Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/68 |
|
![]() |
|
e-Konsel edisi 68 (1-8-2004)
|
|
><> Edisi (068) -- 01 Agustus 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Anggapan yang Salah tentang Iman - Cakrawala (Artikel 1): Apakah Iman itu? (Artikel 2): Iman yang Bertumbuh - Bimbingan Alkitabiah : Iman - Info : Situs Eunike - Surat : Identitas Pengirim Surat Konseling *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Banyak orang yang beranggapan bahwa jika kita memiliki iman yang kuat, maka kita akan mampu menghadapi semua permasalahan hidup. Iman adalah sebagai senjata ampuh untuk mengatasi semua permasalahan hidup. Apakah benar demikian? Bagaimana seharusnya orang Kristen mengerti tentang iman? Selama bulan Agustus, e-Konsel akan mengangkat tema berseri tentang IMAN KRISTEN. Kami berharap, tema ini akan menjawab pertanyaan- pertanyaan Anda mengenai iman seorang Kristen dan penerapan iman dalam kehidupan Kristen. Sebagai topik pertama, edisi 068/2004 akan membahas tentang "Apakah Iman Itu?". Untuk melengkapinya, maka topik kedua, pada edisi 069/2004, akan membahas tentang "Hidup dalam Iman". Dalam edisi ini, kami akan membahas topik pertama, "Apakah Iman itu?". Ada dua artikel yang disajikan. Kami harap artikel-artikel ini bisa membantu Anda untuk mengerti lebih dalam tentang arti iman. Selain itu, dalam Bimbingan Alkitab, Anda akan menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan iman dari tokoh-tokoh Alkitab. Nah, sekarang silakan menyimak sajian pertama kami tentang iman! Selamat membaca! *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* (Artikel 1) -*- APAKAH IMAN ITU? -*- Beberapa tahun lalu, setiap hari Kamis, saya mengajar tentang Alkitab di Universitas California Selatan. Suatu waktu, setelah selesai mengajar, seorang wanita muda datang kepada saya. Saya bisa menebak, saat itu ia sedang marah. Ia mengatakan kepada saya bahwa ia dibesarkan dalam keluarga yang saleh dan selama beberapa waktu, ia mengikuti gereja orangtuanya. Kemudian, serangkaian kemalangan menimpanya, sehingga ia "kehilangan imannya". Sekarang, ia tidak lagi bergereja. Ia mengatakan kepada saya bahwa perpecahan terakhir antara dia dengan imannya yang terdahulu adalah waktu ia melemparkan Kitab Perjanjian Barunya yang sudah ia simpan di laci selama berbulan- bulan. Ini merupakan simbol tentang keputusan terakhirnya. Ia datang untuk bertanya kepada saya, apakah iman itu? Tetapi saya mengembalikan pertanyaan itu kepadanya. Ia menjawab, "Iman adalah percaya pada apa yang tidak dapat engkau ketahui." Saya berkata, "Apakah engkau percaya kepada Bill Bright?" Ia menjawab, "Aku tidak kenal dia -- bagaimana aku dapat mempercayainya?" Saya katakan, "Tunggu dulu. Kau baru saja mengatakan bahwa iman adalah percaya pada apa yang tidak dapat kauketahui. Sekarang, engkau mengatakan bahwa engkau tidak dapat percaya pada orang yang tidak engkau kenal. Mana yang benar?" Penjelasan wanita muda itu benar dalam hal kedua. Pengetahuan harus ada sebelum adanya iman. Iman adalah tanggapan atas kebenaran. Tujuan Alkitab adalah untuk membawa kita kepada kebenaran itu. Jikalau saya menanggapinya dengan iman, saya yakin itu disebabkan karena Roh Kudus sedang bekerja di dalam hidup saya. Iman bukan sesuatu yang didasarkan pada kekosongan. Iman juga tidak diperoleh. Dalam Roma 10:17, Paulus menjelaskan bahwa "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus." Saya mempercayai istri saya ketika saya mengawininya empat puluh tiga tahun yang lalu; dan bila Saudara bertanya pada saya, apakah saya mempercayainya secara mutlak, saya harus mengaku ya. Saya telah hidup bersamanya selama puluhan tahun, dan saya telah mengetahui dari dekat bahwa dia bisa dipercaya. Karena didasarkan pada pengenalan, maka kepercayaan saya padanya total. Hal ini pun berlaku waktu kita mengenal Allah. Semakin saya mengalami sesuatu di dalam Dia, bersandar pada-Nya, dan mengetahui bahwa Ia selalu menanggung beban saya -- tidak peduli betapa beratnya beban yang saya serahkan pada-Nya -- semakin saya mempercayai-Nya. Iman harus selalu mengalami ujian. Beberapa sahabat dekat kami mempunyai anak yang mengidap kanker yang serius. Selama tiga bulan terakhir, mereka telah ditantang dan mengalami ujian yang luar biasa, dan mereka belum juga melampaui masalah mereka. Tetapi, di balik semua pergumulan mereka, ada iman yang besar dan keyakinan yang hebat bahwa Allah sanggup melakukan apa yang Ia katakan. Ia sanggup mendatangkan kebaikan dari keadaan apa pun. Dalam Roma 4:11 disebutkan mengenai Abraham sebagai "bapa semua orang percaya", karena teladan yang diberikan dahulu tentang percaya kepada Allah. Waktu mengikuti pimpinan Tuhan ke negeri lain, dia "taat ... lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju" (Ibrani 11:8). Baru-baru ini, saya membaca mengenai seorang pemimpin, yaitu orang yang mengetahui ke mana ia pergi. Saya segera membandingkan hal itu dengan Abraham yang pergi tanpa mengetahui tujuannya. Definisi kepemimpinan seperti itu merupakan satu contoh pemikiran duniawi -- terpisah dari pemikiran Alkitab, sebagaimana iblis terpisah dari Allah. Itu merupakan fakta tentang suatu bentuk keduniawian yang tidak kentara, yang merayap ke dalam pemikiran banyak orang Kristen, seperti ular yang merayap masuk ke taman Eden. Sebaliknya, Alkitab menganjurkan iman kepada Allah yang kita kenal. Dialah pemimpin kita dan Ia mengajar kita untuk mengikuti-Nya dengan percaya. Dalam Roma 4:18-21, Paulus melukiskan tentang iman Abraham. "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya.... Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Dalam usia seperti mereka, hamil benar-benar tidak mungkin. Tetapi, janji Allah melampaui segala keadaan mereka. Iman tidak pernah menyangkali kenyataan, bagaimanapun buruknya. Tetapi, iman mengakui fakta yang lebih tinggi dan lebih berkuasa, yaitu tentang integritas dan janji-janji Allah. Abraham menghadapi apa yang secara manusiawi merupakan situasi tanpa harapan lagi -- tetapi sebagaimana saya pernah mengingatkan salah seorang profesor seminari, "Tidak ada harapan bukan perkataan orang Kristen. Perkataan itu tidak ada dalam kamus kita". Namun, bersama Allah selalu ada jalan untuk hidup. Paulus mengingatkan kita bahwa hakikat iman alkitabiah adalah yakin bahwa Allah sanggup melaksanakan apa yang Ia janjikan (lihat Efesus 3:20). Kita perlu berpikir tentang iman dalam arti kualitasnya, bukan kuantitasnya. Iman bukan alat untuk jual beli, seperti mata uang, yang dihitung menurut nilainya. Kita cenderung berpikir bahwa bilamana kita mempunyai cukup iman, maka kita bisa "membeli" apa saja yang kita inginkan dari Allah. Tidak! Iman adalah kepercayaan mutlak -- menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah. Jangan sekali-kali, kita menyalahkan orang lain dengan mengatakan, "Wah, andaikan mereka mempunyai cukup iman ....", maka hal-hal tertentu itu akan tercapai. Beberapa tahun yang lalu, Kathryn Kuhlman yang banyak menyembuhkan orang, dalam satu wawancara televisi ditanya, mengapa tidak setiap orang yang datang kepadanya bisa disembuhkan. Kathryn menjawab dengan cara yang indah sekali, "Allah itu Maha Kuasa untuk menyembuhkan, dan Dialah yang menyembuhkan beberapa orang dan tidak menyembuhkan yang lain. Tidak ada sesuatu yang lebih kejam daripada menyalahkan orang dengan mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai cukup iman untuk dapat disembuhkan. Itu semua tergantung kepada Allah." Kita bertumbuh dalam iman waktu kita menggemakannya. Ingat, betapa sulitnya dahulu bagi Abraham dan Sara untuk mempercayai janji Allah. Tetapi melalui setiap pengalaman, waktu mereka melihat janji-Nya digenapi, iman mereka bertambah kuat. Kekuatan seperti itu datang hanya jikalau kita menggunakan iman dalam hidup kita. "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus." Semakin kita mengetahui Firman, maka semakin kita mengenal Yesus, dan iman kita akan menjadi semakin kuat. -*- Sumber -*-: Judul Buku : Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis Judul Artikel: Apakah Iman itu? Penulis : Richard Halverson Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Lembaga Literatur Baptis, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002 Halaman : 266 - 268 *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* (Artikel 2) -*- IMAN YANG BERTUMBUH -*- Bagaimana saya bisa mempunyai lebih banyak iman? Roma 10:17 berkata, "jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus." Iman erat hubungannya dengan pengetahuan. Pengetahuan tentang Allah memperkuat iman dan percaya kita kepada Allah. Allah tidak membiarkan kita tanpa bukti yang cukup untuk memungkinkan kita percaya kepada-Nya. Ada beberapa cara untuk meningkatkan pengetahuan kita mengenai Allah agar iman kita bertambah. Pertama, Alkitab menunjukkan kepada kita bagaimana Allah bekerja dan masih tetap bekerja. Pengetahuan yang bertambah tentang Alkitab akan meningkatkan iman. Kedua, Yesus Kristus, melalui kehidupan dan ajaran-ajaran-Nya, menambah iman kita untuk melihat kebaikan Allah terhadap kita. Pengetahuan yang bertambah mengenai Yesus akan menambah iman kita pula. Ketiga, sejarah yang menunjukkan pekerjaan Allah di dunia. Pengetahuan tentang bagaimana Ia menjawab doa, mengubah hidup, dan menghilangkan penderitaan sangatlah membangun iman. Tetapi, semua kenyataan ini tidak akan berguna jika Roh Kudus tidak meyakinkan hati kita. Sesungguhnya, kita bisa mengetahui Alkitab halaman demi halaman, mempelajari setiap kejadian dalam kehidupan Kristus, dan melihat apa yang Kristus lakukan sepanjang sejarah -- tetapi jika Roh Kudus tidak meyakinkan kita akan dosa kita dan memberi kita iman, kita tidak akan menanggapinya. Matius 6:25-34 menuliskan tentang perkataan Yesus kepada para murid- Nya waktu mereka kuatir tentang apa yang akan mereka pakai dan apa yang akan mereka makan. Yesus tidak mengatakan kepada mereka, "Tunggu saja, nanti semua akan beres. Jangan kuatir tentang semuanya ini. Percaya saja." Ia tidak berkata demikian. Sebaliknya, Ia menunjukkan bahwa Bapa-Nya tetap menguasai segala situasi dan akan memelihara mereka. Melihat pada buktinya, Ia berkata, "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung" -- dengan kata lain, mereka tidak bekerja -- "namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga." Yesus menggunakan kenyataan itu untuk memperlihatkan kepada para murid-Nya, "Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?" Jadi, mula-mula Yesus memberikan bukti yang ada, kemudian Roh Kudus meyakinkan mereka tentang hal itu. Ia juga memberi kita bukti tentang kemampuan-Nya yang tidak diragukan lagi untuk mengendalikan berbagai peristiwa dan keadaan. Salah satu bentuk bukti adalah tulisan sejarah dalam Alkitab. Jika Allah bisa melepaskan umat-Nya pada saat mereka keluar dari Mesir misalnya, Ia pasti dapat melakukan demikian juga sekarang ini. Inilah sebabnya, mengapa keluarga-keluarga Yahudi, pada waktu makan perjamuan Paskah, mengingat kembali cerita-cerita tentang kelepasan yang Allah berikan bagi umat-Nya dari tangan Mesir. Para bapak tidak menceritakan kisah ini sekadar untuk menyenangkan anak-anak. Peristiwa ini diceritakan untuk memberikan bukti yang kuat bahwa Allah itu telah berlaku setia. Kesetiaan Allah pada masa lampau memberi anak-anak itu dasar iman untuk percaya bahwa Ia akan terus bekerja sampai sekarang. Suatu pagi, saya membawa anak-anak saya untuk makan pagi, lalu kami menyelidiki kisah Abraham dan Lot. Saya tidak menceritakan kisah Alkitab ini kepada tiga anak saya hanya untuk menambahkan pengetahuan umum mereka, tetapi untuk memperkenalkan mereka kepada Oknum Allah itu, untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana Allah memenuhi suatu kebutuhan ribuan tahun yang lalu. Kemudian, saya menghubungkan kekuasaan Tuhan di masa sekarang. Saya menunjukkan kepada mereka bahwa Dialah Tuhan yang dapat mereka percayai. Dengan melakukan hal ini, saya memberi mereka bukti bahwa Allah itu setia adanya. Semakin kita mengenal Allah, semakin bertumbuh pula iman kita kepada-Nya -- jika kita terbuka pada pekerjaan Roh Kudus, yang membuat Firman Allah menjadi hidup di dalam hati kita. -*- Sumber:-*- Judul Buku : Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis Judul Artikel: Iman yang Bertumbuh Penulis : Josh McDowell Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Lembaga Literatur Baptis, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002 Halaman : 294 - 296 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- IMAN -*- "Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Lukas 1:45) "Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku." (Kisah Para Rasul 27:25) "Ia (Abraham) diperkuat dalam imannya..., dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:20,21) Tuhan meminta agar kita menyimpan Firman-Nya di dalam hati kita. Dengan iman, Firman itu diterima di dalam hati sanubari yang paling dalam. Hendaklah orang Kristen selalu berusaha mengetahui lebih dalam tentang iman; dengan demikian, ia akan lebih mengerti mengapa hal-hal yang besar dihubungkan dengan iman, Ia akan semakin sadar bahwa keselamatan yang sempurna itu bergantung kepada iman (2 Tawarikh 20:20; Markus 9:23; Ibrani 11:33,35; 1 Yohanes 5:4,5). Sekarang, saya minta agar pembaca sekali lagi membaca ketiga ayat di atas dan mencari pokok utama yang diajarkan ayat-ayat tersebut mengenai iman. Jangan membaca yang lain, tetapi pertama-tama, bacalah Firman Tuhan tersebut dan bertanyalah kepada diri sendiri mengenai yang diajarkan ayat-ayat itu tentang iman. Ayat-ayat itu menyatakan bahwa iman selalu bertalian dengan apa yang telah dikatakan atau dijanjikan Allah. Apabila seseorang yang terhormat mengatakan sesuatu, ia selalu menggenapi kata-katanya; perkataannya selalu diikuti dengan perbuatan. Demikian juga dengan Allah; apabila Ia akan melakukan sesuatu, Ia akan mengatakannya terlebih dahulu di dalam Firman-Nya. Apabila seorang anak Allah benar-benar memiliki keyakinan ini, Allah selalu mengerjakan baginya apa yang telah dikatakan-Nya. Bagi Allah, kata dan perbuatan selalu seiring; kata-kata-Nya selalu diikuti dengan perbuatan-Nya. Pernahkah Ia mengatakan sesuatu dan tidak melakukannya? (Kejadian 21:1, 32:12; Bilangan 14:17,18,20, 23:19; Yosua 21:45, 23:14; 2Samuel 7:25,29; dan Mazmur 119:49). Apabila di dalam Firman-Nya, Allah berjanji untuk melakukan sesuatu, saya senantiasa yakin bahwa Ia akan menepatinya. Hanya, saya harus berpegang teguh kepada Firman-Nya itu, dan berserah kepada-Nya. Allah akan menjaga bahwa Ia menggenapi Firman-Nya bagi saya. Sebelum saya merasakan atau mengalami sesuatu, saya berpegang teguh kepada janji-Nya itu; dan dengan iman saya mengetahui bahwa Allah akan menepatinya (Lukas 1:38,45; Yohanes 3:33, 4:50, 11:40, 20:29; Ibrani 11:11,18). Sekarang, apakah iman itu? Iman ialah kepastian bahwa apa yang dikatakan Allah itu benar. Apabila Tuhan menyatakan bahwa sesuatu akan ada atau akan terjadi, iman itu lalu bersukacita, walaupun tidak melihat tanda-tanda apapun mengenai hal itu (Roma 1:17, 4:5, 5:1; Galatia 3:27; Efesus 1:19, 3:17). Apabila Tuhan mengatakan bahwa Ia telah memberikan sesuatu kepada saya dan bahwa sesuatu yang ada di sorga itu menjadi milik saya, maka dengan iman saya mengetahui dengan pasti bahwa itu adalah milik saya (Yohanes 3:16,17,36; 1 Yohanes 5:12,13). Apabila Allah mengatakan bahwa sesuatu akan terjadi, atau bahwa Ia akan melakukan sesuatu bagi saya, bagi iman hal itu sama seperti jika saya sudah dapat melihatnya (Roma 8:38; Filipi 3:21; 1 Tesalonika 5:24; 1 Petrus 1:4,5). Perkara-perkara yang sudah ada, tetapi belum pernah saya lihat dan perkara-perkara yang sekarang belum ada, tetapi akan datang, bagi iman semuanya sama-sama pasti. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1) Iman selalu hanya menuntut pada apa yang telah dikatakan Allah, serta bersandar pada kuasa dan kesetiaan-Nya untuk menggenapi Firman-Nya. Sekarang, baiklah kita kembali memperhatikan kata-kata yang tertera dalam Alkitab. Tentang Maria dapat kita baca, "Dan berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." Segala sesuatu yang telah dikatakan di dalam Firman itu akan digenapi bagi saya, saya percaya akan hal itu. Dalam kisah Abraham dijelaskan bahwa ia benar-benar yakin bahwa Allah dapat menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya. Inilah kepastian iman -- keyakinan bahwa Allah akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya. Tetap seperti apa yang dikatakan Paulus, "Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku." Paulus yakin bahwa Tuhan akan melaksanakan apa yang sudah dikatakan-Nya. Murid-murid Kristus yang masih baru, hidup baru, hidup kekal yang ada di dalam kita merupakan hidup yang berdasarkan iman. Tidakkah kita melihat betapa sederhananya dan betapa penuh dengan berkat hidup yang berdasarkan iman itu? Setiap hari saya membaca Firman- Nya, dengan demikian saya mendengarkan apa yang telah dikatakan Allah tentang hal yang sudah dan yang akan dilakukan-Nya (Galatia 2:20, 3:2,5, 5:5,6; Ibrani 10:35; 1 Petrus 1:3). Saya menyediakan waktu untuk menyimpan Firman Allah itu di dalam hati; dan saya memegangnya dengan teguh serta yakin bahwa Allah dapat melaksanakan apa yang telah dijanjikan-Nya. Dan dengan iman seperti iman seorang anak, saya menantikan penggenapan semua janji Firman Allah yang mulia. Saya sudah mengalami Firman-Nya ini: berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana. Tuhan berjanji; saya percaya; Tuhan menggenapi: itulah rahasia hidup baru. Doa: Ya Bapa, anak-Mu mengucap syukur kepada-Mu atas hidup iman yang harus kami tempuh. Hamba tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi Engkau dapat melakukan segala sesuatu. Semua yang dapat Engkau lakukan sudah Engkau katakan di dalam Firman-Mu. Setiap Firman yang hamba terima dan yang hamba tuntut dengan yakin daripada-Mu, Engkau genapi. Bapa, di dalam hidup yang berdasarkan iman ini, yang sangat sederhana dan sangat mulia, hamba ingin berjalan bersama-sama dengan Engkau. Amin. -*- Sumber:-*- Judul Buku : Membina Iman Judul Artikel: Iman Penulis : Andrew Murray Penerbit : Penerbit Kalam Hidup, Bandung, 1980 Halaman : 19 - 22 *INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO* -*- SITUS EUNIKE -*- http://www.eunikefamily.org/ Tidak hanya orang dewasa yang membutuhkan makanan rohani untuk memperkuat iman. Anak-anak, meskipun masih muda usianya, juga membutuhkan makanan rohani bagi iman mereka. Untuk itu, mereka perlu bantuan dari orang dewasa agar bisa mencernanya, khususnya orangtua anak tersebut. Situs Eunike merupakan salah satu situs Kristen yang memfokuskan pelayanannya pada perkembangan iman anak. Dalam situs ini Anda bisa mendapatkan artikel dan tips menarik seputar pendidikan iman anak. Silakan kunjungi situs ini di: ===> http://www.eunikefamily.org/ *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: <arti@> >Pengasuh e-Konsel yang terhormat, apakah setiap surat konseling >yang dikirimkan akan dimuat di e-Konsel? Jika ya, apakah >identitasnya bisa dirahasiakan? Terimakasih sebelumnya, Tuhan >berkati pelayanan e-Konsel Redaksi: Saudara Arti yang terkasih, terima kasih untuk surat Anda. Surat konseling yang kami terima tidak akan dimuat dalam publikasi e-Konsel. Surat-surat yang dimuat di e-Konsel adalah surat-surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan umum yang diharapkan jawabannya bisa menolong pembaca e-Konsel yang lain (seperti surat yang Anda kirim ini). Namun, alamat Anda tetap tidak akan kami cantumkan supaya Anda tidak menerima surat-surat nyasar/spam. Sedangkan surat yang berisi konseling pribadi akan kami jaga kerahasiaannya. Jawaban surat konseling akan kami kirimkan langsung lewat email. Nah, saya harap menjadi jelas sekarang. Silakan kirimkan surat ke Redaksi tanpa ragu-ragu lagi. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Yulia, Tesa, Natalia PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |