Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/71 |
|
e-Konsel edisi 71 (16-9-2004)
|
|
><> Edisi (071) -- 15 September 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Perubahan Pandangan Masyarakat tentang Seks - Cakrawala : Seks Pra Nikah - TELAGA : Seks dalam Berpacaran - Bimbingan Alkitab : Seks: Sebelum dan Sesudah Menikah - Stop Press : Ralat Info e-Konsel Edisi 070/2004 - Surat : Masukan untuk Koreksi *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Apa kabar pembaca e-Konsel? Seperti biasanya, setiap tanggal 15, e-Konsel hadir dengan setia di mailbox Anda. Kali ini, kami hadir untuk melengkapi tema bulan September dengan topik bahasannya SEKS PRA NIKAH. Topik yang kami sajikan saat ini, memang selalu menjadi sorotan masyarakat pada umumnya, terutama sekali karena budaya kita merupakan budaya timur, yang menganggap tabu segala hal yang berhubungan dengan seks. Namun demikian, dekade terakhir ini keadaan sudah berubah. Tayangan-tayangan televisi dan film-film yang beredar, justru mendorong kita untuk tidak lagi mengindahkan norma- norma lama yang ada. Tapi yang lebih parah lagi, saat ini, rupanya seks sudah dianggap sebagai hal yang biasa bagi pasangan yang belum menikah. Lalu, bagaimana kita sebagai orang Kristen harus menyikapi perubahan yang sangat drastis ini? Kami akan segera membawa Anda untuk mendapatkan jawabannya di sajian e-Konsel Edisi 071/2004 ini! Selamat membaca dan Tuhan memberkati! Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- SEKS PRA NIKAH -*- Beberapa tahun terakhir ini, persepsi masyarakat terhadap seks telah mengalami perkembangan (perubahan) yang drastis. Perilaku seks telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas. Seks, yang pada mulanya diidentikkan dengan cinta dan pernikahan, sekarang lebih diasosiasikan dengan suka dan kencan belaka. Salah satu ruang kehidupan yang telah dimasuki oleh perilaku seks adalah masa berpacaran. Seks bukan lagi pergumulan yang harus dilawan dan dimenangkan pada masa berpacaran, namun seks telah menjadi salah satu agenda dalam berpacaran, sama seperti budaya mencium yang kita kenal sampai dua dasawarsa yang lalu. Dewasa ini, seks telah menggantikan tempat berpegangan tangan dan berciuman dalam berpacaran. Berikut ini, saya akan menjelaskan beberapa alasan, mengapa seks pra nikah itu tidak boleh dan tidak baik. PERTAMA: Seks pra nikah bertentangan dengan kehendak Tuhan. ----------------------------------------------------------- Perjuangan anak-anak Tuhan melawan godaan seksual pada masa berpacaran akan semakin mengendor karena para pejuang kesucian akan semakin langka pula. Tatkala kita dikelilingi oleh 10 rekan sesama pejuang kesucian, semangat juang kita pun akan mengalami penguatan. Sebaliknya, jika 6 dari 10 rekan seperjuangan telah menyerah kalah, godaan untuk angkat tangan semakin besar pula. Pada akhirnya, makin banyak anak-anak Tuhan yang hidup di celah-celah dua dunia yang kotomis, antara "yang diketahui" dan "yang dilakukan". Kita tahu 8 bahwa Tuhan melarang seks pra nikah (atau segala bentuk hubungan seksual di luar pernikahan, Keluaran 20:14; 1Korintus 5:1, 6:12-20; 1Tesalonika 4:3-8), namun kita tetap melakukannya karena tak kuasa membendung nafsu. Kita pun mulai hidup di tengah-tengah kenikmatan sekaligus rasa bersalah. Di satu pihak, kita hidup berpegang pada Firman Tuhan, di pihak lain kita mengampuni perbuatan dosa sendiri. Dosa menjauhkan si pelaku dari Tuhan, termasuk dosa seksual pada masa pra nikah. Konflik rohani yang muncul akibat dosa seks akhirnya berkobar menjadi peperangan rohani dan membakar setiap energi rohani yang semula ada dalam diri kita. Kehidupan rohani menjadi seperti roda yang berputar tersendat-sendat; rasa tidak layak berhadapan dengan Tuhan, akhirnya mendinginkan animo untuk sama sekali dekat dengan Tuhan. Bagi saya, reaksi seperti ini masih lebih sehat ketimbang membutakan mata rohani dan akhirnya hidup dalam kepura- puraan. Dosa tetap dosa -- betapa pun sulit kita melawannya -- dan lebih baik kita mengakui kelemahan kita daripada mendistorsi realitas rohani ini. Langkah pertama dalam pertobatan adalah pengakuan dosa, yakni mengakui perbuatan itu sebagai pelanggaran terhadap perintah Tuhan yang kudus; pendistorsian dosa menghilangkan esensi pertobatan sejati. KEDUA: Seks pra nikah mencemari proses dan tujuan berpacaran. ------------------------------------------------------------- Nafsu dan rasio tidak dapat duduk berdampingan, sebab yang satu akan mengurangi efektivitas kerja yang lain. Hikmat tidak dapat muncul dari nafsu; hikmat hanya bisa tumbuh dari rasio yang jernih. Saya mendefinisikan hikmat sebagai kemampuan melihat dengan jelas dan bertindak dengan tepat. Hikmat bukan saja dimulai dengan pengetahuan yang benar, namun perlu ditindaklanjuti dengan perilaku yang benar pula. Apabila nafsu (seksual) sudah menjadi bagian dari masa berpacaran, maka ia akan membutakan kejelian dalam menelaah kondisi hubungan kita yang jelas. Tujuan berpacaran adalah untuk memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya akan keadaan pasangan kita dan sekaligus memastikan kecocokan kita berdua. Jadi, proses berpacaran seyogyanya diisi dengan upaya-upaya untuk saling menyesuaikan diri, yakni dalam hal-hal yang berkenaan dengan nilai hidup, pola berpikir, dan gaya hidup kita. Keberadaan seks pada masa penyesuaian awal ini akan menodai proses berpacaran, sehingga pada akhirnya, tujuan berpacaran pun tidak tercapai. Nafsu meminta pemuasan dan demi memenuhi nafsu, kita rela dan berani membayar harga yang mahal, yaitu mengesampingkan dan meremehkan ketidakcocokan yang ada di depan mata. Seks mengikat kedua insan secara badani, namun seks tidak menyatukan kedua pribadi secara menyeluruh. Seks pada masa berpacaran mendistorsi realita kecocokan karena seks menulikan telinga untuk mendengar perbedaan dan membutakan mata untuk melihat ketidakserasian. Seks pada masa berpacaran merusak kerja rasio dan mematikan hikmat untuk melihat dengan jelas dan bertindak dengan tepat. Seks pra nikah merupakan investasi yang terlalu dini, sehingga tidak jarang ada pasangan yang melanjutkan hubungan yang tidak sehat itu hanya karena telanjur sudah berhubungan seks. Singkatnya, seks pada masa berpacaran membuka kemungkinan yang lebar akan terjadinya bencana di masa mendatang. Tepatlah Firman Tuhan yang mengingatkan kita, "Tetapi siapa mendengarkan aku (hikmat), ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka." (Amsal 1:33) Hikmat dari Tuhan akan melindungi kita dari bencana yang ada di depan kita, sedangkan nafsu hanya akan memastikan kita berjalan ke arah kehancuran. KETIGA: Seks pra nikah mengurangi respek terhadap pasangan kita. ---------------------------------------------------------------- Respek dibangun bukan di atas kegagalan, melainkan di atas kemenangan. Penguasaan diri yang kuat adalah salah satu karakteristik yang mengundang kekaguman dan membuahkan respek. Hubungan pernikahan yang sehat perlu dilandasi dengan respek; tanpa respek, relasi pernikahan akan berkualitas buruk serta membuka pintu masuk bagi problem yang lebih banyak. Seks pada masa berpacaran tidak akan membangun respek, justru secara diam-diam malah menciptakan rasa kurang respek. Bayangkan, suatu situasi hipotesis yang menempatkan kita pada sisi yang berseberangan. Misalkan, kita yang telah menjaga kesucian mendengar pengakuan dari pasangan kita bahwa ia sudah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya yang terdahulu. Saya sadar bahwa sebagai orang Kristen dengan cepat kita akan memaafkan perbuatannya, namun yang perlu saya tanyakan adalah "Apakah pengakuannya itu menambah respek kita terhadapnya atau tidak?" Saya khawatir bahwa di balik pemberian maaf, hati kita terluka dan citra tentang dirinya yang telah terbentuk mulai berubah menjadi negatif. Kita bisa berdalih dan mencoba meyakinkan diri kita bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua bisa melakukan kesalahan, termasuk pasangan kita yang telah berhubungan seks. Namun demikian, kesalahan seksual tidak dapat disamakan dengan kesalahan lainnya, misalnya berkelahi atau mencuri uang. Kesalahan seksual menohok jantung hati kita karena seks secara kodrati adalah suatu bagian hidup yang sakral -- sebagaimana dimaksudkan oleh penciptanya, yaitu Tuhan sendiri. KEEMPAT: Seks pra nikah menciptakan keraguan akan penguasaan dirinya dengan orang lain. -------------------------------------------------------------------- Alasan keempat ini berkaitan erat dengan hal kepercayaan dan kepercayaan merupakan salah satu tonggak pernikahan. Satu pertanyaan yang membutuhkan jawaban teguh dan positif adalah, "Dapatkah saya mempercayainya, jika dia bersama dengan orang lain?" Saya kira, rasa percaya akan sulit bertumbuh jika kita menyaksikan kelemahan pasangan kita dalam menguasai dirinya. Dalam benak kita mungkin akan muncul keragu-raguan, "Dapatkah dia menguasai dirinya, jika bersama dengan orang lain?" Pertanyaan ini timbul karena kita sudah menjadi salah satu "korban" dari kelemahannya itu. Apalagi jika ia pernah berbuat hal yang sama dengan pacarnya yang terdahulu. Kepercayaan tidak diberikan dengan cuma-cuma; kita harus membuktikan diri terlebih dahulu sebelum layak untuk menerimanya. Seks pra nikah mencemari kepercayaan kita dan menumbuhkan keraguan akan daya tahannya dalam menghadapi pencobaan seksual di masa mendatang. KELIMA: Seks pra nikah melebarkan kemungkinan adanya kehamilan dan kehamilan sebelum pernikahan menciptakan pernikahan yang belum matang. --------------------------------------------------------------- Pernikahan yang didahului oleh kehamilan berisiko tinggi menghadapi perceraian karena tidak adanya kesiapan pernikahan pada saat itu. Atau, kalau pun tidak bercerai, pernikahan ini rawan dirundung masalah karena kurangnya kesiapan pernikahan. Masalah mudah muncul, sebab mungkin saja, hubungan berpacaran tidak pernah mencapai tujuannya oleh karena campur tangan seks. Dengan kata lain, pernikahan ini bermasalah karena penyesuaian diri tidak pernah tuntas dan dalam keadaan tidak tuntas ini, kita terpaksa menikah karena telah hamil terlebih dulu. -*- Sumber: -*- Judul Buku: Seri Psikologi Praktis -- Seks Pra Nikah Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D. Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2001 Halaman : 1 - 6 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- SEKS DALAM BERPACARAN -*- Masa berpacaran adalah masa untuk saling mengenal bagi dua pribadi dengan tujuan akhir untuk menjadi pasangan hidup yang saling melengkapi. Pada masa-masa ini, tentu saja ada batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar oleh kedua individu tersebut. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, batas-batas itu lama-kelamaan menjadi samar-samar dan bahkan dilanggar. Seks adalah batas utama, tetapi juga merupakan batas yang saat ini sudah menjadi hal yang biasa dilanggar. Bagaimana kita menyikapinya agar kita tidak semakin tergoda untuk melanggar batasan ini? Simak tanya-jawab berikut ini dengan nara sumber: Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D. ------ T : Panggilan Tuhan terhadap kita adalah untuk menjaga kesucian kehidupan ini, baik pria maupun wanita, tetapi dorongan atau godaan untuk hidup tidak suci begitu besar, lalu apa yang harus kita lakukan? J : Kita harus melakukan beberapa hal yang bersifat pencegahan. PERTAMA, saya anjurkan bagi yang sedang berpacaran agar sejak awal, baik pria maupun wanita, harus menentukan batas fisik, seberapa dekat mereka akan mendekatkan diri. Keduanya harus menyepakati hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Misalnya, sudah tentu baik si pria maupun si wanita harus menyepakati bahwa mereka tidak boleh menyentuh bagian- bagian tubuh yang erotis, seperti payudara atau pun alat-alat kelamin mereka. Jadi, dua daerah itu menjadi daerah yang tertutup, mereka harus saling mengingatkan bahwa dua daerah ini adalah daerah yang tidak boleh mereka langgar. KEDUA, mereka juga harus membatasi diri dalam hal, misalnya berpelukan, sebab waktu pria dan wanita berpelukan, sudah tentu pada bagian depan akan ada sentuhan dengan anggota tubuh yang erotis, itu juga perlu dicegah. Jauh lebih baik ketika berpelukan dari samping atau tidak mengenai bagian tubuh yang erotis tersebut. KETIGA, menjaga seberapa jauh si pria dan si wanita boleh berciuman. Ciuman bisa menjadi sesuatu yang sangat lembut, tapi bisa menjadi sesuatu yang bersifat sangat erotis atau panas sekali. Ciuman-ciuman ke arah erotis itu yang harus dihindari. Jadi, saya menganjurkan bagi pasangan yang sedang berpacaran, agar sejak awal membicarakan batas-batas yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. ------ T : Biasanya kaum pria itu lebih cepat terangsang dan untuk mencegahnya, wanita harus pandai-pandai menjaga jarak atau bahkan menolak. Tetapi, seringkali yang menjadi permasalahan adalah kekhawatiran dari pihak wanita, nanti kalau ditolak malah ditinggalkan, bagaimana kita menyikapinya? J : Betul sekali. Jadi, adakalanya wanita memberikan tubuhnya karena takut kehilangan pacarnya. Ini adalah hal yang sangat keliru dan ada pria yang sengaja memanfaatkan hal ini. Misalnya, pria yang mengancam, "Kalau engkau mencintai saya, serahkan tubuhmu. Jika engkau tidak memberikan tubuhmu berarti engkau tidak mencintai saya!" Hal-hal seperti itu adalah tipuan, kalau ada pria yang mengatakan seperti itu, si wanita harus langsung dengan tegas berkata, "Engkau sedang menipu dirimu sendiri dan engkau tidak bisa menipu saya, sebab cinta tidak identik dengan penyerahan tubuh sebelum pernikahan." Cinta mengandung unsur menghormati. Kalau kita mau memakai atau mencemari tubuh orang, berarti kita tidak menghormati orang tersebut. Jadi, wanita juga harus bersikap tegas, jangan sampai terperangkap oleh tipu daya pria semacam itu. Jika sudah berhubungan seks dan putus sebelum menikah, wanita yang akan secara langsung mengalami kerugian terbesar, sampai-sampai ada yang kehilangan jati dirinya, depresi, bahkan ada yang akhirnya berpikiran untuk mengakhiri hidupnya karena merasa hidupnya tidak lagi berguna karena semua yang berharga telah diberikan kepada pacarnya. Yang terutama, seorang pria pada umumnya akan menghormati wanita yang tidak bersikap sembarangan. Justru kalau wanita itu bersikap sembarangan, maka pria akan menikmatinya, sebab dia akan mendapatkan kepuasan yang dia inginkan itu. Tapi, di dalam lubuk hatinya dia tidak lagi menghormati wanita itu. Jadi di hadapan si pria, wanita itu tidak lagi berharga. ----- T : Apa yang dikatakan Firman Tuhan sebagai bekal atau pedoman bagi yang sedang berpacaran? J : Saya akan memberikan prinsip Firman Tuhan dari 1Korintus 6:19, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" Firman Tuhan menegaskan bahwa tubuh kita adalah rumah Allah, oleh karena itu, kita tidak bisa berbuat sembarangan terhadap rumah Allah. Kalau kita membaca Firman Tuhan pada Perjanjian Lama, kita tahu bahwa Tuhan sangat tegas terhadap kekudusan rumah Allah, terhadap persembahan-persembahan di rumah Allah. Itulah sebabnya, kedua anak Harun langsung meninggal karena memberikan persembahan dengan cara yang tidak benar. Anak-anak Imam Eli juga dihukum dengan kematian karena melakukan hal yang tidak benar dalam peribadatan rumah Allah. Raja Manasye mengotori rumah Allah dan Tuhan menghakiminya. Jadi Tuhan sangat serius dengan rumah-Nya. Tubuh kita adalah rumah Allah. Jadi kita harus sadar bahwa kita tidak boleh main-main dengan rumah Allah, yakni tubuh yang Tuhan huni ini. Meskipun kita bergumul, jangan menyerah! Hari ini kita menyerah, besok lawan lagi! Jangan sampai kita berkata, "Ya, memang sudah nasib saya, saya tidak bisa menguasai nafsu saya, memang inilah saya, malangnya saya!" Jangan menyerah dan jangan menurunkan standar Tuhan: yang tidak boleh, tetap tidak boleh. Meskipun kita bergumul, jangan sampai kita menyerah! -*- Sumber: -*- [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #61B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini, lewat email, silakan kirim surat ke: < TELAGA@sabda.org > atau mengunjungi Situs TELAGA di alamat: ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?seks_dalam_berpacaran.htm ]] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- SEKS: SEBELUM DAN SESUDAH MENIKAH -*- AYAT ALKITAB ============ Yesaya 1:16,18 1Korintus 6:13 1Yohanes 2:1 Yesaya 55:7 1Yohanes 1:9 LATAR BELAKANG ============== Zaman sekarang bisa dijuluki sebagai zaman revolusi seks. Semangat yang tadinya ditandai oleh perlawanan terhadap norma Firman Tuhan dan adat Timur, kini telah berubah menjadi genderang perang para penganjur kebebasan nafsu: "Lakukan apa saja yang kau anggap benar, sejauh itu tidak merugikan orang lain!" Gaya hidup ini dihias pula oleh penampilan menawan, seolah-olah hidup yang demikianlah yang benar-benar bebas, dewasa, nikmat, bahkan sehat. Tetapi, bila kita selidiki baik-baik akan terlihat betapa mengerikan dan jahatnya akibat-akibat yang ditimbulkan dari perilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Kelahiran anak-anak di luar hukum, kepribadian yang hancur, perceraian, pengguguran kandungan, dan berbagai penyakit kelamin yang sebagian tidak akan mungkin lagi diperbaiki atau disembuhkan. Dengan jelas, Allah melarang perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab untuk menghindarkan kita dari akibat-akibat yang membawa bencana. "... Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. ... Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri." (1Korintus 6:13,18) Allah menghakimi pelanggaran susila, tetapi Dia juga menawarkan kelepasan. Dalam 1Korintus 6:9-11, rasul Paulus menekankan bahwa tidak seorang pun pelanggar susila yang akan mewarisi Kerajaan Allah. Tetapi dia juga menambahkan, "Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita." (1Korintus 6:11) Seperti halnya dengan dosa-dosa lain, Allah membereskan masalah pelanggaran susila melalui salib Kristus. STRATEGI BIMBINGAN ================== 1. Nyatakan kepadanya bahwa Anda senang dapat melayani dia. Berusahalah untuk menunjukkan bahwa Anda memperhatikan dia dan tidak meremehkannya. Jangan menghakimi. 2. Berusahalah untuk mengerti permasalahannya. Dengarkan dengan peka dan bertanyalah kepadanya, supaya mengerti permasalahannya. Jangan menarik kesimpulan atau menyodorkan jalan keluar rohani apa pun, sebelum Anda memperoleh gambaran yang lengkap. 3. Bertanyalah mengenai sikapnya terhadap seks. Perasaan-perasaannya itu akan menjelaskan mengapa dia bersikap demikian. Apakah yang menyebabkan dia terlibat dalam permasalahan tersebut? Merasa bersalahkah dia atas keterlibatan tersebut? Dosakah hal tersebut menurut anggapannya? 4. Tanyakan kepadanya, apakah Anda boleh membacakan bagian-bagian Firman Tuhan tentang seks sebelum atau di luar nikah; tegaskan bahwa Alkitab adalah dasar yang layak dipercaya dalam menyelesaikan masalah-masalah moral. Bacakan sebagian atau semua bagian Alkitab berikut: Keluaran 20:14 1Korintus 6:13,15-20 Kolose 3:5 Kisah Para Rasul 15:20 Efesus 5:3 5. Dalam terang Firman Tuhan, tindakan yang tidak sesuai dengan moralitas jelas tidak berkenan kepada Allah. Supaya berkenan kepada Allah, ia harus bertobat dan membuang tindakan-tindakan tidak bermoralnya itu (Baca 1Korintus 6:9-11). Allah menghukum perilaku yang tidak bermoral, tetapi Dia mengasihi dan mau mengampuni kita, jika kita mengakui dosa kita dan dengan iman menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jelaskan "Damai dengan Allah", [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; atau CD-SABDA: Topik 17750]]. 6. Tegaskan bahwa dia harus memutuskan hubungan-hubungan yang mendorongnya terlibat dalam pelanggaran moral. "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1Korintus 15:33) Cara terbaik untuk menjalin persahabatan yang akan menguatkan dia melawan pencobaan adalah melibatkan diri dalam kehidupan bergereja yang berpegang pada Firman Tuhan. Dia harus berusaha menjadi seorang Kristen yang sungguh-sungguh. Tidak adanya hubungan yang baik dengan Kristuslah yang menjadi penyebab utama permasalahannya ini. 7. Anjurkan dia agar menghubungi seorang pendeta untuk mendapatkan kekuatan dan bimbingan. Dalam jangka waktu yang cukup lama, dia perlu bersedia dibimbing terus, agar benar-benar mengalami kebebasan dari pencobaan dan mulai berjalan di dalam Tuhan. 8. Berdoalah dengannya, agar dia mengalami cara bersikap yang baru dan menjalani kehidupan yang memuliakan Allah. Jika dia seorang Kristen, jelaskan tentang "Pemulihan", [["Pemulihan" -- Traktat bagi orang yang sudah menerima Kristus, namun undur dari-Nya dan kini mencari pengampunan (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 11-12; atau CD-SABDA: Topik 17753]]. Kemudian, sambil mengikuti langkah-langkah yang sudah dijelaskan di atas, anjurkanlah dia untuk membaca dan menelaah Firman Tuhan, agar sikap dan kehidupannya dibentuk sesuai dengan Firman Tuhan. Sebagai seorang Kristen, dia harus terlibat penuh dalam gerejanya, dan mencari hubungan-hubungan yang akan menguatkan dia untuk melayani Kristus. -----------------------------Kutipan-------------------------------- Menurut Billy Graham: "Hubungan-hubungan seksual sebelum atau di luar nikah, selalu tidak benar .... Alkitab menyalahkan segala macam hubungan seks di luar ikatan pernikahan. Kenyataan bahwa norma-norma seks dalam masyarakat makin kendor dan sikap terhadap kehidupan seks makin bebas, tidak berarti bahwa tindakan itu benar!" --------------------------Kutipan_Selesai--------------------------- -*- Sumber: -*- Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Billy Graham Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) Halaman : 225 - 228 CD-SABDA : Topik 17735 STOP PRESS*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*STOP PRESS* -*- RALAT e-KONSEL EDISI 070/2004 -*- Dalam e-Konsel Edisi 070/2004, tercantum informasi yang kurang tepat dalam kolom CAKRAWALA mengenai negara asal Dr. Sigmund Freud. Sebelumnya tertulis: "E": ENERGI ----------- Dr. Sigmund Freud, seorang neorolog AUSTRALIA .... Informasi yang BENAR seharusnya adalah: "E": ENERGI ----------- Dr. Sigmund Freud, seorang neorolog AUSTRIA .... Informasi di atas kami harap dapat diterima sebagai ralat dari Redaksi. Terima kasih atas perhatiannya. *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: Himawan Hadirahardja <himawan1408@> >Shallom, >Saya ingin memberikan masukan untuk koreksi. Pada artikel tentang >seks, ditulis bahwa "Psikolog Sigmund Freud dari Australia .... >Yang benar Sigmund Freud berasal dari Austria. Demikian masukan >dari saya. Tuhan memberkati. Redaksi: Kami sangat berterima kasih untuk informasi yang Anda berikan. Kami telah membuat ralat untuk merevisi kesalahan tersebut di Kolom Stop Press. Kami sungguh menghargai perhatian yang Anda berikan untuk publikasi e-Konsel. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia, Tesa PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |