Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/87 |
|
![]() |
|
e-Konsel edisi 87 (18-5-2005)
|
|
><> Edisi (087) -- 15 Mei 2005 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Hal Kekuatiran - Renungan : Bagaimana Jika? - Cakrawala : Kekuatiran Melumpuhkan Anda - TELAGA : Melawan Kekuatiran - Bimbingan Alkitabiah : Ketika Anda Merasa Kuatir - Surat : Bahan untuk Skripsi *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Semua orang pasti pernah kuatir. Ada banyak alasan yang dapat membuat orang kuatir, khususnya tentang masa depan yang seringkali tak mudah dihilangkan. Namun, memiliki perasaan kuatir bukanlah sesuatu yang dikehendaki Tuhan. Itu sebabnya, ada banyak janji Tuhan di Alkitab yang Tuhan ingin kita percayai sehingga dapat menjadi senjata untuk melawan kekuatiran kita. Berkaitan dengan hal tersebut, e-Konsel Edisi 87/2005 mengangkat topik MELAWAN KEKUATIRAN. Jika Anda rindu untuk menolong orang lain, atau diri sendiri, yang sering mengalami pergumulan dengan kekuatiran, kami mengajak Anda untuk menyimak sajian e-Konsel kali ini. Selain bahan Renungan, ada juga artikel menarik serta sajian TELAGA dan Bimbingan Alkitab yang kami yakin akan sangat menolong Anda mengalahkan rasa kekuatiran yang sering menyerang. Nah, jangan biarkan rasa kekuatiran menyerang Anda lagi! Jika Anda mendapatkan berkat dari Milis e-Konsel ini, jangan lupa mengajak rekan, sahabat, saudara, ataupun kenalan Anda untuk bergabung dan mendapatkan berkat seperti yang Anda dapatkan. Untuk berlangganan, silakan mengirimkan e-mail kosong ke: ==> < subscribe-i-kan-konsel@xc.org > Selamat berbagi berkat! (Tes) Redaksi *RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN* -*- BAGAIMANA JIKA? -*- Bacaan: Lukas 12:22-31 Kita memang tidak ingin berdebat dengan Yesus, namun mungkin kadangkala kita bertanya-tanya dalam hati, apakah firman-Nya tentang kekuatiran itu realistis (Lukas 12:22). Tidak bolehkah kita mengkuatirkan hari esok? Tidak bolehkah kita kuatir jika tiba-tiba diberhentikan dari pekerjaan? Tidak bolehkah kita kuatir jika tiba- tiba kita sakit? Bukankah hal-hal seperti itu menakutkan, karena kita akan sulit memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan? Tak ada kalimat lain dalam bahasa apa pun di dunia ini yang dapat menimbulkan kekuatiran seperti pertanyaan, "Bagaimana jika?" Bila kita terus menggumamkan kalimat itu, maka akan terbayang satu demi satu kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Kita tidak lagi ingat akan fakta bahwa kebutuhan kita terpenuhi, baik di masa lalu maupun saat ini. Kita senantiasa dihantui perasaan takut kalau-kalau besok sumber penghasilan kita terhenti. Memang bijak jika kita merencanakan masa depan, namun bayangan yang mencemaskan tentang kesulitan di hari esok (padahal sumber penghasilan kita baik-baik saja) seringkali tak mudah dihilangkan. Yesus mengajarkan bahwa kekuatiran akan hari esok adalah sia-sia belaka. Kita tidak perlu gentar dengan apa yang akan terjadi atau apa yang akan kita butuhkan. Satu-satunya kebutuhan yang tidak dapat Allah penuhi adalah kebutuhan "khayal" kita tentang hari esok. Jika Allah telah memberikan kebutuhan pangan yang cukup bagi kita hari ini, mengapa kita tidak mengizinkan Dia memberikan perhatian yang sama untuk masa depan kita? — HWR KEKUATIRAN MENGURAS PERHATIAN KITA PADA MASALAH-MASALAH YANG BELUM TERJADI -*- Sumber: -*- Arsip Publikasi e-RH (Renungan Harian), Edisi 1 Juni 2001 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/06/01/ *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- KEKUATIRAN MELUMPUHKAN ANDA -*- Psikologi Kekuatiran: Pandangan Selintas Kita hidup dalam abad kecemasan. Maka, jangan terkejut apabila kita terapung-apung dalam lautan kekuatiran karena kekuatiran merupakan indikasi utama dari kecemasan. Kita dikelilingi oleh kekuatiran. Orang Kristen kuatir; orang yang di luar warga Kerajaan Allah juga kuatir; kita semua kuatir. Sejauh pengetahuan kita, kekuatiran itu hanya ada dalam kehidupan kita. Binatang tampaknya tidak membuang waktunya untuk membayangkan apa yang akan terjadi di masa depan, kemudian menggerutu tentang masa depan itu. Karena kita sebagai manusia memiliki kemampuan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi dan membiarkan imajinasi kita bekerja sebebas-bebasnya, maka kita sering terkejut, dan terjebak oleh pemikiran kita sendiri. Ada banyak hal di dunia sekitar kita yang membuat kita merasa kuatir. Masa depan sangat tidak menentu. Perubahan berjalan sangat cepat. Kita tidak dapat mengontrol sejarah. Zaman kita ini melahirkan kekuatiran. Dan, kita semua dipengaruhi olehnya. Bahkan, gereja pada masa kini tampak lebih dapat memahami bahwa kita memang rentan terhadap kekuatiran dan kecemasan. Di masa lalu kita lebih suka mengatakan bahwa orang Kristen tidak pernah dipengaruhi oleh pergumulan-pergumulan itu. Sebagai contoh, John Rice pada tahun 1948 menulis, "Terima kasih Tuhan, orang Kristen tidak pernah merasa susah, tidak pernah merasa gagal, dan tidak pernah merasa takut." (Rice, 1948, hlm. 5) Kini, sangat sedikit pengarang Kristen yang berani mengatakan bahwa kita bebas sama sekali dari persoalan- persoalan zaman kita ini. Pada saat penerbit melakukan persiapan untuk meluncurkan buku seri Konseling Pastoral Strategis, mereka melakukan penelitian kepada pendeta secara luas, dan bertanya persoalan apakah yang paling sering dihadapi oleh orang yang datang ke pelayanan konseling. Penelitian ini membuktikan bahwa persoalan kekuatiran dan kecemasan merupakan persoalan yang paling sering dihadapi oleh orang yang datang kepada pendeta (Benner, 1992). Selama bertahun-tahun para psikolog klinis kurang memperhatikan konsep kekuatiran. Para peneliti memahaminya seperti pemahaman orang awam, yakni "gangguan syaraf" (nervous break down). Istilah itu tidak memiliki definisi yang jelas. Tetapi, pada tahun 1987 istilah "kekuatiran" telah diterima secara resmi dan dibakukan, yakni ketika buku pedoman diagnosis psikiatri edisi terbaru memuat kekuatiran sebagai gejala utama dari gangguan kecemasan umum. Kecemasan telah lama menjadi kategori diagnostik yang penting dan berdiri sendiri dalam dunia kesehatan mental. Beberapa tahun sebelumnya, prosedur diagnostik resmi yang digunakan bagi pasien- pasien yang menderita kecemasan adalah berupa proses pemisahan. Pertama-tama, jenis-jenis gangguan kecemasan yang gejalanya sangat spesifik dan jelas dipilah-pilah, dan dijadikan sebagai kategori tersendiri, misalnya: gangguan kepanikan, agoraphobia (ketakutan melintasi atau berada di tempat terbuka atau tempat umum), gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan stres paska peristiwa traumatik. Kemudian, semua gejala-gejala lain dari pasien yang menderita kecemasan di diagnosis sebagai gangguan kecemasan umum. Akan tetapi, pada tahun 1987, gangguan kecemasan umum tadi dipisahkan, dan dijadikan sebagai kategori tersendiri, yang gejala utamanya adalah kuatir. Pada masa kini kekuatiran telah menarik perhatian para peneliti di seluruh dunia. Dengan status barunya sebagai gejala utama, ilmu pengetahuan segera mempelajari tentang suatu aspek penderitaan batin manusia yang begitu lama telah diabaikan. Banyak kelompok studi dibentuk di berbagai universitas ternama untuk mempelajari kekuatiran. Pada bagian berikut ini kami akan menyajikan ringkasan hasil kerja dari kelompok-kelompok penelitian dari Penn State University, State University of New York di Albany, Louisiana State University, dan di beberapa tempat lain. Apakah Kekuatiran itu? ---------------------- Karena kekuatiran itu begitu akrab dengan kita, maka mungkin saja kita sulit untuk mendefinisikan secara tepat kebiasaan yang menyusahkan itu. Pergumulan kita persis sama seperti yang dialami oleh para ahli dalam membedakan antara kekuatiran dan kecemasan, kekuatiran dan ketakutan, kekuatiran dan kepanikan, kekuatiran dan keprihatinan, atau kekuatiran dan perencanaan yang masuk akal -- dalam pengertian umum. Pendekatan yang paling umum dari para peneliti adalah menempatkan kekuatiran sebagai sisi kognitif (pikiran) dari kecemasan. Kecemasan mempunyai gejala fisiologis tambahan, yakni ketegangan urat-urat dan denyut jantung yang terasa lebih cepat. Pendekatan kepada definisi kekuatiran seperti berkaitan dengan konsep kecemasan itu sendiri. Bagaimanapun juga, konsep kekuatiran itu tidak membuang begitu saja arti kecemasan, karena sebenarnya pengertian kecemasan itu lebih luas dan terkait dengan berbagai faktor lain dari penderitaan batin manusia. Namun, para ahli tidak sepakat ketika membandingkan kekuatiran dengan ketakutan. Beberapa teoritisi menerima bahwa ketakutan dan kecemasan/kekuatiran merupakan saudara dekat dan di antara keduanya tidak ada perbedaan yang berarti. Sedangkan beberapa ahli lain melihat bahwa ketakutan atau kepanikan merupakan perasaan yang sama sekali berbeda. Perdebatan tentang hal itu tidak berhubungan langsung dengan yang kita bahas saat ini sehingga biarkan saja mereka terus berdebat. Dr. Thomas Borkovec, seorang peneliti di Penn State University, yang diberi gelar "Dr. Kuatir" karena penelitiannya yang luas tentang kekuatiran, membantu kita dalam memberikan definisi yang lengkap dan sangat berguna bagi kita. Ia berpendapat, "Kekuatiran merupakan serangkaian pikiran dan gambaran-gambaran yang menghasilkan perasaan-perasaan negatif. Pikiran-pikiran tersebut tidak dapat dikontrol, dan berkaitan dengan suatu masalah tertentu yang tidak pasti. Biasanya, para penguatir yakin bahwa kemungkinan besar akan terjadi satu hal atau lebih yang bersifat negatif." Jikalau Anda sendiri pernah mengkuatirkan tentang sesuatu hal, mungkin Anda dapat membandingkan pengalaman Anda sendiri dengan definisi tersebut, apakah cocok atau tidak. Definisi di atas mengemukakan beberapa ciri khas dari kekuatiran. 1. Kekuatiran berhubungan dengan masa yang akan datang. Ketika kita kuatir, kita sebenarnya sedang mengantisipasi suatu kejadian yang akan mengancam kita. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa mereka kuatir tentang sesuatu yang telah terjadi di masa lalu. Tetapi, sesungguhnya, isi dari kekuatiran itu berhubungan dengan sesuatu yang mungkin akan terjadi di masa depan, sebagai akibat dari kesalahan atau perbuatan yang keliru di masa lalu. 2. Kekuatiran merupakan suatu bentuk perhatian yang berlebihan terhadap diri sendiri. Beberapa penguatir mungkin mengatakan bahwa kekuatiran mereka berkaitan dengan orang lain, tetapi sebenarnya ciri utama dari kekuatiran adalah bahwa pikiran- pikiran yang mengganggu tersebut biasanya bersifat pribadi dan tidak dibicarakan secara umum. Merasa sendirian atau kesepian merupakan salah satu gejala khas yang dialami oleh sebagian besar penderita kekuatiran. 3. Ungkapan lain yang dapat dipakai untuk menjelaskan kekuatiran adalah suatu situasi dimana penderita terus-menerus merasa gelisah tentang masa depan. 4. Hilangnya daya tahan atau tingkat toleransi penderita terhadap stres. Makin "sehat" orang yang menghadapi stres, makin dapat menyesuaikan diri dengan tekanan mental tersebut. Tetapi, para penguatir tampaknya mempunyai gejala yang sama, setiap kali mereka menghadapi situasi yang sangat menekan batin, mereka biasanya sangat terkejut dan terganggu, mereka tidak dapat menyesuaikan diri terhadap situasi tersebut. 5. Akhirnya, para penguatir terombang-ambing oleh berbagai pikiran yang sangat mengerikan. Namun, mereka tidak mampu menghentikan pikiran yang kacau tersebut. Para penguatir seringkali tidak mampu mengungkapkan secara jelas akibat-akibat buruk manakah yang sungguh-sungguh akan terjadi. Penguatir mendramatisir keadaan. Ini berarti bahwa mereka ahli dalam membayangkan hal-hal yang paling buruk yang akan terjadi di suatu waktu nanti. Orang lain sering menganggap bahwa hal-hal yang dikuatirkan itu sebenarnya tidak perlu dikuatirkan; namun, pasti para penguatir tidak setuju. Ketika penderita kekuatiran menjelaskan tentang hal-hal mengerikan yang akan terjadi di masa depan, kebanyakan keprihatinan mereka itu berkisar pada masalah-masalah sosial. Mereka takut akan menjadi bahan ejekan, dipermalukan, dihina, atau hal-hal lain yang merupakan perwujudan ketidaksenangan masyarakat. Penderita sangat lihai dalam melihat suatu ancaman, kemudian mereka sungguh-sungguh membayang-bayangkan arti ancaman itu bagi mereka. Apakah ada kekuatiran yang berguna? Atau, apakah semua kekuatiran itu pasti buruk buat kita? Sama seperti kecemasan, kekuatiran dalam tingkat tertentu, misalnya yang tidak terlalu berat mungkin justru berguna bagi kita dan tidak mengganggu kehidupan kita. Sebagai contoh, seseorang yang sedang menghadapi ujian mungkin akan mengerjakan ujian itu secara lebih baik apabila kekuatirannya berada pada tingkat yang rendah. Namun, kita biasanya menggunakan istilah lain ketika berbicara tentang kekuatiran ringan tadi. Kita lebih suka memperhalusnya dengan istilah-istilah yang positif, misalnya sebagai "masalah", "kekuatiran yang membangun", "solusi masalah", atau bahkan "persiapan menangani masalah"! Sebagai suatu gambaran demografis, dapat dikemukakan bahwa 15% dari penduduk merupakan penderita kronis, 30% dari penduduk bukan penderita kekuatiran, serta sisanya termasuk dalam keadaan di antara keduanya. Bagaimana kalau kekuatiran itu dibandingkan dengan penyakit- penyakit mental lainnya? Banyak peneliti mulai mengusulkan bahwa kekuatiran/kecemasan dan depresi mempunyai dasar yang sama, sehingga keduanya lebih banyak memiliki kesamaannya daripada yang kita bayangkan. Indikasi akan adanya kesamaan di antara keduanya tampak dengan adanya kenyataan bahwa pemberian obat antidepresan sering sangat berguna bagi pasien yang menderita kecemasan. Para ahli klinis juga mengamati bahwa semua pasien depresi pada tingkat tertentu menunjukkan gejala-gejala kecemasan, tetapi tidak berarti bahwa semua klien yang cemas secara klinis menderita depresi. Mungkin cara terbaik untuk memahami kemungkinan adanya hubungan antara kekuatiran/kecemasan dengan depresi adalah dengan memahami tiga tahap penderitaan batin. Pada tahap yang paling ringan, tidak terlalu merasa tidak berdaya; pada tahap kedua, kekuatiran yang lebih patologis (dimana orang datang kepada Anda untuk meminta pelayanan konseling), penderita merasa sangat tidak berdaya; sedangkan pada tahap ketiga depresi, pasien mempunyai perasaan yang kuat tentang tidak adanya harapan sama sekali. Pada tingkat pertama dan kedua dari kecemasan atau kekuatiran, penderita masih berusaha untuk mengatasinya, namun pada tahap depresif mereka telah kehilangan harapan sama sekali. Pandangan yang dikemukakan akhir-akhir ini mengenai hubungan antara kecemasan/kekuatiran dan depresi digambarkan dalam kehidupan dua tokoh utama dari sebuah sandiwara berjudul Pilgrims Progress, yang ditulis oleh John Bunyan. Ketika orang Kristen dan orang-orang senegaranya sedang menyerang Istana Keraguan dan membunuh penguasanya Raksasa Putus Asa, kemudian mereka dapat membebaskan dua perintis tahanan, yakni Pak Murung dan anak perempuannya, Bu Takut (Bunyan, 1675). Kondisi tersebut mungkin juga terjadi dalam kehidupan keluarga, bahkan 300 tahun yang lalu. Bahkan, penelitian menemukan bahwa orang-orang tertentu mungkin mewarisi sifat kerentanan tertentu sehingga mereka cenderung menjadi penguatir yang selalu cemas. Kekuatiran juga mempunyai ciri lain. Kekuatiran dapat saja menimbulkan persoalan kesehatan lainnya. Kekuatiran itu dapat menjadi lebih rumit lagi, karena adanya kenyataan bahwa kekuatiran itu melingkar-lingkar naik, seperti spiral; yaitu, ketika kekuatiran itu terus berlangsung, maka semua usaha pertolongan justru membuatnya semakin ruwet. Kekuatiran sebenarnya merupakan sebuah raksasa menakutkan, yang kita ciptakan sendiri. Penelitian membuktikan bahwa para penguatir pada umumnya berpandangan sempit. Mereka cenderung hanya memusatkan perhatian pada rangsangan (stimuli) yang dapat memicu munculnya kebiasaan merasa kuatir tentang sesuatu, yakni tanda-tanda akan adanya ancaman tertentu di masa depan. Mereka tidak menaruh perhatian kepada hal- hal lain yang ada di sekitarnya. Para penguatir kelas berat akan memikirkan pemicu-pemicu itu selama bertahun-tahun. Kekuatiran kelas berat sering muncul sebagai kekuatiran yang kronis. Kekuatiran kadang memang begitu kronis. Beberapa dokter mengusulkan agar kekuatiran yang demikian, lebih baik dianggap sebagai salah satu gejala kelainan kepribadian (pola kehidupan yang keliru yang bersifat tetap) daripada memandangnya sebagai salah satu gejala kelainan yang bersifat sementara. Akhirnya, di samping kekuatiran menjadi gejala dari gangguan kecemasan umum, kekuatiran juga merupakan gejala dari berbagai kondisi kejiwaaan yang lain. Kita dapat melihat kekuatiran sebagai gejala utama dari berbagai kelainan dalam penyesuaian diri, misalnya kelainan kecemasan yang berlebihan, dan kelainan kecemasan akan perceraian atau perpisahan. -*- Sumber diedit dari: -*- Judul Buku: Kuatir Penulis : James R. Beck dan David T. Moore Penerbit : PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2000 Halaman : 32 - 39 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- MELAWAN KEKUATIRAN -*- Melengkapi Kolom Cakrawala dan Renungan di atas, berikut ini kami sajikan tanya jawab yang telah kami ringkaskan dari perbincangan dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D.. Selamat menyimak! T : Apa yang dimaksud dengan kekuatiran itu? J : Sebetulnya kekuatiran adalah upaya untuk melindungi diri. Kekuatiran benar-benar sebuah selimut untuk melindungi diri kita, dengan kita kuatir seolah-olah kita ini berjaga-jaga. Maka dapat dikatakan bahwa kekuatiran itu adalah alarm, sinyal, peringatan akan adanya bahaya. ------ T : Apa batasan antara kuatir dan takut? J : Secara Psikologi dibedakan melalui satu faktor, yaitu objeknya. Ketakutan memiliki objek, kekuatiran tidak memiliki objek. Misalnya, seseorang didiagnosis menderita kanker dan ia takut karena kanker ini akan mengganas dan akhirnya akan merenggut nyawanya. Ia takut karena akan mati, ada objek yang jelas. Kekuatiran tidak mempunyai objek yang jelas, misalnya, kita kuatir anak kita nanti besar bagaimana, situasinya bagaimana, keuangan kita bagaimana. Jadi, hampir setiap hal dalam hidup ini berpotensi memberikan dia tambahan rasa kuatir. ------ T : Apakah yang menjadi faktor-faktor penyebab rasa kuatir itu? J : Ada orang yang memang secara fisik lebih mudah kuatir, misalnya orang yang jantungnya lebih mudah berdegup sehingga kalau ada ketegangan, jantung itu berdegupnya sangat keras dan sangat cepat. Orang yang demikian tidak bisa tidak akan lebih merasakan dan lebih rentan. Kekuatiran atau ketegangan itu bisa menyebabkan gangguan- gangguan fisik yang aneh-aneh. Contohnya yang paling umum adalah sakit maag atau sakit perut, keluar keringat dingin, badan sering lemas. Gangguan-gangguan lain yang sering dialami adalah sulit tidur, sekujur tubuh gatal-gatal dan merah-merah, bentol- bentol dan sebagainya. Jadi, begitu banyak gangguan yang bisa ditimbulkan oleh kekuatiran. Kekuatiran itu sendiri bisa ditimbulkan oleh kerentanan fisik kita, ada faktor-faktor bawaan yang membuat kita lebih rentan terhadap kecemasan ini. Adakalanya dan seringkali kekuatiran itu disebabkan oleh pengalaman-pengalaman emosional pada masa yang lebih muda atau lebih kecil. Dan, rupanya kita terkondisi untuk lebih mudah kuatir atau lebih mudah tegang karena hal-hal yang pernah kita alami itu. Contohnya, kalau kita dibesarkan di rumah tangga yang penuh dengan ketegangan, orangtua yang sering bertengkar maka kita lebih terkondisi untuk rentan terhadap kekuatiran atau ketegangan. ------ T : Kalau kita sedang mengalami kekuatiran, apa yang harus kita lakukan? J : Pada prinsipnya, kita harus menyadari bahwa kekuatiran itu bukan untuk dihilangkan tapi untuk dilawan. Kalau kita berupaya untuk menghilangkannya, maka kita justru akan makin terjerat di dalam roda kekuatiran itu. Waktu kita mencoba menghilangkan kekuatiran itu, kita makin terjerumus, dan makin tegang. Karena kita repot sekali mencoba menghilangkannya, kita menjadi semakin letih. Semakin letih, maka semakin kurang kuat pertahanan kita. Kekuatiran itu mesti kita lawan, ada beberapa cara, yaitu: PERTAMA, selalu kedepankan fakta. Contohnya, ada yang takut akan masa depan padahal Tuhan berjanji memelihara hidup kita, burung di udara Tuhan pelihara masakan kita tidak Tuhan pelihara. Sampai sekarang pun Tuhan masih memelihara kita, masakan dari sekarang sampai nanti Tuhan tidak pelihara. Jadi, gunakan selalu fakta itu. KEDUA, lawanlah kekuatiran dengan tidak memberikan perlawanan. Maksudnya, kita justru berserah, apa pun yang terjadi tidak apa- apa karena waktu kita berkelahi kekuatiran itu makin menggila tetapi waktu kita melepaskannya justru lama-kelamaan ketegangan itu akan berkurang. Jadi, lawanlah dengan mengedepankan fakta dan dengan tidak membiarkannya. ------ T : Ada banyak ayat di dalam Alkitab yang berbicara tentang kekuatiran ini, apakah ada satu saja yang bisa digunakan untuk merangkumkannya? J : 1Petrus 5:7 berkata: "Serahkan kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." Jadi Tuhan menginginkan kita untuk menyatakan dan menyebutkan kekuatiran kita. Jangan takut Tuhan marah sebab Dia yang memelihara kita dan Dia yang berdaya. -*- Sumber: -*- [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #125A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?melawan_kekhawatiran.htm -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org atau: < TELAGA@sabda.org > ]] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- KETIKA ANDA MERASA KUATIR -*- Nampaknya, rasa kuatir sudah bukan hal yang baru bagi setiap manusia. Ketika manusia dilanda rasa kuatir, kepada siapakah mereka dapat menyerahkan kekuatirannya? Tentu kepada Tuhan. Nah, ayat-ayat berikut ini dapat semakin menguatkan kita. Jika kita mau melakukannya, maka kita dapat terbebas dari rasa kuatir. Yesaya 26:3 Mazmur 55:22 Filipi 4:19 Mazmur 4:8 Matius 6:30, 6:33-34 Kolose 3:115 Mazmur 25:12-13 Yohanes 14:1 Yakobus 1:5 Mazmur 32:7 Filipi 4:6-7 1Petrus 5:7 -*- Sumber diedit dari: -*- Indeks untuk: Masalah Sehari-hari (CD SABDA) Topik : Ketika Anda Merasa Kuatir Nomor Topik : 09736 Copyright : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)] *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: Dwi S <dwi@> >Saya adalah seorang mahasiswa theologi yang akan menulis >skripsi. Saya rindu untuk dapat menulis skripsi tentang hubungan >psikologi dengan pastoral konseling. Apakah saya bisa meminta >dikirim artikel-artikel yang berkaitan dengan bahan skripsi saya. >Thanks sebelumnya dan juga atas artikel-artikelnya. TUHAN >memberkati pelayanan Anda. Redaksi: Terima kasih untuk surat Anda, kami yakin Anda sudah berlangganan e-Konsel dan harapan kami beberapa artikel di dalamnya bisa membantu Anda. Selain itu, Anda bisa mengunjungi Situs Christian Counseling Centre Indonesia (C3I). Di dalamnya tersedia berbagai bahan seputar konseling Kristen yang dapat Anda nikmati, dan mungkin juga Anda dapat menemukan bahan-bahan yang Anda butuhkan. Silakan akses di: ==> http://www.sabda.org/c3i/ Selain di Situs C3I Anda juga bisa mengunjungi Situs TELAGA.org di: ==> http://www.telaga.org/ Situs tersebut juga merupakan situs konseling Indonesia. Banyak bahan-bahan dan transkrip kaset dengan nara sumber: Pdt. Paul Gunadi, Ph.D., seorang pakar Konseling Indonesia. Mudah-mudahan informasi di atas membantu, dan semoga penyusunan skripsi Anda dapat berjalan lancar. Tuhan memberkati. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Tesa, Evie PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2005 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |