Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/75 |
|
![]() |
|
e-Konsel edisi 75 (18-11-2004)
|
|
><> Edisi (075) -- 15 November 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Kepribadian Seorang Konselor - Cakrawala (Artikel 1): Kepribadian Konselor (Artikel 2): Berfokus Pada Tuhan - Bimbingan Alkitabiah : Yesus Sebagai Konselor Krisis - Tips : Mengasihi -- Sebagai Dasar Melayani - Stop Press : Counseling For Kids & Family - Dari Redaksi : ICW Edisi Konseling *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Salam sejahtera, e-Konsel edisi ini masih mengusung tema mengenai KONSELOR. Secara spesifik, topik yang dibahas adalah tentang "Kepribadian Konselor Kristen". Dua artikel yang kami sajikan akan menolong kita mengerti pentingnya kepribadian seorang konselor Kristen dan apa yang seharusnya menjadi fokus seorang Konselor. Adapun Bimbingan Alkitabiah minggu ini, akan membawa kita kepada pengetahuan mengenai Yesus Sebagai Konselor Krisis. Pada Kolom Tips, kita akan belajar cara-cara praktis tentang bagaimana menyatakan kasih kita dalam melayani konseli. Juga, jangan lupa menyimak informasi-informasi penting lainnya dalam edisi ini. Harapan kami, edisi e-Konsel minggu ini dapat membawa berkat bagi Anda dan menolong Anda memiliki kepribadian yang sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan. Selamat belajar! Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Artikel (1) -*- KEPRIBADIAN KONSELOR -*- Kepribadian konselor sangat menentukan hubungan yang terjadi di dalam konseling pastoral. Kata kunci yang perlu dibangun melalui kepribadian konselor ialah menjadi kepercayaan dari konseli agar konseli merasa penting membukakan hal-hal yang ia rasakan sangat berharga dalam permasalahannya atau beban-bebannya. Konselor dalam pendampingan pastoral adalah menolong konseli atau fungsi "sustaining" seperti yang terdapat pada kesimpulan Yehezkiel 34:16 dalam rangka pertanggungjawaban terhadap Allah berdasarkan kasih Allah yang menyelamatkan. Kasih adalah hukum Kristus dan kita diminta untuk saling menolong (bndk. dengan Galatia 6:2). Dalam kaitan konseling, H. Norman Wright dalam Konseling Krisis menyebutkan bahwa menolong berarti membantu si konseli melakukan sesuatu untuk perbaikan keadaannya. Menolong berarti menyokong atau meningkatkan pertumbuhan seseorang dalam kekudusan, kebajikan, kasih karunia dan hikmat Kristiani. Pribadi yang menolong adalah ungkapan belas kasihan Yesus kepada orang yang telantar, sakit, terpenjara dan semua orang yang terampas sukacitanya di jalan-jalan Yerikho modern. Semua Injil memperlihatkan perhatian dan kasih Tuhan Yesus kepada manusia. Seorang gembala dalam tugas pastoralnya merasakan panggilan Allah terhadap dirinya yang mau memakai sejarah hidupnya sendiri dalam praktik pastoral dan hal tersebut dilakukannya sebagai arena pertanggungjawaban kepada Allah. Dalam praktik pastoral, seorang gembala atau konselor harus tetap menyadari kelemahan dan keterbatasannya, sehingga ia tetap menjadi rendah hati dan sabar dalam mendengarkan dan menghargai konseli seperti apa adanya demi pertumbuhan dan kebaikan konseli. Sukses tidaknya dalam praktik konseling pastoral sangat tergantung pada kepribadian konselor. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang konselor, yaitu: 1. Memiliki kepribadian yang kuat. ---------------------------------- Tanda kepribadian yang tidak sehat, misalnya dalam hidup setiap hari sering dijumpai hal yang aneh-aneh, antara lain bila bertemu dengan seseorang terus merasa benci atau sebaliknya terus merasa simpati. Juga dasar pengalaman yang aneh-aneh, misalnya sewaktu dia dulu anak-anak pernah dipukul oleh orang yang tampangnya kurus, tinggi, dan berkumis. Pengalaman ini terpendam. Setiap kali dia bertemu dengan orang yang kurus, tinggi, dan berkumis, dia terus terpancing. Ini semua tanda kepribadian yang tidak sehat. Seorang konselor harus mampu mengontrol gejala seperti ini di dalam dirinya sendiri. 2. Bersikap menerima seseorang sebagaimana adanya. -------------------------------------------------- Menerima seseorang sebagaimana adanya (as he/she as) adalah penting sekali. Apabila konseli datang (masuk) dengan celana pendek, misalnya, atau memaki-maki, atau tersenyum, jangan terus terpengaruh oleh kemampuan konseli. Menerima seseorang sebagaimana adanya adalah ciri pendekatan Yesus (bndk. Yohanes 3; Yohanes 4; Lukas 19). Sewaktu Yesus bertemu dengan perempuan Samaria, Ia menerima perempuan itu apa adanya, tanpa menghakiminya. Ia menerima perempuan yang didapati berzinah; Ia juga menerima Zakheus, seorang pemungut cukai yang tidak jujur itu. Yesus berbelaskasihan terhadap orang lain. Belas kasih Yesus merupakan gambaran pendekatan-Nya perlu menjadi jiwa pelayanan konseling pastoral (bndk. Markus 8:2, 6:34). 3. Empati (Emphaty). -------------------- Seorang konselor harus menanamkan perasaan empati di dalam dirinya. Empati ialah mampu merasakan problem seseorang seperti orang itu merasakannya (bndk. Karo: kepate), namun konselor tidak bisa hanyut dalam perasaan konseli. Gembala sebagai konselor memasuki atau merasakan bagaimana perasaan konseli. 4. Jaminan Emosional. --------------------- Seorang konselor harus mempunyai jaminan emosional (emotional security). Apabila konseli menangis, misalnya, konselor tidak usah ikut menangis. Apabila konseli tertawa, konselor tidak perlu ikut tertawa. Seandainya konseli mengharapkannya, cukuplah tersenyum saja. Tujuan kita berbuat demikian agar kita (konselor) berfungsi sebagai cermin bagi konseli, agar dia melihat dirinya sendiri melalui sikap kita (konselor). 5. Menghindari nasihat-nasihat. ------------------------------- Memberikan nasihat-nasihat adalah pekerjaan yang paling mudah, akan tetapi yang paling sulit adalah menolong. Konselor harus menahan diri untuk tidak memberikan atau menjejali nasihat-nasihat, kecuali di akhir pertemuan. Ini pun hanya bila perlu. Menasihati sering disebut directive counseling. Menasihati berarti konselor yang terus berbicara. Cara ini tidak baik. Keadaan konseli jangan kita tinjau dari sudut moral dan lantas kita memarahinya (misalnya, bagaimana konseli telah mencuri uang ibunya, dan lain-lain). Jangan memberikan penilaian moral (moral evaluation) dalam konseling agar yang bersangkutan tidak takut. Jangan terlalu cepat meminta berdoa atau membaca Alkitab. Ini semua akan menutupi masalah-masalah yang telah lama disimpannya. 6. Ilmu jiwa-dalam atau psikologi dan psikoterapi. -------------------------------------------------- Konselor seharusnya telah mendapatkan latihan-latihan konseling dan memahami ilmu jiwa-dalam, antara lain: Freud, Jung, Adler, dan lain- lain. Penyakit gangguan jiwa ditentukan oleh ada atau tidaknya rasa rendah diri yang tidak wajar (MC) sebagai hasil persaingan ketika dia kalah. Belajarlah tentang psikoterapi, dan sebaiknya seorang konselor pernah dikonseling (dianalisis). Siapakah yang kita terima dalam konseling? Semua orang, kecuali orang gila (Schizophrenia). Kita bisa menolong orang yang neurosis; tetapi apabila dalam keadaan parah, orang tersebut perlu kita bawa ke psikiater. Apa batas jiwa yang sehat dengan yang tidak sehat? Ada dua jenis penyakit jiwa (mental illness) atau mental disorder, yaitu: a) Neurosa (Neurosis); b) Psikhosa (Psychosis, gila). Penderita neurosa pada umumnya masih bisa bekerja mencari makan, tetapi ia sering terganggu oleh suatu gejala kejiwaan yang tidak bisa dikontrol sendiri karena dia (konseli) tidak mengetahui apa penyebabnya dan sejak kapan gejala itu menimpa dirinya. -*- Sumber: -*- Judul buku: Gembala dan Konseling Pastoral Penulis : E.P. Gintings Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta, 2002 Halaman : 17 - 19 *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Artikel (2) Dalam artikel yang kedua ini, kita akan sekali lagi diingatkan bahwa kepribadian seorang konselor Kristen sangat menentukan bagaimana ia akan membimbing konselinya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pribadi seorang konselor Kristen haruslah berpusat kepada Kristus, supaya ketika ia membimbing konseli, ia juga dapat menolong konselinya untuk mengarahkan fokus hidupnya pada Tuhan. -*- BERFOKUS PADA TUHAN -*- Sekali lagi kita melihat perlunya memfokuskan diri pada kemuliaan Tuhan dalam memberikan pelayanan konseling. Tentu saja tragedi akan menimpa orang-orang yang setiap hari hidup untuk berusaha mendapatkan kepuasan, karena dengan upaya itu juga mereka akan kehilangan kepuasan tersebut! Bilamana orang-orang yang sakit jiwanya ini datang pada kita untuk konseling, kita perlu mendorong mereka supaya menghormati dinamika paradoks spiritual Yesus; yaitu mengalihkan arah fokus mereka, agar jiwa mereka mendahulukan Tuhan sebelum hal-hal yang bersangkutan dengan mereka, dan sesudah itu mengatur cara-cara hidup mereka supaya konsisten dengan fokus tersebut. Sungguh disesalkan, banyak konseling masa kini yang bertujuan menguatkan fokus konseli pada diri sendiri. Menjungkirbalikkan eksegese (penafsiran Alkitab) serta teologi untuk membenarkan strategi tersebut. Sekalipun demikian, dalam upaya seperti ini, nasihat yang diberikan semakin menyedihkan: selain jelas salah menurut Kitab Suci, juga membahayakan diri konseli. Betapa jauh lebih bijaksana dan menghormati Tuhan apabila kita mau mengakui kuasa utusan Yesus dan kebenaran firman-Nya, serta membuktikan bahwa paradoks spiritual yang diberikan-Nya kepada kita mempunyai kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia. "Mungkin di mata dunia, penyaliban diri dan pengudusan diri tampak sebagai suatu kebodohan serta kesia-siaan; karena kedua hal itu sama tidak berartinya seperti menanamkan benih jagung yang baik bagi seorang anak dan seorang bodoh. Namun, tidak demikian kehidupan seorang yang menemukan hal itu, yaitu dengan menaburkan benih Roh Kudus, ia akan menuai kehidupan kekal." [J.C. Ryle, Expository Thoughts on the Gospels: John (Greenwood, S.C.: Attic Press, 1965), 2:333.] Ringkasnya, kerohanian seorang konselor alkitabiah harus serupa dengan yang diungkapkan oleh pemazmur Daud: "Tinggikan diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!" (Mazmur 57:5). Jadi, tujuan utama seorang konselor seharusnya adalah mengusahakan supaya semangat yang sama ini berfungsi sebagai sikap pengendali dalam kehidupan konseli. Hanya hati orang yang mau mengalah pada hasrat yang disebutkan oleh pemazmur tadi yang akan dipenuhi oleh doa, "Tinggikan diri-Mu, ya Allah," maka orang tersebut akan mengenal kedamaian yang ingin sekali diberikan Tuhan kepada anak- anak-Nya. Nyatanya, dunia moral menuntut saya menjalani hidup dengan cara-cara yang dapat memuliakan-Nya ketimbang untuk kemuliaan saya sendiri; bagaimanapun juga, Tuhan adalah Allah, dan saya bukan Tuhan! Akan tetapi, kebutuhan jiwa saya yang terdalam juga mencegah saya memuliakan Tuhan sebagai Allah, dengan tunduk pada semua standar-Nya serta mengikuti perintah-Nya; hanya dengan merasa lapar serta haus akan kebenaran saja, maka saya akan dipenuhi. Jadi, seperti kita telah diperingatkan Tozer: "Di balik perkataan Tuhan tentang keunggulan terdapat logika, yaitu baik dunia maupun surga adalah tempat-Nya. Sementara kita mengambil tempat-Nya sepanjang hidup kita adalah di luar ikatan. Tidak ada sesuatu pun yang bakal atau dapat menerima kedamaian sebelum hati kita membuat keputusan besar, yaitu: memuliakan Tuhan di atas segala-galanya." -*- Sumber: -*- Judul Buku: Pengantar Konseling Alkitabiah -- Pedoman Dasar Prinsip dan Praktik Konseling Penulis : John F. MacArthur, Jr. dan Wayne A. Mack Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 2002 Halaman : 210 - 212 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- YESUS SEBAGAI KONSELOR KRISIS -*- Salah satu contoh konseling krisis yang kita kenal adalah yang terdapat dalam Yohanes 11. Pasal ini menyebutkan suatu penyakit yang parah, bahaya pribadi, dan kematian orang yang dikasihi. Ketika Lazarus dari Betania menderita sakit parah, saudara perempuannya mengirimkan pesan kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit." Menurut apa yang tertera dalam Alkitab, Yesus mengasihi Lazarus, Maria, dan Marta. Mungkin lebih dari tempat lainnya, rumah mereka (Lazarus, Maria, dan Marta) yang terletak di dekat Yerusalem adalah tempat dimana Yesus bisa bersantai. Dan saat itu, Yesus tidak segera memenuhi permintaan mereka untuk pergi ke Betania, tetapi Ia tinggal di tempat Ia melayani selama dua hari. Tentu saja, Yesus tahu apa yang akan terjadi di Betania, dan bahkan Ia menggunakan saat-saat krisis itu untuk mengajar murid-murid-Nya (ayat 4,9-15) sebelum mereka menyadari bahwa penyakit Lazarus sudah parah. Namun, para murid juga menghadapi krisis mereka masing-masing. Hidup Yesus berada dalam bahaya dan begitu juga dengan hidup para murid itu karena mereka memiliki hubungan dengan Yesus, sosok yang diinginkan banyak orang (ayat 8,16). Jika mereka muncul di depan umum, maka risiko yang mereka hadapi adalah kematian yang kejam, tetapi ketika Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Lazarus telah meninggal, mereka bersedia menemani Tuhan ke Betania. Ketika sampai di Betania, mereka melihat pemandangan yang menyedihkan. Banyak saudara berkumpul untuk menghibur saudara perempuan Lazarus, tetapi ketika Marta mendengar bahwa Yesus telah tiba, ia meninggalkan rumahnya dan berlari ke jalan untuk menyambut Yesus. Perhatikan bagaimana Yesus menangani situasi ini: o) Ia menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada para murid-Nya yang bingung (ayat 4,14,15). o) Ia membiarkan Marta mengekspresikan perasaan dan kebingungannya (ayat 21,22). o) Ia meyakinkan Marta dengan sikap yang lembut dan menanamkan harapan kepadanya (ayat 23,25,26). o) Ia mengarahkan Marta untuk melihat Pribadi Kristus (ayat 25). o) Ia membiarkan Maria mengekspresikan perasaannya, perasaan yang mungkin saja mengandung kemarahan (ayat 32). o) Ia tidak menghentikan kesedihan orang lain tetapi sebaliknya, Ia mengekspresikan kedukaan-Nya sendiri (ayat 33-36). o) Ia dengan lembutnya menanggung rasa permusuhan dari orang-orang yang berduka (ayat 37), meskipun hal itu sangat melukai-Nya (ayat 37,38). Kemudian, Yesus mulai bertindak -- tindakan yang mengubah kesedihan menjadi sukacita, membawa kemuliaan bagi Tuhan, dan menyebabkan banyak orang percaya kepada Kristus (ayat 38-45). Pada kesempatan ini, Yesus tidak mengusir orang-orang yang berkerumun, seperti yang Ia lakukan pada waktu membangkitkan anak perempuan Yairus. Dengan memanggil Lazarus keluar dari kubur, Yesus dengan sangat mantap menunjukkan kemenangan-Nya atas maut, krisis terbesar dari segala krisis. Beberapa hari kemudian ketika diri-Nya sendiri ditangkap, Yesus memikul salib-Nya dengan tenang dan kemudian Dia bangkit kembali. Tidak mengherankan, Rasul Paulus bisa menyerukan kepada jemaat di Korintus bahwa maut telah ditelan dalam kemenangan sehingga orang-orang percaya mendapatkan kepastian hidup setelah kematian, hidup bersama dengan Kristus (1Korintus 15:51-58). Memang benar bahwa tak seorang pun dari kita bisa membangkitkan orang mati seperti yang dilakukan oleh Yesus, tetapi benar juga bahwa sebagai penolong dalam krisis, kita bisa menggunakan setiap teknik-teknik lain yang digunakan Yesus pada saat menghadapi krisis di Betania. Bahkan tanpa kebangkitan Lazarus, krisis di Betania akan memberikan tujuan yang bermanfaat. Yesus mencoba meyakinkan hal ini kepada para murid (Yohanes 11:4), tetapi mereka dengan jelas tidak menangkap pesan yang disampaikan itu sampai Ia menjelaskannya. -*- Sumber diterjemahkan dari: -*- Judul Buku : How To Be a People Helper Judul Asli Artikel: Jesus as a Crisis Counselor Penulis : Dr. Gary Collins Penerbit : Regal Books, USA, 1976 Halaman : 81 - 82 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* Kepribadian seorang konselor Kristen harus dilandasi dengan sifat mengasihi, sebagaimana Kristus mengajarkannya kepada kita. Bagaimana cara seorang konselor menunjukkan kasihnya? Ikutilah beberapa tips berikut ini: -*- MENGASIHI -- SEBAGAI DASAR MELAYANI KONSELI -*- Garry Collins, menegaskan bahwa walaupun konselor menerapkan teknik yang setinggi apa pun dalam menolong konseli, tetapi apabila hal itu tidak dilandasi dengan "hati yang rela menolong", maka upaya itu tidak akan efektif. Oleh karena itu, ada beberapa sikap yang perlu dibangun dalam menghadapi dan memberikan pertolongan kepada konseli yang beragam usia dan memiliki kondisi masalah yang majemuk. 1. Konselor perlu menghadapi konseli dengan sikap kasih yang hangat disertai perasaan "menerima dengan penuh perhatian" (concern). Sikap ini akan membuat konseli merasa betah -- dan dapat mempercayai serta bersikap terbuka. 2. Konselor perlu menghadapi konseli dengan sikap yang tulus disertai perasaan yang murni dan sikap terbuka. Konselor perlu menghindari sikap cepat menghakimi dan tidak membiarkan dirinya dipengaruhi oleh hal-hal yang tiba-tiba terjadi dan membagi perhatian sementara bimbingan konseling berlangsung. 3. Konselor perlu menghadapi konseli dengan sikap empatik. Konselor harus mengembangkan sikap sensitif, mudah mengerti dan menghadapi konseli dengan raut yang siap untuk memahami konseli. Seorang konselor Kristen perlu melayani dengan kasih, sekalipun ia juga memerlukan ilmu pengetahuan yang memadai tentang teknik membimbing untuk mengembangkan kemampuan dirinya. 4. Konselor dan konseli perlu menjadikan satu dengan yang lainnya sebagai sahabat, dimana konseli dapat terbuka untuk menyatakan permasalahannya. Alasan terpenting untuk sikap ini adalah: a. Konseli akan terbuka kepada orang yang disukainya. b. Konseli akan terbuka kepada konselor apabila ia memperoleh perhatian yang hangat. c. Konseli akan terbuka bila ia yakin bahwa konselor memiliki kompetensi untuk memberi pertolongan kepadanya. d. Konseli akan terbuka bila ia yakin bahwa konselor adalah memiliki etika moral yang tinggi di mana ia dapat dipercaya untuk menyimpan masalah orang lain (Amsal 25:19). e. Konseli akan terbuka karena ia yakin bahwa konselor adalah seorang yang mengenal dan memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, dimana ia pun yakin bahwa ia akan menerima pertolongan Tuhan melalui konselor tersebut. Apabila konselor mengasihi dengan tulus, maka ia akan lebih siap untuk melayani konseli setiap saat. Dengan kasih, seluruh kemampuan konselor dapat digunakan dengan baik, di mana konseli akan lebih siap pula untuk terbuka, sehingga masalah yang dihadapinya dapat diatasinya oleh pertolongan konselor. -*- Sumber: -*- Judul Buku: Konselor Kompoten - Pengantar Konseling Terapi untuk Pemulihan Penulis : Magdalena Tomatala, Ph.D. Penerbit : YT Leadership Foundation - Jakarta 2000 Halaman : 49 - 51 *STOP PRESS*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*STOP PRESS* -*- COUNSELING FOR KIDS & FAMILY -*- Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3) mengadakan program pembelajaran konseling bagi para orangtua, guru, dan siapa pun juga yang terlibat dan tertarik dengan dunia anak. Program ini bisa menjadi bekal bagi mereka, khususnya dalam menghadapi anak-anak yang mengalami masalah-masalah tertentu, dengan difasilitatori oleh para pemerhati masalah keluarga dan anak, pendeta, praktisi konselor, dosen konseling, psikolog, psikiater, dan seksolog yang memiliki wawasan dan pengalaman yang terintegrasi dengan iman Kristiani. Program ini sekaligus mempersiapkan kita menjadi konselor bagi masalah keluarga yang umum terjadi. Bagi Anda yang tertarik, silakan mengikutinya pada: Hari, tanggal : Sabtu, 27 November 2004 Pukul : 10.00 - 12.30 WIB Tempat : Parenting & Counseling Education Center, Gajah Mada Plaza, Lantai 7 Materi : KONSELING BAGI ANAK DENGAN MASALAH KECANDUAN GAME & INTERNET Pembicara : Ev. Ir. Martin Elvis, M.Div. (hamba Tuhan sekaligus pakar di bidang komputer dan multimedia) Deskripsi Singkat: Sesi ini memberikan pengertian kepada kita mengenai cara terbaik mendampingi anak yang mulai lebih mementingkan game dan internet dari segalanya. Selain itu, akan dibahas juga materi tentang bagaimana menciptakan lingkungan dan komunikasi keluarga yang sehat, sehingga anak terhindar dari masalah ini dan tindakan preventif apa saja yang dapat dilakukan oleh orangtua. Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Kantor LK3 Taman Permata Sektor 5 Blok A 7 No. 38 Lippo Karawaci Tel/Faks: 021-55650281, 021-70281762, 021-55654851 (dengan Sdr. Nita, Wita, Rumini atau Samurai) Jam Kantor: Selasa-Sabtu pukul 09.00 - 17.00 WIB. *DARI REDAKSI*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*DARI REDAKSI* -*- ICW EDISI KONSELING -*- Kami menginformasikan bahwa Publikasi ICW (Indonesian Christian WebWatch) Edisi 1035/2004 (terbit tanggal 9 November 2004) telah membahas tema tentang KONSELING. Sajian utama dalam edisi ini adalah review situs-situs Konseling Kristen, baik situs berbahasa Indonesia maupun Inggris. Selain itu juga disajikan artikel dan informasi tentang situs, milis dll.. Jika Anda ingin membuka arsip ICW edisi 1035/2004, silakan berkunjung ke Situs SABDA.org di: ==> http://www.sabda.org/publikasi/icw/arsip/1035/ Jika Anda ingin berlangganan Publikasi ICW, silakan mendaftarkan diri dengan menulis email kosong ke: <subscribe-i-kan-ICW@xc.org> e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Tessa, Evi PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |