Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/83 |
|
e-Konsel edisi 83 (16-3-2005)
|
|
><> Edisi (083) -- 15 Maret 2005 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Memahami tentang Kecanduan - Cakrawala : Kecanduan dan Penyalahgunaan Obat-obatan - Bimbingan Alkitabiah : Penyalahgunaan Obat Bius - TELAGA : Ketergantungan Remaja pada Obat-obatan [T 025B] - Info : Seminar Konseling LK3 - Surat : Talk Show ke Papua *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Sebagai lanjutan dari edisi dua minggu lalu, maka e-Konsel Edisi 083/2005 mengusung topik BEBAS DARI OBAT TERLARANG. Pernahkah Anda melihat orang-orang yang sedang kecanduan obat-obatan terlarang? Atau apakah Anda sendiri pernah dan masih bergumul untuk melepaskan diri dari pemakaian obat-obat terlarang? Kalau jawaban ya, maka Anda pasti mengetahui betapa berbahayanya terlibat dengan pemakaian obat- obat terlarang itu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara menghindarkan diri dari terjerembab ke dalam kebiasaan yang sangat merusak ini. Beberapa sajian e-Konsel minggu ini, kami harap dapat menolong Anda untuk memahami gejala dan tindakan-tindakan preventif yang bisa dilakukan. Bagi Anda yang ingin menolong mereka yang sudah terlibat, ada beberapa bimbingan yang bisa Anda lakukan, termasuk bagi diri sendiri, untuk melangkah ke arah proses penyembuhan. Selamat menyimak dan mempelajarinya. (Ra) Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- KECANDUAN DAN PENYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN -*- Sebagai gejala "non psychotic personality disorder", penyalahgunaan obat-obatan merupakan bencana manusia yang universal. Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang bebas dari gejala tersebut. Dan sama seperti alkoholisme, maka gejala ini seringkali menjadi sangat serius oleh karena gejala tersebut: a. merupakan gejala bunuh diri dan dehumanisasi, dimana manusia sebagai peta dan gambar Allah memperlakukan tubuh mereka secara sewenang-wenang; b. merupakan gejala penghindaran diri dari realita tanggung jawab kehidupan. Secara natural memang setiap orang tidak suka dan akan selalu menghindarkan diri dari rasa sakit, tertekan, susah, dan perasaan- perasaan yang tidak menyenangkan. Dan memang setiap orang berhak untuk mengatasi dan menyelesaikannya. Tetapi apa artinya? Apakah setiap orang berhak memakai obat-obatan (drugs) untuk meniadakan rasa sakit yang harus ditanggungnya atau untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan dalam kehidupannya? Ini menyangkut masalah Etika Kristen yang rumit. Persoalan kita bukan hanya persoalan pemakaian obat mana yang boleh dan mana yang terlarang (pengertian tentang obat-obatan terlarang, berbeda dengan itu), tetapi lebih dari itu juga persoalan tentang motivasi dan tanggung jawab dalam pemakaian obat-obatan itu. Mengapa orang melakukan penyalahgunaan obat-obatan? --------------------------------------------------- Motivasi dan penyebabnya bisa bermacam-macam: Motivasi: a. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa tertekan (stres dan ketegangan hidup). b. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan nyaman, menyenangkan. c. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung jawab kehidupan. Sebab-sebabnya: a. Faktor-faktor Sosial dan Kebudayaan Sikap masyarakat dan lingkungan terhadap obat-obatan sangat menentukan gejala ini (David N. Holvey, Ed., "Merck Manual", Merck & Co. Inc., NJ. 1972, p. 1411). Orang-orang yang hidup dalam lingkungan yang dengan bebas memakai opium misalnya, seperti pada beberapa desa di daerah "segitiga emas", yaitu Muangthai, Birma, dan Laos, dengan sendirinya mempunyai sikap yang berbeda terhadap opium daripada di tempat-tempat lain seperti di USA yang melarang keras penggunaan bebas jenis obat itu (Zul. A. Aminuddin, "Penyalahgunaan Obat, Masalah Sosial yang Makin Serius", Sinar Harapan, 30 Agustus 1982, hal. V). b. Faktor-faktor Pendidikan dan Lingkungan Paul D. Meier menyatakan bahwa kita dapat membuat anak-anak menjadi pecandu obat-obatan di kemudian harinya, jikalau kita memanjakan mereka, melindungi mereka secara berlebih-lebihan, tidak mengizinkan mereka untuk mandiri, tidak pernah melatih mereka menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan mereka sendiri dan memberi contoh bahwa obat-obatan dapat diminum dengan penuh kebebasan, apa saja yang kita mau tanpa resep dokter ("Christian Child-Rearing and Personality Development", Baker Book House, Grand Rapids, Michigan, 1977, pp. 49-50). Yang dikatakan Meier itu benar, karena masa kecil yang seperti itu, maka akan menghasilkan: 1. Pribadi yang tidak matang, labil, dan selalu ingin lari dari tanggung jawab. Seorang anak yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya sendiri, akan cenderung memilih obat-obatan jikalau ia mau melepaskan diri dan lari dari realita kehidupan yang menekan. 2. Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi kalau sedang mengalami group pressure (tekanan lingkungan) dimana sebagai pemuda/remaja yang sedang mencari identitas pribadi, mereka akan tergoda untuk menjadi bagian dari peer/group/gang dimana penggunaan obat-obatan oleh satu orang bisa diikuti oleh setiap orang dalam group itu. 3. Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan orangtua (kematian, putusnya hubungan, dsb.) akan menyebabkan si anak kehilangan pegangan, apalagi jikalau ia menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain. Jikalau dalam rumah tangganya ia sudah belajar bahwa obat-obatan menjadi jawaban termudah atas segala penyakit dan rasa tidak enak, maka mereka juga akan memakai langkah-langkah yang sama. Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe keluarga dengan latar belakang orangtua yang bercerai; ibu yang mengepalai rumah tangga dan menekan si ayah; kedua orangtua yang memanjakan anak tunggal; orangtua peminum; pergaulan bebas, dan sebagainya. Apakah akibatnya? ----------------- Akibatnya bisa bermacam-macam, misalnya: a. Habituation Habituation yaitu kebiasaan buruk yang menggantungkan diri pada jenis obat-obatan tertentu dalam bentuk ketergantungan secara psikis. Dalam hal ini penyetopan akan menimbulkan efek-efek kejiwaan seperti misalnya, merasa seolah-olah tidak pernah sembuh. Sehingga akhirnya, ia akan memakai obat itu lagi meskipun dosisnya tidak pernah bertambah besar. b. Addiction (kecanduan) Pemakaian heroin, morfin, dsb., biasanya mengakibatkan kecanduan. Kecanduan itu ditandai dengan beberapa gejala seperti: - Tolerance (toleransi), yaitu kebutuhan akan dosis yang semakin lama semakin besar. - Withdrawal (reaksi kemerosotan kondisi fisik), karena pengurangan dosis atau penyetopan pemakaian obat-obatan pada orang-orang yang sudah kecanduan akan mengakibatkan munculnya gejala-gejala withdrawal, yaitu seperti misalnya keringat dingin, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa tidur, mau muntah, dsb. (Stanton Peele and Archie Brodsky, "Interpersonal Heroin, Love Can Be an Addiction", Readings in Marriage and Family 77- 78`; Annual Editions, Dushkin Pub., 1977, p.26). Macam-macam obat-obatan yang menimbulkan kecanduan: --------------------------------------------------- a. Golongan Holusinogens Halusinogen berasal dari kata halusinasi. Jadi obat-obatan jenis halusinogen ialah obat-obatan yang dapat mengacaukan fungsi mental tertentu, menimbulkan halusinasi, pikiran kacau, dan sebagainya. Di satu pihak efeknya bisa "euphoria" (perasaan amat senang), tetapi di pihak lain dapat juga mengakibatkan rasa takut, bingung, panik, dan sebagainya. Jenis-jenis obat halusinogens yang dilarang beredar oleh keputusan Menteri Kesehatan a.l.: - Fenmetrazin (Preludin dan Obezine) yang biasanya digunakan untuk mengurangi berat badan. Penderita bisa kecanduan dan mengalami depresi. - LSD (Lysergic Acid Diethylamide, atau Delysid) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan badan (ataxia), kelumpuhan kaki tangan, perubahan genetik (mempengaruhi keturunannya), bahkan kematian. - DOM dan STP dan THC (dari tanaman Canabis Sativa) yang seringkali disebut ganja (Indonesia), marihuana (USA, Eropa), bhang (Timur Tengah, India) atau hashis (Mesir). Dulu dipakai sebagai untuk pengobatan Mania. (Drs. Wahyudi, "Obat-obat yang dilarang beredar di Indonesia`", Sinar Harapan, 2 Desember 1980, hal. IV). b. Sedatives and Hypnotics (penenang) Pemakaian obat-obatan penenang biasanya untuk mengurangi rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk (hypnosis), tetapi dapat juga menyebabkan kelumpuhan kegiatan mental dan fisik. Obat-obatan ini biasanya dipakai untuk menolong orang-orang yang menderita tekanan jiwa, kecemasan dan kurang tidur. Pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan pingsan, dan kematian. Yang termasuk dalam kelompok ini ialah: - narkotik: opium, morfin, demerol, methadone, heroin, codein. - barbiturates: phenobarbital, nembutal, seconal, dsb. - bromide: bromo-seltzer, potassium bromide, dsb. - alkohol. c. Stimulants (perangsang) Pemakaian obat-obatan perangsang akan merangsang pusat sistem syaraf manusia, menyebabkan timbulnya semangat, aktivitas yang naik, kepercayaan pada diri sendiri, dsb.; bahkan rasa senang dan bebas dari rasa lelah. Tetapi pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan "drugs addict", dan gangguan jantung, emosi yang tidak terkendali dan diikuti gejala-gejala paranoid. Yang termasuk dalam kelompok ini: - cocaine - amphetamines (benzedrine, dexedrine, methedrine, dsb.) - nicotine - caffeine d. Psycho-Therapeutics Obat-obatan ini dipakai untuk menolong gejala-gejala kejiwaan. Efeknya sama seperti sedatives. Yang termasuk dalam kelompok ini ialah: - anti-psychotic: reserpine, chlorpromazine. - anti-anxiety: meprobamat, phenobarbital, dsb.; yang seringkali disebut juga tranquilizers. - anti-depresant: imipramine, tofrinal. -*- Sumber diedit dari: -*- Judul Buku: Pastoral Konseling Penulis : Yakub B. Susabda Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang. Halaman : 167 - 172 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- KETERGANTUNGAN REMAJA PADA OBAT-OBATAN -*- Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap godaan, demikian pula dengan rasa keingintahuan mereka akan segala hal. Kondisi seperti ini sering menjerumuskan mereka pada obat-obatan terlarang sehingga banyak dari mereka yang menjadi pecandu obat perusak ini. Simak Kolom TELAGA dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi Ph.D. berikut ini yang mengungkap liku-liku remaja yang menderita ketergantungan pada obat-obatan terlarang. T : Akhir-akhir ini makin banyak remaja atau anak-anak muda yang tergantung pada obat-obat bius. Sebenarnya gejala ini, gejala yang bagaimana? J : Sebetulnya ini merupakan buah dari mulai pecah atau rapuhnya pernikahan dalam keluarga. Seringkali kasus-kasus penggunaan alkohol atau obat-obat terlarang itu muncul dalam sistem keluarga yang bermasalah, dimana pengawasan orangtua terhadap anak tidak efektif atau berkurang, dan anak-anak itu akhirnya mulai bisa melakukan hal-hal yang melanggar hukum. ----- T : Bagaimana awalnya mereka memakai obat-obatan ini? J : Tahap PERTAMA, yang disebut sebagai tahap coba-coba karena melihat teman-temannya menggunakan atau ditantang oleh teman- temannya. Biasanya kalau hanya tahap coba-coba, tidak akan menjadi suatu ketergantungan yang permanen. Tahap KEDUA, tahap pemakaian sosial atau rekreasional. Orang- orang mulai menggunakan obat-obatan ini bukan sekadar untuk coba-cobai, melainkan untuk konteks atau suasana yang bersifat rekreasi, pesta dengan teman. Mulailah mereka menggunakan ekstasi pada waktu pesta bersama-sama dengan teman. Mungkin mereka hanya menggunakan seminggu sekali dan kalaupun makan paling hanya satu pil, pada tahap ini memang belum terjadi ketergantungan tapi sudah mulai ada usaha untuk mendapatkannya. Tahap KETIGA, tahap yang sebetulnya pemakaiannya belum begitu kronis dan akut sehingga pemakaiannya lebih dari sosial tapi mulai membeli untuk kepentingan sendiri. Tahap KEEMPAT, tahap yang lebih serius, dimana orang mulai kecanduan dan apabila dia tidak mendapatkan obat tersebut, hidupnya akan sangat terpengaruh, dia tidak bisa tenang, terganggu sekali. Jadi, obat bius menjadi bagian hidupnya yang sangat sentral, tidak bisa tidak, dia harus mendapatkan obat itu. ------ T : Bagaimana ciri-ciri dari pemakai obat-obatan itu? J : PERTAMA, pada anak-anak remaja akan terlihat perubahan perilakunya, ia tiba-tiba tidak suka bergaul dengan teman- temannya yang dulu. Misalkan dia sebelumnya aktif di gereja, tiba-tiba sekarang tidak mau lagi ke gereja dan teman-temannya pun mulai berbeda, itu harus kita waspadai. KEDUA, biasanya, tiba-tiba anak remaja itu membutuhkan uang yang banyak karena memang obat-obat itu harganya mahal sekali. Secara realistik, satu minggu kalau mereka cukup sering memakainya, bisa menghabiskan ratusan ribu, biaya yang sangat besar. KETIGA, mereka mulai berbohong. Mereka berkata mau pergi ke suatu tempat, tapi mereka tidak pergi ke sana, dan tentang uang, misalnya, kita bertanya, "Mana benda yang kaubeli, mana barang yang kaubeli?" Ia akan mengatakan, "Tidak jadi beli, tadi uangnya dicuri." Di sini kita bisa melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres sebab ia telah berbohong. KEEMPAT, ia mulai melawan kalau keinginannya tidak dituruti. Dulu biasa-biasa saja, tapi sekarang kalau kita tolak permintaannya, terutama yang berkaitan dengan uang, dia marah sekali, dan dia harus mendapatkan uang itu. KEEMPAT, hal ini cukup baik kita gunakan untuk menilai apakah anak kita ini mulai bermain-main dengan obat-obatan terlarang. Biasanya, orangtua baru menyadari bahwa anaknya itu kecanduan obat-obat setelah keadaannya sudah cukup parah. ------ T : Kalau tanda-tanda itu sudah mulai tampak dan kita tidak menghendaki anak remaja kita terjerumus lebih dalam, sebagai orangtua langkah apa yang bisa kita lakukan? J : PERTAMA, kita harus memaksa dia untuk mengaku. Kemungkinan besar dia tidak akan mengaku, jadi cara terampuh adalah tidak memberinya uang lagi. Pada saat dia tidak punya uang, dia akan mulai memberikan reaksi karena dia sangat membutuhkan uang. Dia akan mulai marah, melawan, dan menuntut kita agar memberikan uang. Di saat itulah kita memaksa dia untuk mengaku. KEDUA, kita bisa membawa dia kepada seseorang untuk dibimbing secara pribadi. Jadi, kalau dia sudah menjadi pecandu, dia harus dilepaskan dulu, istilahnya adalah ditoksifikasi. Ditoksifikasi adalah pelepasan dari ketergantungan itu, dia harus dibawa ke rumah sakit jiwa atau rumah-rumah perawatan dan di sana diturunkan kadar ketergantungannya secara bertahap sehingga setelah dirawat di rumah sakit itu, dia benar-benar bisa lepas dari ketergantungan terhadap obat-obatan, tapi itu bagian awal dari perawatan. Setelah dia lepas dari ketergantungan, barulah dibimbing secara lebih intensif tentang duduk permasalahannya. Dari jenis obat yang dia gunakan, kita bisa mengetahui apa yang sedang menjadi pergumulan hidupnya. Misalnya, orang yang menggunakan kokain kemungkinan besar mempunyai hidup yang begitu menjenuhkan, tidak ada lagi semangat hidup. Kebalikannya, orang- orang yang menggunakan mariyuana atau heroin atau opiet-opiet, opium-opium seperti morfin dan sebagainya adalah orang-orang yang memang ingin tenang, melarikan diri dari masalah-masalah hidupnya. KETIGA, setelah dia mulai lepas dari obat itu, baru kita masuk ke akar permasalahannya, kita mencoba untuk mengoreksinya. KEEMPAT, kita merehabilitasi dia untuk kembali kepada masyarakat. Untuk ini, kita memang harus melengkapinya dengan ketrampilan hidup yang lain dan ketrampilan mengatasi stress karena selama ini stress diatasi dengan obat-obatan. Kita harus melatih dia untuk bisa menggunakan cara lain yang sehat dan bagaimana akhirnya memisahkan diri dari teman-temannya karena faktor teman merupakan faktor lingkungan luar biasa kuatnya. -*- Sumber diedit dari: -*- [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #025B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org atau: < TELAGA(at)sabda.ylsa > ]] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- PENYALAHGUNAAN OBAT BIUS -*- AYAT ALKITAB ============ Yohanes 8:36 1Petrus 4:3 Roma 6:11-13 Yakobus 1:14,15 Lukas 4:18,21,36 LATAR BELAKANG ============== Obat bius adalah zat-zat kimia tertentu yang menghasilkan perubahan- perubahan jasmani, mental, dan psikologis pada pemakainya. Sejak dulu kala, manusia telah melakukan berbagai percobaan dengan obat- obatan, dalam usahanya melarikan diri dari kenyataan. Kini, ratusan juta manusia terlibat dalam penyalahgunaan obat, khususnya obat bius, dari taraf kecanduan ringan seperti kafein, sampai pada kecanduan berat dan ilegal seperti heroin dan kokain. Siapa pun dapat mengalami kecanduan, baik fisik maupun jiwa pada obat macam apa pun, jika digunakan dalam dosis tinggi dalam jangka waktu cukup lama. Pecandu obat bisa berasal dari segala lapangan hidup. Kebanyakan akar penyebab ketergantungan berpangkal pada kegelisahan, ketakutan, rasa bersalah, kekecewaan, pelanggaran susila, penyimpangan kehidupan seks, frustrasi, stress, tekanan kelompok dan persaingan sengit seperti dalam olahraga profesional, dan sebagainya. Tambahkan pada urutan tadi, kekosongan rohani yang besar yang mengakibatkan tumbangnya patokan-patokan moral, kehancuran rumah tangga, peperangan-peperangan besar, dan banjir obat yang memungkinkan orang dari segala lapisan usia, termasuk anak-anak kecil, mempergunakannya. Ketergantungan pada obat adalah masalah pribadi seutuhnya -- rohani, jasmani, emosi, dan sosial. Sekali kecanduan, orang bersangkutan hidup dalam alam khayal, ditandai oleh lumpuhnya perasaan dan tanggapan emosional, penolakan mental dan berkhayal, pengasingan sosial dan hampa rohani. Untuk sebagian orang, keadaan ini tanpa harapan dan pertolongan, suatu keadaan tanpa kemungkinan untuk kembali. Bagi mereka yang mencari kelepasan, penarikan diri dari masyarakat dapat berakibat pedih, baik jasmani maupun rohani. Penarikan diri ini, bila tidak diikuti perkembangannya, bisa berbahaya! Kelepasan dari ketergantungan dan kemudian pemulihannya, biasanya merupakan suatu proses panjang. Diperlukan suatu sistem pertolongan yang kuat yang melibatkan unsur rohani, emosional, mental, dan jasmani. Untuk memperoleh pertolongan rohani, pecandu obat harus memiliki keinginan untuk ditolong dan harus mengambil langkah mencari bantuan itu. Di sinilah peran pembimbing Kristen dimulai. Kita harus mengusahakan agar dia menyerahkan diri kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhannya. Langkah awal ini seharusnya membawa dia pada sudut pandang dan motivasi hidup baru yang kemudian, mudah- mudahan, membawanya pada pemulihan hidup seutuhnya. Bahkan sesudah penyerahan diri kepada Kristus pun, seringkali dibutuhkan penyorotan terhadap masalah-masalah pribadinya, seperti citra diri rendah, kegelisahan, hubungan seks dengan sesama anggota keluarga, homoseks, pelanggaran susila, takut, rasa bersalah, dan sebagainya. STRATEGI BIMBINGAN ================== Dapat kita bagi dalam tiga hal: - Menolongnya secara rohani dengan menganjurkannya menyerahkan diri kepada Kristus. - Mengusahakan hubungan dengan kelompok bantuan pada ketergantungan obat, yang di dalamnya ia dapat mengasingkan diri dan mengalami pemulihan. - Temani dia dan berilah dukungan dan kekuatan, sampai dia memiliki pengertian lebih dalam tentang penyerahan dirinya kepada Kristus serta akibat-akibatnya. 1. Jangan memoralisasi tentang kejahatan obat atau obat bius atau kecanduannya. Pakailah ayat-ayat Alkitab untuk menunjukkan dosa, hanya bila secara wajar Anda butuhkan dalam menyampaikan Injil kepadanya. 2. Bersikaplah ramah dan penuh kasih. Berilah dia kekuatan dengan menyatakan bahwa Anda bersimpati dan bersedia mendengar serta membimbingnya. 3. Dengarkanlah baik-baik. Berilah dia cukup kesempatan untuk mengungkapkan semua perasaan dan pandangannya. Yakinkan dia tentang kasih Allah. Kasih karunia Allah cukup mampu menjawab segala kebutuhan hidupnya. (Arti kasih karunia ialah: Allah mengasihi kita tanpa ada sedikit pun kelayakan dalam diri kita untuk menerimanya). 4. Dia perlu diperhadapkan pada tanggung jawabnya akan kecanduannya. Dia yang pada satu titik tertentu, secara sadar memilih untuk menjadi candu jika dia berusaha mengelak dengan menyalahkan keadaan, orang lain, masyarakat, dan sebagainya, usahakan dengan lembut untuk mengembalikan dia pada tanggung jawab pribadi dan moralnya. "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya (Yakobus 1:14)". 5. Pada saat yang menguntungkan, jelaskan "Damai dengan Allah", [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]] 6. Bila nampaknya positif, lanjutkan dengan langkah-langkah tindak lanjut: Mulai membaca dan mempelajari Alkitab. Belajar berdoa. Mulai bersekutu dalam suatu gereja yang berlandaskan Alkitab. 7. Orang yang kecanduan itu harus menyingkirkan orang dan lingkungan yang melibatkannya pada candu. Dia harus berhenti menggunakan segala jenis obat-obatan. Ada baiknya itu dilaksanakan di suatu lembaga pengobatan ketergantungan obat, supaya pengasingan diri dan pemulihannya dapat diikuti terus. Biasanya perlu diadakan pengawasan penuh sepanjang hari. CATATAN: Pembimbing seringkali harus memprakarsai orang yang kecanduan untuk mendapatkan lembaga pertolongan, mendaftarkan diri, atau menganjurkan pihak keluarganya melakukan itu. Orang yang kecanduan itu sendiri, tidak bisa diandalkan untuk melakukan itu. Janjinya, biasanya tak akan ditepati. Selama dan sesudah pengobatan, pembimbing harus terus mendukungnya. Sering-seringlah mengunjungi, bantu dia memulai penelaahan Firman dan doa. Jika mungkin, tolong dia untuk mendapatkan kontak dengan kelompok Kristen eks pecandu untuk mendukungnya. Libatkanlah dia dalam kehidupan suatu gereja yang mementingkan Firman dan memperhatikan dia. Ajaklah dia berhubungan dengan bimbingan Kristen atau kelompok yang berpengalaman menangani kasus kecanduan. Dia masih harus ditolong dalam masalah-masalah pribadi yang menjadi pangkal sebab keterlibatannya dalam kecanduan. 8. Pembimbing boleh menyatakan bahwa dia akan berusaha menolong orang yang dilayaninya untuk mendapatkan pusat pertolongan pada masalah ketergantungan obat dan menolong orang yang tinggal di daerah tempat tinggalnya. PERINGATAN: Jangan menjanjikan bahwa Anda pasti mampu menolong. Katakan bahwa Anda akan berusaha menolong sedapat mungkin. 9. Berdoalah dengan orang yang kecanduan itu, agar dia mendapatkan kekuatan, penyerahan, dan kuasa Roh Kudus yang membebaskan hidupnya. Semua ini sangat diperlukan dalam proses pelepasannya. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2Timotius 1:7)." -*- Sumber diedit dari: -*- Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Billy Graham Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) Halaman : 216 - 218 *INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO* -*- SEMINAR KONSELING LK3 -*- Seminar Konseling LK3 kembali hadir dengan topik yang menarik. Kali ini "Membedakan Gangguan Jiwa (depresi, skizofenia, dll.) Dengan Kerasukan Setan". Bagi Anda yang tertarik, silakan bergabung pada: Hari, tanggal : Sabtu, 2 April 2005 Pukul : 10.00 - 12.30 WIB Tempat : Parenting & Counseling Education Center, Gajah Mada Plaza, Lantai 7 Pembicara : 1. dr. Charles Damping Sp.Kj; (seorang psikiater dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) 2. Pdt. Julianto Simanjuntak, MSi. (seorang konselor yang berpengalaman mendampingi kasus depresi, skizofrenia dan kasus-kasus kerasukan setan.) Deskripsi Singkat: Banyak orang yang masih sulit membedakan antara orang yang menderita gangguan jiwa (secara khusus Skizofrenia) dengan orang kerasukan setan. Namun, sebenarnya ada ciri-ciri tertentu antarkeduanya yang dapat dibedakan pada tahap diagnosa. Sesi ini, akan membahas secara komprehensif tentang diagnosa kerasukan setan gangguan jiwa, serta langkah-langkah konseling yang harus dilakukan terhadap penderita gangguan tersebut. Informasi selengkapnya dapat Anda peroleh di: KANTOR LK3 Taman Permata Sektor 5 Blok A 7 No. 38, Lippo Karawaci Telp./Fax : 021-55650281, 021-70281762, 021-55654851 (dengan Sdr. Nita, Wita, Rumini, atau Samurai) Jam kantor: Selasa - Sabtu, pukul 09.00 - 17.00 WIB. *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: Herlin <Hervaleloveu@> >konseling spt ini bagus bngt utk kaum muda, sayangnya ini hanya >berlangsung lewat internet kenapa `ga buat talk show, ttp jgn hanya >di bag. jawa saja sekali2 dtng donk di papua (merauke). kami rindu >akan sapaan Tuhan Redaksi: Senang sekali membaca surat yang Anda kirimkan, bersyukur e-Konsel bisa menjangkau pembaca yang ada di Papua (Merauke). Terima kasih untuk usulan Anda yang menarik sekali tersebut. Namun saat ini fokus kami hanya pada pelayanan melalui internet. Selain dapat menghemat biaya, juga dapat memberikan jangkauan yang lebih luas. Tetapi jangan kuatir, usulan Anda ini bisa menjadi masukan bagi kami untuk mengembangkan pelayanan kami di masa mendatang. Redaksi juga mohon dukungan doa agar pelayanan kami bisa terus menjadi berkat bagi lebih banyak orang. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Tesa, Evie, Lisbeth PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2005 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |