Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/88 |
|
e-Konsel edisi 88 (2-6-2005)
|
|
><> Edisi (088) -- 01 Juni 2005 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Kekristenan dan Moralitas - Renungan : Standar yang Salah - Cakrawala (Artikel 1): Bila Nilai-nilai Moral Saling Bertentangan (Artikel 2): Moralitas dan Rasa Hormat - Bimbingan Alkitabiah : Hidup Rohani - Surat : Edisi e-Konsel 15 Mei 2005 Terpotong *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- BUSER, SERGAP, TIKAM, PATROLI, dan BIDIK adalah contoh program- program acara kriminalitas di beberapa stasiun televisi swasta Indonesia. Sebagian dari pembaca e-Konsel mungkin tahu bahwa pada acara-acara tersebut ditayangkan tindak-tindak kejahatan mulai dari yang teringan sampai dengan yang tersadis. Yang menarik kita, sebagai orang Kristen, adalah tidak sedikit nama-nama Kristen, seperti Lukas, Yohanes, Paulus, yang muncul sebagai pelaku utama dari tindak kejahatan tersebut. Mengapa demikian? Bukankah sebagai orang Kristen mereka seharusnya tahu kehidupan moral yang sesuai dengan Firman Tuhan? Apa bedanya orang Kristen dengan mereka yang bukan Kristen? Nah, sajian e-Konsel kali ini, yang mengulas mengenai "MORALITAS", kami harap akan menjadi pembuka mata agar kita sebagai orang Kristen menyadari tingginya standard moralitas yang dituntut Tuhan bagi anak-anak-Nya. Selamat menyimak! (Dav) Redaksi *RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN* -*- STANDAR YANG SALAH -*- Bacaan : Yesaya 6:1-5 --------------------- Seorang anak kecil mengumumkan, "Aku seperti Goliat. Tinggi badanku 2,7 meter." "Apa yang membuatmu berkata begitu?" tanya ibunya. Anak itu menjawab, "Aku membuat sebuah penggaris dan mengukur tinggi badanku dengan penggaris itu, dan tinggiku 2,7 meter!" Banyak orang gagal melihat kebutuhan mereka akan keselamatan karena mereka mengukur diri mereka sendiri dengan standar yang salah. Dengan melihat dan membandingkan tingkah laku mereka dengan orang lain yang telah melakukan hal yang lebih buruk daripada yang telah mereka lakukan, mereka sampai pada kesimpulan bahwa bagaimanapun juga mereka tidak terlalu buruk. Namun, rasa bangga semacam itu dihancurkan ketika orang-orang membandingkan diri mereka dengan standar kebenaran yang sempurna. Bagaimana kita memenuhi standar yang sesuai dengan pandangan Allah? Ketika Nabi Yesaya melihat Tuhan dalam seluruh kemuliaan-Nya, ia menyatakan, "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, ... namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam" (Yesaya 6:5). Menurut Roma 3:23, kita semua telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Itulah sebabnya, setiap orang perlu diampuni. Jika Anda mengukur moralitas Anda dengan cara membandingkan diri dengan orang lain, Anda menggunakan standar pengukuran yang salah. Namun, jika Anda mengakui betapa besar kekurangan Anda dalam pandangan Allah, mendekatlah dalam iman kepada Yesus hari ini juga dan terimalah karunia pengampunan dari-Nya. -Richard De Haan JIKA KITA DAPAT MEMPEROLEH SENDIRI KESELAMATAN KITA KRISTUS TIDAK PERLU MATI UNTUK MENYEDIAKANNYA -*- Sumber: -*- Arsip Publikasi e-RH (Renungan Harian), Edisi 28 Juli 2003 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2003/07/28/ *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* (Artikel 1) -*- BILA NILAI-NILAI MORAL SALING BERTENTANGAN -*- Sebagai orang Kristen, kita berjuang agar tetap bebas dari dosa dan perbuatan dursila. Adakalanya, khususnya sebagai petobat baru, hal ini berarti menjauhi kawan-kawan yang mempengaruhi kita untuk berbuat dosa. Namun, kita tidak akan bisa mempengaruhi dunia jikalau kita tidak berteman dengan orang yang belum percaya walaupun mereka hidup dursila. Paulus menghadapi soal ini ketika berurusan dengan jemaat di Korintus: "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah- tengah kamu." (1Korintus 5:9-13) Di sini Paulus dengan jelas membedakan antara perilaku kita terhadap orang dursila di luar gereja dan di dalam gereja. Kita harus bergaul dengan mereka yang di luar gereja. Kristus memanggil kita untuk mengasihi orang berdosa, bukan untuk menghakimi mereka. Mereka yang di luar gereja -------------------------- Bertahun-tahun setelah perceraian orangtua saya, seorang perempuan datang dan hidup bersama dengan ayah saya. Saya tetap mempunyai hubungan yang dekat dengan ayah saya dan mulai berteman dengan pacar ayah saya itu. Ibu saya mengeluh, "Bukankah kunjunganmu itu dapat diartikan sebagai menyetujui hubungan mereka berdua?" Saya terangkan bahwa ayah mengerti betul kalau saya tidak menyetujui dosanya. Namun, jikalau saya putuskan hubungan kami, saya tidak lagi memiliki kesempatan untuk menunjukkan kasih Kristus. Coba bayangkan keadaan diri Anda sebelum percaya kepada Kristus. Mungkin, Anda tidak terlibat dalam kebejatan moral apa pun. Tetapi, apa yang akan terjadi bila tidak ada seorang Kristen pun yang menaruh perhatian karena beberapa kesalahan Anda? Bagaimana Anda akan bisa mendengarkan berita tentang Kristus? Misalnya, Anda mempunyai seorang rekan yang homoseks. Kita sebut saja dengan nama si Polan. Bila Anda menunjukkan sikap yang menghukum homoseksnya itu, maka si Polan takkan pernah mau mendengarkan kesaksian Anda. Tetapi bila Anda mengasihinya sebagai seorang pribadi sebagaimana Allah mengasihinya, mungkin saja Anda bisa membawanya kepada Kristus. Anda mungkin mempunyai kesempatan untuk mengutarakan bahwa homoseks itu dursila, tetapi pastikan agar nasihat Anda itu tetap dalam kondisi persahabatan, dan kemungkinan nasihat ini didengar. Kita tidak bisa mengharapkan orang di luar Kristus untuk hidup sesuai dengan moral Alkitab. Banyak orang kelihatannya bisa hidup demikian, tetapi tanpa Roh Kudus, prinsip-prinsip Alkitab terbukti sulit untuk diikuti. Yang harus kita perhatikan ialah agar sahabat kita yang belum seiman itu menerima Kristus, kemudian hidup moral yang baik akan menyusul. Berusaha untuk mengubah kebiasaan seseorang dalam homoseks, obat bius, minuman keras atau perubahan hidup drastis lainnya, acapkali memerlukan campur tangan Kristus yang mengerjakan penebusan. Jangan mengharapkan perubahan terjadi sebelum orang itu bertobat. Paulus mengingatkan orang Korintus untuk tetap bergaul dengan orang dunia yang dursila. Tuhan Yesus memberi contoh ini ketika Ia bergaul dengan orang-orang yang pekerjaannya buruk pada zaman-Nya, seperti pemungut cukai dan pelacur. Kita harus berteman dengan orang-orang yang ada di sekeliling kita yang belum mengenal Kristus. Banyak orang yang hidup, bekerja, dan berteman dengan Anda, barangkali melakukan hal-hal yang Anda tentang sebagai seorang Kristen. Hal ini mungkin membatasi persahabatan Anda sebab Anda harus menolak untuk minum-minuman keras, berjudi, atau menipu bersama mereka. Sudah tentu Anda tidak boleh membahayakan nilai- nilai yang Anda anut demi persahabatan itu. Dalam hal ini Anda dapat memusatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang menjauhi pertentangan nilai-nilai, seperti makan siang bersama, bermain golf, atau berbelanja bersama. Carilah kegiatan-kegiatan yang dapat dinikmati bersama-sama yang tidak melibatkan kompromi. Galanglah persahabatan Anda atas pengalaman yang positif. Selama saat-saat seperti itu, mungkin saja Anda mendapatkan kesempatan untuk membicarakan kepercayaan Anda. Jika satu persoalan timbul, jangan lupa mengutarakan pendapat Anda tanpa menghakimi sahabat Anda. Katakan saja apa yang Anda anggap benar sesuai dengan Alkitab. Jadikan Alkitab sebagai otoritasnya, bukan Anda. Terlebih pula, berdoalah agar ada kesempatan untuk menyampaikan iman Anda di dalam Kristus. Ingatlah, memberitakan Kristus itu lebih menguntungkan bagi sahabat Anda daripada jika Anda mengutarakan nilai-nilai hidup. Bersama Kristus akan datang nilai-nilai hidup. Tanya saja diri sendiri, apakah Anda mempunyai sahabat non-Kristen yang dengannya Anda dapat menggalang persahabatan? Apakah Anda terbuka bagi kesempatan untuk menyatakan iman Anda? Apakah Anda mengutarakan nilai-nilai hidup Anda bila ditanya? Mereka yang di dalam gereja --------------------------- Di pihak lain, Paulus memberikan pengarahan yang berbeda sekali mengenai orang-orang yang ada di dalam gereja. Orang-orang yang telah menyatakan diri sebagai orang Kristen harus menjauhkan diri dari perbuatan dursila. Paulus meminta orang Korintus untuk mengucilkan seorang saudara seiman yang telah diperingatkan sebelumnya mengenai perbuatan dosanya. Kemudian, Paulus memerintahkan agar gereja menerimanya kembali setelah ia bertobat. Orang-orang Kristen harus menunjukkan kejujuran. Kita harus bertingkah laku sesuai dengan pernyataan kepercayaan kita. Sebagai anggota gereja, kita harus dapat dimintai tanggung jawab satu sama lain. Jika satu anggota hidup dalam dosa, gereja harus memperingatkan orang itu. Yesus mengajarkan hal ini dalam Lukas 17:3, "Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia." Kita terpanggil untuk menegur dan mengampuni. Baik teguran maupun pengampunan membawa kita dalam kesulitan. Kita lebih suka menceritakannya kepada orang lain, mengeluh, dan bergunjing. Yesus menerangkan dalam Matius 18:15-17 bahwa kita harus menghadapi orang itu sendiri, kemudian baru dengan orang lain. Bila kita mengasihi saudara seiman, maka kita akan menghadapinya, khususnya apabila kita secara langsung terkena akibatnya. Oleh sebab itu, bila seorang lelaki di dalam gereja hidup bersama dengan pacarnya, maka kita bertanggung jawab untuk mengingatkan dia bahwa perbuatan itu melanggar norma susila. Bila seorang perempuan menipu suaminya, maka wajiblah kita mengingatkan dia. Besar harapannya bahwa nasihat yang penuh kasih itu akan membawanya kepada pertobatan. Yang menyedihkan adalah bahwa setelah orang itu bertobat, sering lebih sulit bagi kita untuk mengampuninya. Rupanya, kita tidak bisa melupakan bahwa orang itu pernah berbuat zinah atau mencuri uang gereja. Walaupun kita mengatakan telah mengampuninya, pikiran kita masih menuduh perbuatan itu. Seorang yang baru menjadi Kristen mengaku bahwa ia masih bergumul melawan homoseksualitas, lalu kita tidak pernah mempercayai dia lagi. Sahabat kita yang telah cerai ternoda karena kegagalannya itu. Hakikat kekristenan adalah kemurahan. Allah mengampuni, melupakan, dan membaharui segalanya. Bahkan, dosa-dosa yang dilakukan setelah pertobatan pun dapat diampuni, dan tidak ada dosa yang harus dinilai lebih buruk dari yang lainnya. Jikalau Allah bisa mengampuni sifat egois saya, maka Ia pun bisa mengampuni perceraian sahabat saya. Jika saudara kita bergelimang dalam dosa, kita wajib menegur, tetapi setelah ia bertobat kita harus mengampuni dan memperbaharuinya. Pertimbangkanlah bagaimana Anda dapat memasuki pelayanan pengampunan. Lihat di sekeliling jemaat Anda. Apakah ada orang-orang yang tidak diikutsertakan oleh karena pada masa silam mereka bercerai, terlibat homoseksualitas, perzinahan, atau oleh karena mereka tidak memiliki sifat yang dikehendaki gereja? Pikirkan cara- cara Anda agar dapat mengikutsertakan mereka dalam hidup Anda dan menolong mereka merasa diterima dalam jemaat. Mereka yang mencari ------------------- Antara mereka yang di luar gereja dan mereka yang di dalam gereja ada kelompok ketiga, yaitu mereka yang sedang mencari Kristus. Mereka terkatung-katung antara permulaan kebangkitan hidup rohani dan penyerahan sepenuhnya kepada Kristus. Selama proses ini diperlukan banyak kesabaran terhadap mereka. Beberapa orang mengalami pertobatan dengan segera, sedangkan orang lain secara berangsur-angsur menjadi orang Kristen. Di dalam kedua kelompok ini ada orang-orang yang mengalami perubahan hidup secara total, berhenti melakukan perbuatan dursila dan di depan umum hidup sungguh-sungguh sebagai orang Kristen baru. Tetapi beberapa orang masih bergumul dalam perubahan kehidupan mereka. Perjalanan hidup setiap orang berbeda-beda. Kita tidak bisa mengharapkan setiap orang untuk berubah secara mendadak. Kita harus bersabar dan memohon kepada Tuhan agar membimbing orang itu mengadakan perubahan yang perlu. Dalam kelompok penelaahan Alkitab saya, ada seorang lelaki dan perempuan yang hidup serumah. Mereka saling mencintai; malahan lelaki ini telah meninggalkan pekerjaannya untuk ikut pindah ketika si wanita ditugaskan di kota lain. Masing-masing orang ini pernah menikah sebelumnya dan sekarang mereka memutuskan untuk tidak kawin resmi lagi. Sewaktu mereka terus mengikuti penelaahan Alkitab ini, Allah mulai mengerjakan suatu perubahan dalam hidup mereka. Saya berdoa agar Allah menggerakkan mereka untuk menikah secara resmi, dan tidak lama kemudian mereka mengumumkan rencana pernikahan mereka. Tuhan yang menginsafkan mereka; saya tidak mengatakan apa-apa. Seringkali kita harus bersabar saja dan mengizinkan Roh Kudus untuk mengubah hidup seseorang. Walaupun demikian, kadang-kadang orang perlu menerima tuntunan dari orang Kristen lainnya. Satu kesempatan yang baik sekali timbul jikalau mereka memutuskan untuk bergabung dengan gereja setempat. Banyak gereja memberikan sedikit pelajaran dan penyuluhan sebelum menerima anggota baru. Waktu seperti itu memberi keleluasaan kepada pendeta untuk bertanya mengenai beberapa bagian kehidupan mereka yang mungkin perlu diperbaiki. Jikalau seseorang terus berkanjang di dalam dosa mereka selama beberapa waktu, maka mereka bisa dikategorikan sebagai "mereka yang di dalam gereja" dan perlu ditegur. Walaupun demikian, kita perlu bersabar dengan para petobat baru. Allah lebih mengetahui dari kita sejauh mana mereka dapat berubah dengan segera. Jika mereka terbuka terhadap Roh-Nya, maka Ia yang akan memperingatkan mereka. Kita wajib berdoa agar mereka terbuka dan taat kepada Roh Allah. Penghargaan terhadap nilai. Akhirnya, kadang-kadang ketika nilai- nilai kita bertentangan, maka kita harus mempertimbangkan apa nilai itu. Alkitab memberikan pernyataan yang jelas tentang kedursilaan. Akan tetapi, ada nilai-nilai kehidupan tertentu yang tetap tidak terlalu penting, seperti kebiasaan pribadi dalam berpakaian atau mencari hiburan. Televisi mungkin saja dihindari oleh beberapa orang, sedang orang lain memujinya. Beberapa orang, karena profesinya, perlu berdandan, sedangkan yang lain menghindari cara berpakaian seperti itu karena menghendaki kesederhanaan. Beberapa nilai hidup bersifat pribadi dan tidak disebutkan dengan jelas di dalam Alkitab. Masalah-masalah ini mungkin dapat dibicarakan secara terbuka, namun jangan sampai menyebabkan perselisihan satu dengan yang lain, baik di dalam maupun di luar gereja. Bila nilai hidup seseorang bertentangan dengan yang dimiliki orang lain, kita harus melihat beratnya perselisihan itu. Jika masalahnya amat penting, maka kita perlu mengingatkan keadaan rohani orang yang bersangkutan. Kita harus terus mengasihi orang lain sekalipun ada faktor-faktor lain. Jikalau kita mau berdoa bagi mereka daripada mengeluh saja, maka kita akan bisa menyelesaikan masalah itu, itu semua bila terjadi di dalam gereja. -*- Sumber diedit dari: -*- Judul Buku : Pola Hidup Kristen Judul Artikel: Bila Nilai-Nilai Moral Saling Bertentangan Penulis : Kathy Callahan-Howell Penerbit : Kerjasama antara: Penerbit Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup dan YAKIN, 2002 Halaman : 737 - 742 *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* (Artikel 2) -*- MORALITAS DAN RASA HORMAT -*- Virginia Satir, seorang pakar terapi keluarga, mengemukakan bahwa suami-istri adalah poros keluarga. Dengan kata lain, hubungan suami- istri sangat mewarnai kondisi keluarga secara keseluruhan. Salah satu aspek kehidupan suami-istri yang berdampak langsung pada keluarga ialah kehidupan moral suami dan istri. Sebagai contoh, keberhasilan orang mendisiplin anak sangat terkait dengan kehidupan moral orangtuanya. Apabila anak menghormati kehidupan moral orangtua, anak juga cenderung mematuhi petuah orangtua. Sebaliknya, wibawa orangtua untuk menerapkan disiplin kepada anak mudah merosot jika anak sudah tidak menghormati kehidupan moral orangtuanya lagi. Konsep yang sama dapat pula diterapkan pada hubungan suami-istri. Sesungguhnya, respek terhadap pasangan sangat bertalian dengan kehidupan moral pasangan itu sendiri. Respek yang telah tererosi akan meresap masuk dan membawa pengaruh pada banyak aspek kehidupan suami-istri. Sebaliknya, respek yang terpelihara (apalagi bertambah) akan menyederhanakan dan menyelesaikan persoalan dalam pernikahan. Itu sebabnya, bagian moral merupakan elemen yang integral dalam kehidupan suam-istri, namun malangnya, acapkali luput dari perhatian kita. Kehidupan moral dapat dibagi dalam dua unsur: standar dan perilaku. Standar moral mencakup keyakinan tentang benar-salah dan baik-buruk, sedangkan perilaku moral mengacu kepada perbuatan konkretnya sendiri. Kesamaan atau kesesuaian antara standar dan perilaku moral, saya sebut `integritas`. Jadi, orang yang mengaku Kristen, tetapi kalau marah memukuli istrinya adalah orang yang tidak memiliki integritas. Hal yang sama bisa ditujukan kepada seorang istri yang mengaku respek terhadap suaminya, namun sering melontarkan kata-kata yang menghina. Integritas adalah kekonsistenan antara apa yang diucapkan dan yang dilakukan, antara yang apa yang diyakini dan yang diperbuat. Hampir semua orang dapat mengemukakan apa yang dipercayainya sebagai kebaikan dan keburukan, tetapi tidak semua bisa hidup sesuai dengan standar moralnya itu. Adakalanya, suami menolak "khotbah" istrinya sebab ia tidak melihat integritas pada istrinya. Mungkin suami itu berdalih, "Engkau sendiri melakukan hal yang sama!" Atau, kadang istri sukar menerima keputusan suaminya, sebab ia tahu bahwa keputusan itu, toh, akan dilangggar oleh suaminya sendiri pula. Hampir semua orang dapat mempunyai integritas dengan standar moral yang rendah. Maksud saya, bukankah mudah bagi kita untuk meraih standar jika standar itu rendah. Jadi, akan ada orang yang berkata, "Saya tidak suka berpura-pura! Kalau saya main perempuan, saya pasti memberitahukan istri saya. Terserah dia mau terima atau tidak!" Standar dan perilaku moral yang rendah, betapa pun menunjukkan integritas, tetap berdampak negatif terhadap pernikahan -- tidak akan membuahkan respek pada diri pasangannya. Bila kita ingin meningkatkan kualitas hubungan nikah, tidak bisa tidak, kita mesti memelihara integritas yang tinggi. Standar moral harus sepadan dengan yang telah Tuhan tetapkan. Firman Tuhan memacu kita untuk memiliki standar yang tinggi, sebagaimana dapat kita tilik di Filipi 4:8, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." Sejak kecil istri saya sudah hidup di luar negeri sebelum akhirnya menetap di Amerika Serikat. Setelah kami menikah, kami pun menancapkan akar kami di negeri Paman Sam itu. Sewaktu kami kembali ke Indonesia 9 tahun yang lalu, ia harus meninggalkan keluarga dan kehidupannya di sana -- sebuah keputusan yang tidak mudah diambil. Ia melakukannya dengan suatu keyakinan bahwa itulah yang Tuhan tuntut darinya. Dengan setia ia mendampingi saya di sini, dan setiap hari saya melihatnya membaca Alkitab dan bersaat teduh dengan Tuhan. Ia jugalah yang memastikan agar anak-anak membaca Alkitab setiap hari dan memantau kehidupan rohani mereka. Apa yang muncul dalam hati saya menyaksikan semua ini? Respek! Apakah kami tidak lagi berselisih paham setelah melakukan semua ini? Sudah tentu masih -- kadang kecil, kadang besar. Namun, respek yang telah menyerapi benak kami, bekerja sebagai penawar dan penahan berkembangnya masalah. Respek tidak usah dicari dari luar sebab itu tidak akan ada. Respek bertunas dari kehidupan moral yang "mulia dan patut dipuji". -*- Sumber: -*- Judul Buletin : Buletin Eunike (Edisi 21) Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi Penerbit : Yayasan Eunike, Jakarta Artikel ini terdapat pula di Situs C3I: ==> http://www.sabda.org/c3i/artikel/isi/?id=81&mulai=195 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- HIDUP ROHANI -*- Allah kita adalah Allah yang bertanggung jawab. Ia tidak akan membiarkan umat-Nya terus-menerus berada dalam kekelaman yang dapat menghancurkan mereka. Silakan Anda buka Alkitab Anda pada ayat-ayat berikut ini. Inilah salah satu wujud tanggung jawab Allah dan juga Firman Allah yang dapat menguatkan kita. 1. Allah yang memberi : Kolose 2:13 2. Kristus yang memberi : Yohanes 5:21,25, 6:33,51-53, 14:6 3. Roh Kudus yang memberi : Yehezkiel 37:14; Roma 8:9-13 4. Tersembunyi bersama dengan Kristus: Kolose 3:3 5. Takut akan Allah adalah : Amsal 14:27, 19:23 7. Keinginan Roh adalah : Roma 8:6 8. Dipelihara oleh: - Firman Tuhan : Ulangan 8:3; Matius 4:4 - Iman : Galatia 2:20 - Kristus : Yohanes 6:57; 1Korintus 10:3,4 - Meminta doa : Mazmur 69:33 9. Asal -- adalah kelahiran baru : Yohanes 3:3-8 10. Mulai sebagai anak-anak : Lukas 10:21; 1Korintus 3:1,2; 1Yohanes 2:12 11. Kemudian menjadi kuat seperti orang-orang muda : 1Yohanes 2:13,14 12. Akhirnya menjadi orang dewasa : Efesus 4:13; 1Yohanes 2:13,14 13. Dilukiskan: - Hidup bagi Allah : Roma 6:11; Galatia 2:19 - Hidup yang baru : Roma 6:4 - Hidup oleh Roh : Galatia 5:25 14. Dihidupkan oleh Allah : Hosea 6:2 15. Dinyatakan dengan mengasihi saudara kita : 1Yohanes 3:14 16. Semua orang kudus mempunyai : Efesus 2:1,5; Kolose 2:13 17. Berusaha untuk makin bertumbuh dalam : Efesus 4:15; 1Petrus 2:2 18. Orang-orang fasik dijauhkan dari : Efesus 4:18 19. Orang yang mencari kemewahan tidak memperoleh : 1Timotius 5:6 20. Digambarkan dalam : Yehezkiel 37:9,10; Lukas 15:24 -*- Sumber diedit dari: -*- Pedoman Pokok-pokok Alkitab (CD SABDA) Nomor Topik: 06189 Copyright : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)] *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: Eliza <eliza@> >Shalom. >Edisi e-konsel tanggal 15 Mei saya terima dengan kondisi >terpotong. Bisakah saya dikirimi ulang versi lengkapnya? Terima >kasih banyak lho. =) Redaksi: Dear Eliza, Terima kasih untuk informasi yang Anda berikan dan dengan ini, Redaksi telah mengirimkan kembali edisi yang Anda sebutkan tersebut. Bagi pelanggan lainnya yang juga mengalami hal yang sama, silakan memberitahu kami dan kami akan segera mengirimkan kembali edisi tersebut. Atau, jika Anda ingin mendapatkannya dengan cepat, silakan berkunjung ke situs arsip e-Konsel di: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/087/ GBU! e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Tesa, Evie PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2005 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |