Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/62 |
|
![]() |
|
e-Konsel edisi 62 (1-5-2004)
|
|
><> Edisi (062) -- 01 Mei 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Apakah Kemarahan itu? - Cakrawala : Sikap Terhadap Kemarahan - Telaga : Kemarahan - Bimbingan Alkitabiah : Marah: Kemarahan - Surat : Berkat dari e-Konsel *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Salam sejahtera, Apa kabar para pembaca e-Konsel? Kami harap Anda dalam keadaan baik dan sehat senantiasa. Dua (2) terbitan e-Konsel yang hadir di bulan Mei ini secara khusus akan membahas tentang MASALAH KEJIWAAN, yaitu topik KEMARAHAN (edisi 062) dan topik KEPAHITAN (edisi 063). Topik KEMARAHAN yang hadir pada terbitan ini akan mengupas tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kemarahan, suatu sifat yang sering kali membuat kita sangat terganggu, bukan? Apakah pendapat Alkitab tentang sifat marah ini? Jika sifat marah itu menjadi sesuatu yang sulit untuk kita kendalikan, apa yang harus kita lakukan? Sebaliknya, bagaimana kita menghadapi orang yang sulit mengendalikan amarahnya? Pertanyaan-pertanyaan itu sangat sering muncul dalam kehidupan kita. Apakah Anda ingin mengetahui jawabannya? Untuk itu ada baiknya jika Anda tidak melewatkan begitu saja sajian kami di edisi ini! Selamat membaca. Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- SIKAP TERHADAP KEMARAHAN -*- Menghadapi sisi-sisi gelap dalam diri sendiri merupakan sumber dari segala pergumulan hidup manusia. Filsuf Rusia, Feodor Dostoevski, pernah mengatakan bahwa "Di tengah kedalaman lubuk hati manusia, ada sesuatu yang manusia sembunyikan dan tidak mampu singkapkan kecuali kepada sahabatnya. Itupun dilakukan secara sembunyi. Di samping itu manusia masih mempunyai berbagai rahasia lain, yang kepada sahabatnya pun ia tidak berani ceritakan, yaitu rahasia yang ia hanya dapat singkapkan kepada dirinya sendiri. Lebih mengherankan lagi, manusia masih dapat menyimpan rahasia- rahasia lain, yang ia tidak mampu singkapkan bahkan kepada dirinya sendiri." Itulah sisi gelap yaitu hal buruk yang mungkin sangat memalukan dan menjijikkan sehingga manusia yang berhati-nurani takut untuk menghadapi dan memikirkannya sendiri. Paul Tournier dalam bukunya "Reflections" mengatakan bahwa memasuki daerah sisi gelap tersebut, manusia tidak dapat lagi dibedakan dengan binatang. Tingkah laku dan perasaannya digerakkan oleh instingnya sehingga akal dan pertimbangan pikiran yang sudah dibekali dengan berbagai pengetahuan akan kebenaranpun tidak berdaya lagi. Setiap kali muncul, ia menuntut pemuasan yang akan disesali kemudian. Kasus: ------ A adalah seorang Kristen yang cukup aktif dalam berbagai kegiatan rohani. Sebagai seorang majelis gereja, A seringkali memimpin pemahaman Alkitab dan menangani berbagai masalah konseling. Tidak heran jikalau A dikenal sebagai tokoh Kristen dan berbagai jabatan dipegangnya. Hari ini istri A menemui Anda. Mula-mula ia mengeluh tentang anaknya yang kedua, yang terjerat narkoba dan sudah dua hari tidak pulang ke rumah. Ia juga menceritakan dengan bercucuran air mata tentang sifat suaminya yang pemberang dan abusive (memukul). Ia menunjukkan bekas- bekas luka di tangannya dan memar-memar di punggung dan dadanya. Ia mengakui bahwa A sebenarnya seorang suami yang baik, tetapi pemarah dan sulit memaafkan kesalahan orang lain. Kalau harga dirinya tersinggung, ia bisa dengan segera mata gelap, dari mulutnya akan keluar kata-kata kotor, sumpah-serapah dan ia bisa melakukan apa saja. Pisau, gunting, sapu, kursi apa saja bisa dipakai untuk melampiaskan kemarahannya. Memang kemudian ia akan menyesal, tetapi ini terus terulang-ulang sehingga seluruh keluarga menjadi korban, termasuk anaknya yang terjerat narkoba, tidak lagi tahan tinggal di rumah. Menghadapi kasus di atas beberapa prinsip konseling di bawah ini bisa Anda pakai. 1. Boleh marah tetapi tidak berbuat dosa (Efesus 4:26). ---------------------------------------------------- Munculnya perasaan marah merupakan bagian integral dari jiwa manusia. Bahkan Alkitab menyaksikan bahwa Allah pun pada saat- saat tertentu marah, meskipun kemarahan Allah adalah kemarahan atas dosa. Alkitab menyaksikan bahwa reaksi Allah yang suci atas dosa dan kecemaran adalah "kemarahan." Ada 375 kali di Perjanjian Lama dan 80 kali di Perjanjian Baru dicatat tentang kemarahan Allah. Alkitab juga mencatat bahwa Tuhan Yesus dan rasul-rasul pun berulang kali marah. Bahkan yang lebih mengherankan adalah bahwa ekspresi kemarahan yang suci itu bisa "menjadi batu sandungan" di mata manusia. Oleh sebab itu, meskipun setiap kata yang dipakai bukan merupakan manifestasi dari dosa, Yohanes 6:60-66 menyaksikan bahwa banyak murid yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Marah dan tidak berbuat dosa seringkali menjadi masalah yang sangat kompleks. Meskipun jelas bahwa kemarahan Allah dan Tuhan Yesus tak dapat dibandingkan dengan kemarahan manusia yang selalu tercemari oleh dosa, tetapi batasan manifestasi kemarahan merupakan hal yang sulit sekali digariskan. Jikalau Allah dalam kemarahan-Nya bisa membunuh, maka manusia dengan alasan apapun juga tidak berhak melampiaskan "spirit membunuh" meskipun hanya dengan kata-kata. Tuhan Yesus menegaskan bahwa "spirit membunuh" telah melibatkan manusia jatuh dalam dosa yang mematikan (ayat 21- 22). Berarti, meskipun kemarahan adalah bagian integral hidup manusia, tidak ada seorang manusia pun yang berhak melampiaskan kemarahan dalam bentuk apapun juga atas dorongan dosanya. Dengan demikian, kasus A bukan hanya "kepribadian abusive" tetapi juga kasus "perkanjangan dalam dosa" oleh karena "buruknya hubungan dengan Allah." Keduanya harus diselesaikan. 2. Jangan percaya kata-kata penyesalannya karena kemarahan yang tak terkendali bukan masalah rasional yang disadari. ---------------------------------------------------------------- Untuk pengalaman pertama dengan sifat suami yang abusive, istri A mengatakan, "Saya shock sekali. Saya tidak pernah mengenal sisi A yang ini. Saya merasa tidak berarti, tetapi beberapa hari kemudian saya sudah menemukan A sebagai suami yang hangat, yang penuh kasih, yang suka memberi surprise, dan romantis. Memang untuk pemukulan yang pertama itu ia tidak minta maaf, tetapi seluruh tindakan dan sikapnya sudah menyatakan itu. Jadi saya merasa lega. Namun tiga minggu kemudian ia begitu lagi. Untuk hal yang kecil (saya lupa mengembalikan buku yang dipinjamnya dari perpustakaan gereja) ia begitu marah dan memukul dan membenturkan kepala saya ke tembok. Akibatnya mulut dan hidung saya bocor dan kepala saya benjol. Nah, untuk yang ini A sampai menangis dan meminta maaf berulang kali. Ia menyesal dan bersumpah tidak akan melakukan hal seperti itu lagi. Memang luka hati saya saat itu cukup dalam sehingga memakan waktu lebih lama untuk sembuh. Kemudian hubungan kami membaik lagi, dan saya yakin Tuhan sudah menolong. Kami sering berdoa dan melakukan saat teduh bersama seluruh keluarga. Indah sekali, tetapi dua hari yang lalu A melakukannya lagi. Bahkan di tengah kemarahannya ia mengatakan bahwa dia menyesal menikah dengan saya. Saya betul-betul putus asa dan kecewa. Meskipun kali ini A sampai berlutut di kaki saya dan bersumpah di hadapan Tuhan, rasanya sulit sekali saya memaafkan dia." Pola seperti di atas memang merupakan pola yang seringkali ditemukan dalam hidup pasangan dengan masalah "sisi-sisi gelap (unconsciousness)" seperti A yang abusive. Munculnya dorongan yang tak terkendali untuk mengatakan atau melakukan hal-hal yang jahat merupakan hal yang muncul sebagai insting sehingga alasan dan tujuannya tidak rasional. Oleh sebab itu "Anda sulit percaya pada kata-kata dan janjinya," kecuali ia menunjukkan kesungguhan untuk memperbaiki kelakuannya, yaitu: (a) ia mau ditolong melalui pelayanan psikoterapi yang benar- benar profesional, dan (b) ia bertekad mengubah pola dan sistem kehidupannya. Biasanya, tekad untuk memperbaharui kehidupan hanya ada pada saat seorang sudah terpaksa dan tak mempunyai pemilihan yang lain lagi. 3. Menolong A menyadari apa yang sedang terjadi dalam dirinya. ----------------------------------------------------------- Sebagai teman (konselor awam) Anda dapat menolong A menyadari apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Itu dapat dilakukan melalui: (a) Alasan dari penyesalannya. Mungkin A mengakui bahwa ia telah marah dengan kemarahan yang tidak dapat dipertanggung- jawabkan, tetapi apa sebenarnya alasan di belakang pengakuan tersebut? Apakah A benar-benar menyesali kesalahannya dan melihat bahwa kesalahan tersebut adalah dosa yang sangat menyedihkan, atau A menyesal karena "akibat yang harus ia tanggung?" Yang kedua merupakan gejala dari masalah yang serius dari kepribadian A, dan Anda harus merefer A kepada seorang psikoterapist. (b) Tujuan dari kemarahannya. Setiap kemarahan mempunyai tujuan yang khusus, dan itu bisa disadari bisa pula tidak disadari. Anda perlu menolong A menemukan dan menyadari sendiri apa sebenarnya tujuan dari kemarahannya. Apakah ia marah oleh karena stimulan dari luar dirinya (mempunyai 'precipitating factors'), atau ia seringkali berada dalam 'mood' siap untuk marah (mempunyai 'predisposing factors'). Meskipun yang pertama bisa juga tidak beralasan yang mendasar (misalnya: A marah bukan oleh karena prinsip kebenaran yang ia pegang), tetapi biasanya yang kedua lebih serius dan membutuhkan penanganan seorang profesional. (c) Sarana dan cara untuk melampiaskan kemarahannya. Memang di dalam kasus di atas ada gejala A memakai sarana dan cara pelampiasan kemarahan yang tidak sehat. Meskipun demikian Anda masih perlu menolong A menyadari mengapa atau kapan ia memakai cara dan sarana tersebut. Apakah A memukul oleh karena cara-cara lain yang ia pakai tidak mempan (berarti A sudah memakai cara dan sarana yang lain sebelum kemarahannya memuncak dan meledak/'escalated' dan 'exploded'), atau "memukul" merupakan suatu kebiasaan setiap kali ia marah. Keduanya memang tidak baik, tetapi yang pertama bisa diatasi melalui kerjasama dengan istri A (misalnya: belajar untuk tidak meresponi kemarahan A dengan sikap dan kata-kata yang lebih menstimulir kemarahan) dan yang kedua memerlukan bantuan seorang konselor yang profesional. 4. Menyusun strategi kehidupan yang lebih baik. -------------------------------------------- Meskipun mungkin penanganan kasus A ada dalam tanggung jawab konselor yang profesional, peran Anda sebagai teman dan konselor awam tidak kecil. Hal itu nampak: (a) Kalau Anda bisa membina rapport atau hubungan yang baik dengan A. Hubungan yang baik yang dijiwai oleh 'acceptance' atau kemampuan menerima A sebagaimana adanya akan mencipta 'openness'/keterbukaan; dan 'openness' tersebut akan menjadi semakin mendalam jikalau Anda dapat menjadi 'listener' atau pendengar yang baik. Ajaib bahwa melalui peran ini saja, A akan menemukan dirinya, kerapuhannya, dan bahkan kemungkinan jalan keluarnya. (b) Kalau Anda bisa menolong istri A menjadi teman bicara yang baik bagi suaminya. Memang aneh bahwa kebiasaan abusive seringkali hanya dilampiaskan kepada orang-orang yang terdekat. Jiwa 'pseudo masculinity' (kejantanan semu) ini adalah jiwa pengecut dari pribadi yang tidak berani menghadapi realita dan pertanggungjawaban hidupnya. Kemarahan terhadap ketidakmampuannya sendiri ditransfer kepada orang-orang yang terdekat yaitu istri dan atau anak- anaknya. Menghadapi perlakuan yang tidak fair ini memang sulit. Secara natural istri A akan melawan atau membela diri (kecuali dia sendiri terjebak dalam pola masochism) dan ini justru akan semakin menumbuh suburkan dorongan abusive dari suaminya. Oleh sebab itu, di samping bantuan dari seorang profesional, istri A perlu ditolong untuk keluar dari sistem yang buruk itu. Ia harus menemukan strategi untuk tidak ikut menstimulir dorongan abusive dari suaminya. Suasana rumah tangga yang nyaman biasanya akan mengurangi dorongan-dorongan negatif tersebut, begitu juga "cara berkomunikasi" yang menyejukkan. Jangan kecil hati, cobalah tips di atas dengan spirit ketergantungan pada belas kasihan dan pertolongan Tuhan. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Buletin Parakaleo Edisi : Juli - September 2001 Vol. VIII/ 3 Penulis : Pdt. Yakub B. Susabda Penerbit : Dept. Konseling STTRII Halaman : 1 - 3 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- KEMARAHAN -*- Kemarahan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Bagaimana caranya supaya kemarahan kita itu tidak membuahkan dosa? Alkitab cukup banyak memberikan pedoman bagi kita untuk mengatasi kemarahan dan juga untuk bisa mengendalikan diri dari kemarahan itu. Simak ringkasan diskusi tentang Kemarahan bersama Pdt. Paul Gunadi berikut ini. T: Kemarahan itu sudah menjadi bagian di dalam kehidupan kita ini dan saya percaya kita pasti pernah marah. Ada yang marahnya disimpan atau diungkapkan secara meledak-ledak tetapi satu hal yang kita tahu dia sedang marah atau kita sedang marah. Di dalam Alkitab sendiri kita juga pernah membaca bagian yang mengatakan Tuhan Yesus juga pernah marah, tetapi kita juga tahu bahwa kemarahan itu bisa menjadi suatu dosa yang Tuhan tidak kehendaki. Nah, bagaimana sebenarnya pandangan kita sebagai orang Kristen tentang kemarahan? J: Kita perlu menyadari bahwa kemarahan itu sendiri adalah suatu reaksi emosional dan tidak harus identik dengan dosa. Cara kita melampiaskan kemarahan bisa akhirnya membuahkan dosa. Jadi sekali lagi kemarahan itu sendiri belum tentu mengandung unsur dosa, namun pelampiasannya atau pengekspresiannya yang bisa akhirnya membuahkan dosa. ----- T: Bagaimana contoh ekspresi kemarahan yang bisa disebut dosa dan kemarahan yang tidak disebut dosa? J: Di Efesus 4:26, Firman Tuhan berkata: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa." Kemarahan bisa menjadi dosa sewaktu kemarahan yang kita ekspresikan akhirnya benar-benar menghina orang, menjatuhkan, dan merusakkan orang. Kita menghancurkan orang dengan kemarahan kita. ----- T: Nah, justru yang sering terjadi adalah pada saat marah, kita tidak bisa mengontrol diri. J: Hal itu betul. Seringkali kemarahan ini diidentikkan dengan tingkat kematangan rohani. Kita seolah-olah beranggapan bahwa orang yang mudah marah adalah orang yang tidak dewasa secara rohani. Namun sebenarnya tidak sesederhana itu. Saya ingin mengajak kita semua untuk melihat masalah marah ini dari berbagai sudut dan melihatnya sebagai suatu fenomena yang kompleks. Kita perlu mengerti alasan mengapa sebagian orang lebih mudah marah dibandingkan yang lainnya atau mengapa sebagian orang lebih susah marah dibandingkan orang yang lainnya. Hal ini tidak selalu ditentukan oleh tingkat kedewasaan rohani seseorang. Alasan-alasannya antara lain: 1. Adanya pengaruh dari faktor biologis atau faktor fisik. Ada orang-orang tertentu yang memang mempunyai daya reaksi yang sangat cepat. Orang-orang yang reaktif seperti ini juga mudah memberikan reaksi emosional termasuk kemarahan. Hal ini memang sudah dibawa sejak lahir. Orang-orang yang biasa disebut high strong (gampang marah) ini memang secara biologis adalah orang-orang yang kelihatannya hangat. Temperamen mereka memang sepertinya bergelora. Ada juga orang-orang yang termasuk tipe plegmatik -- tipe yang memang santai, tidak terlalu terlibat di dalam dunia atau dalam kontak dengan orang lain. Nah orang yang bertipe plegmatik ini akan lebih mudah menguasai kemarahannya, karena dia memang tidak terlalu terlibat dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. 2. Faktor bentukan lingkungan. Kalau kita melihat orangtua menyatakan ketidaksetujuannya melalui kemarahan dan kita menyaksikan ini berulang-ulang kali, kemungkinan besar metode penyampaian ketidaksetujuan itu yakni dengan kemarahan akan terekam dalam benak kita dan akan menjadi satu dengan sistem kita. Karena kita terus-menerus menyaksikan orangtua mengumbar kemarahan tatkala mereka tidak setuju dengan apa yang sedang dikerjakan dan akhirnya hal itu membekas dalam benak kita. Setelah dewasa kita pun cenderung untuk marah ketika kita tidak setuju atau tidak sepakat atau merasa tidak nyaman. 3. Situasi kehidupan sekarang ini pun bisa membuat kita menjadi seorang yang pemarah. Contohnya adalah keadaan yang sekarang sedang kita alami yaitu krisis ekonomi, keadaan politik yang begitu tidak menentu. Krisis-krisis ini sangat menekan kita. Kebanyakan dari kita bisa menanggung tekanan atau stres untuk suatu jangka waktu tertentu. Tatkala melewati batas itu hidup kita mulai tergoncang, keseimbangan kita mulai terganggu dan kita pun mudah marah. ----- T: Apakah ada bagian Alkitab yang mengingatkan kita supaya kita tidak mudah marah? J: Di Efesus 4:26, dengan langsung Alkitab mengatakan bahwa kita akan marah, karena marah adalah bagian kehidupan manusiawi kita, tidak perlu kita ingkari. Ayat ini memberi kita 3 pedoman. Pertama, jangan berdosa, artinya jangan kita merobek-robek orang karena kemarahan kita. Kedua, jangan matahari terbenam sebelum padam amarahmu, artinya jangan menyimpan dendam, bereskan masalahnya secepat mungkin meskipun belum tentu akan segera selesai. Ketiga, jangan berikan kesempatan kepada iblis. Jangan sampai kita dibisiki oleh iblis untuk melakukan hal-hal yang salah dan berdosa di hadapan Tuhan. -*- Sumber -*-: [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #27A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > atau: < TELAGA@sabda.org > ]] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- MARAH: KEMARAHAN -*- AYAT ALKITAB ============ Amsal 15:1 Kolose 3:8 Amsal 29:1 Yakobus 1:19,20 Efesus 4:21-24 LATAR BELAKANG ============== Kemarahan adalah suatu emosi, suatu reaksi tak disengaja terhadap suatu situasi atau kejadian yang tidak menyenangkan. Selama kemarahan terbatas pada emosi yang muncul tak disengaja ini, ia bisa dianggap reaksi wajar. Baru ketika kita menanggapinya secara salah, ketika kita tak dapat lagi mengekang diri (melampiaskan kemarahan) atau ketika kita memendamnya sampai timbul kepahitan, dendam dan permusuhan -- kita masuk dalam bahaya. Di sinilah Alkitab menuntut pertanggungan jawab kita. Dalam pendekatan kita terhadap masalah kemarahan, kita perlu ingat bahwa tidak semua kemarahan adalah salah. Bila Alkitab menyorotinya, ia menekankan pada beberapa bentuk emosi. Misalnya: 1. "Maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu." (Keluaran 32:19) 2. Ketika menyembuhkan orang yang lumpuh tangannya dikatakan bahwa Yesus "berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya ...." (Markus 3:5) 3. Walau tidak dinyatakan secara langsung, jelas terlibat kemarahan dalam sikap dan tindakan-Nya ketika Dia mengusir para penyedot keuntungan dari Rumah Allah (Markus 11:15,17). 4. Kemarahan sedikit banyak terlibat dalam sikap dan perlakuan kita terhadap dosa. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa." (Efesus 4:26) Mengontrol Kemarahan adalah Rohani: ----------------------------------- "Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya." (Amsal 29:11). Dalam usaha mengontrol kemarahan, kita harus menyadari bahwa tiap orang berhak memiliki pendapatnya sendiri dan hidupnya harus ditandai oleh kehormatan dirinya. Bersamaan dengan itu, supaya seimbang, jangan lupa pula bahwa jika Yesus menuntut "hak-Nya", Dia tidak akan sampai di salib. Ada garis perbedaan di sini. Yang harus kita ingat ialah, bahwa orang Kristen harus berhati-hati dengan respon-responnya, sambil mengingat bahwa posisi kita bisa benar tetapi sikap kita salah. Kemarahan melampaui batas atau tak terkendali jika: --------------------------------------------------- 1. Dia meluap dalam bentuk sikap dan atau ucapan jelek. 2. Dia menimbulkan kepahitan, kebencian, dan permusuhan. 3. Dia menyebabkan kelemahan rohani, kekacauan batin, menghilangkan kedamaian hatinya. Adakah perasaan dalamku bahwa aku sedang mendukakan Allah atau memberi kesempatan bagi si Iblis (Efesus 4:27)? 4. Dia membawa akibat buruk pada orang lain. Adakah ia merusakkan kesaksian hidupku? Adakah orang yang menjadi korban respon- responku? Bagaimana mengendalikan luapan kemarahan? ----------------------------------------- 1. Berusahalah untuk tidak menafsirkan segala hal sebagai sesuatu gangguan, kekhilafan, dan luka terhadap diri Anda. Usahakan juga untuk menemukan penyebab luapan marah Anda. 2. Jadikan sikap dan respon Anda sebagai hal yang perlu untuk didoakan dengan sungguh-sungguh. Kita harus pula mendoakan sikap orang yang menganggu Anda pada Tuhan, sambil mengingat bahwa Allah memakai orang dan keadaan untuk membentuk watak kita. Bagian-bagian watak yang masih kasar perlu digosok, dihaluskan. 3. Biasakan mengakui luapan kemarahan sebagai dosa. Pentingnya bertindak segera dalam kasus ini, tegas terdengar dalam nasihat Rasul Paulus, "janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu." (Efesus 4:26). Belajarlah untuk menyelesaikan baik- baik sebelum hari berakhir. 4. Sadari bahwa seorang Kristen harus belajar mengatasi dua sifat yang masing-masing saling melawan ingin menang. Kita harus belajar mempraktekkan prinsip "tanggalkan dan kenakan" dari Efesus 4:22-24. A. "Tanggalkan" manusia lama kita yang dirusak oleh keinginan- keinginan salah (Efesus 4:22). B. "Kenakan" manusia baru kita, yang telah Allah ciptakan seturut kebenaran dan kekudusan-Nya (Efesus 4:24). C. Akibat mempraktekkan prinsip "tanggalkan dan kenakan" tadi, kita akan "dibaharui di dalam roh dan pikiran" (Efesus 4:23). Inilah cara mewujudkan 2Korintus 5:17. 5. Berusahalah mengalihkan kemarahan Anda dari diri ke masalah yang menyebabkannya. 6. Serahkan diri tiap hari pada Roh Kudus. "Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (Galatia 5:16) 7. Izinkan Firman Allah meresapi hidup Anda melalui pembacaan, perenungan dan penghafalan Firman. "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain ...." (Kolose 3:16) STRATEGI BIMBINGAN ================== 1. Persekutuan pribadi dengan Yesus Kristus adalah dasar jalan keluar bagi masalah rohani. Tanyakan orang itu, apakah dia sudah masuk dalam persekutuan tersebut. Jelaskan "Damai dengan Allah" [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]] 2. Lontarkan pertanyaan-pertanyaan kepadanya, untuk mengetahui dalam tahap kemarahan bagaimanakah dia berada. Jelaskan pembahasan di Latar Belakang kepadanya, sambil menekankan pentingnya sikap- sikap Kristen yang benar, pengakuan tiap hari dan prinsip "tanggalkan dan kenakan." Minta dia mencatat pokok-pokok pemikiran yang kelak dapat ditelaahnya ulang. 3. Berdoalah bersamanya. Berdoalah agar dia memiliki "hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia", dan iman untuk memperoleh kemenangan berketerusan. ------------------------------Kutipan------------------------------- Menurut Billy Graham: "Alkitab tidak melarang kita untuk tidak senang, asal dibatasi oleh dua hal. Pertama, menjaga kemarahan kita bersih dari kepahitan, permusuhan, dan kebencian. Kedua, setiap hari memeriksa diri, apakah kita sudah menangani perasaan-perasaan jelek kita. Pepatah Latin berkata: "Orang yang tidur membawa kemarahan, tidur dengan Iblis." Tentu saja, hidup akan penuh dengan gangguan. Hal-hal itu bisa dimanfaatkan Iblis untuk membangkitkan nafsu-nafsu jahat kita." --------------------------Kutipan_Selesai--------------------------- -*- Sumber -*-: Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Billy Graham Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab, 1993 Halaman : 137 - 139 CD-SABDA : Topik 17500 *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: <dharma_msi@> >Dear Pengasuh Konsel saya baru bergabung dengan publikasi ini, dan >saya sangat diberkati dengan adanya situs ini mengingat banyak >orang yang akan diberkati dengan tulisan-tulisan ini dengan >menggunakan methode domino, kiranya Tuhan Yesus memberkati para >penulis dan pengelola serta para subscriber semoga banyak jiwa >diselamatkan. Amin >Dharma Satya -- Jakarta Redaksi: Kami mengucapkan selamat bergabung dengan milis e-Konsel ini. Kami sangat bersyukur kalau sajian-sajian kami dapat menjadi berkat bagi Anda. Untuk itu teruslah berdoa bagi pelayanan ini, supaya semakin banyak orang mendapat berkat dan nama Tuhan dimuliakan. Jika Anda ingin melihat terbitan-terbitan e-Konsel sebelumnya, kami mengundang Anda untuk datang ke Situs C3I (Christian Counseling Center Indonesia). Di dalam Situs C3I ini, semua bahan dari e-Konsel, yang telah diterbitkan sebelumnya, disusun berdasarkan topik-topik sehingga memudahkan Anda mendapatkan bahan yang Anda cari. Kami yakin situs ini akan semakin memperkaya wawasan Anda dalam bidang konseling Kristen. Segeralah berkunjung ke: ==> http://www.sabda.org/c3i/ Sedangkan untuk melihat arsip e-Konsel, silakan berkunjung ke situs SABDA.org yang menyimpan semua arsip e-Konsel yang disusun berdasarkan nomor edisinya: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |