Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/78 |
|
e-Konsel edisi 78 (6-1-2005)
|
|
><> Edisi (078) -- 01 Januari 2005 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Usia Paro Baya - Cakrawala : Usia Tengah Baya: Krisis atau Transisi? - TELAGA : Pria Paro Baya di Tengah Keluarga - Tips : Mencegah Masalah yang Timbul di Usia Paro Baya - Surat : Alamat Baru *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Syallom pembaca setia e-Konsel .... Selamat berjumpa kembali di tahun baru 2005. Bagaimana acara Natal Anda bulan Desember 2004? Sekalipun sudah lewat, kami berharap, kedamaian dan sukacita Natal akan tetap bersama pembaca sekalian sepanjang tahun ini. Demikian juga e-Konsel, kami berharap akan bisa hadir terus untuk menyajikan topik-topik menarik bagi Anda. Sebagai edisi pertama mengawali tahun 2005, kami sengaja memilih topik "PARO BAYA". Topik ini, kami pikir akan relevan karena dengan bergantinya tahun, usia kita tentu semakin bertambah, bukan? Nah, bagi Anda yang sedang menginjak usia paro baya, bahan sajian kami ini dapat menjadi bekal untuk Anda melewati masa transisi ini dengan lebih mulus. Bagi pembaca yang belum menginjak usia paro baya, bahan sajian ini juga pasti berguna, karena dalam pergaulan hidup sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, gereja maupun pekerjaan, Anda pasti berjumpa dengan orang-orang usia paro baya. Siapa tahu Anda bisa menolong mereka mengerti masa-masa yang kadang-kadang tidak mudah dilalui dengan baik ini. Dengan demikian, Anda dapat menjadi berkat bagi mereka, ya kan? Ok, selamat menyimak dan Tuhan memberkati! Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- USIA TENGAH BAYA: -*- KRISIS ATAU MASA TRANSISI? Saya ingin merangkak ke bawah tempat tidur. Ya, sebenarnya saya tidak mau menampakkan diri. Saya merasa begitu frustrasi dan suami saya sedang berbaring di sebelah saya dan hendak tidur. Saya ingin agar ia berbicara kepada saya, tetapi saya tidak tahu bagaimana saya dapat mengajaknya tanpa membuat ia menjadi marah. Tentu saja saya mencaci maki diri saya sendiri, saya seharusnya mengerti bahwa ia sangat sibuk dan besok jadwalnya sangat padat. Ia perlu tidur, jadi saya seharusnya tidak membangunkan dia hanya karena masalah-masalah saya. Di samping itu, bila kami benar-benar berbicara, rasanya saya tidak dapat membuatnya mengerti keadaan saya. Saya menjadi semakin bingung dan frustrasi dan kami biasanya mengakhiri keadaan seperti itu dengan rasa tidak enak satu sama lain. Saya juga akan sibuk besok -- saya biasanya selalu begitu -- tetapi kehidupan sehari-hari saya, rasanya, merupakan bagian dari suatu dunia yang lain. Tentu, besok saya akan bangun seperti biasa. Saya akan menolong Jim, dan putri-putri saya memulai kegiatan mereka. Saya sungguh akan sibuk melakukan pekerjaan di sekitar rumah. Dalam minggu ini, saya juga akan menelepon beberapa orang untuk pertemuan kepanitiaan nanti, membeli beberapa pesanan, mengirim sepucuk surat untuk seseorang yang berulang tahun, mengadakan beberapa janji, dan mempersiapkan makan malam yang nikmat untuk keluarga. Setelah itu, saya harus memastikan bahwa ketiga putri kami berangkat untuk satu kegiatan sore hari itu, lalu membawa anjing kami masuk dan keluar rumah beberapa kali dan merasa bersalah karena saya tidak memiliki waktu untuk berbuat sesuatu bagi seorang teman yang sedang sakit. Setelah mengucapkan selamat malam kepada ketiga putri kami, saya masih harus membereskan beberapa hal lagi sebelum Jim tiba di rumah dari sebuah pertemuan dan kemudian kami akan segera tidur. Lalu, barulah perasaan tidak enak yang menyiksa dari waktu ke waktu sepanjang hari itu akan semakin kuat. Saya ingin membagikannya dengan Jim dan minta tolong kepadanya agar ia menghilangkan perasaan itu. Ia menasihati setiap orang dan menerima pujian mereka karena Jim bijaksana dan suka menolong, tetapi mengapa ia tidak mau menolong saya? Memang, kadang-kadang ia menolong saya, tetapi ia lebih sering terikat oleh pekerjaannya. Saya merasa disisihkan dan tidak dibutuhkan, seperti sebuah dus karton bekas. Suatu gelombang rasa mengasihani diri sendiri menguasai diri saya. Tak lama setelah itu, rasa cemburu menghantam diri saya. Dan sebelum saya dapat memulihkan diri saya dari perasaan itu, gelombang ketiga, yaitu rasa tertolak dan disakiti menerpa saya. Sebuah dus karton bekas -- ya, memang saya merasa seperti kotak dus karton yang sudah lembek. Tetapi saya tidak ingin tenggelam! Ya, memang saya sering ingin menghilang dari kehidupan, tetapi apa yang sebenarnya saya kehendaki ialah agar semua kebingungan yang dirasakan itu dapat diluruskan sehingga saya dapat kembali merasakan hidup bahagia seperti yang seharusnya saya alami. Sebagian dari diri saya merasa bahagia, tetapi yang sebagian besar lagi merasa sedih dan saya tidak tahu penyebabnya. Pengalaman-pengalaman seperti ini biasa saya alami, timbul dan tenggelam selama paro kedua usia tiga puluhan saya. Rasa frustrasi dan kebingungan saya, terutama mulai menjadi kritis antara usia 36 sampai 39 tahun. Jim dan saya mengira masalah ini hanya dialami oleh saya sendiri -- beberapa kebiasaan khusus dalam perilaku saya yang perlu saya benahi. Sekarang kami melihat masalah itu sebagai masa peralihan menuju usia tengah baya. Apa yang Dimaksud dengan Usia Tengah Baya? ------------------------------------------ Pada umumnya, usia tengah baya mulai terjadi pada usia tiga puluh tiga sampai tujuh puluh tahun. Baru pada abad ini banyak orang menyadari bahwa mereka mengalami apa yang sekarang disebut sebagai usia tengah baya. Sampai tahun 1900, usia yang dapat diharapkan dari seorang laki-laki, kira-kira 48 dan 51 tahun untuk seorang perempuan. Dalam tahun 1900 hanya 10 persen dari penduduk berusia tengah baya. Sekarang, rata-rata usia orang dewasa di dalam usia kerja lebih daripada 45. Jumlah seluruh penduduk telah meningkat hampir 100 persen dalam abad yang lalu, tetapi orang yang berusia tengah baya telah bertambah 200%. Tengah baya merupakan suatu waktu dalam hidup dimana terjadi banyak peristiwa besar yang memaksa kita untuk mengadakan penataan kembali. Penilaian kembali ini diadakan bukan hanya karena seseorang memasuki usia 36 atau 39 tahun, bukan juga karena kehidupan pernikahan menjadi tawar atau karena mengalami suatu kehilangan yang menimbulkan trauma dalam kehidupan. Penataan kembali ini tampaknya terjadi karena adanya satu gabungan faktor-faktor berikut yang bertemu dalam usia tengah baya. Stres apakah yang dimaksud di sini? 1. Pandangan kebudayaan kita saat ini mengenai pemuda dan usia. 2. Situasi pernikahan yang tidak bahagia atau hampir tidak hadirnya suatu kehidupan pernikahan. 3. Krisis usia tengah baya dari teman hidup kita sendiri. 4. Tuntutan dari anak-anak dan keinginan mereka yang semakin bertambah. 5. Prioritas karier. 6. Penumpukan kehilangan traumatis seperti: kematian, sakit, atau menjadi tua. 7. Desakan dari dalam diri kita agar mewujudkan impian hidup kita. 8. Keharusan untuk menilai kembali masa lampau dan merencanakan masa yang akan datang. Bagaimana Perbedaan Laki-laki dan Perempuan dalam Usia Tengah Baya? ------------------------------------------------------------------- Dalam usia tengah baya, laki-laki dan perempuan sangat mirip dalam beberapa bidang: Keduanya dipengaruhi tekanan kebudayaan mengenai masa muda dan keduanya menyadari akan tubuh mereka yang semakin tua. Akan tetapi mereka jelas berbeda dalam beberapa bidang. 1. Karier --------- Seorang pria yang memasuki usia tengah baya bertanya, "Mengapa saya harus bekerja? Apa yang telah saya capai dalam hidup saya? Bagaimana saya dapat memperlambat atau mengarahkan kembali tenaga saya untuk mengalami karier yang lebih berarti?" Tetapi wanita tengah baya akan bertanya, "Kapan saya dapat mulai bekerja? Bagaimana saya dapat mengembangkan karier saya?" Ia memikirkan kemungkinan bersekolah kembali guna meraih gelarnya. Ia memikirkan untuk dapat mengikuti seminar-seminar. Singkatnya, ia sungguh-sungguh mulai berkembang dengan cita-cita kariernya. 2. Keintiman ------------ Seorang pria bersikap intim pada awal pernikahannya untuk mengokohkan pernikahannya, tetapi kemudian konsentrasinya beralih pada kariernya, yang telah menjadi pusat hidupnya sepanjang tahun ketika anak-anak masih berada di rumah. Tetapi pada waktu ia memasuki saat krisis usia tengah baya, ia mulai memikirkan hubungan antarpribadi yang telah hilang, terutama hubungannya dengan anak- anaknya. Ia juga menghendaki agar istrinya menjadi pacar dan kekasihnya, bukan hanya sekadar seorang ibu dan pengelola rumah tangga saja. Wanita tengah baya sering menukar keintiman dengan sikap yang tegas. Ia melihat dengan jelas ke mana ia menuju dan mulai mencapai sasarannya. Kadang-kadang, wanita tengah baya yang berorientasi pada sasaran mengorbankan beberapa kualitas keintiman yang sebelumnya dilakukan untuk mencapai sasaran hidupnya. Mungkin ia kembali mengikuti kuliah secara penuh sebagai seorang mahasiswa. Ini merupakan waktu yang sempit dan jika ia terlalu letih pada akhir hari itu dan tidak dapat berbicara lagi -- maka pembicaraan harus ditunda sampai keesokan harinya lagi. 3. Sikap tegas -------------- Pria usia tengah baya yang selama ini menjadi pemegang kemudi dan pendorong, dalam sebagian besar dari kehidupan pernikahannya, kini mulai mundur ke belakang, mulai bersenang-senang, dan mulai menikmati beberapa hal yang telah dicapainya. Ia menghendaki masa liburan yang lebih banyak, "Marilah kita keluar kota untuk berakhir pekan lebih lama sedikit", "Marilah kita sedikit bersantai." Wanita tengah baya melakukan yang sebaliknya. Ia berkata, "Saya ingin kembali kuliah. Saya ingin maju terus. Segala sesuatu akhirnya tiba ke tempat di mana saya mampu bergerak maju. Marilah kita bergerak maju. Pandangan terhadap keluarga. Pada awal usia tengah baya pria melalaikan keluarganya sementara ia memusatkan pada kariernya. Sekarang ia sedang menghadapi rasa penyesalan yang dalam dan merasa bersalah, karena ia berharap untuk dapat mengalami kembali sebagian dari saat-saat itu. Tomy berkata, "Saya benar-benar berhasil sebagai seorang usahawan, tetapi pada waktu saya menuju proses keberhasilan itu, saya kehilangan anak-anak saya." Wanita usia tengah baya telah memakai sebagian besar waktunya dengan keluarganya. Sekarang ia telah siap menghadapi suatu tantangan baru dalam hidupnya. Ini tidak berarti bahwa ia tidak mempedulikan keluarganya, tetapi keluarga sekarang tidak menduduki tempat yang terlalu penting dalam hidupnya. 4. Seksualitas -------------- Selama masa usia tengah baya, kapasitas seksual seorang pria menjadi perhatiannya yang terutama. Nafsu seksualnya sekarang lebih lambat ketimbang dahulu ketika mencapai puncaknya pada masa remajanya; ia memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai ereksi dan berejakulasi. Tetapi seorang pria pada usia empat puluhan adalah seorang kekasih yang jauh lebih efektif. Ia memahami kebutuhan istrinya dengan lebih utuh dan nafsu seks yang lebih lambat menyebabkan hubungan seksualnya lebih memuaskan. Sebaliknya, kebanyakan wanita usia tengah baya, sedang mengalami suatu kebangkitan seksual yang baru. Dorongan seksualnya yang bertambah menyebabkan mereka lebih tegas, mengalami frekuensi orgasme yang lebih banyak dan mengalami orgasme ganda dalam tempo yang lebih pendek. Dengan perkataan lain, wanita usia tengah baya sungguh-sungguh sedang memasuki masa puncak kehidupan seksualnya. 5. Pandangan terhadap kematian ------------------------------ Pada usia empat puluhan terjadi kenaikan yang tajam dari jumlah pria yang meninggal secara mendadak, misalnya karena sakit jantung. Pria mulai memikirkan kehidupan dan kematian -- memikirkan sampai usia berapa ia akan hidup -- berapa lama lagi ia masih memiliki waktu untuk menyelesaikan kewajibannya -- apa yang benar-benar penting dalam hidupnya. Ia sedang menghadapi kematiannya sendiri. Akan tetapi seorang wanita usia tengah baya tidak terlalu memikirkan tentang kematian. Wanita cenderung untuk hidup lebih lama dan kematian mendadak karena penyakit jantung dan penyakit-penyakit yang lain tidak akan dialami oleh seorang wanita sampai ia melampaui masa menopause. Jadi, di satu pihak, pria sedang memikirkan kematian dan bertanya-tanya kapan hidupnya akan berakhir, sementara istrinya berkata, "Bagi saya, hidup baru saja dimulai." Apakah Perlu Terjadi Suatu Krisis? ---------------------------------- Ada orang yang bertanya apakah bedanya antara masa peralihan usia tengah baya dengan krisis usia tengah baya. Masa peralihan berarti seseorang beralih dari satu tahapan kehidupan ke tahapan lain. Peralihan terjadi beberapa kali dalam kehidupan kita, seperti beralih dari masa kanak-kanak menjadi remaja atau dari pertengahan dewasa menjadi orang dewasa yang matang. Masing-masing perubahan ini jika dimengerti secara tepat dan direncanakan, dapat terjadi tanpa mengalami rasa tertekan secara berlebih-lebihan. Akan tetapi, apabila timbul beberapa faktor stres pada waktu yang sama dengan terjadinya peralihan tersebut, maka dapat terjadi suatu krisis. Setiap pria dan wanita akan melewati peralihan dari masa dewasa muda menjadi masa dewasa tengah baya. Tidak semua akan mengalami suatu krisis. Tetapi, penelitian kami menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga wanita dan kira-kira 75 sampai 80 persen dari pria di Amerika Serikat mengalaminya. Ini berarti bahwa selama jangka waktu tertentu mereka tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Akhirnya, mereka mengadakan penilaian secara luas terhadap arah kehidupan mereka yang menyebabkan perubahan dalam nilai-nilai dan apa yang ingin dicapai. -*- Sumber: -*- Judul Buku: Krisis Tengah Baya Penulis : Jim dan Sally Conway Penerbit : Yayasan Kalam Hidup Bandung 1997 Halaman : 5 - 11 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* Ringkasan perbincangan dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi Ph.D. berikut ini masih seputar masa paro baya, khususnya bagi Anda, para pria, yang saat ini mulai memasuki masa paro baya. Pengaruh masa paro baya ini tidak hanya melanda diri mereka sendiri, namun juga keluarganya, dimana ia tinggal dan hidup bersama. Seperti apa dan bagaimana pengaruhnya? Simak saja ringkasannya berikut ini! -*- PRIA PARO BAYA DI TENGAH KELUARGA -*- ----- T: Masalah-masalah yang dihadapi oleh pria paro baya bukan hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga bagi keluarganya. Bagaimana pengaruh dari masalah-masalah yang dihadapi oleh pria paro baya ini? J: Pdt. Jim Conway dalam bukunya yang berjudul "Krisis Pria Setengah Baya" menuliskan pengalaman pribadinya ketika memasuki usia paro- baya, dimana beliau mengalami pergolakan hidup yang cukup berat. Salah satunya adalah beliau ingin meninggalkan tugas kependetaannya, itu adalah salah satu reaksi yang sangat ekstrim. Jadi, adakalanya pergumulan pria paro baya merupakan suatu pergumulan internal yang berat, yang tidak mudah untuk diatasi. Sudah tentu pergumulan pribadi seseorang berdampak pada relasinya dengan keluarganya. Contoh yang paling gampang, para pria paro baya mempunyai kecenderungan untuk memilih jalur karier yang berbeda dengan yang telah digelutinya selama ini. Itu terjadi karena dalam dirinya ada keinginan tersembunyi untuk melakukan sesuatu yang sejak muda diimpikannya tetapi tak pernah terwujud, akhirnya dia ingin melakukan pada usia paro baya. Mungkin saat itu, dia menilai bahwa keuangannya sekarang sudah lumayan cukup, sehingga bisa pindah karier, misalnya memulai usaha sendiri, tidak mau bekerja pada orang lain. Sudah tentu aspek ini bisa menimbulkan gejolak dalam keluarganya, menimbulkan reaksi dari istrinya yang mendengar pernyataan atau isi hati suami yang mau keluar dari pekerjaannya. Sedangkan mungkin saja, suami itu telah meniti kariernya selama 25 tahun dan kepindahannya ke karier yang baru sama sekali tidak menjanjikan apa-apa, sudah tentu ini bisa menimbulkan gejolak dalam hubungan rumah tangganya. ----- T: Apakah anak-anak juga akan merasakan perubahan dalam diri ayahnya? J: Bisa, secara fisik pria paro baya tidak merasa sekuat usia-usia sebelumnya dan secara mental biasanya pikiran mereka lebih terkuras, sebab kalau karier mereka menanjak dengan normal dan baik, pada usia paro bayalah mereka menjadi pimpinan. Dan pimpinan berarti mempunyai tanggung jawab yang makin besar di pundak mereka. Sebagai akibatnya, kalau tidak hati-hati, mereka ini akan memberikan sedikit sekali waktu untuk keluarga mereka, sebab tanggung jawabnya menyerap banyak energi, mental dari diri mereka. Pada usia paro baya ini, pria berada di persimpangan jalan dalam hubungannya dengan anak-anak atau istrinya. Ini berarti hubungan mereka bisa bertambah dekat tapi bisa bertambah renggang karena anak-anak sudah mulai mandiri dan makin bertambah sibuk di luar. Energi mental mereka makin tersedot juga akhirnya hubungan mereka mudah sekali retak. ----- T: Bagaimana peranan istri sebagai penolong dalam menghadapi suami yang paro baya ini? J: Mazmur 85 mengatakan satu hal yang sangat indah sekali yakni di ayat 11, "Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman." Di sini, kasih dan kesetiaan digandeng bersama sebab keduanya itu tidak bisa dipisahkan, jadi orang yang mengasihi mewujudkan kasihnya itu melalui kesetiaan. Sudah pasti para pria ini haruslah mengasihi istri dan menunjukkan kasihnya itu melalui kesetiaannya. Tetapi, seorang istri juga bisa berbuat sesuatu untuk menolong suami agar suami terus mengasihinya dan juga setia kepadanya. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh istri adalah terus mempercantik diri atau dengan kata lain menjaga kecantikan dirinya. Memang tidak semua wanita dikaruniai wajah yang cantik, sama seperti tidak semua pria dikaruniai wajah yang tampan. Kita tidak bisa memperbaiki wajah, karena wajah adalah pemberian Tuhan. Tetapi kita bisa menjaga kelangsingan atau kesehatan tubuh kita, sehingga kita tampil prima, tampil segar. Para istri yang sudah mulai menginjak usia paro baya dianjurkan untuk tetap menjaga penampilan fisik mereka, jangan beranggapan bahwa pada usia ini suami tidak lagi begitu mempedulikan penampilan fisik yang menarik atau yang baik. Jadi yang bisa dilakukan istri untuk membuat suaminya tetap mengasihi dan setia kepadanya adalah dengan cara menjaga tubuhnya dengan lebih baik. ----- T: Mengingat bahwa usia paro baya itu bisa menimbulkan suatu krisis yang cukup serius dalam keluarga, tentu kita harus mengantisipasinya, mempersiapkan diri menghadapi realita itu. Sebaiknya, sejak kapan dan hal-hal apa yang bisa kita lakukan? J : Firman Tuhan Mazmur 85:11b, "Keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman." "Keadilan" dapat diterjemahkan hidup benar, bahasa Inggrisnya "righteousness" dan "damai sejahtera akan bercium-ciuman" artinya kedua hal itu tak bisa dipisahkan. Dalam hidup ini, kita akan banyak mengalami perbedaan dan ketidaksesuaian dengan pasangan kita karena bentukan pengaruh lingkungan dan sebagainya. Tetapi, Tuhan meminta untuk tetap hidup benar di hadapan-Nya, orang yang hidup benar di hadapan Tuhan dan mau taat kepada Tuhan akan menikmati damai sejahtera. Meskipun secara psikologis, sosial, dan sebagainya mereka itu bercabang, tapi mereka tetap akan hidup dalam damai sejahtera jika mereka hidup benar di hadapan Tuhan. Hidup benar di hadapan Tuhan, misalnya tetap rendah hati meskipun kariernya menanjak, tidak tergoda oleh wanita lain karena takut akan Tuhan. Demikian juga dengan istri, tetap ingat tanggung jawabnya untuk melayani suaminya. Kalau orang tetap peka terhadap pimpinan Tuhan dia akan hidup benar, kalau dia mau mencoba hidup benar dia akan memetik buahnya yaitu damai, itulah yang Tuhan janjikan. -*- Sumber -*-: [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #017B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > atau: < TELAGA@sabda.org > ]] *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- MENCEGAH MASALAH-MASALAH YANG TIMBUL -*- DI USIA PARO BAYA Beberapa tahun yang lalu, Carl Jung mencatat bahwa kita memiliki sekolah-sekolah yang digunakan untuk mempersiapkan anak-anak muda, tetapi kita tidak memiliki sekolah-sekolah bagi orang-orang yang berusia 40 tahun yang memberikan pendidikan tentang seluk beluk kehidupan orang dewasa. Jika kita memiliki sekolah-sekolah seperti ini, pasti akan banyak orang yang berusia empat puluhan yang bersekolah di sekolah ini. Lembaga-lembaga dalam masyarakat, khususnya gereja, bisa memberikan persiapan dan bantuan yang diperlukan untuk mencegah masalah paro baya yang serius. Ada tiga cara yang bisa digunakan untuk mencegah masalah-masalah itu, yaitu: 1. Mengantisipasi ----------------- Ketika suatu daerah dilanda badai, kerusakan yang ditimbulkan akan bisa diminimalkan jika Badan Metereologi dan Geofisika setempat memberikan peringatan pada saat yang tepat kepada para penduduk untuk selalu siaga. Demikian pula dengan mereka yang berusia tiga puluhan. Mereka akan sangat terbantu jika mereka selalu diingatkan bahwa transisi ke usia paro baya akan terjadi. Peringatan-peringatan semacam ini tidak perlu ditakuti, bahkan mereka perlu diingatkan secara berkala dan ditindaklanjuti dengan sikap positif terhadap mereka. Usia parobaya bisa menjadi saat yang penuh dengan masalah, khususnya selama masa-masa awal empat puluhan. Namun, usia paro baya juga merupakan masa-masa yang dipenuhi dengan penghargaan dan tantangan. Ada rasa ditenangkan, mendapatkan tempat dalam kehidupan seseorang, dan bebas dari tuntutan serta tanggung jawab untuk membesarkan anak- anak yang masih kecil. Jika dibandingkan dengan anak-anak muda, orang-orang yang berusia paro baya lebih aman dalam hal keuangan, tingkat kehormatan dan kepemimpinan yang lebih tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan perjalanan dan meningkatkan kebijaksanaan mereka. Pada usia dua puluhan dan tiga puluhan tahun, sebagian dari usaha dan perjuangan dalam hal keuangan telah dilewati, dan bahkan mereka yang berusia paro baya ini memiliki kesempatan yang terbesar untuk melakukan pelayanan Kristen yang penting. Dengan demikian, anggapan atau pernyataan yang menyatakan bahwa tidak ada hidup setelah berusia tiga puluh sembilan -- atau setelah seseorang berusia lima puluh tahun tidak perlu ditanggapi. Aspek negatif dan positif dari periode kehidupan ini bisa diantisipasi. 2. Pendidikan ------------- Pertemuan-pertemuan keluarga, retreat bagi pasangan suami istri, kelompok diskusi, Sekolah Minggu, dan kebaktian-kebaktian tertentu bisa dan seharusnya menyinggung masalah usia paro baya ini. Di beberapa gereja, bangku-bangku yang disediakan biasanya ditempati oleh mereka yang berusia paro baya beserta keluarganya yang tidak berhasil memahami kekacauan yang sedang terjadi di dalam dan yang tidak mengetahui keseluruhan perjuangan para paro baya ini. Pada saat masalah-masalah ini diketahui dan diakui keberadaannya, mereka yang berusia paro baya ini dapat menghadapi dan mendiskusikannya bersama-sama dengan teman-temannya dengan suasana menunjukkan bahwa mereka diterima. Gereja-gereja banyak dipenuhi oleh mereka yang berusia paro baya yang merasa gagal dalam moral, spiritual, emosional, dan pribadi. Khotbah yang disampaikan seputar pengampunan, kasih, dan penerimaan, tetapi sering pula orang-orang itu memancarkan keberhasilan atau kestabilan, dan ada sedikit bukti dari perawatan yang sensitif atau percakapan yang mendalam tentang hal-hal yang penting. Beberapa orang yang berusia paro baya ini meninggalkan kekecewaan dan kesalahpahaman dengan gereja. Masalah-masalah seperti ini bisa dicegah bila diantisipasi, diterima dan dihadapi dengan cara yang berpendidikan -- khususnya dalam batasan gereja lokal. 3. Bergaul ---------- Segera sesudah ulang tahunnya yang ke-50, Ray Ortlund memberikan beberapa nasihat kepada jemaat di gerejanya yang sudah berusia setengah abad. "Jangan hanya bergaul dengan orang-orang yang seusia dengan Anda," sarannya. Jika kita hanya bergaul dengan mereka saja, "ketika Anda meninggal, semua yang Anda ketahui juga akan mati -- karena mereka akan mati bersama-sama dengan Anda! Bagikan pengetahuan Anda kepada orang-orang yang berusia 20 atau 30 tahun lebih muda dari Anda. Maka ketika Anda meninggal, semua yang Anda ajarkan kepada mereka akan terus ada di dunia ini karena orang lain mengajarkannya kepada orang yang lain lagi. Kembangkan hidup Anda!" Dalam cara yang lebih formal lagi, Erik Erikson juga mengatakan hal yang sama. Untuk menghindari kejenuhan pada usia parobaya dan agar bisa berjalan maju secara perlahan-lahan di tahun-tahun yang akan datang, kita harus terlibat penuh dalam bekerja untuk menjadikan dan menguatkan generasi berikutnya. Seperti yang sudah kita lihat, Erikson menyebut ini sebagai "penurunan". Guru memiliki kemampuan yang unik untuk bergaul, demikian pula dengan para pemimpin muda, konselor, orangtua, dan siapa saja yang bekerja di dalam maupun melalui gereja. Pada saat mereka yang berusia paro baya ini mau berbagi dengan orang lain khususnya dengan yang lebih muda, maka keduanya, baik yang memberi maupun yang menerima akan sama-sama mendapatkan keuntungan. Pada saat mereka yang berusia paro baya ini bergaul dengan orang yang lebih muda atau orang yang membutuhkan, mereka mengalami kepuasan dalam memahami bahwa hidup masih bisa memberikan manfaat dan berguna bagi orang lain. Pengusaha, penulis buku, editor majalah, pemimpin organisasi, konselor, guru, dan lain-lain bisa membagikan pencegahan terhadap masalah-masalah paro baya, tetapi gereja bisa menjadi alat yang paling berguna untuk mencegah semua ini. Sebagai anggota gereja kita mengetahui bahwa kasih memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan dapat menunjukkan beban yang ditanggung yang harus menjadi ciri dari orang Kristen. Perhatian yang seperti ini menjadi pendukung dan penuntun yang penting bagi orang-orang yang berusia paro baya. -*- Sumber diterjemahkan dari: -*- Judul Buku: Christian Counseling, a Comprehensive Guide Penulis : Gary R. Collins, Ph.D. Penerbit : Word Publishing, U.S.A., 1998 Halaman : 208 - 210 *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: "sinai" <sinai@> >Yang terkasih editor e-Konsel, >thanks atas kiriman rutinnya. tapi alamat saya sudah pindah ke yang >baru, yaitu: <sinai@> mohon diteruskan pengirimannya. >God bless you. Redaksi: Terima kasih atas pemberitahuannya. Kami telah mengganti alamat email Anda dengan yang baru. Silakan menanti kiriman kami setiap tanggal 1 dan 15 di mailbox Anda. Selamat melayani. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Tesa, Evie, Puji, Yulia PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2005 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |