Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/9 |
|
e-Konsel edisi 9 (1-2-2002)
|
|
><> Edisi (009) -- 01 Februari 2002 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Hari Valentine - Cakrawala : Beda Antara Cinta dan Cocok - Telaga : Mencari Pasangan Hidup - Bimbingan Alkitabiah : Membawa Teman Hidup Kepada Kristus - Tips : Pacaran Secara Kristen - Info : Majalah Eunike - Surat : Milis Pasangan Seiman *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Bulan Februari seringkali disebut bulan "Cinta" karena pada tanggal 14 Februari dirayakan Hari Valentine, atau Hari Kasih Sayang. Oleh karena itu, pada edisi Pebruari ini e-Konsel akan memberikan sajian khusus yang akan membahas tentang topik yang selalu "up-to-date" sepanjang masa yaitu "Mencari Pasangan Hidup". Benarkah jodoh/ pasangan hidup itu datang karena si "Cupid" memanahkan panah asmara dan tiba-tiba sakit asmara melanda sepasang laki-laki dan wanita ..? Sekalipun kita tidak percaya dengan cerita mitos Yunani ini, namun dalam kenyataannya cara berpikir orang Kristen masih seperti itu. Lalu dari manakah datangnya cinta? Jawaban pertanyaan ini akan anda dapatkan dalam bahasan artikel yang kami pilih untuk mengisi Cakrawala edisi Valentine ini. Bagi anda yang sedang dimabuk cinta atau anda yang memiliki anak/teman yang sedang pacaran, anda pasti akan menikmati sajikan edisi khusus kami ini. Selamat merenungkan... Staf Redaksi e-Konsel *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- BEDA ANTARA CINTA DAN COCOK -*- Oleh: Dr. Paul Gunadi Salah satu alasan paling umum mengapa kita menikah adalah karena cinta -- cinta romantik, bukan cinta agape, yang biasa kita alami sebagai prelude ke pernikahan. Cintalah yang meyakinkan kita untuk melangkah bersama masuk ke mahligai pernikahan. Masalahnya adalah, walaupun cinta merupakan suatu daya yang sangat kuat untuk menarik dua individu, namun ia tidak cukup kuat untuk merekatkan keduanya. Makin hari makin bertambah keyakinan saya bahwa yang diperlukan untuk merekatkan kita dengan pasangan kita adalah kecocokan, bukan cinta. Saya akan jelaskan apa yang saya maksud. Biasanya cinta datang kepada kita ibarat seekor burung yang tiba- tiba hinggap di atas kepala kita. Saya menggunakan istilah "datang" karena sulit sekali (meskipun mungkin) untuk membuat atau mengkondisikan diri mencintai seseorang. Setelah cinta menghinggapi kita, cinta pun mulai mengemudikan kita ke arah orang yang kita cintai itu. Sudah tentu kehendak rasional turut berperan dalam proses pengemudian ini. Misalnya, kita bisa menyangkal hasrat cinta karena alasan-alasan tertentu. Tetapi, jika tidak ada alasan-alasan itu, kita pun akan menuruti dorongan cinta dan berupaya mendekatkan diri dengan orang tersebut. Cinta biasanya mengandung satu komponen yang umum yakni rasa suka. Sebagai contoh, kita berkata bahwa pada awalnya kita tertarik dengan gadis atau pria itu karena kesabarannya, kebaikannya menolong kita, perhatiannya yang besar terhadap kita, wajahnya yang cantik atau sikapnya yang simpatik, dan sejenisnya. Dengan kata lain, setelah menyaksikan kualitas tersebut di atas timbullah rasa suka terhadapnya sebab memang sebelum kita bertemu dengannya kita sudah menyukai kualitas tersebut. Misalnya, memang kita mengagumi pria yang sabar, memang kita menghormati wanita yang lemah lembut, memang kita mengukai orang yang rela menolong orang lain dan seterusnya. Jadi, rasa suka muncul karena kita menemukan yang kita sukai pada dirinya. Saya yakin cinta lebih kompleks dari apa yang telah saya uraikan. Namun khusus untuk pembahasan kali ini, saya membatasi lingkup cinta hanya pada unsur suka saja. Cocok dan suka tidak identik namun sering dianggap demikian. Saya berikan contoh. Saya suka rumah yang besar dengan taman yang luas, tetapi belum tentu saya cocok tinggal di rumah yang besar seperti itu. Saya tahu saya tidak cocok tinggal di rumah sebesar itu sebab saya bukanlah tipe orang yang rajin membersihkan dan memelihara taman (yang dengan cepat akan bertumbuh kembang menjadi hutan). Itulah salah satu contoh di mana suka tidak sama dengan cocok. Contoh yang lain. Rumah saya kecil dan cocok dengan saya yang berjadwal lumayan sibuk dan kurang ada waktu mengurusnya. Namun saya kurang suka dengan rumah ini karena bagi saya, kurang besar (tamannya). Pada contoh ini kita bisa melihat bahwa cocok berlainan dengan suka. Pada intinya, yang saya sukai belum tentu cocok buat saya; yang cocok dengan saya belum pasti saya sukai. Sekarang kita akan melihat kaitannya dengan pemilihan pasangan hidup. Tatkala kita mencintai seseorang, sebenarnya kita terlebih dahulu menyukainya, dalam pengertian kita suka dengan ciri tertentu pada dirinya. Rasa suka yang besar (yang akhirnya berpuncak pada cinta) akan menutupi rasa tidak suka yang lebih kecil dan -- ini yang penting -- cenderung menghalau ketidakcocokan yang ada di antara kita. Di sinilah terletak awal masalah. Ini yang acap kali terjadi dalam masa berpacaran. Rasa suka meniup pergi ketidakcocokan di antara kita, bahkan pada akhirnya kita beranggapan atau berilusi bahwa rasa suka itu identik dengan kecocokan. Kita kadang berpikir atau berharap, "Saya menyukainya, berarti saya (akan) cocok dengannya." Salah besar! Suka tidak sama dengan cocok; cinta tidak identik dengan cocok! Alias, kita mungkin mencintai seseorang yang sama sekali tidak cocok dengan kita. Pada waktu Tuhan menciptakan Hawa untuk menjadi istri Adam, Ia menetapkan satu kriteria yang khusus dan ini hanya ada pada penciptaan istri manusia, yakni, "Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18). Kata "sepadan" dapat kita ganti dengan kata "cocok." Tuhan tidak hanya menciptakan seorang wanita buat Adam yang dapat dicintainya, Ia sengaja menciptakan seorang wanita yang cocok untuk Adam. Tuhan tahu bahwa untuk dua manusia bisa hidup bersama mereka harus cocok. Menarik sekali bahwa Tuhan tidak mengagungkan cinta (romantik) sebagai prasyarat pernikahan. Tuhan sudah memberi kita petunjuk bahwa yang terpenting bagi suami dan istri adalah kecocokan. Ironisnya adalah, kita telah menggeser hal esensial yang Tuhan tunjukkan kepada kita dengan cara mengganti kata "cocok" dengan kata "cinta." Tuhan menginginkan yang terbaik bagi kita; itulah sebabnya Ia telah menyingkapkan hikmat-Nya kepada kita. Sudah tentu cinta penting, namun yang terlebih penting ialah, apakah ia cocok denganku? Saya teringat ucapan Norman Wright, seorang pakar keluarga di Amerika Serikat, yang mengeluhkan bahwa dewasa ini orang lebih banyak mencurahkan waktu untuk menyiapkan diri memperoleh surat ijin mengemudi dibanding dengan mempersiapkan diri untuk memilih pasangan hidup. Saya kira kita telah termakan oleh motto, "Cinta adalah segalanya," dan melupakan fakta di lapangan bahwa cinta (romantik) bukan segalanya. Jadi, kesimpulannya ialah, cintailah yang cocok dengan kita! -*- Sumber -*-: Judul Buletin: PARAKALEO, Vol.V/No.3/Edisi Juli-September 1998 Penerbit : Departemen Konseling Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia (STTRI) *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- MENCARI PASANGAN HIDUP -*- Mencari pasangan hidup bukanlah persoalan kaum remaja atau pemuda saja. Orangtua pun harus ikut memikirkannya dan mendoakannya bahkan semenjak sang anak masih kecil. Secara tidak sadar kadang anak-anak menjadikan orangtua mereka sebagai model atau figur akan pasangan hidup mereka nantinya. Pembekalan rohani yang cukup kepada anak sejak dini akan mempengaruhi sang anak dalam mengambil keputusan untuk menentukan kapan dan siapa pasangan hidupnya nanti. Untuk membahas ini, mari kita simak percakapan kita dengan Dr. Paul Gunadi. -------- T : Apakah ada semacam pedoman dalam menentukan teman hidup, khususnya bagi pemuda-pemudi Kristen. J : Orangtua harus sadar bahwa anak-anak, dalam memilih jodoh, sebenarnya tidak begitu jauh dari orangtuanya. Anak melihat dan menyerap banyak dari orangtua; apa yang disukai dan yang tidak disukai dari orangtuanya. Lingkungan anaklah yang sebenarnya mengajarkan langsung kepadanya tentang jodoh, seperti apa orang yang akan mereka pilih nanti. Kalau anak pria suka pada ibunya maka dia akan cari wanita yang sama dengan ibunya, begitu pula sebaliknya dengan anak wanita. Jadi pengajaran kepada anak akan jodoh adalah seperti apa yang orangtua inginkan, seperti apa yang keluarga dan lingkungan inginkan. ------- T : Pemuda/i Kristen saat ini banyak mengeluh karena jika ingin mencari pasangan yang seiman sulit, karena sering tidak sesuai dengan keinginan mereka. Mungkin karena ada unsur penampilan fisik yang diutamakan. J : Memang penting untuk menikah dengan yang kita sukai, seperti yang dikatakan Paulus dalam jemaat Korintus, boleh menikah dengan siapa saja. Tetapi Paulus pun mengajukan syarat yaitu harus orang yang percaya. Memang bukan alasan utama kalau menikah dengan pasangan yang seiman akan bahagia, tetapi yang harus disadari adalah ketaatan akan firman Tuhan. ------- T : Bagaimana kalau misalnya memilih pasangan hidup yang tidak seiman, dengan harapan untuk menjadi seiman. J : Masalah ini akan membuka dua pintu, yaitu akan menjadi seiman dengan iman Kristen kita, atau menjadi seiman dengan iman pasangan kita? Jadi sekali lagi, itu semua adalah hal tentang menaati firman Tuhan ------- T : Kalau anak sudah terlanjur berpacaran dengan yang tidak seiman, bagaimana sikap orangtua? J : Masalah di atas memang sangat sulit, sudah tentu kita harus berdoa. Kesulitannya adalah jika anak kita sudah telanjur jatuh cinta, dan tidak bisa melepaskan kekasihnya. Yang bisa kita lakukan adalah berbicara kepada anak kita bahwa "ini adalah hidupmu, engkau yang harus mengambil keputusan karena engkau yang akan bertanggungjawab akan kehidupanmu, jadi semua terserah padamu". Sebagai orangtua kita hanya bisa berdoa supaya suatu saat mereka akan berada dalam satu iman kepada Tuhan Yesus Kristus. ------- T : Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak remaja sekarang yang suka berpacaran? J : Ajar mereka takut akan Tuhan, bahwa tindakan pacaran bukan hanya untuk senang-senang tapi juga untuk masa depan kebahagiaan rumah tangga mereka. -*- Sumber -*-: [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA No. 6B, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]] -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga dapat anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/ [01 Nov 2001] Kaset TELAGA yang juga mengulas tentang Pasangan Hidup: T40A+B Judul 40A+B: "Pertanyaan-pertanyaan untuk Mencari Pasangan Hidup" Deskripsi : Beberapa pedoman atau tolok ukur yang dapat digunakan untuk menemukan seorang pendamping atau pasangan hidup yang tepat, yaitu yang diperkenan oleh Tuhan. Kata kunci : Tolok ukur, pedoman, poros, hidup bersama, nilai moral. Transkrip : Jika anda ingin mendapatkan transkrip dua kaset ini silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- MEMBAWA TEMAN HIDUP KEPADA KRISTUS -*- LATAR BELAKANG -------------- Dalam beberapa kesempatan tertentu, Yesus mengejutkan para murid dengan ungkap-ungkapan yang seolah bertentangan. "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, atau perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang- orang seisi rumahnya." (Matius 10:34-36). Tidak ada situasi lain yang di dalamnya mengandung konsekuensi pemuridan yang demikian jelas, dibandingkan dalam suatu rumah tangga yang salah satu pasangannya Kristen dan yang lainnya bukan. Kehidupan menjadi sulit disebabkan oleh munculnya perbedaan- perbedaan minat, kegiatan dan sasaran hidup. Usaha untuk membawa teman hidup kepada Kristus harus menduduki sasaran utama. Namun usaha itu harus dilakukan dalam cara yang sangat hati-hati. Banyak pernikahan gagal dalam perceraian, disebabkan oleh ketidakpekaan dan semangat berlebihan pada pasangan Kristen yang berusaha menginjili pasangannya. [[Jika teman/sanak keluarga anda ada yang ingin menginjili pasangannya yang belum mengenal Tuhan, saran apa yang akan anda berikan?]] STRATEGI BIMBINGAN ------------------ 1. Ucapkan selamat atas keinginannya menyaksikan pengalaman hidup terindah dalam Injil, kepada kekasih hidupnya. Hendaknya dia berhati-hati atas peringatan yang diberikan di atas. 2. Nasihatkan orang yang anda layani untuk tidak bertindak seolah- olah Allah. Dia tidak dapat memaksa teman hidupnya untuk menerima Kristus, juga tidak berusaha bertindak sendiri mengggantikan tindakan teman hidupnya. Orang yang berusaha mengatur semua hal dengan kekuatannya sendiri, akan menghadapi banyak malapetaka. 3. Nasihatkan dia untuk tidak bersitegang atau menghakimi, tetapi bersikap rendah hati. Sikap sangat menentukan. 4. Anjurkan orang Kristen tersebut untuk mendewasakan kerohaniannya melalui pembacaan dan penelaahan Firman Tuhan, belajar berdoa dan mempraktekkannya dengan setia. Doa sangat besar nilainya. Serahkan teman hidup pada Tuhan dan dalam iman, mohonkan pertobatannya. Malah lebih bijaksana untuk tidak mendoakan secara terbuka. Percayailah Allah. Dia memiliki cara bekerja yang ajaib. 5. Teladan berpengaruh besar! Ijinkan teman hidupnya melihat Yesus dalam sikap dan tindakannya. Biarkan kasihnya meluap. Kasih sejati tak dapat ditiru. Paulus berkata: "Kasih itu sabar: kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Kasih tidak berkesudahan." (1 Korintus 13:4,8). Berusahalah untuk menyatakan bahwa "kasih Allah telah dicurahkan dalam hati kita . . . " (Roma 5:5). 6. Jangan berusaha memaksa dengan adu argumentasi atau mengkhotbahi. Tindakan ini justru akan menghasilkan perlawanan yang lebih dalam. Metode yang dianjurkan Paulus, ialah hidup bersama dalam damai. Lihat 1 Korintus 7:12-15. -----------------------------Kutipan-------------------------------- Menurut Billy Graham: "Rasul Petrus mengungkapkan sesuatu tentang masalah ini. Dia berkata: 'Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya.' (1 Petrus 3:1). Ini bukan tugas yang mudah, tetapi itu adalah tanggung jawab anda, bukan suami anda. Anda harus menghayati suatu kehidupan yang akan menantang teman hidup anda mengambil keputusannya sendiri. Ini tidak dapat dilakukan dengan memarahi atau mengkhotbahi, tetapi dengan menunjukkan sikap lembut dan penaklukan diri yang sebelumnya tidak pernah dilihatnya. Entah yang Kristen sang suami atau sang istri, sebagai seorang Kristen dia harus selalu siap menerima cemoohan atau perlakuan salah terhadap imannya. Ingatlah ini baik-baik: Tak seorang pun yang berada dalam posisi lebih baik untuk memenangkan seseorang pada Kristus, kecuali teman hidupnya sendiri." ---------------------------Kutipan_Selesai-------------------------- 7. Jangan memaksa teman hidup untuk ke gereja atau menghadiri kebaktian Kristen tertentu, kecuali dia sudah menunjukkan kecenderungan untuk melakukannya. Sebagai gantinya, perkenalkan dia pada sahabat-sahabat Kristen dan acara sosial di rumah tangga Kristen lainnya. Teman hidupnya kelak akan melihat perbedaan dalam kehidupan pasangannya. Kesempatan untuk bersaksi, kelak akan datang. 8. Berdoalah dengannya, memohon pengertian, hikmat dan kesabaran untuk menunggu saat yang tepat, dan melakukan semua petunjuk di atas. AYAT ALKITAB ------------ "Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah." (1 Petrus 3:14) "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5) "Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik." (Yakobus 3:17) "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6,7) -*- Sumber -*-: Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Charles G. Ward Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab Halaman : 206 - 208 CD-SABDA : Topik No. 17690 - 17692; Indeks 17505 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- PACARAN SECARA KRISTEN -*- Tidak heran bahwa untuk mencapai tujuan yang agung, orang-orang Kristen bergaul dan berpacaran secara berbeda dengan orang-orang non-Kristen. Pacaran bagi orang Kristen ditandai dengan: 1. Proses Peralihan dari "Subjective Love" ke "Objective Love." ------------------------------------------------------------ "Subjective love" sebenarnya tidak berbeda daripada manipulative love yaitu "kasih dan pemberian yang diberikan untuk memanipulir orang yang menerima". Pemberian yang dipaksakan sesuai dengan kemauan dan tugas dari si pemberi dan tidak memperhitungkan akan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh si penerima. Sesuai dengan "sinful nature"nya setiap anak kecil telah belajar mengembangkan "subjective love". Dan "subjective love" ini tidak dapat menjadi dasar pernikahan. Pacaran adalah saat yang tepat untuk mematikan sinful nature tsb, dan mengubah kecenderungan "subjective love" menjadi "objective love". Yaitu memberi sesuai dengan apa yang baik yang betul-betul dibutuhkan si penerima. 2. Proses Peralihan dari "Envious Love" ke "Jealous Love." ------------------------------------------------------- "Envious" sering diterjemahkan sama dengan "jealous" yaitu cemburu. Padahal "envious" mempunyai pengertian yang berbeda. "Envious" adalah kecemburuan yang negatif yang ingin mengambil dan merebut apa yang tidak menjadi haknya. Sedangkan "jealous" adalah kecemburuan yang positif yang menuntut apa yang memang menjadi hak dan miliknya. Tidak heran, kalau Alkitab sering menyaksikan Allah sebagai Allah yang "jealous", yang cemburu (misal: 20:5). Israel milik-Nya umat tebusan-Nya. Kalau Israel menyembah berhala atau lebih mempercayai bangsa-bangsa kafir sebagai pelindungnya, Allah cemburu dan akan merebut Israel kembali kepada-Nya. Begitu pula dengan pergaulan pemuda-pemudi. Pacaran muda-mudi Kristen harus ditandai dengan "jealous love". Mereka tidak boleh menuntut "sesuatu" yang bukan atau belum menjadi haknya (seperti: hubungan seksuil, wewenang mengatur kehidupannya, dsb). Tetapi mereka harus menuntut apa yang memang menjadi haknya, seperti kesempatan untuk dialog, pelayanan ibadah pada Allah dalam Tuhan Yesus, dsb. 3. Proses Peralihan dari "Romantic Love" ke "Real Love." ----------------------------------------------------- "Romantic love" adalah kasih yang tidak realistis, kasih dalam alam mimpi yang didasarkan pada pengertian yang keliru bahwa "kehidupan ini manis semata-mata". Muda-mudi yang berpacaran biasanya terjerat pada "romantic love". Mereka semata-mata menikmati hidup sepuas-puasnya tanpa coba mempertanyakan realitanya, misal: - apakah kata-kata dan janji-janjinya dapat dipercaya? - apakah dia memang orang yang begitu sabar, "caring", penuh tanggung jawab seperti yang selama ini ditampilkan? - apakah realita hidup akan seperti ini terus (penuh cumbu-rayu, rekreasi, jalan-jalan, cari hiburan)? Pacaran adalah persiapan pernikahan, oleh karena itu pacaran Kristen tidak mengenal "dimabuk cinta". Pacaran Kristen boleh dinikmati tetapi harus berpegang pada hal-hal yang realistis. 4. Proses Peralihan dari "Activity Center" ke "Dialog Center." ----------------------------------------------------------- Pacaran dari orang-orang non-Kristen hampir selalu "activity- center". Isi dan pusat dari pacaran tidak lain daripada aktivitas (nonton, jalan-jalan, duduk berdampingan, cari tempat rekreasi, dsb.), sehingga pacaran 10 tahun pun tetap merupakan 2 pribadi yang saling tidak mengenal. Sedangkan pacaran orang-orang Kristen berbeda. Sekali lagi orang-orang Kristen juga boleh berekreasi dsb, tetapi "center"nya (isi dan pusatnya) bukan pada rekreasi itu sendiri, tapi pada dialog yaitu interaksi antara dua pribadi secara utuh (Martin Buber, "I and Thou", by Walter Kauffmann, Charles Scribner's Sons, NY: 1970), sehingga hasilnya suatu pengenalan yang benar dan mendalam. 5. Proses Peralihan dari "Sexual Oriented" ke "Personal Oriented." --------------------------------------------------------------- Pacaran orang Kristen bukanlah saat untuk melatih dan melampiaskan kebutuhan seksuil. Orientasi dari kedua insan tsb, bukanlah pada hal-hal seksuil, tapi sekali lagi (seperti telah disebutkan dalam no. 4) pada pengenalan pribadi yang mendalam. Jadi, masa pacaran tidak lain daripada masa persiapan pernikahan. Oleh karena itu pengenalan pribadi yang mendalam adalah "keharusan". Melalui dialog, kita akan mengenal beberapa hal yang sangat primer sebagai dasar pertimbangan apakah pacaran akan diteruskan atau putus sampai disini. Beberapa hal yang primer tsb, antara lain: a. Imannya. -------- Apakah sebagai orang Kristen dia betul-betul sudah dilahirkan kembali (Yoh 3:3), mempunyai rasa takut akan Tuhan (Amsal 1:7) lebih daripada ketakutannya pada manusia, sehingga di tempat- tempat yang tersembunyi dari mata manusia sekalipun ia tetap takut berbuat dosa. Apakah ia mempunyai kehausan akan kebenaran Allah dan menjunjung tinggi hal-hal rohani? b. Kematangan Pribadinya. ---------------------- Apakah ia dapat menyelesaikan konflik-konflik dalam hidupnya dengan cara yang baik? Dapat bergaul dan menghormati orang-orang tua? Apakah ia menghargai pendapat orang lain? c. Temperamennya. -------------- Apakah ia dapat menerima dan memberi kasih secara sehat? Dapat menempatkan diri dalam lingkungan yang baru bahkan sanggup membina komunikasi dengan mereka? Apakah emosinya cukup stabil? d. Tanggung-jawabnya. ------------------ Apakah dia secara konsisten dapat menunjukkan tanggung-jawabnya, baik dalam studi, pekerjaan, uang, seks, dsb.? Kegagalan dialog akan menutup kemungkinan mengenali hal-hal yang primer di atas. Dan pacaran 10 tahun sekalipun belum mempersiapkan mereka memasuki phase pernikahan. Kegagalan dalam dialog biasanya ditandai dengan pemikiran- pemikiran: 1. Saya takut bertengkar dengan dia, takut menanyakan hal-hal yang dia tidak sukai. 2. Setiap kali bertemu kami selalu mencari acara keluar ... atau kami ingin selalu bercumbuan saja. 3. Saya rasa "dia akan meninggalkan saya" kalau saya menuntut kebenaran yang saya yakini. Saya takut ditinggalkan. 4. Saya tidak keberatan atas kebiasaannya, wataknya bahkan jalan pikirannya asalkan dia tetap mencintai saya, dsb. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Pastoral Konseling Penulis : Yakub B. Susabda Penerbit : Gandum Mas, Malang Halaman : 120 - 123 *INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO* -*- MAJALAH EUNIKE -*- Dalam edisi ini, kami ingin memperkenalkan Majalah "Eunike", sebuah buletin/majalah yang khusus ditujukan untuk keluarga muda Kristen. Majalah ini membahas topik-topik umum yang menjadi pergumulan dari keluarga-keluarga Kristen, khususnya yang berkenaan dengan masalah pendidikan anak. Untuk berlangganan majalah Eunike dalam bentuk cetakan, Anda dapat menghubungi alamat email berikut ini: ==> < eunike@cbn.net.id > atau ==> Alamat pos : MAJALAH EUNIKE Jl. Kelapa Puan Raya Blok FY 3 No.4 Kelapa Gading Permai Jakarta 14240 Bagi anda yang ingin membaca Edisi Eunike lama (arsip) yang masih dalam bentuk buletin, anda dapat berkunjung ke Situs Eunike yang menyediakan format elektroniknya (tapi sayang tidak semua edisi bisa anda dapatkan). Alamat Situs arsip Eunike adalah: ==> http://www.geocities.com/~eunike-net/ *SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT* Dari: "utomo" <utomo@> >Syalom, >Bagi muda mudi Kristen yang ingin cari teman, pacar, pasangan hidup >Gabung saja ke Mailing list Pasangan Seiman > < PasanganSeiman@yahoogroups.com > >Caranya bergabung: Silakan kirim email ke alamat: > < PasanganSeiman-subscribe@yahoogroups.com > >Website < http://groups.yahoo.com/group/pasanganseiman/ > > >Milis Pasangan Seiman adalah milis diskusi yang bersifat terbuka >dan bisa digunakan sebagai ajang perkenalan antar muda-mudi >Kristen, yang kemudian bisa ditindak lanjuti dengan komunikasi yang >lebih pribadi baik lewat email, ataupun lewat media lain (Chatting, >Telepon, dll.) Jika ingin tahu informasi selengkapnya, silakan >kirim email ke: < PasanganSeiman-Owner@yahoogroups.com > >Salam, Utomo (Owner milis Pasangan Seiman) Redaksi: Terima kasih atas kiriman informasinya. Bagi para pembaca e-Konsel yang tertarik dan ingin bergabung dengan Milis Pasangan Seiman silakan langsung subscribe di alamat tersebut di atas. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Margareta A., Lani M. PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2002 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |