi yang diajukan, bukankah lebih baik melakukannya dengan terang-terangan daripada harus sembunyi-sembunyi? Benarkah demikian? Bagaimana dengan sikap kita sebagai orang Kristen? Dunia akan selalu berkompromi dengan dosa, apa pun caranya. Bila perzinahan dilarang, maka akan muncul "cara-cara" baru untuk tetap dilakukan dan dihalalkan. Keluarga-keluarga Kristen pantas mewaspadai bahaya ini dan menyelaraskan hidup mereka dengan kebenaran Kristus. Itulah sebabnya, edisi e-Konsel kali ini menyajikan berbagai hal yang perlu kita ketahui tentang poligami berdasarkan Alkitab sehingga kita mampu menyikapinya dengan benar. Harapan kami, materi ini bisa memberkati Anda semua. (Sil) Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- POLIGAMI -*- Dalam hati nurani setiap orang beragama, tentunya termasuk Kristen, ada kesadaran bahwa beristri (atau bersuami) lebih dari satu adalah dosa. Poligami adalah hal yang tercela. Tidak heran jikalau hidup di tengah masyakarat yang agamanya "memberi peluang" untuk poligami sekalipun, poligami secara terang-terangan hanya dilakukan oleh segelintir orang yang perasaannya tidak terlalu peka terhadap suara hati nurani orang banyak. Dalam studi riset yang dilakukan beberapa ahli, ditemukan adanya perbedaan yang cukup mencolok antara pria dan wanita dalam soal poligami. Prialah yang lebih cenderung untuk berpoligami, wanita tidak. Helmut Thielicke dalam bukunya "Theological Ethics" (Vol 3. hal 84-ff) menyebutkan beberapa alasan: 1. Bagi wanita, masalah seksualitas menyatu dengan keseluruhan dirinya. ----------------------------------------------------------- Oleh sebab itu, ia mengatakan, "For woman, poligami/polyandry will damage her very substance of her nature." (Untuk wanita poligami akan merusak substansi terdalam dari naturnya sebagai wanita.) Itulah sebabnya dengan kesadaran yang sama, Teolog Soren Kierkegaard mengakui, "It would matter nothing to him to betray the whole world, but that he will shrink from betraying a pure maiden, because it will violating the real self of her." (Tak menjadi masalah baginya mengkhianati seluruh dunia, tetapi untuk mengkhianati cinta yang tulus dari seorang wanita ia sendiri akan rusak, karena pengkhianatan tersebut berhubungan langsung dengan jati diri yang sesungguhnya dari seorang wanita.) 2. Bagi pria, masalah seksualitas terpisah dari jati dirinya sebagai seorang laki-laki. ----------------------------------------------------------------- Pria pada umumnya bisa memisahkan seksualitas (dan hal-hal badani) dari "the real self"-nya. Sehingga pengalaman seksualitas bisa independen dari apa yang sesungguhnya terjadi dalam batinnya. David Friedrich Srauss menganalisa karya Goethe (Faust) yang berhasil menyingkapkan rahasia terdalam dari kehidupan seorang pria. Berbeda dari wanita, dalam batin pria selalu ada kegelisahan mencari "eternal feminine/wanita abadi" yang tak kunjung muncul. Dalam petualangannya dengan wanita-wanita, kebutuhan "eros pria" sebenarnya tak mungkin pernah terpuaskan. Oleh sebab itu, keberanian Faust mengikatkan diri dengan seorang wanita (dalam cerita itu Margaret) yang menolak untuk diperlakukan sebagai "a mere specimen of the eternal feminime" (suatu bentuk simbolik dari wanita abadi), telah menjebaknya dalam ikatan yang menghancurkan dirinya sendiri. Seolah-olah sesuatu yang tragis justru dialami pria oleh karena ia mencoba menyangkali naturnya yang memisahkan antara seksualitas dengan jati dirinya. Tentu ini hanya drama dari Goethe. Meskipun drama ini mengandung kebenaran, yaitu Goethe menyingkapkan realita kegagalan manusia (pria) dalam upaya menghidupi kebenaran, karena jiwanya yang masih terjerat dengan naturnya yang tidak konduktif untuk menjadi konteks kebenaran tersebut. Kesetiaan hubungannya dengan wanita, hanyalah suatu fantasi yang terpendam jauh dalam lubuk batin manusia yang berdosa. Keberaniannya menerapkan kebenaran di tengah konteks hidup yang berdosa justru akan menghancurkan dirinya. Sama seperti yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 9:16-17 bahwa perbuatan tersebut seperti "menambal kain yang baru pada baju yang lapuk", atau "memasukkan air anggur yang baru dalam kerbat kulit yang lama". Manusia perlu diperbaharui dahulu sebelum ia benar-benar dapat mengerti dan menghayati kebenaran ilahi. Peringatan dan larangan berpoligami tidak berfaedah, karena bagi mereka yang terjebak dalam natur dosanya secara formal memang bukan poligami, melainkan tidak membebaskan mereka dari dosa perzinahan (Matius 5:27-28). Suatu bentuk poligami tersembunyi, yang ternyata bukan hanya pria saja yang melakukan. Kita hidup di tengah budaya yang sangat kondusif dengan berbagai macam perzinahan. Meskipun sebagian besar dari kasus tersebut merupakan kasus perzinahan poligami yang tersembunyi yang dimanifestasikan dalam bentuk-bentuk yang berbeda dari poligami pada umumnya. Oleh sebab itu, kejelian dan kepekaan saudara seiman sebagai konselor sangat diperlukan. Coba perhatikan kasus di bawah ini: A dan B adalah pasangan suami-istri yang "cukup baik". Mereka jarang bertengkar karena keduanya benar-benar ingin menjaga "image" sebagai keluarga Kristen yang baik. A adalah seorang individu yang tertutup dan pendiam. Ia pekerja yang rajin dan karirnya menanjak dengan baik. Hanya A bukanlah tipe yang romantis. Tidak heran, meskipun ia tidak pernah menyeleweng, dan ia adalah seorang yang setia pada seluruh keluarganya, tetapi B, istrinya, merasa ada sesuatu yang kurang. Sebagai teman dari B, Anda seringkali mendengar keluhan ketidakpuasan B terhadap A. Meskipun demikian, karena Anda melihat mereka sering berdua dalam kegiatan gerejani dan nampaknya baik-baik saja, Anda cenderung menganggap keluhan B sebagai hal yang wajar saja. Toh tak ada gading yang tak retak. Tak ada pernikahan yang "sempurna". Meskipun demikian, pada suatu hari Anda melihat hal yang membuat hati nurani Anda gelisah. Anda bertemu dengan B dan X yang sedang makan siang bersama di sebuah food-court. Dalam pertemuan tersebut mereka sama sekali tidak menunjukkan hal-hal yang aneh. Hanya ... Anda sendiri yang merasa gelisah. Kegelisahan Anda semakin memuncak ketika pada suatu hari B mengatakan kepada Anda bahwa pria idamannya sebenarnya tipe pribadi seperti pemimpin paduan suara yang bernama X tersebut. Dengan terus terang B mengatakan telah salah pilih dan menikah dengan orang yang keliru. B mengatakan bahwa ia akan terus belajar mensyukuri apa yang memang sudah menjadi jodohnya. Kemudian, B mengakui terus terang bahwa dua tahun terakhir ini ia dekat sekali dengan X seperti layaknya hubungan adik-kakak. Rasanya cocok betul, segala sesuatu dapat dibicarakan dengan begitu enaknya. Masalah apa saja dapat dibicarakan dengan X. Menurut pengakuan B (yang Anda kenal sebagai orang jujur) hubungan tersebut tidak ada unsur-unsur pacaran sama sekali. Hanya saja ... B merasa setiap hari ada kebutuhan dan keinginan untuk ngobrol dengan X. "Yah, meskipun cuma melalui telepon," katanya. A, suami B, nampaknya tidak keberatan karena X dan istrinya seringkali mampir dan ngobrol di rumahnya. A menganggap pasangan suami-istri tersebut adalah teman-teman dekatnya. Kasus seperti ini merupakan kasus yang sangat sering kita jumpai sekarang ini. Persahabatan antara pria dan wanita yang sudah menikah telah menjadi bagian dari budaya, sehingga dianggap wajar-wajar saja. Meskipun demikian, kita perlu betul-betul waspada bahwa hal yang wajar dan dapat diterima oleh masyarakat tak selalu wajar dan baik. Oleh sebab itu, sebagai teman dekat B, Anda seharusnya membekali diri dengan beberapa prinsip di bawah ini: 1. Walaupun B tidak secara khusus meminta nasihat kepada Anda, B sebenarnya sudah memainkan peran sebagai klien yang siap untuk suatu konseling. -------------------------------------------------------------- Oleh sebab itu, mintalah pimpinan kepada Tuhan. Berdoalah dan persiapkanlah diri Anda untuk mulai membimbing B. Pekalah terhadap waktu yang Tuhan sediakan bagi Anda untuk percakapan konseling tersebut. Untuk itu, Anda perlu membekali diri dengan konsep-konsep yang benar (sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan) tentang apa itu natur dan tujuan pernikahan Kristen. PERTAMA, Anda perlu jelas bahwa apa yang sudah terjadi (A menikah dengan B) adalah sama dengan apa yang sudah dipersatukan Allah. Memang ini misteri dari providensia Allah yang di dalamnya manusia mempertanggungjawabkan kebebasannya untuk memilih. Meskipun secara sadar manusia salah pilih, tetap dalam iman ia seharusnya memasukkan "realita tersebut" dalam ikatan providensia-Nya supaya dapat dipertanggungjawabkan secara imani. Artinya, dalam pemilihan untuk memasuki realita "salah pilih" tersebut seorang yang beriman akan memasukkannya dalam konteks menjadi bagian kehendak Allah atas dirinya. Itulah konsep kehidupan iman. Dengan demikian, tidaklah benar jika B menghidupkan perasaan tidak puas oleh karena A bukan tipe idealnya dsb.. KEDUA, kehidupan dalam iman seharusnya membekali B dengan tekad untuk membangun kehidupan seutuhnya dengan A dan bukan dengan orang lain. Kehidupan seutuhnya adalah kehidupan yang arahnya pemenuhan batin dan aktualisasi dirinya. B tidak seharusnya meragukan kemungkinan untuk mendapat pemenuhan tersebut dengan A, karena pemenuhan kebutuhan batiniah dan aktualisasi diri bukanlah sesuatu yang manusia secara subjektif tentukan sendiri. Hanya Allah yang sebenarnya dapat memberikan pemenuhan tersebut. Oleh sebab itu, ketaatan (obedience) kepada Allah akan membawa B masuk dalam proses yang benar. Sebagai konselor, jangan sampai empati Anda berubah menjadi simpati sehingga Anda membiarkan B hanyut dalam nafsu subjektif pemenuhan kehendak pribadi dan setuju kalau B berhak untuk tidak mencari pemenuhan batinnya dengan A. KETIGA, jelas perlu bagi konselor dan klien mengerti bahwa tujuan pernikahan Kristen bukanlah "kebahagiaan atau perasaan bahagia". Karena perasaan bahagia adalah anugerah umum atau sesuatu yang relatif yang Allah sediakan bagi siapa saja, termasuk bagi orang- orang jahat. Setiap orang dengan sendirinya akan merasa bahagia kalau kebutuhannya terpenuhi. Itu natural. Oleh sebab itu, kebahagiaan (yang Tuhan juga sediakan bagi orang-orang percaya ini) bukanlah tujuan utama pernikahan. Tujuan utama pernikahan telah ditetapkan Allah sejak penciptaan, yaitu supaya suami-istri menjadi rekan-rekan kerja Allah dalam mengerjakan segala pekerjaan baik yang telah disediakan-Nya (Kejadian 1:26-28, Efesus 2:10). Untuk itu syarat utama adalah suami-istri, keduanya masuk dalam proses pertumbuhan yang seutuhnya menjadi serupa dengan gambar Kristus (Roma 8:29). Memahami tujuan ini, akan memungkinkan orang seperti B sadar bahwa fokus hidupnya selama ini adalah fokus yang sangat duniawi dan egosentristik. B belum menyadari tujuan hidupnya sebagai orang yang sudah diselamatkan. Anda harus menolong B untuk belajar mematikan perasaannya terhadap X dan memakai kondisi ketidakpuasan terhadap A sebagai sarana pertumbuhan pribadi dan imannya. 2. Dengan sikap tidak menghakimi, Anda perlu belajar untuk menjadi teman bicara B yang sebaik-baiknya. -------------------------------------------------------------- Ciptakanlah suasana yang konduksif dimana B akan merasa dirinya sangat diterima dan sangat dimengerti oleh Anda. Melalui itulah Anda akan mulai melihat B yang sesungguhnya muncul dari "tempat persembunyian jiwanya" yang ia sendiri tidak menyadarinya. Misalnya, Anda mulai dapat menangkap pola-pola pikirannya (bagaimana pikirannya bekerja; bagaimana B memikirkan hubungannya dengan A dan X; komponen-komponen kognitif apa yang ia pakai dan komponen-komponen kognitif apa yang ia abaikan; mengapa demikian, dst.) dan struktur kepribadian atau pola kerja jiwanya (mengapa ia begitu mudah mengikatkan dirinya dengan X; apa sebenarnya kebutuhan B yang terpenuhi dalam hubungan dengan X dan bukan dengan A suaminya, dsb.). Untuk itu, Anda mulai mempunyai pengenalan yang sesungguhnya akan siapa sebenarnya B tersebut. Anda mulai mempunyai praduga-praduga dan itu perlu diuji dulu kebenarannya. Untuk itu, Anda perlu merefleksikan praduga tersebut dan melihat bagaimana reaksi B atas refleksi yang Anda berikan. Misalnya, Anda katakan pada B: "Mendengar apa yang Anda katakan tadi, rasanya Anda mau mengatakan kepada saya bahwa Anda sudah memutuskan untuk tidak mau berupaya mengasihi suami Anda dengan kasih yang seharusnya ada dalam hubungan suami-istri. Apa benar demikian?", 3. Setelah B menyadari apa yang sedang terjadi dalam dirinya dan bagaimana sikapnya dalam realita kehidupannya, barulah Anda boleh mengkonfrontir B (ini tidak dianjurkan untuk profesional konselor) dengan kebenaran-kebenaran yang sumbernya dari Alkitab. ---------------------------------------------------------------- B seharusnya menyadari bahwa hubungannya dengan X (meskipun tak ada realita praktis seperti layaknya orang pacaran) adalah hubungan yang tidak wajar. Hubungan ini sudah mempunyai muatan- muatan "cinta/love", karena tiga komponen love ada di sana, yaitu: (a) intimacy, atau perasaan intim oleh karena merasa dirinya dimengerti dan diterima sepenuhnya, (b) decision commitment, atau unsur rasionil untuk mempertimbangkan untung-rugi kalau mengambil keputusan dan komitmen. Nah, hasilnya B dan X telah merasakan adanya obligasi untuk selalu dan sering-sering bertemu, berhubungan dan berkomunikasi. B mengakui bahwa apa saja bisa disharingkan dengan X. Ada kemungkinan hubungan mereka diam- diam "dinikmati" oleh karena ada komponen ketiga, yaitu: (c) passion atau seksualitas dalam bahasanya yang tersendiri. Mungkin benar mereka tidak bercumbuan dsb, tetapi tingginya frekuensi komunikasi pribadi antara pria-wanita tak mungkin dapat dipertahankan tanpa unsur-unsur passion. Nah, kalau X menjadi begitu berarti bagi B, siapakah sesungguhnya suami B? Memang secara yuridis A adalah suami B, tetapi secara praktis (de facto) sebenarnya X-lah suami B. Ini adalah perzinahan yang tersembunyi. Ini adalah bentuk poligami yang tersembunyi. -*- Diedit dari sumber: -*- Judul Buletin: Parakaleo (Vol.VII/No.1/Edisi Jan-Mar 2000) Penulis : Dr. Yakub B. Susabda Penerbit : Departemen Konseling STTRI Halaman : 1 - 3 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* Meskipun sudah disatukan dan diikat dalam pernikahan kudus, sikap saling menjaga diri untuk memperkuat suatu pernikahan tetaplah diperlukan. Ringkasan dari kaset TELAGA berikut ini memberikan beberapa langkah yang bisa digunakan sebagai tips untuk menjaga pernikahan Anda. Silakan menyimak! -*- MEMBENTENGI PERNIKAHAN -*- Sebagai manusia yang berkodrat emosional, kita masih dapat tertarik dengan orang lain setelah kita menikah. Apa yang harus kita lakukan untuk melindungi pernikahan kita? 1. Jangan panik! ------------- Perasaan suka memang bisa datang namun perasaan ini juga bisa pergi. Syaratnya satu: Jangan menyediakan pot untuk bibit cinta ini. Misalkan, jangan pergi berdua dengannya, jangan sengaja meneleponnya, jangan membicarakan hal-hal yang pribadi, jangan menunjukkan kesan bahwa kita menyukainya, jangan memberi perhatian ekstra. 2. Jagalah keseimbangan hidup. --------------------------- Cukup istirahat, cukup kerja, cukup olahraga, cukup rekreasi, dan cukup berteman. 3. Maksimalkan madu pernikahan sendiri. ------------------------------------ Perbaiki kerusakan yang ada, sampaikan harapan yang belum terpenuhi, perbuatlah hal-hal yang menyenangkan pasangan kita. 4. Takut akan Tuhan. ----------------- Ingatlah bahwa Tuhan tidak berkenan dengan perzinahan dan Ia akan menghukum kita. Hati-hati terhadap: ------------------- 1. Ajakan kencan berduaan dari lawan jenis meski ia adalah teman baik. 2. Sikap yang terlalu baik dan penuh perhatian darinya. 3. Pertanyaan-pertanyaan yang terlalu pribadi. 4. Sentuhan yang lembut. 5. Ajakan mengerjakan tugas bersamanya. 6. Orang yang sedang dalam keadaan butuh secara emosional. 7. Orang yang tidak takut akan Tuhan. "Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu." (Amsal 3:6-8) -*- Sumber: -*- Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #0139B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. ==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?membentengi_pernikahan.htm *TANYA JAWAB*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*KONSELING* Sajian Tanya Jawab berikut ini akan menolong kita untuk mengetahui lebih jauh pandangan orang Kristen tentang poligami dan perceraian. Silakan disimak. -*- APAKAH POLIGAMI DIIZINKAN ALLAH -*- ------ T : Saya sudah membaca cerita tentang Abraham dan keturunannya hingga Daud dan Salomo. Mereka berpoligami, tetapi Allah tetap hadir dalam kehidupan mereka. Bagaimana penjelasan mengenai hal ini? J : Jika Tuhan membiarkan mereka berpoligami, itu tidak berarti Tuhan setuju dengan poligami. Ketidaksetujuan Tuhan ini jelas terlihat dari adanya masalah-masalah yang muncul sebagai hukuman yang Tuhan berikan untuk dosa poligami yang mereka lakukan. Misalnya, masalah Sara dan Hagar sehingga Abraham akhirnya harus mengusir Hagar dan anaknya. Contoh lain, munculnya masalah-masalah keluarga yang dialami oleh Yakub, Daud Salomo, dll.. ------ T : Apakah Allah membenci perceraian tetapi mengizinkan poligami? J : Tuhan tidak mengizinkan poligami atau perceraian, bahkan Tuhan membenci keduanya karena baik poligami maupun perceraian merupakan kekejian di mata Tuhan. ------ T : Sepertinya konsep poligami itu sangat umum di dunia Timur, apalagi Timur Tengah. Benarkah budaya monogami itu lebih didukung oleh dunia Barat. tapi mereka juga yang akhirnya mengesahkan perceraian. Mohon penjelasan! J : Alkitab memberi banyak petunjuk bahwa Tuhan tidak menghendaki umat-Nya hidup dalam dosa poligami atau perceraian, lepas dari latar belakang budayanya. Orang-orang Barat mewarisi banyak tradisi Kristen sehingga menerapkan prinsip perkawinan monogami (ketika nilai-nilai kekristenan masih dijunjung tinggi di Barat). Dengan berjalannya waktu, ternyata nilai-nilai kekristenan yang dijunjung tinggi itu makin lama makin luntur, karena dunia Barat mulai meninggalkan Tuhan. Sebagai konsekuensi logisnya, nilai-nilai kekristenan pun semakin ditinggalkan. Kesetiaan dalam perkawinan tidak lagi menjadi nilai yang harus dipertahankan. Jika mereka merasa sudah tidak cocok lagi dengan pasangannya atau ingin mencari pasangan lain, maka mereka mengambil jalan keluar dengan menceraikan pasangannya. Dari sinilah dosa perceraian mulai menjadi praktik yang lazim dilakukan di dunia Barat. Tim Konselor YLSA *INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO* -*- SEMINAR KELUARGA KBI -*- Kelompok Bina Iman (KBI) Domba Kristus, akan menyelenggarakan seminar keluarga dengan tema "NEVER WALK AWAY" pada: Hari, tanggal: Sabtu, 3 September 2005 Pukul : 17.00 - 21.00 WIB Tempat : Dome of Harvest, Jl.Gunung Rinjani No.6, Taman Himalaya, Lippo Karawaci, Jakarta Pembicara : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. Biaya : Rp. 50.000,00 / peserta (termasuk makan malam) Untuk pendaftaran dan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: - KBI Domba Kristus, Telp. 021-5467744, atau - Lusi, Telp. 021-9255256 / 0816 1605685 *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: Steven <steven (at)> >Terimakasih, topik stres pada anak tepat sekali untuk saat ini. >Menghadapi anak-anak yang sedang tumbuh, banyak orangtua yang jadi >bingung. >Panduan seperti ini sangat membantu. >Salam, GBU Redaksi: Kami sangat bersyukur, e-Konsel bisa menjadi berkat bagi Anda. Kiranya, bahan tersebut juga bisa menjadi berkat bagi para orangtua lainnya yang saat ini membutuhkan bimbingan dalam mendampingi putra- putri mereka yang sedang bertumbuh. Terima kasih untuk suratnya dan Tuhan memberkati! e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Evie, Silvie PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2005 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://www.sabda.org/katalog/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel(at)sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel(at)xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |