Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/69 |
|
e-Konsel edisi 69 (15-8-2004)
|
|
><> Edisi (069) -- 15 Agustus 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Menerapkan Iman dalam Kehidupan Kita - Renungan : Mazmur 70: Iman yang Mampu Menerobos Keadaan Genting - Cakrawala : Mulailah Melangkah dengan Iman - Bimbingan Alkitabiah : Iman: Masalah Kurang Iman - Surat : Artikel Seputar Keluarga/Suami Istri *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Kehidupan orang Kristen tidak terlepas dari iman. Bahkan saat seseorang pertama kali menerima Kristus dan memutuskan untuk menjadi Kristen, itu juga diawali dengan iman, percaya pada janji keselamatan dalam Yesus Kristus. Sejak saat itu, orang Kristen akan terus belajar hidup dalam iman kepada Allah. Banyak sekali pertanyaan yang muncul mengenai iman, sehingga penting bagi kita untuk mengupas dan menggalinya lebih dalam lagi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka edisi kedua e-Konsel bulan Agustus ini, masih akan mengulas tentang iman. Bersama-sama, Anda akan diajak untuk melihat dan merenungkan bagaimana iman menerobos keadaan- keadaan yang sulit dan genting. Bagi Anda yang rindu belajar hidup dan berjalan dalam iman pada Kristus, silakan menyimak sajian kami di Kolom Cakrawala. Bagi Anda yang saat ini merasa sedang lemah dalam iman, Anda akan menemukan solusinya di Kolom Bimbingan Alkitab. Jadi, segeralah simak sajian kami dan selamat melangkah di dalam iman! Tak lupa Redaksi e-Konsel juga ikut mengucapkan: SELAMAT ULANG TAHUN KEMERDEKAAN RI KE-59 MERDEKA!! Redaksi *RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN* -*- MAZMUR 70 -*- IMAN YANG MAMPU MENEROBOS KEADAAN GENTING Keadaan yang genting, kacau, dan tak terkendali seringkali memperhadapkan kita pada berbagai kemungkinan, risiko, kepanikan, dan tindakan yang harus diambil dengan cepat. Tidak jarang, pada situasi seperti ini, kita harus berhadapan dengan ketegangan, berbagai kebingungan, dan terdesak untuk melakukan tindakan yang gegabah. Pada situasi seperti ini, iman memegang peranan yang sangat penting. Iman akan menuntun kita untuk mengambil tindakan-tindakan yang tepat, yang tidak berdasarkan pada pertimbangan yang kacau, melainkan pada kebergantungan kita kepada Allah yang mengendalikan keadaan. Kitab Mazmur pasal 70 ini merupakan pancaran iman Daud yang mampu menerobos keadaan genting. Pengenalannya akan Allah menolongnya untuk tidak putus asa atau pun terpancing untuk bertindak gegabah, ketika dihadapkan pada situasi yang tidak terkendali. Sebaliknya, ia menunjukkan respon yang sangat mengagumkan. Dalam keadaan genting, ia menyediakan waktu sejenak untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, berinteraksi dengan-Nya, dan berdoa memohon agar Tuhan memberikan pertolongan-Nya dengan segera (ayat 2 dan 6). Ia menyadari ketidakberdayaannya, namun memiliki pengharapan yang kuat kepada Tuhan (ayat 3-5). Ia tidak bertindak gegabah dengan mengandalkan kekuatan dan strateginya sendiri, melainkan bergantung sepenuhnya kepada pertolongan Tuhan. Inilah teladan dari iman yang terpancar kuat di tengah keadaan yang genting. Keputusan untuk bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dalam situasi yang genting, bukanlah tindakan yang mudah diterapkan. Tetapi di sinilah letak dari nilai iman. Karena di dalam iman terkandung risiko. Iman yang mampu menerobos segala keadaan dan keterbatasan adalah iman yang mampu bertahan ketika dihadapkan pada pertaruhan dan risiko yang besar. Renungkan: Ketika kita menghadapi situasi yang penuh dengan kepanikan, di mana kita tidak lagi dapat menguasai keadaan, janganlah bersandar pada kekuatan sendiri. Sediakanlah waktu sejenak untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, berinteraksi dengan-Nya, dan bersandar sepenuhnya pada pertolongan-Nya yang akan datang tepat pada waktunya. -*-Sumber:-*- Arsip Publikasi e-SH (Santapan Harian), Edisi Kamis, 18 Oktober 2001 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2001/10/18/ *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- MULAILAH MELANGKAH DENGAN IMAN -*- Salah satu pelajaran terbesar yang hendak diberikan Allah kepada kita adalah bagaimana mulai berjalan di atas air. Melangkahlah dengan iman. Beranikan diri untuk melangkah dalam hal apa pun yang diperintahkan-Nya, baik kepada Anda sekeluarga maupun secara pribadi. Mungkin, sepuluh tahun yang lalu, Allah pernah berbicara kepada seseorang. Bahkan, Ia terus berbicara kepadanya, namun tidak memperoleh tanggapan atau reaksi apa pun dari orang tersebut. Bila Allah sudah begitu setia mengingatkan Anda bahwa Ia telah berbicara mengenai sesuatu hal kepada Anda, beranikan diri untuk melangkah dengan iman berdasarkan Firman Allah. Bagi orang Kristen, tidak adanya keberanian seperti ini akan menghasilkan hidup yang suram, gersang, tak berbuah, dan penuh keputusasaan belaka. Kemungkinan besar, Roh Kudus terus berbicara dan mendorong Anda untuk menaati Firman Allah yang telah disampaikan-Nya bertahun-tahun yang lalu. Kalau saja Anda berani melangkah, Anda akan menikmati kepenuhan Roh Kudus dan mulai berjalan di dalam kepenuhan Roh. Masih belum terlambat untuk memberikan reaksi Anda kepada-Nya. Setiap orang Kristen harus belajar "melangkah dengan iman". Di dalam Alkitab, orang-orang pilihan Allah disebut "orang-orang yang beriman". Apakah artinya ini? Pada dasarnya, ini berarti bertindak dengan keberanian seperti yang telah ditunjukkan oleh Petrus. Abraham adalah salah seorang dari orang-orang yang beriman ini. Ia memang tidak berjalan di atas air, tetapi ia berjalan di lautan padang pasir atas perintah Tuhan. Di dalam Ibrani 11:8 dikatakan: "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui." Waktu Abraham dipanggil Allah, ia tidak tahu sama sekali ke mana Allah akan membawanya. Bayangkan! Seberapa besar iman yang dibutuhkan Abraham untuk mempercayai Allah, sehingga ia berangkat. Satu-satunya yang dimiliki Abraham adalah janji Allah: "Abraham, Aku akan memberikan negeri bagimu dan anak cucumu. Jumlah mereka akan melebihi jumlah bintang di langit atau pasir di laut. Ikutlah dengan-Ku dan Aku akan membawamu ke negeri itu." Bagi Abraham, cukuplah ia tahu bahwa Allah sendiri yang sudah berbicara, dan dengan iman ia melangkah pergi. Ketaatan Abraham adalah iman yang dibuktikan. Setiap orang percaya dapat memperoleh pengalaman yang sama dengan Allah, bila ia mulai "melangkah dengan iman" di dalam Roh Kudus. Sekali Petrus atau setiap orang Kristen mau menaati Tuhan dan melangkah, ia akan mampu melakukan apa saja, sebab segala sesuatu adalah mungkin terjadi bagi mereka yang percaya. Sekali pun kelihatannya mustahil, Petrus percaya bahwa ia dapat berjalan di atas air menemui Yesus dan ia pun melangkah keluar dengan iman. Waktu Petrus sudah dekat dengan Yesus, tiba-tiba ia melepaskan pandangan daripada-Nya. Akibatnya, ia mulai tenggelam. Namun, pada saat ia berseru: "Tuhan, tolonglah aku!" Yesus pun mengulurkan tangan-Nya, mengangkatnya dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Mengingat sifat manusia pada umumnya, sangat besar kemungkinannya apabila Petrus menengok kepada orang-orang yang berada di perahu pada saat gelombang di bawah kakinya bergulung-gulung. Karena merasa bahwa ia pastilah satu-satunya orang yang pernah berdiri di atas air, boleh jadi ia berseru: "Hai, lihatlah aku! Aku sedang berdiri di atas air!". Kristus telah dilupakan dan Petrus sedang bermegah diri atas kebolehannya itu. Kuasa dari Allah ---------------- Begitu banyak di antara kita yang lupa terhadap asal kuasa yang ada dalam hidup kita. Kita memiliki pengalaman rohani dan doa-doa yang dijawab. Atau suatu ketika, kita memenangkan jiwa bagi Kristus dan pada saat yang penuh kemenangan dan suka cita itu, tiba-tiba kita lupa bahwa hal-hal tersebut terjadi karena kuasa Allah bekerja melalui kehidupan kita. Pada saat kita merasa percaya pada kekuatan diri sendiri, maka jatuhlah kita. Bagi Petrus, tentunya terasa sangat menyakitkan ketika Tuhan bertanya mengapa ia tidak beriman. Sebab bagaimana pun juga, ia telah melangkah keluar dari perahu. Ia juga sudah berjalan di atas ombak yang bergulung-gulung itu sampai di hadapan Tuhan Yesus. Namun demikian, Yesus mengatakan kepadanya bahwa ia tidak memiliki iman. Allah menantikan kita untuk taat supaya Ia dapat menunjukkan kuasa- Nya kepada kita dan kita seringkali takjub melihat besarnya kuasa itu. Hal-hal yang kecil bagi Allah, tampak begitu penting bagi kita. Saya masih teringat waktu pertama kali Allah menjawab salah satu doa saya. Permintaan saya begitu sepele, sehingga saya nyaris ragu- ragu untuk mengucapkannya. Waktu kami masih tinggal di Argentina, saya membaca sebuah kisah mengenai George Mueller, seorang beriman yang terkenal. Ketika itu, saya bekerja di sebuah bank yang sedang dilanda "mogok kerja" selama empat puluh dua hari. Dapat Anda bayangkan, betapa kacaunya sistem perbankan pada waktu itu. Selama pemogokan berlangsung, gaji para pegawai tidak dibayarkan. Ibu saya seorang janda dan saya masih mempunyai lima orang saudara wanita dan seorang adik lelaki. Kami sudah kehabisan uang sama sekali. Selesai membaca buku tentang pengalaman-pengalaman George Mueller, saya pun berkata: "Tuhan, saya belum pernah mengalami sendiri sebuah jawaban doa. Tunjukkan sebuah jawaban atas doa saya dan kirimlah uang kepada saya, supaya saya dapat berangkat ke bank dengan naik bis. Kirimkan uang itu dengan cara yang membuat saya tahu bahwa uang itu adalah daripada-Mu." Saya sudah sering melihat doa-doa ibu saya terjawab. Saya tahu bahwa ia memiliki iman dan bahwa Tuhan menjawab doa, tetapi saat itu saya menginginkan jawaban bagi saya pribadi. Pagi itu saya bangun pagi, sebab di musim panas, bank buka mulai pukul tujuh pagi. Dalam bayangan saya, Tuhan menjawab doa saya dengan jalan menggerakkan seseorang untuk menjatuhkan uang dua puluh lima sen, supaya saya dapat menemukannya dan kemudian saya dapat pergi ke bank dengan naik bis. Meskipun saya mengharapkan Allah bekerja, namun iman saya begitu kecil. Hal ini terlihat pada tindakan saya yang bangun pagi-pagi sekali, supaya mempunyai cukup waktu untuk berjalan kaki ke bank, seandainya uang itu tidak dikirimkan oleh Tuhan. Ketika saya meninggalkan rumah, hari masih gelap. Sepanjang perjalanan, saya mencari-cari uang dua puluh lima sen yang saya kira pasti akan saya temukan. Saya menuju sudut jalan dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Saya perhatikan setiap orang yang sedang repot mencari-cari uang kecil di dompet mereka. Saya juga melihat ke semua arah, tetapi tidak juga menemukan uang dua puluh lima sen itu. Saya berpikir, mungkin uang dari Tuhan tidak ada di halte bis yang ini, karena masih ada satu halte lagi, maka saya pun berjalan ke situ. Uang yang saya butuhkan itu pasti akan ada di sana. Saya telah berjalan sejauh tiga blok di dalam kabut yang gelap ketika saya mendengar seseorang sedang berusaha mendorong mobilnya keluar dari garasi. Nafasnya sudah terengah-engah, namun ia tak berhasil mengeluarkan mobilnya. Saya menawarkan bantuan untuk mendorong mobilnya. Sementara mobil yang mogok itu menggelinding menuruni bukit, mesinnya pun hidup dan sebentar kemudian sudah tak nampak ditelan kabut. Saya melanjutkan perjalanan menuju ke halte bis terakhir dan belum juga menemukan uang itu. Tiba-tiba, saya mendengar suara mobil berhenti di dalam kabut. Ternyata, itu adalah orang yang saya tolong tadi. Dibukanya jendela sambil meminta maaf karena tidak menawarkan tumpangan kepada saya. Ia lalu bertanya ke mana saya akan pergi. Waktu saya jawab pertanyaannya itu, ia berkata bahwa ia bekerja di bank yang terletak di seberang jalan dan ia akan mengantar saya dengan senang hati. Bagi Anda, pengalaman saya ini mungkin tidak terlalu istimewa, tetapi jawaban atas doa saya ini sungguh menggetarkan hati saya. Nilainya mungkin hanya dua puluh lima sen saja, tetapi bagi saya ini sudah merupakan ujian yang besar. Ini adalah pengalaman saya yang pertama dengan Allah di mana Ia menjawab doa saya, menembus semua kebimbangan saya. Dari Iman Kecil Menuju Iman Besar --------------------------------- Pada waktu kami mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani di Lima, Peru, kami ingin agar setiap kebaktian ini disiarkan melalui jaringan televisi. Para anggota tim yang menangani Kebaktian Kebangunan Rohani itu menulis: "Luis, untuk mendapatkan kontrak itu kita memerlukan uang." Saya membalas: "Tanda tanganilah kontrak itu. Kita belum mempunyai uangnya, tetapi aku percaya, Tuhan akan mengirimkannya." Buku kas Misi kami saat itu mengalami defisit 0. Sementara berdoa di rumah, saya percaya dengan iman bahwa Allah akan mengirimkan uang yang diperlukan itu. Panitia Kebaktian Kebangunan Rohani tersebut menandatangani kontrak. Kebaktian Kebangunan Rohani pun dimulai, malam pertama, kedua, dan ketiga -- dan uang sejumlah 00 yang kami butuhkan itu belum juga tersedia. Manajer jaringan televisi itu tidak tahu sama sekali bahwa kami tidak memiliki uang sesen pun untuk membayar ongkos penyiaran itu. Pada hari keempat, datanglah sebuah telegram dari istri saya, Pat. Isinya adalah: "PUJI TUHAN TITIK LONGHILL CHAPEL DI CHATHAM NEW JERSEY MENGIRIM 00 UNTUK TELEVISI TITIK". Gereja yang mengirimkan uang itu bahkan tidak tahu bahwa kami membutuhkannya. Diperlukan waktu beberapa tahun lamanya antara kejadian dua puluh lima sen dan 00 itu. Dibutuhkan pula praktik dan pengalaman iman untuk dapat menerima anugerah yang mengherankan itu. Tetapi, setiap orang memang harus memulainya dari awal. Hal yang menggairahkan dalam permulaan mempraktikkan iman adalah bahwa Allah senang memberikan pengalaman-pengalaman tersebut kepada kita. Boleh jadi, kadang-kadang kita mengajukan permintaan-permintaan yang bodoh dan aneh. Hak apa yang dimiliki Petrus untuk meminta agar dapat berjalan di atas air? Meskipun demikian, Tuhan menyuruhnya datang dan ia pun mendapat upah atas imannya itu. Mulailah melangkah berjalan dengan iman. Apa yang Anda risaukan dalam hidup ini bukanlah persoalan, percayalah bahwa Tuhan akan memberikan suka cita dan berkat ketika menjawab iman Anda yang kecil itu. Iman yang sedikit ini pun akan mampu menjadi sesuatu yang menggairahkan bagi Anda. Iman yang kecil dapat menjadi besar bila kita mulai menerapkannya hari lepas hari. -*- Sumber diambil dari: -*- Judul Buku : Melangkah dengan Iman Judul Artikel: Mulailah Melangkah dengan Iman Penerbit : Yakin, Surabaya, 1981 Penulis : Luis Palau Halaman : 32 - 37 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- IMAN: MASALAH KURANG IMAN -*- AYAT ALKITAB ============ Matius 17:20 Roma 5:1 Markus 11:22 1Petrus 1:6-9 LATAR BELAKANG ============== Seringkali orang yang kita layani menyatakan keinginannya untuk memiliki iman yang lebih kuat. Kita bisa mendefinisikan iman sebagai suatu penyerahan diri total kepada Allah: Diri, Karya, dan Firman-Nya. Iman adalah mempertaruhkan hidup kita pada kelayakan Allah untuk dipercaya. Tetapi tanpa iman yang mempengaruhi hidup kita, ia hanya sekedar slogan kosong. Penjelasan Alkitab yang paling terkenal tentang iman menunjuk kepada segi fungsinya, bukan kepada uraian tentang hakikat dan faedah iman: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1) Injil adalah jalan iman. Hidup Kristen adalah perjalanan iman. Iman memperkenan Allah dan Dia menghargainya. "Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, barangsiapa berpaling kepada Allah ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." (Ibrani 11:6) STRATEGI BIMBINGAN ================== Untuk yang non-Kristen: ------------------------- Jika orang yang Anda layani berbicara sedemikian rupa tentang iman, sampai nyata bahwa dia kurang mengerti mengenai arti iman yang menyelamatkan, jelaskan mengenai "Damai dengan Allah", [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; atau CD-SABDA: Topik 17750]]. Tekankan bahwa hanya melalui iman, kita dapat mengenal Allah. Masuk ke dalam hubungan yang benar dengan Dia melalui Yesus Kristus, berarti menyerahkan diri karena iman kepada Pribadi dan karya-Nya, seperti yang diungkapkan dalam kematian-Nya di kayu salib dan dalam kebangkitan-Nya. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17) "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8,9) Jelaskan kepadanya, bagaimana "Mendapatkan Kepastian Keselamatan" [["Kepastian Keselamatan" -- Traktat untuk orang yang telah menerima Kristus, namun mengalami keraguan (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 9; atau CD-SABDA: Topik 17752]]. Untuk yang Kristen: ------------------- Jika orang yang menyatakan keprihatinannya tentang kelemahan imannya atau keinginannya untuk memiliki iman yang lebih kuat itu adalah seorang Kristen, maka: 1. Tanyakan kepadanya: Mengapa Anda menginginkan iman lebih? Apa yang Anda inginkan dari iman Anda? Mungkin dia kurang yakin tentang hubungannya dengan Kristus. Bila demikian, jelaskan "Kepastian Keselamatan" sambil menegaskan Efesus 2:8-9. 2. Jika ternyata posisi keselamatannya karena iman dalam Kristus, jelas, maka jelaskan padanya pengertian tentang iman yang bertumbuh. A. Hidup beriman tidak tumbuh dalam sekejap mata, tetapi melalui proses yang ajaib. Yang memperdalam iman kita adalah disiplin rohani. B. Dorong dia untuk mengakui kekurangan iman sebagai dosa. "... dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa." (Roma 14:23) "Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup." (Ibrani 3:12) C. Doronglah, supaya ia membaca Alkitab sebagai sumber iman. Dalam Perjanjian Baru saja, ada sekitar 500 ayat acuan tentang "iman", "percaya", dan sebagainya. Ia perlu membaca dan mempelajarinya! Anjurkanlah ia untuk mencatat setiap ayat yang berbicara tentang iman, lalu mempelajari masing-masing ayat sesuai dengan konteks, untuk mengetahui perkataan Allah tentang iman dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupannya. D. Doronglah ia untuk melatih imannya melalui hidup di dalam doa. Beberapa ayat mengkaitkan iman dengan doa, misalnya: Matius 17:20, Yakobus 5:15. Iman bertumbuh bersama pengalaman kemenangan kita dalam berdoa. E. Doronglah ia untuk mulai menerapkan apa yang dipelajarinya mengenai iman, mengujinya dalam hidup dan pengalaman. Misalnya, dalam Amsal 3:5-6, Allah menjanjikan bimbingan-Nya, jika kita memenuhi beberapa persyaratan. Jika orang itu ingin dipimpin Tuhan dalam keputusan atau tindakan yang akan diambilnya, ia harus melakukan persyaratan yang diberikan Tuhan agar janji bimbingan-Nya boleh dialami. F. Desaklah ia untuk mulai membuktikan imannya dengan memberanikan diri untuk lebih mempercayai Allah dan bertindak sesuai dengan iman. Iman sejati bersifat dinamis; melahirkan tindakan! Para pahlawan iman (Ibrani 11:1-40) adalah mereka yang bergerak bersama Tuhan, maka terlibatlah dalam pelayanan Kristen! "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia." (1Korintus 15:58) ------------------------------Kutipan------------------------------ Menurut Billy Graham: "Iman akan menampakkan dirinya dalam tiga hal: doktrin, ibadah, dan persekutuan. Ia akan mengungkapkan dirinya dalam moral, dalam cara kita hidup dan bertindak. Alkitab juga mengajarkan bahwa iman tidak berhenti dengan mempercayai Kristus untuk keselamatan kita. Iman berlangsung terus! Iman bertumbuh! Mungkin lemah pada mulanya, tetapi akan menjadi makin kuat, sambil kita mempelajari Alkitab, berdoa, bergereja, dan mengalami kesetiaan Allah dalam hidup Kristen Anda." --------------------------Kutipan_Selesai-------------------------- -*- Sumber -*-: Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Billy Graham Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) Halaman : 74 - 75 *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: Roy <roy@> >Dh. >Mohon tanya untuk mendapatkan artikel2 mengenai keluarga/seputar >Suami-Istri. Karena dahulu pernah saya mendapatkan cukup banyak >al. lewat situs; ayah-bunda. ttp sekarang saya mencoba baik di >Telaga maupun Ayah-bunda ternyata tidak bisa. Terima kasih untuk >bantuannya. >Salam sejahtera, >roy. Redaksi: Saudara Roy yang terkasih, Terima kasih untuk surat yang Anda kirimkan kepada kami. Artikel- artikel yang Anda inginkan bisa Anda dapatkan di situs arsip e-Konsel, karena sudah beberapa kali e-Konsel membahas topik tentang keluarga atau hubungan suami istri. Silakan berkunjung ke: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/ Selain di situs arsip e-Konsel, Anda juga bisa mendapatkan artikel- artikel sejenis di Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I) di alamat: ==> http://www.sabda.org/c3i/ Dalam situs ini Anda cukup menuliskan kata kunci dari artikel yang Anda inginkan pada fasilitas cari (search), misalnya "keluarga", "suami" atau "istri", maka Anda akan dituntun menuju ke bahan-bahan yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Situs TELAGA juga menyediakan banyak sekali bahan-bahan tentang keluarga dan suami istri. Silakan berselancar di Situs TELAGA: ==> http://www.telaga.org/ Tuhan memberkati!! e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia, Tesa, dan Kristianto PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |