Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/91 |
|
![]() |
|
e-Konsel edisi 91 (15-7-2005)
|
|
><> Edisi (091) -- 15 Juli 2005 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Takut akan Autis - Cakrawala : Mengenal Autis - Tips : Apakah Autis itu dan Apa yang bisa Kita Lakukan? - Tanya Jawab : Apakah Anak Saya Autis? - Kesaksian : Keponakanku Autis? - Surat : Terima Kasih Bantuannya *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Penyakit "Autis" sering menjadi perbincangan hangat di kalangan orangtua dan pakar kesehatan anak. Kurangnya informasi tentang penyakit ini sering membuat orangtua dicekam rasa takut dan kuatir, terutama jika mendapati anaknya dinilai memiliki tingkah laku yang aneh. Bahkan, ada orangtua yang berceletuk, "Lebih baik memiliki anak yang menderita bibir sumbing daripada menderita autis." Nah, apakah sebenarnya penyakit autis? Gejala-gejala apa saja yang patut diwaspadai untuk melakukan deteksi dini? Kami mengajak Anda menyimak e-Konsel edisi kali ini karena pokok bahasan yang kami sajikan dalam edisi ini adalah tentang penyakit autisme. Selamat menyimak. (Tes) Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- MENGENAL AUTIS -*- Banyak sekali definisi yang beredar tentang Autis. Tetapi secara garis besar, Autis, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan Autis Infantil. Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri. Tetapi, ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autis pada penderita Schizophrenia dan penyandang Autis Infantil. Schizophrenia disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang Autis Infantil terdapat kegagalan perkembangan. Gejala Autis Infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata. Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autis Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia. Kriteria tersebut adalah: Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari no. (1), (2), dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari no. (1) dan masing-masing 1 gejala dari no. (2) dan (3). 1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini: - Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak- gerik kurang tertuju. - Tidak bisa bermain dengan teman sebaya. - Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain). - Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik. 2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada satu dari gejala-gejala di bawah ini: - Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal. - Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi. - Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang. - Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru. 3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala di bawah ini: - Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan. - Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya. - Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang. - Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang: a. interaksi sosial, b. bicara dan berbahasa, c. cara bermain yang monoton, kurang variatif. Autis bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak. Namun, kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas. Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan, dan kini dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, dimana penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentase kesembuhannya lebih besar. Bila Anda membutuhkan informasi yang lebih detail tentang autis, silakan menghubungi alamat di bawah ini: - Pusat Pelayanan Gangguan Perkembangan Anak Fakultas Psikologi (P2GPA) Unika Soegijapranata Jl. Imam Bonjol 186 A, Semarang 50132 Telp. (024) 554613 - Perkumpulan Orangtua Pembina Anak Autistik (POPAA) Jl. Erlangga Tengah III/34, Semarang Telp. (024) 313083 - Yayasan Autisma Indonesia Jl. Buncit Raya No. 55, Jakarta Pusat Telp. (021) 7971945 - 7991355 -*- Sumber diambil dari: -*- Kumpulan Artikel Psikologi yang terdapat di Situs Angelfire http://www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm#Mengenal%20Autisme *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- APAKAH AUTIS ITU DAN APA YANG BISA KITA LAKUKAN? -*- Autis adalah penyakit atau gangguan pada perkembangan otak yang diperkirakan menyerang 1 dari 1.000 orang di Amerika. Orang yang menderita autis biasanya kurang mampu berbahasa dan tidak mampu bergaul dengan lingkungan sosialnya. Sekitar 80% dari jumlah penderita autis adalah laki-laki. Mengapa demikian, alasannya tidak diketahui oleh para peneliti. Hal yang juga tidak diketahui adalah penyebab autis. Segala sesuatu dari perubahan genetik hingga kontak kandungan ibu dengan penyakit sampai ketidakseimbangan kimia telah dipersalahkan. Namun ternyata, faktor-faktor orangtua bisa diabaikan sebagaimana yang dianjurkan oleh beberapa peneliti. Walaupun diinformasikan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan penyakit anak mereka ini, beberapa orangtua terus-menerus mengatakan bahwa mereka merasa bersalah karena tidak mampu berinteraksi dengan anak mereka. Berikut ini adalah apa yang diketahui tentang autis. 1. Kesulitan dengan kemampuan organisasi ------------------------------------- Penderita autis lepas dari kemampuan intelektual mereka, ternyata memiliki kesulitan mengatur diri mereka sendiri. Seorang pelajar autis mungkin bisa menyebutkan tanggal-tanggal bersejarah setiap perang yang terjadi, namun selalu lupa membawa pensil mereka ke kelas. Murid-murid ini bisa jadi seorang yang sangat rapi atau paling jorok. Orangtua harus selalu ingat untuk tidak memaksakan kehendaknya pada mereka. Mereka hanya tidak mampu mengatur diri mereka sendiri tanpa pelatihan yang spesifik. Seorang anak penderita autis memerlukan pelatihan kemampuan mengatur dengan menggunakan langkah-langkah kecil yang spesifik supaya berfungsi dalam situasi sosial dan akademis. 2. Seorang penderita autis memiliki masalah dengan pemikiran yang bersifat abstrak dan konseptual -------------------------------------------------------------- Lepas dari apa yang dikatakan orangtua, beberapa penderita autis akhirnya memperoleh kemampuan abstrak, namun ada juga yang tidak. Pertanyaan: "Mengapa kamu tidak mandi?" nampaknya sesuai untuk dikatakan ketika sedang menghadapi anak yang tidak mau mandi. Dengan anak autis seringkali lebih baik menghindari kalimat pertanyaan yang mengundang perdebatan, sebaiknya Anda mengatakan: "Saya tidak suka kalau kamu tidak mandi. Ayo, masuk ke kamar mandi dan mandi sekarang. Kalau kamu butuh bantuan, saya akan menolongmu tapi saya tidak akan memandikan kamu." Hindari menanyakan pertanyaan yang panjang lebar. Para orangtua ataupun perawat harus sekonkret mungkin dalam seluruh interaksi mereka. 3. Peningkatan tingkah laku tak wajar mengindikasikan peningkatan stres -------------------------------------------------------------- Dalam banyak situasi, terutama situasi yang tidak akrab, akan menyebabkan stres sehubungan dengan perasaan atau hilangnya kontrol. Dalam kebanyakan contoh, stres bisa dikurangi ketika anak-anak diizinkan untuk keluar dari situasi yang menekan. Membuat program untuk membantu anak-anak menghadapi stres di sekolah sangat disarankan. 4. Perilaku mereka yang berbeda janganlah diambil hati --------------------------------------------------- Penderita autis seharusnya tidak dianggap sebagai seorang yang selalu berperilaku menyimpang atau ingin menyakiti perasaan orang lain atau mencoba membuat hidup jadi sulit bagi orang lain. Seorang penderita autis jarang bisa bersikap manipulatif. Umumnya perilaku mereka merupakan hasil dari usaha mereka keluar dari pengalaman yang menakutkan, atau membingungkan. Penderita autis, secara alami karena ketidakmampuan mereka, memiliki sifat egosentris. Kebanyakan penderita autis menghadapi masa-masa sulit untuk bisa memahami reaksi orang lain karena adanya ketidakmampuan persepsi. 5. Gunakan kata-kata dengan makna sesungguhnya ------------------------------------------- Secara sederhana, katakanlah apa yang Anda maksudkan. Jika pembicara tidak sangat mengenal si penderita autis, sebaiknya mereka menghindari penggunaan: singkatan/panggilan, ejekan, kalimat bermakna ganda, idiom, dan sebagainya. 6. Ekspresi wajah dan isyarat-isyarat lainnya biasanya tidak berhasil --------------------------------------------------------- Umumnya, mayoritas penderita autis memiliki kesulitan membaca ekspresi wajah dan mentafsirkan bahasa tubuh atau perilaku dengan kesan-kesan tertentu. 7. Seorang penderita autis nampak tidak mampu mempelajari sebuah tugas ------------------------------------------------------------- Ini merupakan sebuah tanda bahwa tugas atau tugas-tugas itu terlalu sulit baginya dan perlu disederhanakan. Cara lainnya adalah menghadirkan tugas-tugas itu dengan cara yang berbeda -- baik secara visual, fisik, maupun verbal. Metode-metode ini seringkali diabaikan oleh guru-guru dan orangtua di rumah karena hal ini memerlukan kesabaran, waktu eksperimen, dan kemauan untuk mengubah metode atau kebiasaan lama. 8. Hindari terlalu banyak informasi atau kata-kata ----------------------------------------------- Para guru dan orangtua harus jelas, menggunakan kalimat-kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana untuk menyampaikan maksud mereka. Jika anak-anak tidak punya masalah pendengaran dan bisa memperhatikan Anda, ia mungkin kesulitan memisah-misahkan apa yang diajarkan dan informasi lainnya. 9. Tetaplah konsisten ------------------ Persiapkan dan berikan sebuah daftar pendek pelajaran yang akan Anda ajarkan. Tulislah pada sebuah grafik. Datangi mereka setiap hari pertama-tama dengan anak yang muda. Jika perubahan terjadi, katakan padanya dan ulangi informasi tentang perubahan itu. 10. Aturlah sikapnya ---------------- Meskipun rasanya mustahil, adalah mungkin untuk mengatur sikap anak autis. Kuncinya ialah konsistensi dan pengurangan stres pada anak. Juga dianjurkan untuk melakukan penambahan sikap sosial yang positif dilakukan secara rutin. 11. Hati-hati dengan lingkungan --------------------------- Dalam banyak contoh, seorang penderita autis bisa sangat sensitif dengan apa yang ada dalam ruangan. Cat tembok warna cerah atau dengungan lampu pijar sangat mengganggu bagi para penderita autis. Untuk membuat perubahan yang berarti, guru dan orangtua perlu waspada dan berhati-hati terhadap lingkungan dan masalah- masalah yang ada. 12. Anak yang memiliki perilaku menyimpang atau terus-menerus membangkang merupakan sebuah tanda masalah --------------------------------------------------------- Sekalipun anak-anak kadang-kadang berperilaku menyimpang atau membangkang, seorang penderita autis seringkali bersikap demikian ketika dia kehilangan kendali. Ini bisa menjadi sinyal bahwa seseorang atau sesuatu di sekitarnya membuatnya marah atau terganggu. Hal yang sangat menolong ialah keluar dari lingkungan itu atau jika ia bisa menuliskan apa yang mengganggunya, tetapi jangan mengharapkan sebuah respon positif misalnya ia melanjutkan untuk mengerti apa yang sedang terjadi dan apa artinya. Metode keberhasilan lainnya adalah permainan peran dan mendiskusikan apa yang membuatnya marah atau berkelakuan buruk. Biarkan ia menjawab karena ia berpikir Anda akan meresponi tingkah lakunya. Memanfaatkan aktivitas ini akan menolong untuk mengurangi kepadatan sebuah situasi sehingga mengubah fokusnya dengan memperhatikan apa yang mengganggunya. 13. Jangan menduga apa pun saat mengevaluasi kemampuan atau keahliannya ------------------------------------------------------- Orang-orang yang menangani anak-anak autis melaporkan bahwa beberapa orang autis sangat pintar matematika, tetapi tidak mampu menghitung uang kembalian yang sederhana di kasir. Atau, mereka memiliki kemampuan mengingat setiap kata yang ada dalam sebuah buku yang dibacanya atau pidato yang ia dengar, tetapi tidak ingat untuk membawa kertas ke kelas atau dimana ia menaruh sepatu olahraganya. Perkembangan kemampuan yang tidak seimbang merupakan sifat autisme. Autisme, sebagaimana disebutkan di atas, tidak begitu diketahui atau dipahami dengan baik. Ini masih merupakan masalah yang membingungkan bagi orangtua, guru dan mereka yang bekerja dan mengobservasi anak-anak semacam ini. 14. Kunci ----- Kunci untuk bekerja dengan penderita autis ialah: BERSABARLAH, BERPIKIRAN POSITIF, KREATIF, FLEKSIBEL, dan OBJEKTIF. Tips tambahan bagi para orangtua: 1. Temuilah dokter --------------- Jika Anda menduga anak Anda menderita autis, temui seorang dokter ahli dan mintalah diagnosa. Mintalah penjelasan kepada mereka dan tanyakan sebanyak mungkin pertanyaan yang menurut Anda perlu ditanyakan. Bersikaplah kritis! Jangan menunggu mereka memberikan informasi kepada Anda karena Anda akan menunggu begitu lama tanpa jawaban. 2. Pelajarilah hak-hak orang cacat ------------------------------- Biasakanlah diri dengan tindakan-tindakan orang cacat. Jangan takut untuk mengajukan permintaan pada dokter medis, sekolah, pengurus sekolah atau para guru. Mereka hanya akan melakukan apa yang diperintahkan atau diminta pada mereka. Dalam hal ini, kesabaran, kegigihan, pengetahuan, dan sikap menghormati akan memberikan hasil yang baik. 3. Carilah bantuan --------------- Banyak anak cacat tidak pernah memperoleh bantuan karena orangtua mereka merasa takut dan malu. Ingat, tidak ada hal yang telah Anda lakukan yang menyebabkan kecacatan ini terjadi. Orang lain juga punya masalah yang serupa. Ada pertolongan untuk anak Anda. Teruslah mencari informasi. 4. Bersabarlah ----------- Jangan menyerah. Ingatlah bahwa anak Anda tidak suka bertindak seperti itu tetapi mereka hanyalah berusaha untuk mendapatkan perhatian dari dunia dan sekitar mereka. 5. Jangan berulang-ulang berusaha melatih sebuah tugas kepada anak --------------------------------------------------------------- Penderita autis biasanya menolak perubahan aktivitas rutin. Memaksa anak autis melakukan sesuatu justru bisa jadi malapetaka. Lebih baik jika Anda melihat ia mengalami kesulitan, mundurlah dan cobalah untuk memecahkan tugas itu menjadi sesuatu yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Ini artinya ia telah mencapai batasnya -- sebagaimana kita semua juga bisa demikian. Cobalah untuk memberikannya pilihan. Ini akan memberinya indera kontrol dan stabilitas diri. (T/Sil) -*- Sumber diterjemahkan dari: -*- Situs Faithwriters ==> http://www.faithwriters.com/article-details.php?id=28047 *TANYA-JAWAB *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TANYA-JAWAB* -*- APAKAH ANAK SAYA AUTIS? -*- PERTANYAAN ========== Perkembangan putra sulung saya sangat memprihatinkan. Dia tak peduli dengan lingkungan sekitarnya dan lebih senang mengucilkan diri ketimbang bermain dengan teman-teman seusianya. Saya harus berteriak saat memanggil, untuk membuatnya menoleh ke arah saya. Tidak cuma itu, dia juga kurang `nyambung` kalau diajak bicara. Apalagi kalau saya berkomunikasi lewat telepon, padahal usianya sudah 5 tahun. Awalnya, saya kira dia punya kelainan dengan telinganya. Tetapi setelah diperiksa, dokter bilang telinga anak saya baik-baik saja. Yang lebih mengkuatirkan, dia sanggup menangis berjam-jam jika sedang marah atau ngambek. Seorang teman mengatakan kemungkinan anak saya menderita autis. Ketika saya bawa ke dokter, diagnosanya menyatakan baru sebatas gejala dan anak saya disarankan ikut terapi. Yang ingin saya tanyakan, benarkah semua perilaku anak saya adalah gejala autis? Kalau ya, bisakah disembuhkan dan bagaimana perkembangannya setelah dia dewasa? Apakah autis berkait erat dengan keterbelakangan mental? JAWABAN ======= Austis adalah gangguan perkembangan yang luas yang terjadi pada anak, dan bisa terjadi pada siapa saja. Anak yang menderita autis biasanya mengalami gangguan perkembangan di bidang komunikasi, interaksi, perilaku, emosi, dan sensoris. Gejala autis sudah tampak sebelum anak berusia 3 tahun, yakni: - tidak adanya kontak mata, - tidak menunjukkan respon terhadap lingkungan, - kurang dalam berhubungan dengan orang lain (misalnya dalam bentuk komunikasi non verbal yang lemah), - kurang ekspresif serta kurang beremosi. Selain itu, perkembangan bahasanya juga lambat. Misalnya: - jumlah kosa kata yang dikuasai sangat minim dan tidak sesuai dengan usianya, - kurang berinisiatif dalam berkomunikasi dengan orang lain, - penggunaan bahasa yang diulang-ulang, - kurang spontan, - mengulang-ulang gerakan dan sebagainya. Jika tidak dilakukan terapi, maka setelah usia 3 tahun perkembangan anak akan terhambat atau mundur, seperti misalnya, kurang mengenal suara orangtuanya dan kurang mengenal namanya. Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Namun diduga akibat gangguan neurobiologis pada susunan syaraf pusat, yaitu: - faktor generik, - gangguan pertumbuhan sel otak pada janin, - gangguan pencernaan, - keracunan logam berat, - dan gangguan autoimun. Mengenai kesembuhan penyakit autis, sebetulnya tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya faktor gangguan pada otak, maka autis tidak dapat sembuh total, meski gejalanya dapat dikurangi dan perilakunya dapat diubah ke arah positif dengan berbagai terapi. Untuk anak Anda, sebelum menjatuhkan vonis autis, sebaiknya Anda membawanya ke psikiater anak agar bisa diperiksa secara lebih terarah. Dengan demikian, bisa diketahui apakah betul anak Anda menderita penyakit autis atau tidak. Ini dilakukan agar Anda bisa mengambil langkah ke depan secara lebih tepat. Anda juga dapat melakukan berbagai tindakan seperti, mengamati perilaku anak secara mendalam, mengetahui riwayat perkembangannya, melakukan pemeriksaan medis (kerjasama dengan dokter, psikolog), serta melakukan terapi wicara dan perilaku. Yang pasti, terapi ini bisa memakan waktu lama, sampai berbulan-bulan. Keberhasilan terapi itu sendiri tergantung diagnosa. Semakin dini diagnosa dilakukan, semakin tinggi keberhasilan pengobatan anak Anda. (PG) -*- Sumber diambil dari: -*- Situs Parentsguide http://www.parentsguide.co.id/asktheexpert.php?ss=det&ID=15 *KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN* -*- KEPONAKANKU AUTIS? -*- Pada 18 Maret 2005 lalu anak pertama kakak saya meninggal dunia. Tentu, kami sekeluarga, khususnya kakak dan suami kakak saya sangat terpukul karena peristiwa ini. Hampir semua keluarga dekat dan teman-teman kami menghibur dengan mengatakan bahwa ini adalah kehendak Tuhan dan pasti ada rencana yang indah di balik kematian Yudhist (nama anak itu). Sebenarnya, waktu itu saya shock sekali. Sekalipun saya sudah menerima keadaan itu, selama berhari-hari kesedihan itu tidak juga pergi dari hati saya. "Orang memang dapat dengan mudah mengatakan bahwa itu adalah kehendak Tuhan karena mereka tidak mengalami sendiri sehingga mereka tidak dapat merasakan apa yang kami rasakan," itulah yang saya pikirkan selama berhari- hari. Namun, kemudian Tuhan membuka hati dan pikiran saya. Dia membuat saya mengerti bahwa ini adalah kehendak dan rencana-Nya. Benar sekali,... setelah kematian Yudhist, perhatian kami tertuju kepada Bintang, adiknya yang berusia kurang lebih 1,5 tahun. Dengan berjalannya waktu kami sekeluarga melihat ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Dia sangat aktif (hiperaktif), dan pertumbuhan ataupun perkembangannya tidak sesuai dengan tahapan usianya, khususnya dalam hal berbicara. Bukan hanya itu saja, dia bahkan tidak pernah memperhatikan jika diajak bicara (tidak ada kontak mata). Dan, ibunya mengira dia autis. Hal itu membuat kami semua gelisah. Saya berpikir, "Apalagi ini?" Untuk membuktikan semua dugaan kami, sang ibu membawanya ke pusat pendidikan terapi autisme di Solo untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa keponakan saya itu sedang di ambang autis. Penyebabnya adalah kurang perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya. Saya tersentak waktu mendengarnya. "Bagaimana dia bisa kurang kasih sayang?" Dengan penuh rasa sesal, ibunya bercerita bahwa selama ini, Yudhist dan Bintang mengalami pertumbuhan yang berbeda. Yudhist mendapat perhatian dan kasih sayang yang lebih banyak daripada Bintang. Orangtuanya selalu menganggap bahwa Bintang bisa dinomorduakan karena dia tidak pernah mengungkapkan aksi protes terhadap perlakuan orangtuanya. Hal itu menjadi kebiasaan, sehingga akhirnya Bintang tumbuh menjadi anak yang cuek, tidak peduli dengan keadaan, dan seolah-olah memiliki dunianya sendiri. Dokter mengatakan jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka Bintang akan benar-benar menjadi autis. Peristiwa ini betul-betul membuka mata saya. Mengingat janji Tuhan yang mengatakan bahwa segala sesuatu diizinkan terjadi untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28). Hikmah di balik kematian Yudhist sedikit demi sedikit mulai dinyatakan-Nya. Terbayang di benak saya, "Bagaimana jika Tuhan tidak memanggil Yudhist, apakah Bintang benar- benar akan menjadi autis? Apakah orangtuanya akan menyadari hal ini?" Sekarang saya mulai mengerti. Dengan seluruh kemampuan, saya mencoba untuk mengerti semua yang terjadi, namun saya gagal untuk mengerti karena saya mengandalkan kekuatan sendiri. Dan, setelah saya memutuskan untuk merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat, saya mulai mengerti bahwa di balik kematian Yudhist ada rencana indah yang dikerjakan Tuhan bagi semuanya, khususnya bagi Bintang. Namun, ini juga bukan berarti demi kebaikan Bintang Tuhan mengambil Yudhist. Saya masih terus bergumul untuk mencoba mengerti hal-hal yang belum saya mengerti. Namun, saya yakin suatu saat nanti, entah kapan, Allah akan menyatakan semua yang belum saya ketahui. Beberapa bulan ini Bintang menjalani terapi di pusat pendidikan terapi autisme di Solo. Dan, selama menjalani terapinya, ia harus masuk setiap hari Senin hingga Jumat untuk belajar berinteraksi dan mengenali lingkungan. Selain itu, dia juga harus menjalani diet untuk tidak makan makanan yang terbuat dari tepung terigu. Terkadang, saya merasa kasihan melihatnya. Seharusnya, anak seusia dia paling suka dengan makanan yang bervariasi, termasuk yang terbuat dari tepung terigu. Namun, saya mengerti itu harus dijalaninya demi kesembuhannya. Satu hal yang membuat saya bersyukur, setelah beberapa bulan menjalani terapinya, Bintang menunjukkan perkembangan yang baik. Bintang mulai mengerti bahwa ada orang-orang di sekelilingnya yang sangat peduli dan sayang padanya. Rasa cueknya mulai terkikis meskipun belum 100% hilang, namun saya yakin pasti dia akan tumbuh menjadi anak yang normal asal kami terus berdoa dan bergantung pada pertolongan-Nya. Bintang mulai berbicara, mendengar, melihat, dan mengenal keluarganya ... saya senang saat dia memanggil namaku dengan "Cesa...". Hatiku bersorak mendengarnya. Sekalipun dia belum sembuh total, saya yakin dengan kasih sayang yang diberikan keluarganya, dia pasti akan sembuh total. Perkataan dan janji Allah adalah seperti emas yang murni dan perak yang teruji (Mazmur 12:6). Allah tidak pernah mengecewakan orang yang sungguh menanti-nantikan Dia dan sungguh berharap kepada-Nya. Terima kasih Tuhan. -*- Sumber: -*- Kesaksian di atas ditulis oleh Tesa, Koordinator Publikasi YLSA *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: Evert <Evert@> >Salam dalam kasih Kristus, saya ucapkan terima kasih banyak sudah >membantu mencarikan artikel tentang aborsi, Tuhan Yesus Kristus >senantiasa selalu Memberkati setiap pelayanan saudara/i. >Salam/Evert Redaksi: Kami bersyukur, artikel-artikel e-Konsel dapat dipakai Tuhan untuk membantu Anda. Kiranya berkat yang Anda terima dapat disebarkan kepada teman-teman Anda yang lain. Selamat melayani. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Tesa, Evie, Silvi PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2005 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://www.sabda.org/katalog/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |