Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/63 |
|
e-Konsel edisi 63 (18-5-2004)
|
|
><> Edisi (063) -- 15 Mei 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Kemarahan Bisa Menjadi Kepahitan - Cakrawala : Menghadapi Kepahitan - Bimbingan Alkitabiah : Pulih dari Luka Hati - Tips : Bahaya-bahaya Kepahitan yang Tak Terampuni - Info : Situs yang Melayani Masalah Kejiwaan Ron Hutchcraft Ministries, Narramore Christian Foundation, Freedom in Christ Ministries - Stop Press : Situs YLSA - Surat : Ingin Mendapatkan Konsel Edisi 01 - 057 *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Masalah kejiwaan memang mencakup berbagai persoalan yang berhubungan dengan emosi seseorang. Terkadang dari satu masalah bisa bersambung ke masalah yang lainnya. Contoh seperti tema yang kita bahas bulan ini, yaitu masalah kemarahan. Kemarahan bisa berubah menjadi masalah kepahitan apabila tidak diselesaikan atau ditangani dengan benar. Nah, itu sebabnya sangat tepat jika topik tentang "Kepahitan" kami pilih menjadi topik bahasan di e-Konsel edisi 063 ini. Melalui artikel dalam Cakrawala, Anda akan melihat bagaimana bangsa Israel juga mengalami kepahitan hidup ketika mereka menuju Tanah Perjanjian. Pelajaran apa yang dapat Anda ambil dari pengalaman bangsa Israel tersebut? Silakan simak sajian Cakrawala. Selain itu Anda juga bisa menikmati sajian Bimbingan Alkitab dan Tips dengan topik yang sama, yaitu bagaimana menghadapi kemarahan agar tidak berubah menjadi kepahitan. Sajian info tentang situs- situs konseling (bahasa Inggris) juga akan sangat berguna bagi Anda karena bisa menolong Anda menemukan bahan-bahan tentang bagaimana mengatasi masalah-masalah kejiwaan yang sering dihadapi. Nah, selamat berselancar. Tuhan memberkati Anda. Tim Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- MENGHADAPI KEPAHITAN -*- Tidak ada seorang pun di antara kita yang ingin menghadapi atau mengalami kepahitan dalam hidup ini. Namun kenyataan memberitahu kita bahwa kepahitan sering singgah dalam hidup kita sekalipun tanpa diundang atau dicari seperti yang dialami oleh umat Israel dalam perjalanan ke Tanah Perjanjian. Demikian tercatat dalam Kitab Keluaran 15:22-27: "Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?" Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan- peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka, firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau." Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu." Kepahitan dalam hidup ini dapat berbentuk sakit penyakit yang parah dan mematikan yang tidak hanya diderita oleh anggota keluarga yang kita kasihi tetapi juga pada diri kita sendiri. Kematian anggota keluarga yang kita anggap belum waktunya ataupun yang belum dipastikan keselamatan jiwa-rohnya. Musibah yang mengakibatkan kerugian materi yang menyebabkan kita kehilangan segala-galanya ataupun cacat fisik yang tak tersembuhkan. Kepahitan dapat juga berupa masa depan yang tidak menentu seperti yang banyak dialami oleh WNI pria yang berusia diatas 16 tahun dan saat ini 'over stay' di Amerika Serikat. Tinggal tanpa melapor sulit, melapor juga sulit, bagaikan makan buah simalakama -- dimakan ayah mati tidak dimakan ibu mati. Khususnya bagi mereka yang telah belasan tahun di Amerika dan mempunyai anak. Kalau harus kembali ke Indonesia, di Indonesia pun keadaan ekonomi tidak lebih baik daripada Amerika kalau tidak mau dikatakan lebih parah. Pengangguran yang terus meningkat, keamanan yang tidak menentu, politik yang tidak stabil khususnya menjelang Pemilu, dan diskriminasi terhadap kaum minoritas yang masih dipertahankan. Selain itu merajelalanya korupsi telah merasuk ke tulang sumsum bangsa yang tidak terobati dan penanganan hak azasi manusia yang masih amburadul. Semua itu hanya sebagian kecil dari kondisi di Indonesia dimana sangat sulit bagi orang-orang percaya untuk membesarkan anak-anak mereka di dalam iman dan moral kristiani jika tidak mau berkompromi. Menghadapi semuanya itu bagaimanakah seharusnya kita bersikap sebagai orang-orang percaya? Dunia yang Tidak Ideal. ----------------------- Kita tahu bahwa kepahitan yang dihadapi oleh umat Israel dengan mata air Mara tersebut bukanlah sesuatu yang direncanakan ataupun yang sengaja ingin ditemukan oleh mereka. Kita juga tahu bahwa mereka dipimpin oleh Musa, seorang pemimpin yang beriman dan dekat dengan Allah. Kita percaya bahwa tentu dalam memimpin umat Israel Musa juga sudah berdoa dan memohon pimpinan Allah agar mereka terhindar dari hal-hal yang tidak menggembirakan. Sudah pasti Musa tidak meminta untuk melewati mata air yang pahit atau merencanakan untuk memimpin bangsanya ke dalam situasi yang pahit sebab ia tahu betul tipe yang bagaimana umat Israel itu, yaitu bangsa yang tegar tengkuknya: kalau senang, tidak tahu berterima kasih; kalau susah sedikit saja langsung memaki-maki. Semua itu terjadi bukan karena Musa salah memimpin mereka dan bukan pula karena Allah tidak tahu apa yang akan mereka tempuh atau Allah tidak sanggup menghindarkan mereka dari kepahitan tersebut. Semua itu terjadi karena memang dunia ini bukan dunia yang ideal. Dunia yang sudah jatuh dalam dosa, dunia yang sudah terkutuk dan dikutuk. Sekalipun kita beriman, percaya bahkan melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, setia, dan tulus, tidak menjamin bahwa kita terluput dari kepahitan sebab kepahitan itu tidak pandang bulu. Sehingga tidak heran ada yang bertanya "Why good people suffer?" bahkan pemazmurpun bisa berkata: "Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sia-sia sama sekali Aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari, aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi." (Mazmur 73:1-2, 13-14) Dalam Mazmur tersebut si pemazmur mengakui bahwa sekalipun ia tahu bahwa Allah itu baik bagi mereka yang tulus dan bersih hatinya, ini adalah pengetahuan yang benar tentang Allah, namun tidak menjamin bahwa ia terhindar dari penderitaan dan kepahitan yang membuatnya kecewa bahkan hampir tergelincir imannya. Ini adalah suatu akibat yang wajar dan normal. Janganlah kita langsung menunjuk jari bahwa pemazmur adalah orang yang lemah imannya. Karena tanpa sadar tiga jari kita menunjuk kepada diri kita sendiri. Adakah saudara saat ini dalam kepahitan? Ketahuilah bahwa semua itu adalah wajar dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa ini. Dunia ini memang tidak ideal. Melalui kepahitan ini iman kita kepada Allah yang kita percaya diuji. Reaksi kita terhadap kepahitan tersebut akan merefleksikan iman kita kepada Allah yang kita percayai, yaitu Allah yang telah menyelamatkan kita dari dosa. Jangan bersungut-sungut ----------------------- Menghadapi mata air yang pahit di Mara, kita melihat ada dua reaksi yang berbeda sebagai refleksi iman. Pertama adalah bersungut-sungut, "Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa". Siapakah mereka yang bersungut-sungut itu? Mereka adalah umat Israel yang telah mengalami berbagai macam kuat kuasa Allah. Mereka yang dahulunya menjadi budak dan menderita di Mesir dengan kuat kuasa Allah melalui berbagai mujizat telah dilepaskan dari perbudakan. Kuat kuasa Allah yang terakhir adalah kelepasan mereka dari malaikat maut melalui pengorbanan anak domba yang disembelih dan yang darahnya dibubuhkan di kedua ambang pintu serta terbelahnya Laut Merah sehingga mereka selamat dari kejaran Firaun serta bala-tentaranya. Mujizat-mujizat yang mereka alami sungguh luar biasa. Namun demikian mujizat-mujizat yang luar biasa tersebut tidak menjamin untuk mencegah mereka tidak bersungut-sungut dalam menghadapi kepahitan. Banyak orang kristen yang gandrung akan mujizat dan menganggap mujizat itu dapat menguatkan iman mereka. Tetapi kenyataan memberitahu bahwa mujizat bukan jaminan untuk iman yang teguh. Iman kita tidak boleh dilandaskan pada pengalaman akan mujizat karena mujizat adalah landasan yang sangat lemah. Landasan iman kita haruslah Firman Kristus, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17) Mereka bukan saja mempunyai pengalaman luar biasa dengan mujizat, mereka juga mempunyai pengenalan yang benar tentang Allah atau boleh dikatakan teologia yang benar tentang Allah. Seperti yang terungkap ketika mereka memuji Allah setelah dilepaskan dari kejaran Firaun: "Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban? ... Dengan kasih setia-Mu Engkau menuntun umat yang telah Kautebus; dengan kekuatan-Mu Engkau membimbingnya ke tempat kediaman-Mu yang kudus." (Keluaran 15:11,l3) Namun semua itu tak dapat mencegah mereka untuk tidak bersungut- sungut! Untuk tidak bersungut-sungut dalam menghadapi kepahitan baiklah kita mengikuti teladan Daud yang berkata, "Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:1-2) Itulah kiat mujarab agar kita tidak bersungut-sungut bahkan sanggup memuji TUHAN dalam segala keadaan. Menghitung semua kebaikan Tuhan dalam hidup kita, terutama keselamatan yang dianugerahkan kepada kita melalui kematian-Nya di atas kayu salib di Golgota. Berseru-seru kepada TUHAN. -------------------------- Berbeda dengan umat Israel yang bersungut-sungut, maka reaksi Musa terhadap kepahitan itu adalah "berseru-seru kepada TUHAN". Inilah refleksi iman yang harus ada pada kita tatkala menghadapi kepahitan dalam hidup ini. Berseru-seru kepada TUHAN adalah pernyataan iman Musa yang percaya bahwa TUHAN mempunyai cara-Nya sendiri untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan juga iman yang mau melakukan apa yang diperintahkan TUHAN, iman yang 'trust and obey'. Dengan tanpa bertanya apa jenis kayu tersebut dan ragu bagaimana hal itu bisa terjadi "Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis." Apakah Anda saat ini dalam kepahitan hidup? Berdoalah, berseru- serulah kepada TUHAN, dan nantikanlah jawaban-Nya. Pekalah terhadap jawaban TUHAN. Memang ada yang mengatakan bahwa jawaban doa kita biasanya "Ya", "Tidak", atau "Tunggu"; namun jangan kita tertutup dengan jawaban lainnya dari TUHAN. Yakinlah jika dengan sungguh- sungguh kita mau 'trust and obey', maka pada waktunya -- karena segala sesuatu ada waktunya -- kepahitan itu akan berubah menjadi manis. TUHAN sanggup "membuat segala sesuatu indah pada waktunya" (Pengkotbah 3:11) dan percayalah semua kepahitan itu akan berlalu oleh kuasa TUHAN. Semoga TUHAN menolong kita semua menghadapi kepahitan hidup ini dengan sikap yang benar, merefleksikan iman kita kepada TUHAN agar mereka yang belum percaya mau mengenal-Nya. Setelah semuanya itu berlalu mereka melanjutkan perjalanan dan "Sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma" suatu tempat yang kontras dengan Mara, suatu tempat yang lebih nyaman daripada Mara yang pahit itu. Namun mereka tidak boleh berkemah seterusnya di sana sebab tujuan akhir mereka bukanlah Elim, tetapi tanah perjanjian. Demikian juga dalam perjalanan iman kita. Kepahitan dan kenyamanan bukanlah tujuan akhir dari hidup kita. Oleh karena itu apapun yang kita hadapi dalam hidup ini janganlah kita berhenti tetapi teruskanlah perjalanan iman kita. Viktor Frankl, seorang ahli ilmu jiwa asal Austria yang dipenjara oleh Nazi pada Perang Dunia II, setelah dibebaskan, menulis buku berjudul 'Man's Search For Meaning' (Pencarian Manusia akan Makna Hidup), yang menjadi buku laris sepanjang masa. Dalam buku ini, Frankl membagikan semua pelajaran penting yang ia petik dari penderitaannya: "Saya berani berkata bahwa di dunia ini tak ada yang dapat benar- benar menolong seseorang untuk terus bertahan hidup, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun, selain pemahaman bahwa sesungguhnya hidup seseorang itu berarti." Semoga dalam kepahitan hidup, Tuhan menguatkan kita untuk terus mempertahankan hidup ini. Karena hidup yang telah ditebus Kristus ini sangat berarti untuk memuliakan TUHAN. Amin. -*- Sumber -*-: Judul Buletin: GKI Monrovia Newsletter, Maret 2003, Th. XVII No. 3 Judul Artikel: Menghadapi Kepahitan Penulis : Pdt. Bob Jokiman Penerbit : GKI Monrovia Halaman : 1 - 3 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- PULIH DARI LUKA BATIN -*- 1. Apa penyebab luka batin? a. Penderitaan yang merobek jiwa (Amsal 27:9). b. Dosa (Yesaya 1:4-6). 2. Apa obat penyembuh luka batin? Kuasa salib Kristus. Salib Kristus sebagai korban penebusan/pengganti menjadi tempat pertukaran dari segala luka batin dengan pemulihannya. 3. Bagaimana seharusnya respon orang yang mengalami luka batin agar memperoleh pemulihan? a. Terbuka (1Yohanes 1:7; Yakobus 5:16): semakin kita terbuka dengan Allah dan saudara seiman yang membangun akan menjadikan kita semakin diketahui keadaan kita sebenarnya, sehingga proses pemulihannya akan semakin mudah dan baik. b. Mengampuni seperti Kristus mengampuni (Matius 18:21-22, 34-35) Pengampunan mempunyai dua pengertian: 1. Aviami, yang artinya menghapus, menyuruh pergi, membatalkan atau membayar surat hutang. 2. Apolo, yang artinya memerdekakan orang lain dari sesuatu, membebaskan dari tawanan, memerdekakan. Luka yang kita alami bukanlah pada pribadi kita, melainkan kesombongan kitalah yang terluka. -*- Sumber diedit dari -*-: Judul Buku: Pemulihan Keselamatan Penulis : Dmision Publishing House Penerbit : Solo Scriptura, Yogyakarta, 2001 Halaman : 13 - 14 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- BAHAYA-BAHAYA KEPAHITAN YANG TAK TERAMPUNI -*- Ayat Hafalan: Matius 6:14-15; Efesus 4:31-32 Kadang-kadang orang berkata dengan marah, "Dia tidak pantas untuk mendapatkan pengampunan dari saya. Apa yang ia telah lakukan sama sekali tidak dapat diampuni. Faktanya, ia cuma seorang yang tolol." Mungkin benar bahwa orang ini tidak pantas memperoleh pengampunan Anda, namun pertanyaan yang riil adalah: Apakah Anda merindukan kesehatan mental dan fisik? Apakah Anda menginginkan damai di pikiran Anda? atau Apakah Anda menginginkan konsekuensi logis akibat memendam iri hati dan mengabadikan kepahitan Anda? Marilah kita mulai dengan mengamati amarah itu sendiri. Amarah adalah sebuah reaksi emosional yang membutuhkan energi. Amarah itu sendiri pada dasarnya tidak buruk, karena hal itu dapat bersifat sangat konstruktif. Alkitab mengatakan, "Di dalam amarahmu (boleh saja marah), jangan berbuat dosa ..." (Efesus 4:26). Hal itu memberitahukan kepada kita tentang apa yang kita dapat lakukan dengan amarah yang dapat menjadi buruk. Anda biasanya merasakan amarah yang benar ketika hak-hak pribadi yang Allah berikan kepada Anda itu terancam atau diganggu. Satu contoh, apabila Anda merasa hak Anda untuk dianggap sebagai pasangan yang eksklusif dalam suatu relasi diganggu oleh ketidaksetiaan dari pasangan pernikahan Anda. Marah yang benar lainnya adalah pada saat keyakinan pribadi Anda diganggu atau terancam. Tuhan Yesus marah beberapa kali, sebagaimana dicatat di dalam Alkitab. Ia menyembuhkan seorang pria pada hari Sabat orang Yahudi. Orang Farisi mengkritik Dia, karena mereka pikir Ia telah melanggar peraturan penting tentang tidak bekerja pada hari Sabat. Yesus melihat sekeliling mereka dengan marah dan Ia menyatakan keyakinan-Nya: "Sabat dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk Sabat." (baca Markus 2:27-3:6). Kapankah terakhir Anda marah? Apakah itu karena hak atau keyakinan pribadi yang diganggu atau terancam? Apa yang Anda lakukan dengan amarah Anda sejak kejadian itu? Anda dapat berbuat dosa dengan amarah Anda ketika Anda melakukan dua ekstrem -- meledak atau bungkam. 'Meledakkan' amarah adalah mencampuradukkan amarah yang baik dengan motif pembalasan dendam. Hal ini akan menghasilkan sebuah tindakan baru yang disebut 'permusuhan' dimana jalan penyelesaiannya dengan penganiayaan fisik atau dengan bertindak kasar (seperti membanting pintu atau menyetir mobil dengan ceroboh atau gegabah), lalu memperlihatkan amarah. Kita juga memperlihatkan amarah dengan kata- kata kita, penggunaan ungkapan merendahkan, menyebut nama, berteriak, kejengkelan, ancaman-ancaman, sindiran, dan bahkan "perilaku bungkam" yang bermusuhan. Kita memegang' cambuk' di tangan kita, lalu berbicara, dan membalas musuh-musuh kita. Kita menginginkan dia disakiti setimpal (lebih) dengan dia menyakiti kita. Ekstrem yang lainnya adalah "bungkam." Gaya ini meliputi sikap membisu terhadap perasaan marah kita dan terus menyimpan iri hati atau ketidakrelaan. Maka kemarahan itu menjadi kepahitan. Hal ini mempengaruhi kesehatan kita. Selain itu juga dapat berubah menjadi depresi dan bahkan membawa kepada pikiran untuk bunuh diri. Semua ini mendukacitakan Tuhan, karena ini merintangi persekutuan kita dengan-Nya. Motif menyimpan iri hati, sama halnya dengan suatu permusuhan yang terbuka -- pembalasan dendam. Kita mengatakan, "Saya tidak akan bersikap baik pada orang itu sampai saya melihat bahwa bagaimanapun juga, dialah yang menyebabkan saya menderita. Saya akan menjauh darinya. Saya akan mencibiri dan menghina dia." Hal ini mungkin tidak terjadi secara langsung pada orang lain, tetapi ini akan 'menghabisi' kesehatan Anda sendiri, keseimbangan emosional dan semangat Anda. Waspadalah terhadap bahaya-bahaya pembalasan dan kepahitan. Yang salah dengan pembalasan sebagai satu motif adalah bahwa bukan tanggung jawab kita untuk menjadi agen Allah dalam menghukum musuh- musuh kita. Allah memerintahkan kita untuk jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan terhadap semua orang (Roma 12:17-18). "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan" (ayat 19). Anda mengadakan perhitungan, dan hak-hak Anda memang penting. Seseorang perlu bangkit untuk Anda, namun Allah-lah yang akan melakukannya. Alihkanlah kepada-Nya di dalam doa. Jangan mempermainkan Allah dengan menuntut pembalasan sendiri. Allah mendirikan pemerintahan, maka rencana-Nya itu termasuk penyerahan orang tersebut kepada hukum. Namun biasanya konflik-konflik antar manusia berada pada dasar yang lebih personal. Amarah itu sendiri adalah sebuah emosi yang 'netral'. Apa yang kita lakukan dengan amarah itu yang menentukan apakah itu akan menjadi kekuatan yang positif atau negatif di dalam hidup kita. Amarah yang bernilai dapat menjadi satu tanda bahwa sesuatu yang konstruktif dapat muncul dari sebuah situasi. Amarah yang tidak bernilai -- tatkala hak pribadi seseorang itu sungguh-sungguh merupakan suatu tuntutan yang mementingkan diri atau yang perfeksionistik -- biasanya berdampak negatif dan karena itu tidak seharusnya dituntut, tetapi diserahkan kepada Allah. -*- Sumber diedit dari:-*- Judul Buku : The Healthy Christian Life - Kehidupan Kristen yang Sehat Judul Artikel: Bahaya-bahaya Kepahitan yang Tak Terampuni Penulis : Frank Minirth, Paul Meier, Richard Meier, Don Hawkins Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2003 Halaman : 113-118 *INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO* -*- SITUS-SITUS YANG MELAYANI MASALAH KEJIWAAN -*- Kemarahan, depresi, nilai diri yang rendah, perasaan-perasaan negatif, dan masalah-masalah lainnya terkadang muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Tiga sumber informasi (situs) di bawah ini siap membantu Anda dengan menyediakan berbagai bahan yang berguna untuk menolong Anda mengatasi masalah hidup sesuai dengan sudut pandang Kristiani. Ron Hutchcraft Ministries ------------------------- Ron Hutchcraft Ministries memberikan jawaban-jawaban praktis terhadap berbagai masalah hidup, misalnya depresi, ketakutan, pengampunan, kesepian nilai diri, hubungan dengan orang lain, dll. Anda bisa berkunjung ke Situs Ron Hutchcraft Ministries di alamat: ==> http://www.gospelcom.net/rhm/ ==> http://www.gospelcom.net/rhm/lifeiss/ Narramore Christian Foundation ------------------------------ Dalam Situs Narramore Christian Foundation, Anda bisa membaca artikel bagaimana memahami dan mengatasi depresi. Situs ini juga memberikan booklet secara gratis mengenai masalah kejiwaan. Jika tertarik untuk mengetahui informasi lebih lanjut, silakan berkunjung ke: ==> http://www.gospelcom.net/narramore/ ==> http://www.gospelcom.net/narramore/bk_127_depression1.htm ==> http://www.ncfliving.org/freebooklets.htm Freedom in Christ Ministries ---------------------------- Freedom in Christ Ministries menyediakan sumber-sumber Kristiani untuk bertumbuh dalam iman dan dalam Kristus. Anda bisa juga berlangganan Dr. Anderson's Daily yang didalamnya memuat artikel "Who I Am in Christ". ==> http://www.ficm.org/ ==> http://ficm.org/whoami.htm *STOP PRESS*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*STOP PRESS* -*- SITUS YLSA -*- Kabar gembira bagi Anda yang ingin mengenal pelayanan YLSA! Situs YLSA sekarang hadir dengan tampilan baru yang tentu saja dengan isi yang semakin lengkap dan up-to-date. Diharapkan melalui situs ini pelayanan YLSA bisa semakin dikenal oleh masyarakat Kristen Indonesia khususnya bagi mereka yang berkecimpung dalam pelayanan di bidang komputer dan internet. Sejarah, visi & misi YLSA, produk-produk pelayanan YLSA, cara untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan YLSA, dan lain-lain bisa Anda dapatkan dengan langsung mengakses Situs YLSA di alamat: ==> http://www.sabda.org/ylsa/ Selamat berkunjung! *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: "Yusuf" <serve4u@> >Syalom >Aduh saya mendapatkan berkat sekali dari membaca cakrawala Anda, >bisakah saya mendapatkan edisi no 1 - 57, soalnya yang saya punya >baru edisi 58 ke atas. Gimana caranya. Thanks God bless you. Redaksi: Puji syukur kami kembalikan hanya kepada Tuhan yang layak menerima pujian. Jika Anda ingin mendapatkan edisi-edisi e-Konsel yang lain, silakan melihat arsip e-Konsel yang tersedia dalam Situs SABDA.org di alamat: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/ Atau kalau Anda ingin mendapatkan bahan-bahan e-Konsel yang sudah dikategorikan dalam topik-topik, silakan berkunjung ke situs C3I (Christian Counseling Center Indoensia) di alamat: ==> http://www.sabda.org/c3i/ Karena Anda sudah mendapatkan banyak berkat melalui publikasi e-Konsel, jangan lupa untuk membagikan berkat itu kepada teman-teman Anda lainnya. Jika ada teman-teman Anda yang ingin berlangganan e-Konsel, silakan kirim alamat e-mail mereka kepada kami. Demikian informasi dari kami. Selamat melayani. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |