Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/64 |
|
e-Konsel edisi 64 (1-6-2004)
|
|
><> Edisi (064) -- 01 Juni 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Persahabatan - Renungan : Waktu untuk Persahabatan - Cakrawala : Mengenai Persahabatan: Sebuah Wawancara dengan Madeleine L'Engle - Telaga : Menjadi Sahabat Buat Anak [#75B] - Bimbingan Alkitabiah : Persahabatan - Surat : Topik Sahabat di e-Konsel *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Persahabatan merupakan suatu hubungan yang sangat unik. Adakalanya keberadaan seorang sahabat memiliki pengaruh yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh keluarga sendiri. Namun dalam bersahabat kita perlu waspada karena tidak semua persahabatan memberi dampak yang positif, karena ada juga yang memberi dampak yang buruk, bahkan merusak Anda. Jadi, bagaimana kita menjalin persahabatan yang dapat memberi dampak yang positif dalam hidup kita? Dan mungkinkah orangtua menjalin persahabatan dengan anaknya? Dan apakah unsur-unsur persahabatan yang sehat? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Anda kami ajak untuk menelaah dua sajian e-Konsel bulan Juni ini, yang secara khusus akan membahas tema PERSAHABATAN. Sebagai topik pertama kami akan membahas tentang PERSAHABATAN KRISTEN, yang dapat Anda nikmati dalam edisi kali ini (Edisi 064). Sedangkan topik kedua, yang akan kami terbitkan pada pertengahan bulan Juni (Edisi 065), akan membahas tentang UNSUR-UNSUR PERSAHABATAN YANG SEHAT. Harapan kami kedua edisi ini bisa cukup memberi bekal bagi Anda yang sedang bergumul untuk memulai suatu persahabatan. Bagi Anda yang telah menjalin persahabatan, kiranya sajian kami dapat melengkapi Anda dengan hikmat untuk melanjutkan persahabatan Anda. Tuhan memberkati Anda. Tim Redaksi *RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN* -*- WAKTU UNTUK PERSAHABATAN -*- Bacaan : Yohanes 15:12-17 Nats : Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu (Amsal 17:17) Kita tidak dapat menambah waktu. Hanya tersedia 24 jam dalam sehari, dan tak peduli bagaimanapun kerasnya kita berusaha, kita tetap tidak mungkin menambah waktu dari 24 menjadi 25 jam. Jadi masalah sebenarnya bukan bagaimana kita dapat menambah jumlah jam, tetapi bagaimana kita dengan bijaksana dapat menggunakan 1.440 menit dalam sehari yang terus bergulir secara tetap itu. Maka dari itu, renungkan sejenak masalah penting berikut ini. Selain makan, tidur, melakukan tugas-tugas penting, dan bekerja mencari nafkah, bagaimana kita menggunakan komoditas berharga yang kita sebut waktu itu? Dari berbagai hal yang kita lakukan, adakah kita memiliki waktu untuk menjalin suatu persahabatan? Penulis terkenal bernama Les Parrott III berkata bahwa menggunakan waktu untuk menjalin persahabatan lebih bermanfaat bagi kesejahteraan kita dibandingkan hal-hal lainnya. Ia menyatakan juga bahwa riset menunjukkan "mengabaikan persahabatan tidak hanya mengurangi kualitas hidup Anda, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan." Parrott mengatakan bahwa persahabatan dapat mengurangi risiko timbulnya penyakit. Jika penggunaan waktu untuk mempererat persahabatan sangat esensial bagi kesejahteraan hidup kita, bagaimana dengan persahabatan kita dengan Yesus? Apalagi Dia berkata kepada murid-muridnya, "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, ... tetapi Aku menyebut kamu sahabat" (Yohanes 15:15). Jika Anda mempercayai Dia sebagai Juruselamat, bersediakah Anda memberikan waktu Anda untuk mempererat hubungan Anda dengan Sahabat terbaik Anda itu? WAKTU DAPAT MENJADI SAHABAT ANDA BILA DIGUNAKAN UNTUK MEMPERERAT PERSAHABATAN DENGAN YESUS! -*- Sumber -*-: Arsip Publikasi e-RH (Renungan Harian), Edisi 13 Agustus 2001 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/08/13/ *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- MENGENAI PERSAHABATAN -*- SEBUAH WAWANCARA DENGAN MADELEINE L'ENGLE ISABEL Apa artinya persahabatan? ------------------------- Persahabatan bisa merupakan sebuah cermin yang di dalamnya saya bisa melihat diri saya sendiri dan mengetahui, melalui pemusatan perhatian pada sahabat saya, apa yang perlu saya lakukan agar saya menjadi lebih manusiawi. Bagi saya persahabatanlah yang membuat dunia berputar. Saya menghargai kawan-kawan saya; saya tahu mereka akan menerima saya sebagaimana adanya dengan segala kesalahan dan kekurangan dan semangat saya--tetapi saya pun menerima mereka dengan kasih yang sama. Yang saya maksudkan bukan penerimaan yang sifatnya membolehkan segala sesuatu sehingga saya tidak akan pernah menunjukkan apa yang sebenarnya salah. Ada rasa tanggung jawab tertentu di dalam persahabatan seperti dalam hubungan-hubungan yang lain. Misalnya, ada tanggung jawab penyunting saya untuk menunjukkan apa yang perlu saya lakukan guna mengubah tulisan saya sehingga menghasilkan buku yang lebih baik. Di sinilah kawan bisa atau seharusnya berfungsi sebagai sebuah cermin. Dua hal nampak sangat penting dalam persahabatan; pertama adalah kenal sejak lama -- fakta bahwa Saudara telah mengenal seseorang sejak lama, memperhatikan dia bertumbuh dan berkembang, dan selama jalan hidup Saudara tidak memisahkan Saudara untuk waktu sangat lama, Saudara sama-sama merasakan sejarah masa lampau. Saudara tidak perlu mempunyai persamaan dalam segala hal. Saya memiliki beberapa kawan yang saya kenal sejak remaja dan ada banyak hal dalam hidup kami yang benar-benar berbeda, tetapi kami telah saling mengenal keluarga kami dan telah tumbuh dewasa dengan bersama-sama merasakan banyak hal dalam hidup ini. Dasar kedua bagi persahabatan adalah kecocokan: menertawakan hal yang sama, menangisi hal-hal yang sama, suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan hebat bersama-sama -- pertanyaan tentang alam semesta. Saya mempunyai seorang sahabat baik sekali selama beberapa tahun saja. Ia juga seorang penulis, dan kami tidak pernah berkumpul tanpa berbicara mengenai Tuhan. Hal itu merupakan dasar paling baik bagi persahabatan, persoalan mengenai Pencipta kita. Sejauh manakah hubungan seseorang dengan Tuhan mempengaruhi persahabatannya? ----------------------------------------------------------- Jika ada perbedaan besar dalam konsepsi dua orang mengenai Tuhan, saya rasa persahabatan, yang mendalam dan menyenangkan tidak mungkin bertumbuh -- karena pengertian kita tentang sifat Allah mempengaruhi cara berpikir kita mengenai diri kita sendiri dan segala hal lain di dunia ini. Jikalau seseorang memandang Tuhan sebagai hakim yang suka marah dan penuh dendam, orang itu tidak mungkin mau bersahabat erat dengan saya. Hal ini dikarenakan saya melihat Tuhan dalam Alkitab sebagai Tuhan yang penuh kasih dan suka mengampuni. Di antara orang Kristen pun ada penekanan yang berbeda-beda, dan saya mempunyai kawan-kawan yang melihat Tuhan secara berbeda dengan saya. Tetapi saya bisa mendengar mereka dan mereka mendengarkan saya; kami tidak saling menutup diri. Bagaimana sahabat memperkaya kita? ---------------------------------- Kebanyakan teman-teman saya adalah orang-orang yang betul-betul kreatif dalam banyak hal. Kawan terlama dan terdekat saya -- sejak saya remaja -- adalah seorang dokter yang cemerlang. Walaupun saya penulis buku fiksi dan ia menekuni sains, kami mempunyai tanggapan yang sama persis waktu berjalan melintasi pemandangan alam yang indah dan tiba-tiba melihat tanaman yang jarang ada. Kami memberi tanggapan dengan cara yang sama terhadap keindahan yang ditunjukkan oleh Sang Pencipta dalam karya-Nya. Ada juga pengalaman saya yang merupakan contoh kontras, yaitu dengan seorang kawan lain semasa saya masih di Sekolah Dasar dulu. Saya masih ingat waktu kami saling berteriak ketika menafsirkan drama Shakespeare atau puisi Browning, dan orang berkata, "Putuslah persahabatan mereka." Lalu setengah jam kemudian kami akan berjalan bersama bergandengan tangan, tidak hanya bersahabat saja, tetapi malahan sangat harmonis. Namun kami sangat menyadari bahwa kami tidak bisa tinggal sekamar. Bagaimana tentang persahabatan yang menghancurkan? Bagaimana jika memutuskan persahabatan dirasa sebagai jalan yang terbaik? ----------------------------------------------------------------- Jikalau persahabatan kita sama sekali tidak bermanfaat, atau jika kita merasa bahwa orang lain itu berusaha mengubah diri kita, barangkali untuk sementara kita mundur dulu. Saya rasa kita tidak perlu memutuskan suatu persahabatan untuk selamanya. Sewaktu saya mula-mula keluar dari perguruan tinggi dan bekerja di teater di New York, saya melibatkan diri dengan sekelompok aktor dan aktris muda yang sangat berbakat. Lalu perlahan-lahan saya menyadari bahwa mereka mempunyai gaya hidup yang agak kacau. Mereka menjalani semacam kehidupan yang saya anggap tidak cocok dengan kehidupan saya, sebagai seseorang yang sedang berusaha melayani Tuhan. Oleh sebab itu saya menarik diri dengan cara yang saya harap dapat dilihat sebagai suatu pernyataan, tetapi seramah mungkin. Saya menyadari bahwa kalau saya tetap terlibat dengan kelompok itu maka ada kemungkinan malah ditarik ke dalam kehidupan mereka dan ini tentu akan sangat merusak hidup saya. Bagaimanakah memulai suatu persahabatan? ---------------------------------------- Persahabatan yang sungguh-sungguh rupanya dimulai pada masa remaja; saat itulah kita secara sadar bisa membangun hubungan. Pada saat itu kaum muda mulai mengerti prinsip persahabatan dan sanggup mengadakan pilihan. Saya ingat ketika saya berjalan-jalan dengan seorang pemuda, saya tahu bahwa persahabatan ini dapat berlangsung apabila kami sepakat berbicara tentang Tuhan dan mendiskusikan ide-ide kami. Saya biasanya bisa bercerita dengan cepat ketika bertemu seseorang kalau saya memiliki suatu dasar bagi persahabatan dengannya. Jika percakapan tetap berkisar pada hal-hal yang tak karuan, maka saya menyadari bahwa saya tidak akan menjadikannya seorang sahabat tetap. Di samping kedangkalan, apa lagi yang harus kita waspadai dalam persahabatan ini? --------------------------------------------------------------- Sangat sulit bersahabat dengan orang yang menganggap dirinya selalu paling tahu -- karena itu adalah semacam manipulasi. Kadang-kadang keadaan itu tidak jahat, tetapi toh bersifat merusak. Akar manipulasi adalah kesombongan -- menganggap dirinya sama dengan Tuhan, mengetahui segala sesuatu, dan merasa mempunyai hak untuk mengendalikan orang lain. Manipulasi bukan merupakan dasar bagi persahabatan atau bagi pengertian yang sesungguhnya tentang kodrat manusia. Kita semua adalah anak Tuhan, yang memiliki gambaran Allah di dalam diri kita (yang kadang-kadang sangat tersembunyi), yang merupakan tanda tentang penciptaan yang tidak pernah berhenti. Saya hanya tidak setuju dengan ide bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan berkata, "Oh, baik, sudah selesai." Ia tidak mengatakan sudah selesai sampai Ia berada di kayu salib. Pada waktu Allah menciptakan segala sesuatu, Ia berkata, "Ciptaan ini baik, sangat baik." Ketika saya melihat cucu saya yang baru lahir, saya menimang bayi yang mungil, lengkap dan sempurna -- tetapi belum selesai! Demikian pula saya yakin kita sebagai manusia dipanggil untuk menciptakan bersama- sama dengan Pencipta kita -- untuk saling menolong menuju kedatangan Kerajaan. Itu benar-benar lawan dari manipulasi. Sifat-sifat sahabat yang bagaimanakah yang selalu Saudara ingat? ---------------------------------------------------------------- Ada satu kata Perancis, "disponible", yang berarti siap kapan saja, tidak peduli bagaimanapun keadaannya termasuk yang tidak menyenangkan. Saya mempunyai kawan-kawan yang menarik, menyenangkan, dan lucu. Tetapi saya mengetahui bahwa jikalau saya benar-benar dalam keadaan terjepit saya tidak akan menghubungi mereka jam 2 pagi. Ada teman-teman lain yang saya tahu dapat saya hubungi kapan saja -- bukan untuk hal-hal yang remeh -- jika ada alasan yang akan mereka disponible. Saya mencoba hidup menurut standar ini juga. Apakah persahabatan seharusnya diadakan di antara orang-orang yang mempunyai persamaan? ------------------------------------------------------------------ Sudah tentu harus ada tingkat hubungan timbal balik yang tinggi dalam persahabatan. Kita tidak pernah sama persis dengan sahabat kita. Tetapi ada rasa saling bergantung yang Saudara ciptakan, yang di dalamnya masing-masing Saudara memberikan pemberian yang berbeda. Jikalau Saudara terlalu bergantung pada persahabatan maka Saudara cenderung mendewakan sahabat itu, dan Saudara akan meminta sesuatu dari sahabat itu yang seharusnya hanya Saudara minta dari Tuhan. Ada saat-saatnya dalam persahabatan ketika kebutuhan seorang lebih besar daripada kebutuhan orang yang lain, tetapi kemudian keadaan berbalik dan kebutuhan orang lain itulah yang lebih besar. Itu yang disebut hubungan timbal balik dan itulah yang membuat persahabatan tetap berlangsung. Hubungan timbal balik bisa terjadi antara orang-orang yang sangat berbeda usia dan sifatnya. Sepanjang hidup saya, saya memiliki sahabat-sahabat dari segala usia. Pada waktu saya masih muda, banyak dari kawan saya yang jauh lebih tua usianya; dan sekarang ketika saya menjadi semakin tua saya mempunyai kawan-kawan yang agak lebih muda umurnya tetapi saya juga mempunyai banyak sahabat yang seusia dengan saya. Tetapi walaupun berbeda usia, sering kali ada kecocokan ide dan kesamaan pikiran tentang banyak persoalan. Apa yang kita ketahui tentang proses pembentukan persahabatan? Nah, satu hal penting adalah bahwa persahabatan itu memerlukan waktu. Saudara mungkin bertemu seseorang dan segera berhubungan. Tetapi sebelum hubungan itu bisa tumbuh menjadi persahabatan yang sungguh, Saudara harus saling mengenal selama suatu jangka waktu. Beberapa orang yang saya temui membuat saya berpikir apakah ini adalah benih yang mungkin akan menumbuhkan suatu persahabatan yang indah? Seringkali dugaan itu terpenuhi, tetapi kadang-kadang tidak. Seperti apa saja yang perlu tumbuh dengan baik, benih pertama itu memerlukan kesetiaan; pengairan, persiapan dan berbunga pada waktunya. Persahabatan mencakup disiplin dan juga keindahan. Diperlukan waktu untuk bertemu secara tetap; perlu usaha untuk duduk dan menulis surat, karena kita semua hidup dengan sangat sibuk, dan kita akan mudah tidak mempedulikan hal-hal ini. Tetapi seperti di dalam perkawinan dan dalam setiap hubungan yang kuat, kita membinanya agar bisa menikmati kebebasan kasih kita. Persahabatan jangan seluruhnya bergantung pada perasaan. Perasaan memang penting, tetapi jengkel atau kecewa terhadap seseorang jangan sampai merusak hubungan itu. Kita hendaknya tidak membuang atau mematikan persahabatan hanya karena ternyata tidak semuanya menyenangkan. Kadang-kadang kita sebagai kawan harus menunggu sampai orang yang lain itu bisa menanggapi kembali. Biarkan persahabatan itu tidur sampai suatu saat bisa berbunga dan berkembang lagi. -*- Sumber: -*- Judul Buku : Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis Judul Artikel: Mengenai Persahabatan: Sebuah Wawancara dengan Madeleine L'Engel Penulis : Isabel Anders Throop Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, Lembaga Literatur Baptis, YAKIN, 2002 Halaman : 975-978 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- MENJADI SAHABAT BUAT ANAK -*- Seorang sahabat tidak harus seseorang yang sebaya, bersekolah atau bekerja di tempat yang sama, dan kemana-mana harus selalu bersama. Orangtua bisa juga menjadi sahabat bagi anak-anak mereka bahkan ini sangat dianjurkan karena berpengaruh sekali pada perkembangan diri anak-anak tersebut. Apa dan bagaimana seluk beluk orangtua yang menjadi sahabat bagi anak-anak itu? Simak sajian TELAGA berikut ini bersama narasumber Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. T: Bagaimana atau darimana orangtua bisa menjadi sahabat bagi anak? J: Anak bukan penyambung keturunan semata, kitab Ulangan 11:18,19: "Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;" Tuhan meminta kita untuk mewariskan iman kita kepada anak, itulah sikap yang harus dimiliki oleh orangtua. Sebagian dari kita melihat anak justru sebagai beban. Ini keliru sekali, sebab kita bisa baca di kitab Ulangan 7:12,13: "Dan akan terjadi, karena kamu mendengarkan peraturan- peraturan itu serta melakukannya dengan setia, maka terhadap engkau TUHAN, Allahmu, akan memegang perjanjian dan kasih setia-Nya yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu. Ia akan mengasihi engkau, memberkati engkau dan membuat engkau banyak; Ia akan memberkati buah kandunganmu dan hasil bumimu, ...." Jadi Tuhan berkata kalau kita mendengarkan firman Tuhan, menaati perintah-Nya, Dia akan memberkati buah kandungan kita dan ini jelas berkat untuk anak-anak kita. Jadi justru mempunyai anak merupakan berkat buat orang Israel saat itu, Tuhan memberikan anak sebagai tanda Dia memberkati anak-anak-Nya, Dia memberkati kita sebagai orangtua. Jadi sikap yang benar adalah menghargai anak sebagai pemberian Tuhan, sebagai pewaris iman kita dan sebagai berkat yang Tuhan berikan kepada kita. ------ T: Seringkali orangtua menjaga jarak dengan anaknya supaya bisa melakukan amanat tadi. Sebenarnya bagaimana sikap seperti itu? J: Sikap-sikap seperti itu tidak perlu. Wibawa orangtua diperoleh bukan dari sikap menjauhkan diri dari anak. Anak yang merasakan orangtuanya dekat dengan dia akan lebih bisa menghormati orangtuanya. Justru orangtua yang terlalu jauh menjadi orangtua yang mungkin sekali ditakuti tapi belum tentu dihormati sebab anak menghormati orangtua yang dekat, yang akrab dengan dia. ------ T: Sebenarnya apakah memang ada kebutuhan dalam diri seorang anak untuk menjadikan orangtua sebagai sahabatnya? J: Seorang anak mempunyai kerinduan untuk dekat dengan orangtua dan menjadikan orangtua sebagai sahabat mereka. Suatu kebanggaan tersendiri bisa main sama-sama, bisa akrab dengan orangtua. Jadi hal-hal seperti itu membuahkan rasa dekat dan menghormatinya. Kalau dia terlalu berjaga-jaga, anak malah tidak hormat kepadanya. ------ T: Bagaimana orangtua bisa menjadi sahabat bagi anaknya? J: Untuk menjadi sahabat bagi anak perlu sekali seseorang itu memasuki dunia anak. Untuk masuk ke dunianya kita harus memahami tahapan perkembangan dan pola pemikiran anak. Kalau anak tahapnya baru bisa memahami yang konkret tetapi kita menjelaskan kepada dia sesuatu secara abstrak, tentu saja mereka belum mengerti. Jadi dengan kita memahami pola pemikirannya kita juga bisa menggunakan bahasa-bahasa yang memang dipahami oleh anak-anak seusianya. ------ T: Sebagai orangtua, peran apa yang harus kita berikan pada anak- anak kita? J: Kita perlu menerima kelemahan anak kita sendiri, artinya jangan melecehkannya karena kelemahannya. Dorong dia tapi jangan mencecar dan menghina kelemahannya, anak akan merasa ditolak oleh orangtua yang justru seolah-olah melecehkan kelemahannya. Orangtua harus bisa melihat dari sisi anak melihat. Kita sebagai orangtua memang perlu tahu bahwa memang cara dia melihat hanya seperti itu, kita juga perlu lihat apakah kelemahan ini memang sungguh-sungguh kelemahan si anak, dalam arti memang dia belum bisa, atau kelemahan orangtua, dalam arti orangtua yang berambisi agar anaknya melakukan ini tetapi mengapa belum bisa. ------ T: Persahabatan adalah sesuatu yang abstrak sekali, tindakan- tindakan nyata apa yang bisa dilakukan oleh orangtua? J: Yang bisa dilakukan orangtua adalah bersama dia menikmati kesukaannya. Pada anak yang masih kecil, orangtua juga bisa turut menikmati kesukaan anak. Saya sering mendengar banyak orangtua mengeluh tidak bisa bermain dengan anak mereka karena itu hanya membuang-buang waktu saja. Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya justru dengan berusaha bermain dengan anak-anaknya itu, mereka bisa menjadi sahabat. Selain menjadi sahabat sebenarnya hal itu membantu proses belajar anak-anak itu. Kadang- kadang orangtua enggan untuk berfantasi, main masak-masakan, main boneka baris, sementara bagi anak-anak itulah dunianya. Tapi kalau orangtua bisa meluangkan sedikit waktu untuk bisa main bersama mereka, ikut terjun di dalam fantasinya, mereka menjadi sangat berarti bagi anak dan juga dalam tahap perkembangan berikutnya. ------ T: Dengan pendekatan-pendekatan seperti itu kita tahu kapan dia sangat membutuhkan kita dan ketika kita ada di sana, persahabatan itu akan terjalin. J: Persahabatan itu dibentuk melewati proses waktu dan harus dimulai dari umur sedini mungkin. Kita akan mulai memetik hasilnya pada saat anak-anak remaja. Jadi, orangtua yang baru ingin menjadi sahabat anaknya setelah anak itu berusia 16 tahun seringkali tidak berhasil karena memang sudah lewat waktunya. Untuk menjadi sahabat bagi anak, kita harus memainkan dua peran. Di satu pihak kita memang sahabat, seolah-olah selevel, di pihak yang lain kita jangan sampai melupakan status kita sebagai orangtua. Maksudnya, jadilah orangtua dalam pengertian kita perlu memberikan cinta kasih kepada anak. Kita tidak boleh melupakan bahwa tugas kita adalah mengasihi, memperhatikan, dan mengomunikasikan cinta kita, dan mendisiplin mereka. Anak yang tidak menerima disiplin dari orangtua justru makin kurang respek pada orangtua. Orangtua yang dihormati anak adalah orangtua yang mengasihi anak dan juga mendisiplin anak. Kalau orangtua hanya bisa memberikan instruksi tapi tidak bisa menyatakan kebenaran itu dalam kehidupannya, dia justru kehilangan wibawa. Anak akhirnya tidak bisa lagi menghormati mereka. Sewaktu anak tidak lagi menghormati orangtua, dia tidak bisa menjadikan orangtua sebagai sahabatnya. Anak-anak perlu menghormati orangtua terlebih dahulu baru bisa menjadikan orangtua itu sahabatnya. -*- Sumber -*-: [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #75B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > atau: < TELAGA@sabda.org > ]] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- PERSAHABATAN -*- Sadar atau tidak, setiap orang memerlukan sahabat dalam hidupnya. Sahabat bisa menjadi lebih dari saudara karena kedekatan kita kepada mereka. Tetapi sahabat juga bisa menjadi bumerang bagi kita jika kita tidak bisa menjaga persahabatan itu sendiri. Ayat-ayat berikut ini bisa dijadikan landasan dalam menjalin persahabatan dengan orang lain. Amsal 3:3, 17:17, 18:24, 22:24, 27:6,9,10,17 Pengkhotbah 4:9-12 Yohanes 15:13-15 -*- Sumber:-*- CD SABDA Dua Ratus Topik Penting Indeks : 09203 Copyright: Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA) *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: <ika@> >Dear e-Konsel, >Saya mau tanya, apakah e-Konsel pernah memuat topik tentang >persahabatan, klo sudah pernah dimuat di edisi berapa dan >bagaimana saya bisa mendapatkannya? >Terima kasih dan GBU! Redaksi: Surat Anda sengaja kami tampilkan di edisi ini karena dalam dua edisi di bulan Juni ini (edisi 064 dan 065) kami mengangkat tema yang Anda tanyakan, yaitu tentang PERSAHABATAN. Nah, keinginan Anda terpenuhi, bukan? Semoga puas. Jika Anda ingin mengetahui topik apa saja yang pernah kami sajikan dalam e-Konsel, Anda bisa melihat arsipnya melalui Situs SABDA.org dengan berkunjung ke alamat: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Selamat berkunjung! e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia, Kristian PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |